Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KETERAMPILAN MENULIS
(PDGK4305)
MODUL 02

"KALIMAT EFEKTIF"

Dosen: UAH MASPUROH, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh

Kelompok 3
LILI SULASTRI NIM: 859526347
TAUFIK HASBULAH NIM: 859527331
IKHSAN SURYADI NIM: 859526458
TRIA TRILIYANI NIM: 859526551
ANISA ISNAENI NIM: 859526576

SEMESTER 7
UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ JAKARTA 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia
dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu
berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara
atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung
maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan
itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat
mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca
secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat,
pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah,
jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau
pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai.
Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa
maksud yang diucapkan atau yang dituliskan. Supaya kalimat yang
dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur
kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-
unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya,
unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan.
Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan
keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim,
1994:86).
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak
memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara

2
lain, mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis,
atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar mengerti
maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak
efektif. Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas
kalimat efektif dengan segala permasalahannya.

B. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
Apa saja unsur-unsur kalimat?
Apa ciri-ciri kalimat efektif?
Apa syarat yang mendasari kalimat efektif?
Bagaimana struktur kalimat efektif?

C. Tujuan
Untuk mengetahui yang dimaksud dengan kalimat efektif
Untuk mengetahui saja unsur-unsur kalimat
Untuk mengetahui ciri-ciri kalimat efektif
Untuk mengetahui syarat yang mendasari kalimat efektif
Untuk mengetahui struktur kalimat efektif

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kalimat Efektif

3
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh
pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran
kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada
pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang
dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga
pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan
lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.

B. Unsur-Unsur Kalimat Efektif


Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa
Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam
kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan
keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri
atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap,
dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau
wajib tidak hadir.
1. Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok
(benda), sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok
pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal),
klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai
berikut ini: Ayahku sedang melukis, Meja direktur besar, Yang berbaju
batik dosen saya, Berjalan kaki menyehatkan badan, dan Membangun
jalan layang sangat mahal.Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas
adalah Subjek.

2. Predikat (P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan
(tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau
benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan atau perbuatan
subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S.

4
termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah
sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata atau frasa,
sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia,
nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut:Kuda meringkik, Ibu
sedang tidur siang, Putrinya cantik jelita, Kota Jakarta dalam keadaan
aman, dan Kucingku belang tiga.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah Predikat.

3. Objek (O)
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada
umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di
belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib
hadirnya O.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya
dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang
dan ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.
a. Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)
Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.
b. Orang itu menipu adik saya (O)
Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.

4. Pelengkap (pel)
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi
P. letak Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti
itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama,
yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan
O terdapat perbedaan. Perhatikan contoh di bawah ini:
a. Ketua MPR membacakan Pancasila.
S P O
b. Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.
S P Pel

5
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh
nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a)
yang menempatkan Pancasila sebagai O.

5. Keterangan (ket)
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal
mengenai bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi
menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di
tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa
preporsisional, adverbia, atau klausa.

Ciri-ciri Kalimat Efektif


Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran
(gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini
diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran
yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di
bawah ini:
Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat
kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat
dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di,
dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, para,
dan sebagainya di depan subjek. Contohnya :
Para siswa dan mahasiswa berprestasi ini berasal dari keluarga miskin pemegang
kartu menuju sejahtera (KMS) 2013.(salah)
Siswa dan mahasiswa berprestasi ini berasal dari keluarga miskin dan pemegang
kartu menuju sejahtera (KMS) 2013.(benar)
Tidak terdapat subjek yang ganda
Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.(salah)
Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.(benar)

6
Kesejajaran
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu
menggunakan 2 kata kerja berimbuhan di-, bagian kata kerja yang
lainnya pun harus menggunakan di- pula. Contoh :
Dikatakan Edi, melalui beasiswa tersebut Pemkot Yogyakarta
memberikan kesempatan luas pada masyarakat untuk bersekolah
dengan membiayai yang tidak mampu dan kemudian memotivasi agar
berprestasi. (salah)
Edi mengatakan, melalui beasiswa tersebut Pemkot Yogyakarta
memberikan kesempatan luas pada masyarakat untuk bersekolah
dengan membiayai yang tidak mampu dan kemudian memotivasi agar
berprestasi.(benar)

Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan
penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang
perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada
penonjolan itu. Contoh :
Siswa berprestasi hendaknya bisa menjaga prestasinya ke jenjang yang
lebih tinggi.
Siswa dengan kecerdasan istimewa seyogyanya diberikan pembelajaran
akseleratif.
Kehematan
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu.
Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan
mengaburkan maksud kalimat. Contoh :
Dia sudah menunggumu sejak dari pagi untuk beasiswa tersebut. (salah)
Dia sudah menunggu dari pagi untuk beasiswa tersebut. (benar)

Kecermatan

7
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak
menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam pemilihan kata. Contoh :
mahasiswa berprestasi di Kota Yogyakarta memperoleh beasiswa dari
Pemkot setempat. (benar)
mahasiswa yang berprestasi di Kota Yogyakarta memperoleh beasiswa
dari Pemkot setempat. (salah)

Kelogisan
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-
unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh :
Sebagai sasaran sosialisasi di kelurahan adalah warga setempat sekaligus siswa kota
yang bersekolah di luar kota.(salah)
Sebagai bentuk sasaran sosialisasi di kelurahan adalah warga setempat sekaligus
siswa kota yang bersekolah di luar kota.(benar)

Syarat-syarat Kalimat Efektif


Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:
Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau
pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.

Struktur Kalimat Efektif


Struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki kesatuan
bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti. Kalimat
yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan sekaligus kesatuan arti.
Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau kacau, tidak menggambarkan
kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang salah.
Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsur
yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus menempati
posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus diurutkan
berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, aalagi

8
bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak
dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.

KEGIATAN BELAJAR 1
Pilihan Kata (Diksi)

Kegiatan menulis atau mengarang terdiri atas dua unsur. Pertama, berkaitan
dengan isi atau apa yang ditulis. Kedua, berhubungan dengan penyajian atau
bagaimana isi karangan itu dikemas dan disajikan melalui media bahasa tulis. Salah
satu penyajian itu berkenaan dengan pendayagunaan bahasa yang akan dipengaruhi
oleh ketetapan diksi atau pilihan kata, gramatika, dan gaya tutur penulis.

9
A. KONSEP DIKSI
Kata adalah simbol yang bermakna. Dalam sebuah kata terkandung unsur-unsur
sebagai berikut :
1. Makna, yang mengacu pada suatu konsep atau gagasan yang mewakili
lambang dari suatu benda, peristiwa, atau gejala.
2. Nilai rasa (emosi), yang berkaitan dengan cita rasa positif-negatif, santun-
kasar, gembira-sedih, dan suka-duka.
3. Bentuk, keselarasan bentuk kata (dasar atau berimbuhan) atau frase dengan
posisinya dalam sebuah wacana atau konteks.
Penggunaan kata dalam mengarang, tidak hanya berkaitan dengan makna yang
ingin disampaikan, tetapi juga berhubungan dengan ketepatan bentuk kata dengan
konteks, serta nilai rasa itu sendiri. Kekeliruan dalam memilih dan menggunakan
kata akan mengakibatkan gangguan bahkan ketidaksampaian pesan.
Hefferman dan Lincoln (1990) menyatakan bahwa tulisan yang baik tersusun
dari kata-kata yang serasi dengan persoalan yang dikemukakan serta tingkat
kemampuan pembacanya.
Keraf 91983) menyatakan bahwa persoalan pemilihan dan pendayagunaan kata
mengacu pada kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang
tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar seperti apa yang dipikirkan dan/atau
dirasakan penulis atau pembaca.
Pemilihan kata melibatkan 3 hal, yaitu :
1. Ketepatan, maksudnya kata-kata yang dipilih harus dapat menggambarkan
secara cermat apa yang ingin dikemukakan oleh penulis atau pembicara.
2. Kesesuaian, mkasudnya kata-kata yang digunakan harus serasi dengan
konteks tulisan dan keadaan pembacanya.
3. Kebenaran, artinya kata-kata yang digunakan mencerminkan ketaatasasan
terhadapa kaidah bahasa.
Sasaran akhir dari sebuah tulisan adalah pembaca, maka penulis harus
berupaya sedemikian rupa agar pesan yang disampaikannya dapat ditangkap oleh

10
pembaca. Penulis harus berupaya menyesuaikan dirinya dengan kemampuan rata-rata
pembacanya.
Keberhasilan seorang komunikator-penulis atau pembicara sangat dipengaruhi
oleh kemampuannya memahami keadaan pembaca serta merasakan ketersampaian
pesan yang dikemukakannya. Untuk melihat kesanggupan seperti itu, seorang penulis
memerlukan hal-hal sebagai berikut :
1. Memiliki kekayaan pembendaharaan kata yang memadai sehingga dapat
mengemukakan gagasan atau perasaannya dengan tepat, variatif, dan
menarik.
2. Memiliki kepekaan bahasa (intuisi atau rasa bahsa) atas nuansa makna setiap
kata serta dampaknya bagi pembaca.
Cara yang dapat ditempuh untuk memperoleh kemampuan seperti di atas, yaitu :
1. Menyimak berbagi tuturan dan membaca berbagai jenis tulisan sebanyak-
banyaknya.
2. Menggunkan kata-kata yag diperoleh dalam konteks berbahasa lisan atau tulis
yang sesuai.
3. Menggunakan ensiklopedi atau kamus sebagai alat bantu pengenalan dan
pemahaman kata atau istilah yang baru dikemukakan.

B. PANDUAN MEMILIH KATA


Dalam memilih dan menggunakan kata, penulis hendaknya memperlihatkan
hal-hal sebagai berikut :
1. Membedakan dengan cermat kata-kata denotatif dan konotatif.

Konotatif adalah makna kiasan atau bukan kata yang sebenarnya yang
berarti kata-kata itu mengandung tambahan makna berupa asosiasi atau
tautan pikiran atau perasaan tertentu.

Denotatif adalah makna yang sebenarnya yang berarti sebuah kata yang
memiliki arti apa adanya seperti yang sehari-hari kita gunakan. Biasanya
juga digunakan pada tulisan yang bermaksud mengemukakan suatu yang
informatif dan keilmuan.

11
2. Mencermati kata-kata yang bersinonim.

Seperti yang kita ketahui sinonim adalah persamaan antara kata. Jika suatu
kata saling bersinonim dapat dipastikan kata tersebut memiliki makna yang
sama. Arti dari sinonim juga tidak mutlak. Perbedaan nuansa makna yang
bersinonim itu pasti ada mungkin berkaitan dengan keumuman dan
kekhususan jangkauan maknanya, kandungan emosional yang terdapat di
dalamnya, serta distribusinya dalam konteks berbahasa.

3. Memperhatikan pergeseran atau perubahan makna kata yang terjadi

Makna suatu kata itu dapat berubah. Perubahan itu dapat disebabkan oleh
banyak hal diantaranya oleh kereaktifan pemakainya. Pergeseran makna
adalah bergesernya atas berubahnya suatu makna kata menjadi luas
(generalisasi) menyempit (spesialisasi) membaik (ameliorasi) memburuk
(peyorasi) pertukaran tanggapan (sinestesia) dan persamaan sifat (asosiasi).

Contohnya untuk kata pahit tidak hanya mengacu kepada rasa makanan atau
minuman saja yang dikecap oleh lidah tetapi juga kepada suatu hal
(perkataan perbuatan atau peristiwa) yang tidak nyaman dirasakan oleh
nurani atau. Contoh lainnya kata kemerdekaan. kata kemerdekaan biasanya
mengacu kepada kebebasan suatu kelompok masyarakat atau bangsa dari
cengkraman penjajah. Selain pengertian tersebut kata kemerdekaan pun
sering digunakan untuk mengacu kepada kebebasan berpikir dan berbuat
setiap anggota masyarakat dalam berbangsa dan bernegara atau rasa bebas
dari suatu persoalan yang dirasakan membelenggu.

4. Mencermati pemakaian kata-kata teknis dan populer.

Pengertian kata-kata teknis dan populer dibedakan berdasarkan frekuensi


dan lingkup pemakainya dalam lapisan masyarakat pemakai bahasa. Kata-
kata teknis biasanya digunakan pada suatu yang bersifat resmi seperti
diskusi ilmiah, makalah, laporan, dan surat dinas.

Jika yang kita tulis adalah masalah dinas atau keilmuan dan sasarannya
adalah kelompok khusus, maka penggunaan kata-kata teknis tidak akan

12
menjadi masalah. Sebaliknya, kalau tulisan itu menyangkut masalah umum
yang akan dikonsumsi oleh khalayak kebanyakan, maka kata-kata populer
lah yang lebih tepat digunakan. Bukan berarti dalam sajian populer kita
tidak boleh menggunakan kata-kata teknis, hanya saja proporsi
pemakaiannya diminimalkan agar pembaca tidak terlalu kesulitan untuk
memahaminya.

5. Mencermati penggunaan kata abstrak dan konkret.

Kata abstrak adalah kata yang maknanya mengacu kepada suatu yang tidak
dapat diserap oleh panca indra. Kata abstrak memiliki tujuan menjelaskan
suatu pikiran yang bersifat teknis dan khusus, seperti kata-kata yang
berkenan dengan perasaan seperti indah, baik sedih dan nyaman. Serta suatu
konsep atau gagasan seperti keadilan kemanusiaan dan kepahitan.
Pemaknaannya juga untuk setiap orang dapat berbeda-beda.

Kata konkret adalah kata yang maknanya merujuk pada suatu yang diserap
oleh panca indra seperti rumah orang pohon ayam dan buku. Karena kata
konkret adalah untuk menggambarkan atau menyajikan gambaran yang
hidup kepada para pembaca. Kata-kata konkret akan lebih efektif untuk
menceritakan atau mendeskripsikan suatu karena dapat merangsang panca
indra menimbulkan gambaran nyata. Sebaliknya kata-kata abstrak akan
efektif untuk penyampaian suatu yang bersifat konseptual dan gagasan yang
rumit. Dalam sebuah karangan yang dipenuhi kata abstrak dapat menjadi
samar kaku dan tidak mudah dipahami.

6. Memperhatikan kata-kata umum dan khusus.

Perbedaan di antara keduanya didasarkan atas ruang lingkup semantik. kata


umum tidak merujuk pada suatu objek atau benda tertentu tetapi pada
kumpulan benda atau objek dengan ciri-ciri yang serupa,

Kata khusus adalah kata yang merujuk pada suatu objek atau benda.
Misalnya unggas adalah kata umum, sedangkan ayam, burung, bebek, dan
angsa adalah kata khusus. Kata burung misalnya lebih khusus daripada kata

13
unggas, kata burung juga lebih umum daripada kata merpati, beo,
cucakrawa, dan cendrawasih.

Jadi, kata umum bisa mengacu pada beberapa (objek) kata khusus,
sedangkan kata khusus hanya untuk satu objek saja. Semakin umum suatu
kata semakin banyak pula kemungkinan penafsirannya. Sebaliknya semakin
khusus suatu kata semakin terarah pula pemaknaannya. Meskipun demikian
tidak berarti kita harus selalu menggunakan kata khusus dan tidak boleh
menggunakan kata-kata umum dalam tulisan atau sebaliknya.

7. Menggunakan kata dengan hemat.

Maksud dari menggunakan kata dengan hemat ini berarti penggunaan kata-
kata yang tidak diperlukan yang jika dihilangkan tidak mempengaruhi arti
atau maksud kalimat, harus dihindari. Ungkapan pun akan lebih ringkas
tetapi sarat dengan dan informasi. Bagi pembaca sendiri kehematan kata
akan membantunya mempermudah menangkap pesan yang disampaikan
penulis.

8. Mewaspadai penggunaan kata-kata yang belum umum dipakai

Ketika menulis, penulis sering dihadapkan pada keinginan untuk


memvariasikan kata yang digunakan. Penulis pun kadang-kadang tidak
mengetahui padanan kata yang tepat dan populer untuk kata yang digunakan
yang berasal dari bahasa daerah, kata dalam bahasa Indonesia yang belum
populer, kata bersumber dari bahasa asing atau hasil terjemahan sendiri dari
kata asing atau daerah. Sementara itu kalau dipaksakan memakai kata-kata
seperti itu, dikhawatirkan pembaca akan bingung yang pada akhirnya akan
mengganggu pemahaman mereka atas tulisan yang dibuat.

9. Mencermati penggunaan kata baku dan tidak baku.

Biasanya kata baku digunakan dalam kegiatan atau hal-hal yang resmi. Kata
baku juga digunakan dalam tulisan kita sesuai dengan masalah yang
dibahas, jenis tulisan, serta pembacanya. Misalnya surat-surat atau tulisan
pribadi, boleh saja kita menggunakan kata-kata yang tidak baku. Tetapi

14
untuk tulisan formal seperti surat dinas, makalah, artikel, laporan dan
dokumen, pemakaian kata-kata tidak baku seharusnya dihindari.

Sedangkan kata tidak baku adalah kata yang sesuai penulisannya tidak
sesuai pedoman bahasa Indonesia. Kata tidak baku jika untuk sebuah tulisan
dinas atau ilmiah itu mencerminkan kekurang cermatan penulisnya.
Kalaupun memang dibutuhkan atau terpaksa harus digunakan, hendaknya
ditulis dengan huruf miring atau di garis bawahi.

10. Menggunakan majas secara cermat.

Menurut Moeliono, 1989:175, majas digunakan untuk mengkongretkan dan


menghidupkan sebuah tulisan sehingga tulisan tersebut tidak bersifat
monoton dan lebih variasi.

15
16
KEGIATAN BELAJAR 2
Pengembangan Kalimat Efektif

Kalimat sebagai alat pengekspresian ide, gagasan, dan perasaan harus memiliki
kekuatan untuk memerikan, menjelaskan, menginformasikan, mempengaruhi, dan
meyakinkan orang lain. Untuk menghasilkan kalimat seperti itu, diperlukan
kesanggupan memilih dan menggunakan kata dan kaidah bahasa secara tepat, dan
meracik kata dan kalimat sehingga menimbulkn daya tarik.

A. PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF


Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu mewakili gagasan, pikiran, dan
perasaan penulis sehingga dapat dipahami dengan tepat oleh pembaca seperti yang
dipikirkan dan dirasakan penulisnya.

B. MEMBANGUN KALIMAT EFEKTIF


Kalimat efektif dibangun oleh dua hal, yaitu :
1. Kepaduan
Kepaduan adalah keterkaitan antarberbagai unsur kalimat yang
membentuk satu kesatuan bentuk dan arti. Kepaduan kalimat dibangun oleh
kelogisan, kehematan, dan kesejajaran.
a. Kelogisan
Kelogisan berhubungan denagn dua hal, yaitu ketepatan penggunaan
kaidah bahasa, kesesuaian diksi, dan keselarasan hubungan antarunsur
bahasa itu sendiri.
b. Kehematan
Kehematan berkaitan dengan efisiensi penggunaan unsur bahasa dalam
mengungkapkan pikiran dan perasaan penulis. Penulsi menghindarkan
dari penggunaaan unsur bahasa yang berlebihan dan tidak diperlukan
(kata, frsae, atau klausa).
c. Kesejajaran

17
Kesejajaran bertalian dengan penggunaan unsur-unsur bahasa (kata atau
frase) yang mencerminkan kesamaan/keserupaan jenisa dan bentuk
untuk mengungkapkan sesuatu bersifat serial atau sederajat.

2. Kevariasian
Kevariasian diperlukan umtuk menjaga selera pembaca dan
menghindarkannya dari kebosanan. Kevariasian unsur kalimat dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Diantaranya penggunaan berbagai pola kalimat, jenis
atau bentuk kalimat, dan diksi, kelompok kata, atau bahkan kalusa.Penggunaan
variasi dalam kalimat juga dapat menimbulkan efek tertentu, seperti penekanan
(emphasizing) bagian kalimat yang ditonjolkan dalam kalimat. Penekanan
untuk menarik pembaca akan bagian informais tertentu yang ingin
dikemukakan penulis.

18
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu mewakili gagasan, pikiran,
dan perasaan penulis sehingga dapat dipahami dengan tepat oleh pembaca
seperti yang dipikirkan dan dirasakan penulis. Kalimat tersebut dibangun dengan
dua prinsip yaitu kepaian dan kevariasian. Kepaduan merujuk pada kesanggupan
unsur-unsur kalimat dalam membentjuk satu kesatuanbentuk dan makna, yang
diwujudkan pada kelogisan, kehematan dan kesejajaran. Kevariasian mengacu
pada penggunaan berbagai unsur bahasa yang bermacam-macam dalam menulis.

Unsur-unsur dalam kalimat meliputi : subjek (S), prediket (P), objek (O),
pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket).

Ciri-ciri kalimat efektif yaitu : Kesepadanan, keparalelan, ketegasan,


kehematan, kecermatan, kepaduan, kelogisan.

Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:

Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.

Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran


pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.

Struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki


kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan
arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan
sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau kacau,
tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang
salah.

19
B. Saran
Sebagai mahasiswa sebaiknya lebih memahami dengan seksama dan benar
tentang bagaimana menulis kalimat yang efektif agar dalam proses kegiatan
menulis tidak terjadinya kesulitan dan mendapat hasil yang mudah di pahami
pembaca dan memuaskan untuk diri sendiri.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Lukman dkk. 1991. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia Baku. Bandung: Pustaka Prima.
Finoza, Lamuddin. 2002. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia
Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia.
http:////Pengertian, Ciri, dan Penggunaan Kalimat Efektif.html
http://dayintapinasthika.wordpress.com/2013/01/02/contoh-kalimat-efektif-dan-
kalimat-tidak-efektif/
http://arifharypurnomo.blogspot.com/2013/10/kalimat-efektif-ciri-ciri-dan-
contoh.html

21

Anda mungkin juga menyukai