KALIMAT
A. Standar Kompetensi
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan taruna mampu memahami kalimat dengan
benar .
B. Kompetensi Dasar
Mampu mengungkapkan gagasan, informasi, pesan, baik lisan maupun tertulis dengan
baik dan benar
C. Indikator
1. mampu menjelaskan pengertian kalimat
2. mampu menjelaskan ciri-ciri kalimat efektif
3. mampu menjelaskan syarat-syarat kelimat efektif
4. mampu menerapkan prinsip-prinsip kalimat efektif.
D. Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa yang bersisi suatu “pikiran” atau “amanat” yang lengkap.
Lengkap berarti didalam satuan bahasa yang disebut kalimat itu terdapat:
1. Unsur atau bagian yang menjadi pokok pembicaraan, lazim disebut dengan istilah
subyek (S). Misalnya kata adik dalam kalimat “ Adik membaca buku”.
Yang biasa menjadi subjek adalah kata benda seperti contoh diatas, atau frase
benda seperti contoh berikut. Majalah mingguan itu terbit di Jakarta.
2. Unsur atau bagian yang menjadi “komentar” tentang subyek, yang lazim disebut
dengan istilah predikat (P). Misalnya kata membaca dalam kalimat “ Adik membaca
buku”
Yang biasa menjadi predikat adalah kata kerja seperti contoh di atas, tetapi dapat
juga frase kerja, kata sifat, atau frase sifat, seperti contoh-contoh berikut :
3. Unsur atau bagian yang merupakan pelengkap dari predikat, yang lazim disebut
dengan istilah obyek (O). Misalnya kata buku dalam kalimat “Adik membaca buku”
Yang biasa menjadi obyek adalah kata benda seperti contoh di atas, tetapi dapat
juga frase benda, seperti contoh berikut . Adik membaca buku sejarah.
Unsur atau bagian yang merupakan “penjelasan” lebih lanjut terhadap predikat dan
subyek, yang lazim disebut dengan istilah keterangan (K). Misalnya frase di
perpusta kaan dalam kalimat “ Adik membaca buku di perpustakaan “
Unsur keterangan ini dapat memberi penjelasan tentang tempat seperti contoh di
atas tetapi dapat juga memberi berbagai penjelasan lain seperti tentang waktu,
sebab, akibat, syarat, alat dan sebagainya.
Subyek dan predikat merupakan unsur yang harus ada di dalam setiap kalimat,
sedang kan unsur obyek dan keterangan tidak harus selalu ada. Kalau unsur
obyek dan unsur keterangan tidak ada di dalam sebuah kalimat, maka kalimat itu
masih tetap merupakan kalimat yang sempurna atau kalimat yang lengkap. Tetapi
kalau unsur subyek atau unsur predikatnya yang tidak ada, maka kalimat tersebut
dianggap sebagai kalimat yang tidak lengkap.
Selain unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan setiap kalimat harus pula
dilengkapi dengan unsur intonasi. Di dalam bahasa tullis intonasi kalimat ini
dilambang dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!).
Tanda baca titik digunakan pada akhir sebuah kalimat yang berisi pernyataan atau
berita. Misalnya : Presiden meresmikan pabrik kayu lapis di Ambon.
Tanda baca tanya (?) digunakan pada akhir kalimat yang berisi pertanyaan.
Misalnya : Siapa nama adikmu itu ?
Kalau suatu satuan bahasa yang berisi unsur sebjek dan predikat, baik disertai
unsur objek atau keterangan atau tidak dan tidak disertai dengan intonasi kalimat,
maka satuan tersebut belum dapat disebut sebuah kalimat, melainkan baru
merupakan sebuah klausa.
E. Kalimat sederhana
Menurut strukturnya (adanya subjek, predikat, objek, dan keterangan) sebuah kalimat
sederhana dalam bahasa Indonesia memiliki pola
Dua buah klausa/kalimat atau lebih dapat digabungkan menjadi sebuah kalimat luas
rapatan dengan cara “merapatkan” bagian atau unsur kalimat yang sama.
a) Rapatan Subjek
1) Ayah makan nasi goreng
2) Ayah minum teh botol,..................dirapatkan menjadi :
Ayah makan nasi goreng dan minum teh botol, atau
Ayah makan nasi goreng lalu minum teh botol, dan dapat juga menjadi..
Ayah makan nasi goreng sebelum minum teh botol.
b) Rapatan Predikat
1) Nenek minum kopi susu
2) Ibu minum teh botol,.....................dirapatkan menjadi :
Nenek minum kopi susu sedangkan ibu teh botol, atau
Nenek menum kopi susu padahal ibu teh botol, dapat juga menjadi...
Nenek minum kopi susu dan ibu teh botol.
c) Rapatan Objek
1) Kakak menangkap ayam itu
2) Ayah menyembelih ayam itu,.........dirapatkan menjadi :
Kakak menangkap ayam itu dan ayah menyembelihnya, atau
Kakak menangkap ayam itu sedangkan ayah menyembelihnya, atau dapat
juga, Kakak menangkap ayam itu lalu ayah menyembelihnya
Kalimat luas setara dibentuk dari dua buah klausa atau lebih yang digabungkan
Contoh :
1. Selat Sunda terletak antara Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa dan Selat Bali
antara Pulau Bali dengan Pulau Jawa
2. Kami belajar di perpustakaan, mereka bermain di halaman, dan guru-guru
mengadakan rapat di kantor.
3. Adik belajar bahasa Inggris, Ida bahasa Perancis, dan Siti bahasa Jerman.
Kalimat luas bertingkat dibentuk dari dua buah klausa yang digabungkan menjadi satu.
Biasanya dengan bantuan kata penghubung sebab, kalau, meskipun, dan sebagainya.
Contoh :
1. Harga jual barang-barang ini terpaksa dinaikkan sebab biaya produksi dan ongkos
kerja juga naik.
2. Copet itu dipukuli orang ramai-ramai sampai mukanya babak belur.
3. Saya akan hadir kalau diundang
4. Gajah bukanlah binatang buas yang suka menyerang asal mereka tidak diganggu.
5. Kamu harus belajar baik-baik supaya hidupmu kelak menjadi enak.
H. Kalimat Elips
Kalimat elips adalah kalimat yang dibentuk dari sebuah klausa yang tidak lengkap.
Klausa dalam kalimat elips ini mungkin tidak bersubjek, mungkin tidak berpredikat, dan
mungkin juga tidak bersubjek dan berpredikat, yang ada hanya keterangan saja.
Kalimat elips ini bisa terjadi kalau situasi atau konteks penuturan itu secara keseluruhan
sudah diketahui oleh orang-orang yang terlibat dalam penutruan itu. Misalnya dalam
tanya jawab, atau dalam diskusi.
Contoh
1. Berangkatlah !
2. Bacalah !
3. Coba, sini kesini dahulu!
4. Adik ?
I. Kalimat Efektif
Jadi, kalimat efektif merupakan kalimat yang dapat mengungkapkan maksud penutur
atau penulis secara tepat sehingga maksud itu dapat dipahami oleh pendengar atau
pembaca secara tepat pula (Finoza,2010 :172).
Pilihan kata ( diksi ) turut mendukung kalimat efektif. Untuk menyusun kalimat efektif
harus dipilih kata-kata yang ( tepat ), ( seksama/sesuai ), dan lazim.
1. Dalam hal ini dapat ( dibilang, dikatakan ) bahwa Matematika adalah pelajaran yang
sulit.
2. Adik sudah ( dikasih, diberi ) kue ( sama, oleh ) ibu.
3. Saya suka ( menonton, memandang) layar tancap.
4. Idul Fitri adalah hari ( raya, besar, agung ) umat Islam.
5. Pelatihan itu sangat bermanfaat ( untuk, bagi, guna, buat ) guru Bahasa Indonesia.
L. Penalaran
Menguasai kaidah bahasa dan pilihan kata ( diksi ) belum menentukan kalimat efektif.
Keefektifan kalimat didukung pula oleh jalan pikiran yang logis.
Menurut Arifin ( 2008:97 ) sebuah kalimat tergolong efektif jika sedikitnya memenuhi
tujuh syarat kalimat efektif, yaitu : 1) kesepadanan struktur, 2) kesejajaran/keparalelan
3) ketegasan, 4) kehematan, 5) kepaduan, dan 6) kelogisan.
M. Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan adalah keseimbangan atara pikiran atau gagasan
dengan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh
kesatuan gagasan dan kesatuan pikiran. Kalimat harus memiliki subyek dan predikat
yang jelas. Ketidakjelasan subyek dan predikat dalam kalimat dapat menjadikan kalimat
itu tidak efektif.
Kejelasan subyek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan jalan
menghindari pemakaian preposisi/kata depan seperti di, dalam, bagi, untuk, dan
pada di depan subyek.
- Bagi mahasiswa yang akan mengikuti ujian akhir hendaknya sudah melunasi semua
biaya perkuliahan.
- Untuk semua pengendara kendaraan bermotor wajib mengenakan helm.
Kedua kalimat tersebut tidak efektif karena terdapat ketidakjelasan unsur subyek yang
didahului preposisi bagi dan untuk. Agar kalimat tersebut efektif unsur preposisi di
depan subyek dihilangkan.
N. Keparalelan/kesejajaran.
Yang dimaksud dengan keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata
yang digunakan dalam sebuah kalimat. Perhatikan contoh-contoh berikut :
O. Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan adalah memberi penekanan pada ide pokok kalimat.
Kalimat efektif adalah kalimat yang ide pokoknya menonjol.
P. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, ungkapan, atau
frasa yang dipandang tidak perlu. Kehematan bukan berarti harus menghilangkan kata-
kata, ungkapan, atau frasa yang dapat memperjelas kalimat.
Kalimat tersebut dapat diperbaiki dengan menghilangkan unsur kata yang sama.
Keempat contoh kalimat tersebut di atas tidak efektif, karena tiap-tiap kalimat ada
bentuk pengulangan pada kata-kata yang bermakna jamak, yaitu beberapa, daftar,
para, sekelompok.
Q. Kecermatan
Kecermatan kalimat efektif adalah cermat dan tepat dalam memilih kata sehingga
kalimat yang dihasilkan tidak rancu dan bermakna ganda (ambigu ).
Kepaduan adalah kepaduan pernyataan dalam sebuah kalimat sehingga informasi yang
disampaikan tidak terpecah.
S. Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan dalam kalimat efektif adalah ide kalimat dapat
diterima oleh akal dan sesuai kaidah EYD.
Contoh : Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan, selesailah proposal ini tepat
pada waktunya.
Puji syukur kepada Tuhan karena proposal ini selesai tepat pada waktunya