Anda di halaman 1dari 6

MENGEMBANGKAN PENDAPAT DALAM

DALAM EKSPOSISI

A. Menginterpretasi Makna dalam Teks Eksposisi

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu:


1. mengidentifikasi argumentasi yang digunakan untuk memperkuat
tesis/ pernyataan pendapat
2. Membedakan fakta dan opini dalam teks eksposisi.

Kegiatan 1

Mengidentifikasi Tesis, Argumentasi, dan Rekomendasi dalam Teks Eksposisi


Eksposisi biasa digunakan seseorang untuk menyajikan gagasan. Gagasan tersebut
dikaji oleh penulis atau pembicara berdasarkan sudut pandang tertentu. Untuk menguatkan
gagasan yang disampaikan, penulis atau pembicara harus menyertakan alasan-alasan logis.
Dengan kata lain, ia bertanggung jawab untuk membuktikan, mengevaluasi, atau
mengklarifikasi permasalahan tersebut.
Bentuk teks ini biasa digunakan dalam kegiatan ceramah, perkuliahan, pidato,
editorial, opini, dan sejenisnya. Isi dalam teks eksposisi yaitu (a) pendapat/tesis apa yang
disampaikan, (b) argumen atau pendukung yang digunakan untuk menguatkan
pendapatnya, (c) rekomendasi penulis, dan (d) tanggapan terhadap rekomendasi penulis.

Kegiatan 2

Membedakan Fakta dan Opini


Dalam menyampaikan argumen, pembicara atau penulis dapat menggunakan fakta
dan alasan-alasan yang logis. Fakta-fakta disajikan dalam kalimat fakta, sedangkan alasan
yang logis disajikan dalam kalimat opini.
Berikut ini contoh kalimat fata dan opini.
Kalimat fakta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia hingga tanggal 13 Mei
2013 mencatat ada 158.812 narapidana dan tahanan di Indonesia, yang
51.899 orang di antaranya terkait kasus narkoba.
Kalimat opini: Sebagai generasi muda, calon penerus perjuangan bangsa, sudah
seharusnya kita menyiapkan diri menjadi generasi yang berkualitas.

B. Menelaah Struktur dan Kebahasaan Teks Eksposisi

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu:


1. Mengungkapkan struktur teks eksposisi.
2. Membandingkan kebahasaan dua teks eksposisi

Kegiatan 1

Mengungkapkan Struktur Teks Eksposisi


Teks eksposisi merupakan teks yang dibangun oleh pendapat atau opini. Sejalan
dengan isi teks eksposisi, struktur teks eksposisi meliputi (a) tesis atau penyataan
pendapat, (b) argumentasi, dan (c) penegasan ulang.
Tesis atau pernyataan pendapat adalah bagian pembuka dalam teks eksposisi. Bagian
tersebut berisi pendapat umum yang disampaikan penulis terhadap permasalahan yang
diangkat dalam teks eksposisi.
Argumentasi merupakan unsur penjelas untuk mendukung tesis yang disampaikan.
Argumentasi dapat berupa alasan logis, data hasil temuan, fakta-fakta, bahkan pernyataan
para ahli. Argumen yang baik harus mampu mendukung pendapat yang disampaikan
penulis atau pembicara.
Bagian terakhir adalah penegasan ulang, yaitu bagian yang bertujuan menegaskan
pendapat awal serta menambah rekomendasi atau saran terhadap permasalahan yang
diangkat.

Kegiatan 2

Membandingkan Kebahasaan Dua teks Eksposisi


Dalam teks eksposisi banyak digunakan istilah yang sesuai dengan bidang
permasalahan yang dibahas. Penggunaan istilah tersebut membantu penulis atau
pembicara memperkuat gagasan yang disampaikan. Istilah adalah kata atau gabungan
kata yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat khas
dalam bidang tertentu.
Selain menggunakan istilah dalam bidang yang dibahas, teks eksposisi juga banyak
menggunakan kata sifat. Adjektiva atau kata sifat adalah kata yang khusus menerangkan
kata benda. Contoh : Ia cantik sekali. (Kata ’cantik’ adalah KS sebab menerangkan KB
’ia’; tetapi kata ’sekali’ adalah K Ket karena menerangkan KS cantik).
Ciri Adjektiva atau Kata Sifat (KS)
a. Dapat diberi kata keterangan seperti ’agak, sangat, paling, atau sekali’.
Contoh : cantik ^ sangat cantik
b. Dapat membentuk konstruksi “se + KS diulang + -nya“
Contoh: cantik ^ secantik-cantiknya.

Selain menggunakan adjektiva, dalam teks eksposisi , seperti juga dalam teks
lainnya, juga dapat kita temukan perubahan jenis kata karena afiksasi (pengimbuhan).
Afiksasi atau pengimbuhan adalah proses pembentukan kata dengan cara pemberian
imbuhan baik berupa awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks) afiks gabung,
maupun konfiks.
Perhatikan contoh berikut.
kemasyarakatan perdamaian mempelajari

ke-an masyarakat per-an damai me-i pelajar per- ajar

Imbuhan ke-an pada kata kemasyarakatan merupakan konfiks karena dibentuk


dari kata dasar masyarakat yang mendapat imbuhan ke-an. (Dalam kenyataan
berbahasa Indonesia tidak ditemukan kata kemasyarakat atau masyarakatan). Begitu
juga dengan imbuhan per-an dan me-i pada kata perdamaian dan mempelajari.

Bandingkan dengan diagram pohon berikut.


memunguti membacakan pembacaan

memungut -i membaca -kan pembaca -an

me- pungut me- baca pe- baca


Imbuhan me-i pada kata memunguti bukan merupakan konfiks, tetapi afiks gabung
sebab dalam kenyataan berbahasa Indonesia ada kata memungut. Jadi, kata memunguti
dibentuk dari bentuk dasar memungut diberi akhiran –i. Awalan me- dan –i tidak
melekat bersama-sama pada kata dasar pungut. Begitu juga dengan imbuhan me-kan
pada kata membacakan dan pe-an pada kata pembacaan.

Ciri adjektiva sudah dibahas di bagian atas, berikut dibahas tentang nomina dan
verba.

Catatan lain:
1. Kata turunan/ kata bentukan hasil afiksasi (pengimbuhan).
2. Nomina atau kata benda.
Ciri kata benda (KB)
a. Bisa disangkal dengan kata ’bukan’
Contoh: meja ««« bukan meja
pengadilan ««« bukan pengadilan
kemerdekaan ««« bukan kemerdekaan.
b. Bisa membentuk konstruksi “KB + yang + KS“
Contoh: meja ««« meja yang kuat
pengadilan ««« pengadilan yang jujur
kemerdekaan ««« kemerdekaan yang benar.
3. Verba atau kata kerja
Ciri Kata Kerja
a. Bisa disangkal dengan kata ’tidak’
Contoh: tidur ««« tidak tidur
membaca ««« tidak membaca
bertapa ««« tidak bertapa.
b. Bisa membentuk konstruksi “KK + dengan + KS“
Contoh: tidur ««« tidur dengan nyenyak
Membaca ««« membaca dengan teliti
bertapa ««« bertapa dengan tekun

Dalam teks eksposisi banyak digunakan kalimat verba, yaitu kalimat


berpredikat verba. Kalimat lainnya, kalimat nomina, kalimat berpredikat nomina,
adjektiva, numeralia, atau adverbia, jarang digunakan dalam teks eksposisi.
Berdasarkan jenis predikatnya, ada dua jenis kalimat yaitu kalimat verba yakni kalimat
yang perdikatnya berwujud KK atau frasa benda, sedangkan kalimat nomina adalah
kalimat yang predikatnya selain kata kerja.
Berikut diuraikan tentang pembagian kalimat verba.
1. Kalimat aktif transitif (ekatransitif) harus mempunyai Objek. Contoh:
Ia membaca buku pelajaran.
S P O
2. Kalimat dwitransitif yaitu kalimat yang membutuhkan kehadiran obJek dan
pelengkap.
Contoh: Ibu menjahitkan adik saya baju baru.
S P O Pel
3. Kalimat semitransitif yaitu yang boleh diikuti obyek boleh juga tidak.
Contoh : Adik menulis atau Adik menulis cerita.
S P S P O
4. Kalimat aktif intransitf yaitu kalimat yang tidak menggunakan obyek.
Wujudnya bisa:
a. S-P : Adik tidur siang.
b. S-P-Pel (Pel wajib hadir) : Polisi bersenjatkan pistol.
c. S-P-Pel (Pel boleh ada, boleh tidak) : Ayah berdagang atau Ayah berdagang buah-
buahan.
5. Kalimat Pasif
Ada dua jenis Predikat kalimat pasif (1) KK berimbuhan ter-, ke-an, atau –di, dan
(2) pasif persona yaitu gabungan kata ganti dan kata kerja.
Contoh : Adik dimarahi ibu.
Buku ini aku pinjam (S= buku ini, P = aku pinjam). P-nya pasif persona.

Kalimat nominal berperdikat selain KK, berarti dapat berwujud KB/FB, KS/FS, Kbil/FBil,
atau F.Prep.
Contoh: Ibunya seorang guru (P= FB)
Adikku cantik sekali. (P = FS)
Kambingku lima ekor. (P = F.Bil.)
Ia di sana. (P= F.Prep.)
Kegiatan 3

Menentukan Gagasan Pokok dan Gagasan Penjelas dalam Teks Eksposisi


Pada setiap paragraf terdapat gagasan pokok selalu terdapat satu gagasan pokok yang
juga dikenal sebagai ide pokok. Ide pokok itulah yang menjadi kerangka pengembangan
sebuah paragraf.
Untuk menyusun sebuah teks eksposisi, dapat dimulai dengan mendata gagasan-
gagasan pokok yang sesuai dengan topik yang akan kita bahas. Selanjutnya, gagasan-
gagasan pokok tersebut dikembangkan dengan gagasan penjelas agar ide yang kita
sampaikan menjadi jelas bagi pendengar atau pembaca.
Contoh:
1. Bencana kabut asap merupakan bencana memilukan.
2. Kabut asap mengakibatkan terganggunya roda perekonomian karena banyak aktivits
pereknomian yang terganggu.
3. Aktivitas di perkantoran, pasar, sekolah, bahkan transportasi darat, laut, dan udara
semuanya terganggu.
4. Kabut asap juga memberikan dampak buruk bagi kesehatan, terutama bagi anak-anak.
5. Beberapa macam gangguan kesehatan yang dapat terjadi akibat terpapar kabut asap
adalah iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan, reaksi alergi, peradangan dan juga
infeksi.
Kalimat (1) dalam paragraf di atas merupakan gagasan pokok, sedangkan kalimat (2),
(3), (4), dan (5) merupakan gagasan penjelas.

Anda mungkin juga menyukai