Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kalau kita mengatakan orang atau kalu kita mengucapkan ‘saya membeli mobil
baru”. Sebenarnya ada sesuatu yang tersirat di dalam kedua ujaran ini meskipun
wujud kedua ujaran tersebut berbeda. Maksudnya, secara struktural yang satu hanya
terdiri dari satu patah kata, sedangkan yang kedua terdiri dari beberapa kata yag biasa
nya di sebut kalimat. Kalau kita mengatakan mangga, kawan berbicara kita terdengar
bunyi yang kita ujarkan itu. Demikian pula kita mengatakan orang, kawan bicara kita
akan mendengar urutan bunyi yang mendengar urutan bunyi orang yang kalau di tulis
tampak tulisan mangga, orang.

Begitu orang menyebut mangga terbayang pada kita wujud mangga, apakah
buahnya, apakah pohonnya, bentuknya, warnanya, bahkan kadang-kadang timbul
selera untuk mencicipi nikmatnya rasa mangga. Terbayang kepada kita mangga yang
di jual di pinggir jalan Salemba di Jakarta atau mangga yang diobralkan di pasar. Kita
memahami apa yang di maksut dengat kata mangga, orang, urutan kata saya membeli
mobil baru, oleh karena kita adalah penutur bahasa Indonesia.

Itu sebabnya orang mengatakan saya minta mangga, ‘’kita segera mereaksi,
misalnya, mengatakan, ‘’ambillah sebuah’’ atau ‘maaf, mangga ini di jual’, boleh
jolok saja. “jelas di sini, didalam ujaran mangga ada sesuatu pesan yang menyertai
nya sehingga kita mengerti yang di maksut dengan mangga. Kita memahami apa
yang tersirat dalam kata-kata baru, mangga, membeli, mobil, orang, saya, yah ....
karna kita adalah penutur BI. Seandainya kata-kata ini di ujarkan kepada orang jerman
atau orang inggris pasti mereka tidak memahaminya karna mereka bukan penutur BI
kecuali kalau mereka telah mempelajari BI. Hal yang sama berlaku untuk ujara dalam
bentuk kalimat, misalnya, Ali berkerja keras. baru penutur BI memahami kata-kata
Ali, bekerja, keras, bahkan makna keseluruhan ujaran tersebut.

[Type text] Page 1


1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa istilah semantik?
1.2.2. Apa pengertian semantik?
1.2.3. Apa saja jenis-jenis semantik?
1.2.4. Apa pengertian makna?
1.2.5. Apa saja jenis-jenis makna?
1.2.6. Sebutkan conto semantik ?

1.3. Tujuan

1.3.1. Dapat menjelaskan istilah semantik

1.3.2. Dapat pengertian semantik

1.3.3. Dapat menjelaskan jenis-jenis semantik

1.3.4. Dapat menjelaskan pengertian makna

1.3.5. Dapat menjelaskan jenis-jenis makna

1.3.6. Dapat menyebutkan conto semantik

[Type text] Page 2


BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. ISTILAH SEMANTIK

Kata semantik sebenarnya merupakan istilah teknis yang menunjuk pada studi
tentang makna (= arti, Inggris meaning). Istilah semantik sebenarnya merupakan istilah
baru di dalam bahasa Inggris. Mengenai sejarah istilah itu kita dapat membaca karangan
A.W. Read yang berjudul, “An Account of the Words Semantics” yang dimuat di dalam
majalah Word, No. 4 Tahun 1948 (79-97). Meskipun sudah ada istilah semantik,
misalnya dalam kelompok kata semantic philosophy pada abad ke-17, istilah semantik
baru muncul dan diperkenalkan melalui organisasi filologi Amerika (=American
Philological Association) tahun 1949 dengan judul, “ Reflected Meanings A Point in
Semantics”.

Di dalam bahasa Perancis istilah yang berpadanan dengan istilah semantik di dalam
bahasa Inggris, yakni semantique yang diserap melalui bahasa Grika dan diperkenalkan
oleh M. Breal. Di dalam makna atau belum tugas membicarakan makna sebagai
obyeknya. Yang dibicarakan lebih banyak sejarahnya (= historical semantics).

Coseriu dan Geckeler (1981:8) mengatakan bahwa istilah semantik yang mulai
populer tahun 50-an mula-mula diperkenalkan oleh sarjana Perancisyang bernama M.
Breal tahun 1883. Pada halaman yang sama Coseriu dan Geckeler mengatakan,
sekurang-kurangnya ada tiga istilah yang berhubungan dengan semantik yakni:

a. Linguistic semantics,
b. The semantic of logicians, and
c. General semantics.

Semantik sebagai ilmu yang berdiri sendiri baru muncul pada abad ke-19. Tahun
1820-1925 muncul ilmu baru tetapi belum disadari oleh ahli yang mendapatkannya. Pada
waktu itu seorang ahli klaasik yang bernama C. Reising mengemukakan pendapatnya
tentang tata bahasa yang dibaginya ke dalam tiga bagian, yakni etimologi, sintaksis dan
semasiologi. Jadi, istilah semasiologi berasal dari pendapat Reising (lihat Coseriu dan

[Type text] Page 3


Geckeler; 1981:8). Berdasarkan pikiran Reising, perkembangan semantik dapat dibagi
dalam tiga fase.

Fase pertama, meliputi masa setengah abad termasuk di dalamnya kegiatan


Reisig.

Fase kedua, awal tahun 1880 yang dimulai dengan munculnya buku M. Breal
seperti telah disebutkan di atas. Breal menganggap semantik merupakan studi murni
historis.

Fase ketiga, yakni tiga dekadepertama abad XX di mana semaantik sebagai ilmu
telah tercapai dengan munculnya buku yang berjudul “ Meaning and Change of
Meaning with Special Reference to the English Language” yang dikarang oleh Gustaf
Stern (1931), seorang filolog Swedia.

Tahun 1990 terbit buku yang terjemahannya dalam bahasa Inggris, berjudul
“Semantics: Studies in the Science of Meaning” yang dikarang oleh M. Breal. Di sini
tegas dikatakan bahwa semantik membicarakan makna. Tahun 1923 muncul karangan
C.K. Ogden dan I.A. Richards yang berjudul, “The Meaning of Meaning”. Buku ini
sampai dengan tahun 1972 sudah mengalami 17 kali cetak ulang. Sebelum itu, yakni
tahun 1916 terbit buku “Cours de Linguistique Generale” karangan F. de Saussure. F. de
Saussure mengemukakan pendapat baru tentang bahasa. Ia mengatakan bahwa bahasa
merupakan suatu sistim yang terdiri dari segmen-segmen yang saling berhubungan.
Pandangan ini kelak menjadi aliran baru di dalam linguistik yang terkenal dengan
sebutanstrukturaalisme. Itu sebabnya F. De Saussure disebut bapak strukturalisme.

2.2. PENGERTIAN SEMANTIK

Semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna
ungkapan dan dengan struktur makna suatu wicara. Makna adalah maksud pembicaraan,
pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi, serta perilaku manusia atau
kelompok (Kridalaksana, 2001:1993). Makna kata merupakan bidang kajian yang
dibahas dalam ilmu semantik. Berbagai jenis makna kata dikaji dalam ilmu semantik.
Makna konotatif adalah salah satu jenis makna yang ada dalam kajian semantik. Makna
konotatif merupakan makna yang bukan sebenarnya. Makna konotatif terdapat dalam
sebuah klausa.

[Type text] Page 4


Pendapat lain dikemukakan oleh Chaer (1989:60) yang menyatakan bahwa dalam
semantik yang dibicarakan adalah hubungan antara kata dengan konsep atau makna dari
kata tersebut, serta benda atau hal-hal yang dirujuk oleh makna itu yang berada diluar
bahasa. Makna dari sebuah kata, ungkapan atau wacana ditentukan oleh konteks yang
ada.

Menurut Tarigan (1985:7) semantik menelaah lambang-lambang atau tandatanda yang


menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain, dan pengaruhnya
terhadap manusia dan masyarakat.

Jadi semantik senantiasa berhubungan dengan makna yang dipakai oleh masyarakat
penuturnya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa semantik
adalah ilmu yang menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan 8
makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain, serta hubungan antara kata dengan
konsep atau makna dari kata tersebut.

2.3. JENIS-JENIS SEMANTIK

a. Semantik Behavioris

Sikap umum kaum behavioris itu, yakni: (i) penganut pandangan behavioris
tidak terlalu yakin dengan istilah-istilah yang bersifat mentalistis berupa mind, concept,
dan idea; (ii) tidak ada perbedaan esensial antara tingkah laku manusia dengan tingkah
laku hewan; (iii) mementingkan faktor belajar dan kurang yakin terhadap faktor-faktor
bawaan; dan (iv) mekanisme atau determinismenya. Telah diketahui formula umum
yang berlaku bagi penganut aliran behavioris, yakni hubungan antara rangsangan dan
reaksi yang biasa digambarkan:

SR

Berdasarkan sketsa ini makna berada dalam rentangan stimulus dan respons, antara
rangsangan dan jawaban. Makna ditentukan oleh situasi yang berarti ditentukan oleh
lingkungan. Karena itu, makna hanya dapat dipahami jika ada data yang dapat diamati
yang berada dalam lingkungan pengalaman manusia. Contoh, seorang ibu menyuapkan
sesendok bubur tim kepada bayinya. Sebelum ibu menyuapkan bubur, ibu berkata,
“Mam…..mam……” dan bersamaan dengan itu ia menyuapkan bubur ke mulut
bayinya.

[Type text] Page 5


Semantik behavioris yang dikembangkan dalam dunia linguistik sebelumnya
mendapat pengaruh dari psikologi berdasarkan temuan J.B.Warton sebagai pendiri
aliran behavioris (lihat Lyons, I, 1977: 121), penelitian Skinner dan Pavlop.
Berdasarkan penelitian-penelitian itu dikembangkan istilah stimulus, jawaban, dan
karena sesuatu berulang-ulang terjadi, maka hal itu menjadi kebiasaan yang pada
gilirannya menjadi gerakan refleks tidak bersyarat.

Di depan dijelaskan adanya stimulus, jawaban, situasi, kondisi, pengalaman,


pembiasaan, dan adanya data. Contoh, Hendrikus dan Jeane pergi ke desa. Hendrikus
lapar, jadi ada stimulus berupa lapar. Hendrikus melihat mangga. Hendrikus gembira
karena rasa laparnya dapat ditanggulangi dengan makan mangga (moga-moga tidak
akan sakit perut). Lapar, mangga, ingin makan menimbulkan pilihan bagi Hendrikus.
Pilahan itu, yakni Hendrikus meminta bantuan Jeane, Hendrikus akan melompat sampil
memetik buah mangga (kondisi, yakni pohon mangga tempat buah berada, agak tinggi),
Hendrikus atau Jeane akan memanjat (Jeane tidak mungkin sebab ia perempuan),
Hendrikus akan menjolok buah mangga (syaratnya harus ada galah), atau baik
Hendrikus maupun Jeane akan melempari buah mangga (syaratnya harus ada batu atau
pelanting yakni sepotong kayu atau cabang pohon yang digunakan untuk melempar).

Dikaitkan dengan makna, contoh ini memperlihatkan adanya keharusan


menggunakan lambang berupa batu, galah, makan, mangga, melempar, melompat,
memanjat, menjolok, lapar, dan pelanting. Hendrikus memahami bahwa kalau perut
sudah keroncongan, itu tandanya lapar. Itu sebabnya Hendrikus berkata kepada Jeane.
“Jeane. Saya lapar.” Dengan kata lain, makna lapar ditandai oleh adanya perut yang
keroncongan. Untuk mengatasi rasa lapar, orang harus makan. Muncullah kata makan.
Dengan kata lain, Hendrikus memahami bahwa makan adalah memasukkan sesuatu
melalui mulut untuk mengatasi lapar. Perasaan lapar, dan harus makan, menimbulkan
keinginan mencari sesuatu. Kebetulan di hadapan mereka ada mangga. Lahir kata
mangga. Dengan kata lain, makna mangga adalah sejenis buah yang dapat dimakan
untuk mengatasi rasa lapar.

b. Semantik Deskriptif

Semantik deskriptif adalah kajian semantik yang khusus memperhatikan makna


yang sekarang berlaku. Makna kata ketika kata itu untuk pertama kali muncul, tidak
diperhatikan. Misalnya, dalam BI ada kata juara. Makna kata juara yang diperhatikan,

[Type text] Page 6


yaitu orang yang mendapat pringkat teratas dalam pertandingan, perlombaan atau di
sekolah. Orang tidak memperhatikan makna sebelumnya, yakni pengatur dan pelerai
dalam persabungan ayam.

Semantik deskriptif pun hanya memperhatikan makna sekarang dalam bahasa yang
diketahui secara umum, dan bukan karena kata tersebut kebetulan ada dalam bahasa
daerah atau dialek bahasa yang bersangkutan. Misalnya, dalam BI terdapat kata bertele-
tele yang bermakna berpanjang-panjang. Orang tidak akan memperhatikan makna kata
itu dari bahasa daerah lain, misalnya dari bahasa Gorontalo.

c. Semantik Generatif

Teori semantik generatif muncul karena ketidakpuasan linguis terhadap pandangan


Chomsky. Mereka itu, misalnya, Postal, Mc.Cawley, Lakoff (lihat Lyons, II, 1977: 409-
422). Menurut pendapat mereka, struktur semantik dan struktur sintaksis bersifat
homogen, meskipun mereka mengakui semantik mempunyai eksistensi yang lain dari
sintaksis. Struktur dalam tidak sama dengan struktur semantik. Dan untuk itu
menghubungkannya cukup digambarkan oleh satu jenis kaidah, yakni transformasi. Hal
ini berbeda dengan pandangan Chomsky karena menurut aliran transformasi untuk
menghubungkan struktur semantik dengan struktur sintaksis diperlukan kaidah lain,
yakni kaidah sintaksis dasar, kaidah proyeksi, kaidah fonologi, dan kaidah transformasi.
Teori semantik generatif muncul tahun 1968. Teori ini tiba pada kesimpulan bahwa tata
bahasa terdiri dari struktur dalam yang berisi tidak lain dari struktur semantik dan
struktur luar yang merupakan ujaran. Kedua struktur ini dihubungkan dengan suatu
proses yang disebut transformasi (Pateda, 1988: 107).

d. Semantik Gramatikal

Semantik gramatikal adalah studi semantik yang khusus mengkaji makna yang
terdapat dalam satuan kalimat. Verhaar (1983: 9) mnegatakan, “Semantik gramatikal
jauh lebih sulit dianalisis.” Kalimat masih duduk, kakak sudah lama tidur, susah
dianalisis. Orang tidak boleh menafsirkan dari segi kata yang membentuknya. Orang
harus menafsirkan dari keseluruhan isi kalimat ini, bahkan sesutau yang ada di balik
kalimat ini. Kalimat ini dapat diceritakan seperti ini: ada dua orang bersahabat,
katakanlah John dan Mbete. John dan Mbete bertamu ke rumah Margaret. John masih
ada hubungan keluarga dengan Margaret, karena itu adik Margaret menyapa John,

[Type text] Page 7


kakak. Rupanya Mbete masih asing di rumah Margaret, sedangkan si John karena
masih ada hubungan keluarga, ia agak bebas. Pukul 12.15 John langsung makan tanpa
mengajak Mbete. Selesai makan karena mengantuk, John langsung tidur. Hal itu pun
tidak diketahui oleh Mbete. Rupanya Mbete keasyikan membaca majalah. Kenyataan
ini terlihat oleh adik Margaret, lalu ia berkata kepada Mbete, “Masih duduk, kakak
sudah lama tidur.”

Berdasarkan narasi tersebut, orang akan memahami atau dapat menafsirkan makna
kalimat masih duduk, kakak sudah lama tidur. Meskpun kalimat berunsurkan kata,
namun bukan kata dalam satuan yang mandiri yang dibahas, tetapi kata terdapat dalam
satuan kalimat. Ambillah kata aman yang terdapat dalam kalimat Daerah itu aman dan
masih terkendali. Dengan munculnya kata terkendali dalam satuan kalimat, agaknya
memudarkan makna kata aman. Maksudnya, daerah sesungguhnya tidak aman karena
ada kata terkendali. Terkendali bermakna huru-hara, gangguan keamanan, masih dapat
dikendalikan. Dengan demikian makna kata aman berubah karena kata itu telah berada
dalam satuan kalimat.

Telah diketahui, jika kata aman berdiri sendiri maknanya adalah: (i) bebas dari
bahaya: rakyat mengungsi ke tempat yang lebih aman; (ii) bebas dari gangguan,
misalnya oleh pencuri, hama: kampungku akhir-akhir ini tidak aman; (iii) terlindung
atau tersembunyi; (iv) pasti; tidak meragukan; tidak mengandung resiko: (v) tenteram;
tidak merasa takut atau khawatir (Depdikbud, 1993: 2).

e. Semantik historis

Semantik historis adalah kajian semantik yang mengkaji sistem makna dalam
rangkaian waktu. Palmer (1976: 11) mengatakan “historical semantic, the study of the
change of meaning in time.” Karena semantik merupakan hal yang abstrak, maka apa
yang ditampilkan oleh semantik sekadar membayangkan kehidupan mental pemakai
bahasa. Kehidupan mental pemakai bahasa tentu sangat luas karena pemakai bahasa
dapat dilihat sebagai mahluk individual sekaligus mahluk sosial. Karena manusia
sebagai mahluk sosial maka pengalamannya bertambah luas, dan karena itu kosa
katanya bertambah banyak. Akibatnya pemahaman makna kata bertambah luas pula.

Semantik historis menekankan studi makna dalam rentangan waktu, bukan


sejarah perubahan bentuk kata. Perubahan bentuk kata lebih banyak menjadi kajian

[Type text] Page 8


linguis yang bergerak dalam bidang linguistik historis. Kalau orang sudah
membicarakan asal-usul kata, maka pembicaraan itu sudah menjadi bahan kajian orang
yang bergerak dalam bidang etimologi. Sejarah perubahan bentuk kata, juga menjadi
bahan kajian linguis yang bergerak dalam linguistik bandingan (linguistic comparative).
Kata-kata dibandingkan, apakah berdasarkan periode, atau dibandingkan antara kata
pada bahasa tertentu dengan kata pada bahasa yang lain.

f. Semantik Leksikal

Semantik leksikal adalah kajian semantik yang lebih memuaskan pada pembahasan
sistem makna yang terdapat dalam kata. Verhaar (1983: 9) berkata, “Perbedaan antara
leksikon dan gramatikal menyebabkan bahwa dalam sematik kita bedakan pula antara
semantik leksikal dan semantik gramatikal.” Mengenai semantik leksikal tidak terlalu
sulit, sebuah kamus merupakan contoh yang tepat untuk semantik leksikal; makna tiap
kata diuraikan di situ. Jadi, semantik leksikal memperhatikan makna yang terdapat di
dalam kata sebagai satuan mandiri.

Contoh dalam BI terdapat kata habitat yang maknanya: (i) tempat tinggal khas bagi
seseorang atau kelompok masyarakat; (ii) tempat hidup organisme tertentu; tempat
hidup yang alami bagi tumbuh-tumbuhan dan hewan; lingkungan kehidupan asli; (iii)
tempat kediaman atau kehidupan tumbuhan, hewan dan manusia dengan kondisi
tertentu pada permukiman bumi. Secara mudah untuk mengetahui makna leksikal
istilah tertentu, orang dapat memanfaatkan kamus istilah dalam bidang ilmu tertentu.

Sebagai contoh, kata petisi. Kata petisi bermakna surat permohonan resmi kepada
pemerintah (Depdikbud, 1993: 764), dan sebagai istilah, maknanya permohonan formal
yang dialamatkan kepada sejumlah lembaga pemerintahan; biasanya berisi protes
terhadap kebijaksanaan pemerintah yang bersangkutan dan ditandatangani oleh
sejumlah orang; Petisi 50 pada tahun 1979 yang mengkritik beberapa kebijaksanaan
pemerintah Republik Indonesia merupakan salah satu contoh; kebiasaan ini lebih
populer di Dunia Barat (Muhaimin, dkk, 1985: 212). Ambillah lagi kata serapan
inventaris. Sebagai kata, inventaris bermakna daftar yang memuat semua barang milik
kantor, sekolah, perusahaan, kapal yang dikapai dalam melaksanakan tugas
(Depdikbud, 1993: 385); sedangkan sebagai istilah, tentu harus dilihat di dalam kamus
administrasi. Di dalam Kamus Istilah Administrasi Niaga istilah inventaris dirumuskan,

[Type text] Page 9


“Barang-barang yang harus ada sebelum barang tersebut digunakan” (Ramli, dkk,
1985: 40).

g. Semantik Logika

Semantik logika adalah cabang logika modern yang berkaitan dengan konsep-
konsep dan notasi simbolik dalam analisis bahasa. Semantik logika mengkaji sistem
makna yang dilihat dari logika seperti yang berlaku dalam matematika yang mengacu
kepada pengkajian makna atau penafsiran ujaran, terutama yang dibentuk dalam sistem
logika yang oleh Carnap (lihat Lyons, I, 1977: 139) disebut sebagai semantik murni.

h. Semantik Struktural

Semantik struktural bermula dari pandangan linguis struktural yang dimulai oleh
Ferdinand de Saussure yang melahirkan aliran struktural dalam linguistik, atau yang
biasa disebut struktural (Lyons, I, 1977: 231). Penganut strukturalisme berpendapat
bahwa setiap bahasa adalah sebuah sistem, sebuah hubungan struktur yang unik yang
terdiri dari satuan-satuan yang disebut struktur. Struktur itu terjelma dalam unsur
berupa fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana yang membaginya
menjadi kajian fonologi, morfologi, sintaksis, dan wacana (discource).

Menurut pandangan linguis struktural pada unsur fonem tidak ada makna, tetapi
dapat membedakan makna; pada unsur morfem ada yang bermakna dan ada yang hanya
mengakibatkan munculnya makna; pada unsur kata memang ada makna yang disebut
makna leksikal; pada unsur frasa ada makna, yakni makna frasa itu sendiri; pada unsur
klausa terdapat makna, yakni makna klausa itu sendiri; pada unsur kalimat terdapat
makna, yakni makna gramatikal; dan pada unsur wacana terdapat makna, yakni makna
wacana.

2.4. PENGERTIAN MAKNA

Makna kata merupakan bidang kajian yang dibahas dalam ilmu semantik. Semantik
berkedudukan sebagai salah satu cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang makna
suatu kata dalam bahasa, sedangkan linguistik merupakan ilmu yang mengkaji bahasa
lisan dan tulisan yang memiliki ciri-ciri sistematik, rasional, empiris sebagai pemerian
struktur dan aturan-aturan bahasa (Nurhayati, 2009:3). Berdasarkan pendapat di atas

[Type text] Page 10


dapat disimpulkan bahwa makna suatu kata dalam bahasa dapat diketahui dengan
landasan ilmu semantik.

Hornby (dalam Pateda, 1989:45) berpendapat bahwa makna ialah apa yang kita
artikan atau apa yang kita maksud.

Poerwadarminta (dalam Pateda, 1989:45) mengatakan makna : arti atau maksud.


Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Pateda, 2001:82) kata makna diartikan : (i) arti:
ia memperhatikan makna setiap kata yang terdapat dalam tulisan kuno itu, (ii) maksud
pembicara atau penulis, (iii) pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan.

Makna ialah hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama
oleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti (Aminuddin, 1988:53). Dari
batasan pengertian itu dapat diketahui adanya tiga unsur pokok yang tercakup di
dalamnya, yakni (1) makna adalah hasil hubungan antara bahasa dengan dunia luar, (2)
penentuan hubungan terjadi karena kesepakatan para pemakai, serta (3) perwujudan 9
makna itu dapat digunakan untuk menyampaikan informasi sehingga dapat saling
dimengerti.

Menurut pendapat Fatimah (1993:5) makna adalah pertautan yang ada di antara
unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata).

Menurut Palmer (dalam Fatimah, 1993:5) makna hanya menyangkut intrabahasa.


Sejalan dengan pendapat tersebut, Lyons (dalam Fatimah, 1993:5) menyebutkan bahwa
mengkaji makna atau memberikan makna suatu kata ialah memahami kajian kata
tersebut yang berkenaan dengan hubungan-hubungan makna yang membuat kata tersebut
berbeda dari katakata lain.

Harimurti (2008:148) berpendapat makna (meaning, linguistic meaning,


sense) yaitu: (1) maksud pembicara, (2) pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman
persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia, (3) hubungan, dalam arti
kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa dan alam di luar bahasa, atau antara
ujaran dan semua hal yang ditunjuknya, (4) cara menggunakan lambanglambang bahasa.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa makna merupakan arti dari
suatu kata atau maksud pembicara yang membuat kata tersebut berbeda dengan kata-kata
lain.

[Type text] Page 11


2.5. JENIS-JENIS MAKNA

Makna suatu kata merupakan bahan yang dikaji dalam ilmu semantik. Makna
kata terbagi menjadi beberapa jenis. Pateda (2001:97) membagi jenis-jenis makna
menjadi dua puluh sembilan yaitu

1. makna afektif merupakan makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca
terhadap penggunaan kata atau kalimat,
2. makna deskriptif yang bisa disebut pula makna kognitif merupakan makna yang
terkandung di dalam setiap kata,
3. makna ekstensi adalah makna yang mencakup semua ciri objek atau konsep
(Kridalaksana, 2008:148),
4. makna emotif adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap
pembicara mengenai terhadap apa yang dipikirkan atau dirasakan,
5. makna gereflekter yaitu makna kata yang sering berhubungan dengan kata atau ungkapan
tabu,
6. makna gramatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya kata dalam
kalimat,
7. makna ideasional adalah makna yang muncul akibat penggunaan kata yang memiliki
konsep,

8. makna intensi adalah makna yang menekankan maksud pembicara,


9. makna khusus adalah makna kata atau istilah yang pemakaiannya terbatas pada bidang
tertentu,
10. makna kiasan adalah pemakaian kata yang maknanya tidak sebenarnya,
11. makna kognitif adalah makna yang ditunjukan oleh acuannya, makna unsur bahasa yang
sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau gagasan, dan dapat
dijelaskan berdasarkan analisis komponennya.
12. makna kolokasi biasanya berhubungan dengan penggunaan beberapa kata di dalam
lingkungan yang sama,
13. makna konseptual adalah makna yang sesuai dengan konsepnya,
14. makna konstruksi adalah makna yang terdapat di dalam suatu konstruksi kebahasaan,
15. makna kontekstual muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dan konteks,

[Type text] Page 12


16. makna leksikal adalah makna kata ketika kata itu berdiri sendiri, entah dalam bentuk
leksem atau berimbuhan yang maknanya kurang lebih tetap, seperti yang dapat dibaca di
dalam kamus bahasa tertentu,
17. makna lokusi adalah makna yang terdapat di dalam ujaran ditambah dengan faktor-faktor
yang turut melahirkan ujaran tersebut, misalnya faktor koteks,
18. makna luas menunjukan bahwa makna yang terkandung pada sebuah kata lebih luas dari
yang dipertimbangkan,
19. makna pictorial adalah makna yang muncul akibat bayangan pendengar atau pembaca
terhadap kata yang didengar atau dibaca,
20. makna proposisional adalah makna yang muncul apabila seseorang membatasi
pengertiannya tentang sesuatu,
21. makna pusat adalah makna yang dimiliki setiap kata meskipun kata tersebut tidak berada
di dalam konteks kalimat,
22. makna referensial adalah makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang
ditunjuk oleh kata,
23. makna sempit merupakan makna yang berwujud sempit pada keseluruhan ujaran,
24. makna stilistika adalah makna yang timbul akibat pemakaian bahasa,
25. makna tekstual adalah makna yang timbul setelah seseorang membaca teks secara
keseluruhan,
26. makna tematis akan dipahami setelah dikomunikasikan oleh pembicara atau penulis
melalui urutan kata-kata,
27. makna umum adalah makna yang menyangkut keseluruhan atau semuanya, tidak
menyangkut yang khusus atau tertentu,
28. makna denotatif adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas hubungan
lugas antara suatu bahasa dan wujud di luar bahasa yang diterapi satuan bahasa itu secara
tepat, dan
29. makna konotatif adalah makna yang muncul sebagai akibat asosiasi perasaan pemakai
bahasa terhadap kata yang didengar atau kata yang dibaca.

2.6. CONTOH KALIMAT SEMANTIK

1. Bentuk pile?idepitio memiliki makna ‘antar’, yang di tandai dengan morfem asal-depito
‘menyuruh yang di tandai oleh awalan pe?i-, bahwa suruhan itu di tunjukkan kepada

[Type text] Page 13


orang kedua. Tetapi bukan orang kedua yang dilaksanakannya. Pekerjaan itu
berhubungan dengan kala ‘lampau’ yang di tandai oleh sisipan –il- dan bahwa yang di
tandai oleh akhiran –lio
2. Bentuk buku?u ‘bukuku”, huhutuulio ‘kelakuannya’, dan ulu?umu ‘tanganmu’, memiliki
makna yang lebih dari satu. Pada bentuk buku’u, selain terdapat makna buku itu sendiri ,
juga terdapat informasi siapa yang memiliki buku. Hal yang sama terdapat pada bentuk
huhutulio ‘kelakuannya’ dan ulu?u ‘tanganmu’.
3. bentuk pile?ihamaaliomola mengandung makna (i) ‘ambil’, yang ditandai oleh morfem
asal –hama, (ii) menyuruh ditandai oleh awalan pe?i- (iii) bahwa suruhan ditujukan
kepada orang kedua, tetapi bukan orang kedua yang melaksanakan pekerjaan, (iv)
pekerjaan berhubungan dengan kala ‘lampau’, yang ditandai oleh sisipan –il- (pe?i-
menjadi pile?i-), (v) pekerjaan dilakukan ulang-ulang yang ditandai oleh reduplikasi
awalan pile?i-, (vi) bahwa yang menyuruh adalah ia, yang ditandai oleh akhiran –ilo, dan
(vii) arah kegiatan menuju ke utara atau udik, yang ditandai oleh morfem petunjuk arah
mola.

[Type text] Page 14


BAB 3

PENUTUP

3.1 SIMPULAN

Semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan


makna ungkapan dan dengan struktur makna suatu wicara. Makna adalah maksud
pembicaraan, pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi, serta perilaku
manusia atau kelompok (Kridalaksana, 2001:1993). Makna kata merupakan
bidang kajian yang dibahas dalam ilmu semantik. Berbagai jenis makna kata
dikaji dalam ilmu semantik. Makna konotatif adalah salah satu jenis makna yang
ada dalam kajian semantik. Makna konotatif merupakan makna yang bukan
sebenarnya. Makna konotatif terdapat dalam sebuah klausa.

Makna ialah hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah
disepakati bersama oleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti
(Aminuddin, 1988:53). Dari batasan pengertian itu dapat diketahui adanya tiga
unsur pokok yang tercakup di dalamnya, yakni (1) makna adalah hasil hubungan
antara bahasa dengan dunia luar, (2) penentuan hubungan terjadi karena
kesepakatan para pemakai, serta (3) perwujudan 9 makna itu dapat digunakan
untuk menyampaikan informasi sehingga dapat saling dimengerti.

3.2 SARAN

Dari pembahasan mengenai materi SEMANTIK dalam makalah ini, maka


kami sebagai penyusun menyadari akan adanya berbagai macam kesalahan dalam
hal penulisan maupun kesalahan teknis lainnya. Oleh sebab itu, kami harapkan
kepada pembaca agar memberikan sumbangsih berupa kritik dan saran yang
bersifat membangun. Sehingga, penyusunan makalah selanjutnya akan lebih baik
lagi.

[Type text] Page 15

Anda mungkin juga menyukai