Anda di halaman 1dari 44

Membaca Nonsastra

Memaknai Istilah/Kata

Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna
konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.
(https://kbbi.web.id/istilah)

Makna kata atau istilah yang sering muncul dalam soal UN adalah makna kata leksikal.
Makna kata leksikal merupakan makna yang terdapat pada kata dasarnya tanpa bergabung
dengan bentuk lain. Makna leksikal dapat dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Makna kata atau istilah yang sering muncul dalam soal UN adalah makna kata leksikal.
Makna kata leksikal merupakan makna yang terdapat pada kata dasarnya tanpa bergabung
dengan bentuk lain. Makna leksikal dapat dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.

(SOAL UN 2016/2017)

Kunci Jawaban: C

Pembahasan:

Untuk menentukan makna suatu istilah dapat dicari pada Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Arti istilah sinkreitisme adalah sebagai berikut.

Mengidentifikasi Informasi Tersurat Pada Teks Nonsasta


Bacaan atau paragraf memuat informasi tersurat dan tersirat. Informasi tersurat adalah
informasi yang tertulis secara jelas dalam bacaan. Informasi tersirat adalah informasi yang
tidak tertulis secara jelas/tersembunyi.
Pokok-pokok informasi terangkum dalam rumus 5W + 1H. Dalam bahasa Indonesia, pokok-
pokok informasi itu dapat pula disingkat dengan ADIKSIMBA (Apa, DI mana, SIapa,
Mengapa, BAgaimana) .

a.                   Apa (what) peristiwanya?


Jawaban sesuatu/perihal peristiwa dalam bacaan
b.                  Siapa (who) yang mengalami peristiwa itu?
Jawaban: Pihak (subjek) yang diinformasikan
c.                   Di mana (where) terjadinya peristiwa itu?
Jawaban: tempat terjadinya peristiwa
d.                  Kapan (when) terjadinya peristiwa itu?
Jawaban: Waktu terjadinya peristiwa
e.                   Mengapa (why) peristiwa itu terjadi?
Jawaban: alasan/penyebab terjadinya peristiwa
f.                   Bagaimana (how) proses peristiwanya?
Jawaban: proses terjadinya peristiwa

Cara menjawab
Untuk menentukan jawaban pertanyaan terhadap isi bacaan kita harus memahami pertanyaan
dan mencari jawaban yang sesuai dengan pertanyaan pada bacaan atau paragraf. 
Isi pertanyaan nomor 4 menanyakan apa manfaat (unsur what). Jawaban pertanyaan tersebut
adalah sorgum dapat menjadi pengganti padi. Jawaban tersebut sesuai dengan kalimat nomor
2 .

Menentukan Ide Pokok (membaca nonsastra)

Ide pokok merupakan ide atau gagasan yang membangun suatu bacaan. Dalam ide pokok
terdapat masalah utama yang dibahas dalam suatu paragraf. Melalui ide pokok akan
tergambar intisari dari bacaan yang diberikan.

Langkah – Langkah Menentukan Ide Pokok


Cara menentukan ide pokok bacaan akan mudah untuk dengan mengikuti langkah – langkah
menentukan ide pokok. Ada beberapa langkah yang dapat digunakan untuk menentukan ide
pokok bacaan. Berikut ini adalah langkah – langkah yang dapat digunakan untuk menentukan
ide pokok.

Langkah – langkah menemukan ide pokok dalam suatu bacaan:

1. Membaca teks bacaan dengan seksama, intensif, dan cermat isi paragraf.
2. Mencari kalimat utama dari bacaan yang diberikan.
3. Mengubah kalimat utama tersebut menjadi kalimat yang lebih kompleks.
4. Tandai informasi penting yang sesuai dengan bahasan pada kalimat utama pada
bacaan.
5. Baca kembali bacaan dengan teliti sampai kamu menemukan ide pokok bacaan.

Ciri – Ciri Ide Pokok

Ide pokok dapat dikenali melalui ciri – ciri ide pokok. Dengan menggunakan ciri – ciri ide
pokok dari suatu bacaan juga akan memudahkan sobat idschool dalam menentukan ide pokok
bacaan. Sehingga, mengetahui ciri – ciri ide pokok bacaan akan membantu dalam
mengetahui cara menentukan ide pokok bacaan.
Ciri-ciri Ide Pokok:
1. Kalimat berupa pikiran utama atau gagasan utama.
2. Mengandung pokok persoalan atau inti persoalan.
3. Dinyatakan secara eksplisit dalam kalimat utama atau kalimat topik.
4. Ide pokok dituangkan dalam satu kalimat dan kalimat tersebut disebut juga kalimat
utama.
5. Biasanya kalimat utama dapat diidentifikasi dengan mudah
 

Letak ide pokok dapat berada di awal paragraf (deduktif), di akhir paragraf (induktif), awal
dan akhir paragraf (deduktif – induktif), dan menyebar di seluruh kalimat (paragraf narasi dan
deskripsi). 

Menentukan Kalimat Utama dan Kalimat Penjelas

- Kalimat Utama

Kalimat utama adalah kalimat yang berisi pokok pikiran utama atau ide pokok utama dan
menjadi dasar untuk mengembangkan paragraf. Kalimat utama biasanya bersifat umum dan
memuat keseluruhan isi dalam suatu paragraf.
Kalimat utama tidak selalu berada di awal paragraf karena gagasan utama bisa berada di
akhir, atau ditengah, dan terkadang juga muncul bersamaan di awal dan akhir paragraf.
Kalimat utama disebut juga kalimat topik, hal itulah yang menyebabkan kalimat utama
menjadi acuan pengembangan paragraf.

Beberapa ciri kalimat utama adalah :


 Kalimat utama dapat berdiri sendiri dan memiliki arti yang jelas, sehingga tidak
dibutuhkan konjungsi, baik antar kalimat maupun intra kalimat
 Kalimat utama biasanya ada di awal paragraf (deduktif). Namun, terkadang berada di
akhir paragraf (induktif). Kalimat utama yang berada di akhir paragraf biasanya didahului
dengan kata “jadi” dan “dengan demikian”
 Kalimat utama berisi suatu permasalahan yang dapat dikembangkan secara rinci
 Kalimat utama merupakan pernyataan yang bersifat umum, dan bisa dikembangkan

Contoh Kalimat Utama

 Gagasan utama : “Rika rajin”


 Kalimat utamanya : Rika adalah anak yang rajin
 Kalimat penjelas :
o Dia selalu bangun pagi setiap harinya
o Biasanya Ia sering membantu Ibunya memasak sebelum berangkat ke kampus
o Bahkan terkadang dia ikut berjualan di warung ibunya saat ada jam kosong di
kampusnya

Paragrafnya akan terlihat seperti :

Rika adalah anak yang rajin. Dia selalu bangun pagi setiap harinya. Biasanya ia sering
membantu ibunya memasak sebelum berangkat ke kampus. Bahkan terkadang dia ikut
berjualan di warung ibunya saat ada jam kosong di kampusnya.

- Kalimat Penjelas

Kalimat penjelas adalah uraian mengenai kalimat yang berisi penjelasan atau rincian kalimat
utama dalam suatu paragraf. Kalimat penjelas biasanya bersifat khusus, sehingga kalimat
tersebut harus menjelaskan secara detil mengenai apa yang sedang menjadi topik.

Beberapa ciri kalimat penjelas diantaranya adalah :

 Merupakan pendukung gagasan pokok/kalimat utama


 Kalimat tidak otonom
 Mendeskripsikan atau menjelaskan topik
 Memerlukan penghubung (bahkan, misalnya, contohnya) untuk tercapai koherensi
(keterkaitan antar kalimat)

Menentukan Inti Kalimat

Inti kalimat adalah unsur-unsur inti dalam kalimat. Unsur-unsur tersebut wajib ada dan hadir
dalam sebuah struktur kalimat. Sebuah kalimat harus memiliki unsur subjek (S) dan predikat
(P). Jadi, inti kalimat adalah subjek dan predikat.

Contoh:
 Adik menangis. (SP)
 Ibu memasak. (SP)
 Kayla bernyanyi. (SP)
Inti kalimat boleh ditambahi unsur objek (O) atau pelengkap (Pel). Kehadiran unsur O pada
kalimat aktif transitif dan pelengkap  bergantung pada jenis kata yang menempati P.

Contoh:
 Ayah menghadiri pernikahan. (SPO)
 Rini membeli baju. (SPO)
 Daerah kutub bersuhu rendah. (SPPel)
 Mukanya terpenuhi jerawat. (SPPel)
 Pencuri tertangkap warga. (SPPel)
Unsur keterangan (K) tidak termasuk ke dalam unsur inti kalimat.

Contoh dan Cara Menetukan Inti Kalimat

1. Kalimat "Teguh menganalisis kalimat di kamar " Inti kalimat: Teguh menganalisis


kalimat. (K boleh dihilangkan karena K bukanlah unsur inti kalimat)
2. Kalimat "Hari ini Asih pergi ke SMA N 1 Boyolali." (KSPK) Inti kalimat : Asih
pergi karena Asih(S), pergi (P), sedangkan hari ini (K waktu) dan ke SMA N 1 Boyolali
(K tempat) tidak termasuk unsur inti. 

Makna Rujukan

Kata rujukan benda atau sesuatu hal merupakan kata ganti yang digunakan untuk merujuk
kepada benda atau hal yang dianggap seperti sebuah benda. Kata rujukan yang digunakan
untuk merujuk kepada benda atau sesuatu hal terdiri dari kata ini, itu, dan tersebut. Berikut
contoh kalimatnya:

1. Kemarin Serenata membaca novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata,


novel ini merupakan salah satu novel terbaik yang pernah dibuat film. (Kata ‘ini’
dalam kalimat tersebut mengacu atau menjadi kata rujukan pada novel berjudul
‘Laskar Pelangi’ yang disebutkan pada kalimat sebelumnya).
2. Salah satu cara untuk mencegah banjir ialah dengan tidak membuang sampah
sembarangan. Namun, banyak orang yang masih tidak menyadari hal itu. (Kata ‘itu’
di akhir kalimat merujuk kepada perilaku ‘tidak membuang sampah sembarangan’
dari kalimat sebelumnya).
3. Dimas baru saja membeli ponsel baru merek Xiaomi. Ponsel itu dibeli dari hasil
keringatnya sendiri dengan berjualan nasi uduk di sekolah. (Kata ‘itu’ merujuk kepada
‘ponsel baru merek Xiaomi’ yang dibeli oleh Dimas).
4. Banyak mengonsumsi air putih sangat baik untuk kesehatan. Sayangnya, banyak
orang yang tidak menyadari hal tersebut. (Kata ‘tersebut’ di akhir kalimat merujuk
kepada kalimat sebelumnya, yakni ‘banyak mengkonsumsi air putih sangat baik untuk
kesehatan’).

Kata rujukan kedua ialah kata rujukan orang atau yang diperlakukan seperti orang. Kata
rujukan tersebut merupakan kata ganti atau rujukan untuk orang atau sesuatu yang
diperlakukan atau dianggap seperti orang. Kata rujukan macam ini terdiri dari dia, ia,
mereka, beliau, dan lain sebagainya. Berikut contoh kalimatnya:

1. Rosa merupakan anak yang pintar. Ia selalu mendapatkan ranking pertama di kelas.


(Kata ‘ia’ merujuk pada Rosa).
2. Setiap siswa pasti memiliki kenangan lucu bersama Pak Yudi.
Sebab, beliau merupakan salah satu guru yang suka melawak di kelas. (Kata ‘beliau’
merujuk kepada ‘Pak Yudi’ dari kalimat sebelumnya).
3. Anies Baswedan merupakan Gubernur DKI Jakarta terpilih dari hasil Pilkada DKI
Jakarta 2017. Beliau dulu pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan. (Kata ‘beliau’ mengacu kepada Anies Baswedan’).
4. Andi merupakan salah satu atlet bola terbaik di sekolahku. Dia bisa memiliki kualitas
permainan yang sangat baik lantaran selalu rajin berlatih selepas jam sekolah. (Kata
‘dia’ merujuk kepada ‘Andi’ dari kalimat sebelumnya).
5. Ketika ulangan Bahasa Indonesia tadi, Iman ketahuan mencontek di kelas. Untung
saja, dia masih diberi kesempatan untuk ulangan susulan minggu depannya. (Kata
‘dia’ merujuk kepada ‘Iman’ yang disebutkan pada kalimat sebelumnya).

Dan, kata rujukan ketiga ialah kata rujukan tempat. Secara sederhana, kata rujukan tempat
merupakan kata ganti atau acuan kepada suatu tempat. Beberapa kata yang kerap digunakan
sebagai kata rujukan tempat ialah di sini, di situ, di sana, dan lain sebagainya. Berikut contoh
kata rujukan tempat:

1. Aku tinggal di Jalan Danau Limboto No 20. Di sana aku tinggal bersama orang tua
dan kedua adik laki-lakiku. (Kata ‘di sana’ mengacu kepada alamat tinggal ‘Jalan
Danau Limboto No 20’ dari kalimat sebelumnya).
2. Jakarta merupakan Ibukota Republik Indonesia. Di sana terdapat bangunan Monumen
Nasional (Monas) yang menjadi simbol kenegaraan Indonesia. (Kata ‘di sana’
mengacu kepada kota ‘Jakarta’ yang disebutkan pada kalimat sebelumnya).
3. Stadion Gelora Bung Karno (GBK) sudah sangat ramai disesaki oleh pendukung tim
nasional Indonesia. Sebab, di sini nanti akan diadakan laga persahabatan Indonesia
melawan Thailand. (Kata ‘di sini’ mengacu kepada ‘Stadion GBK’ yang disebutkan di
kalimat sebelumnya).
4. Selepas kuliah nanti, aku ingin bekerja di Papua. Di sana aku akan mengabdikan diri
untuk masyarakat. (Kata ‘di sana’ mengacu kepada tempat ‘Papua’ yang disebutkan
pada kalimat sebelumnya).
5. Warung Pak Juned cukup terkenal dengan kelengkapan barang yang dijualnya. Kamu
bahkan bisa mendapatkan gulungan kabel di situ. (Kata ‘di situ’ mengacu kepada
‘Warung Pak Juned’).

Menyimpulkan Informasi Tersirat


Menggali informasi tersirat artinya upaya mencari dan menemukan informasi yang tidak
tertulis secara jelas/tersembunyi. Untuk menemukan informasi tersirat dapat dilakukan
dengan menghubung-hubungkan data atau informasi dalam teks yang dikenal dengan istilah
menyimpulkan isi teks atau membuat simpulan teks.

Kalimat simpulan adalah kalimat yang berisi opini atau pendapat akhir atas data-data yang
ada dalam teks. Rumusan kalimat simpulan bukan berupa salah satu kalimat dalam teks.

Langkah-langkah menyusun kalimat simpulan paragraf

1.      Identifikasilah hal-hal penting dalam teks.

2.      Buatlah opini atau pendapat yang mencakupi keseluruhan hal penting tersebut.

Mengidentifikasi kalimat simpulan paragraf

1.        Perhatikan ciri khusus kalimat simpulan dalam paragraf misalnya kata jadi, oleh karena
itu, dengan demikian, dan sebagainya

3. Perhatikan isi kalimat/pernyataan. Kalimat simpulan berisi opini atau pendapat akhir
yang meliputi keseluruhan isi paragraph. 

Membuktikan Bukti SImpulan

Simpulan adalah sesuatu yang disimpulkan atau pendapat terakhir berdasarkan uraian
sebelumnya. Menunjukkan bukti simpulan artinya menunjukkan kalimat/pernyataan yang
mendukung atau kalimat/pernyataan yang menjadi dasar penarikan simpulan.
Tips menunjukkan bukti simpulan yang tepat
1. Pahami isi simpulan dengan tepat.
2. Perhatikan kalimat/pernyataan yang berisi uraian sebelum kalimat simpulan. Dapat juga
uraian atau pendukung setelah simpulan.
3. Cari dan tentukan kalimat/pernyataan yang mendukung simpulan yang isinya berkaitan.

Mengomentari Isi Teks

Mengomentari  adalah  memberikan  ulasan  atau  tanggapan  atas  teks  yang dibacanya
(untuk menerangkan atau menjelaskan isinya). Isi komentar dapat berupa tanggapan,
sanggahan, pendapat, pertanyaan, penolakan, dan persetujuan. Isi komentar dipandang tepat
apabila sesuai dengan isi teks. Komentar atau tanggapan adalah sambutan terhadap peristiwa,
masalah, ucapan, pendapat, atau gagasan yang berupa kritik. Tanggapan dapat berupa
pernyataan setuju,tidak setuju, suka, tidak suka, atau menambahkan pendapat.
Tanggapan yang dikeluarkan harus bersifat objektif dan disertai alasaan logis. Ada beberapa
unsur yang harus diperhatikan ketika kita mengemukakan tanggapan. Cara mengemukakan
tanggapan sebagai berikut :
1.   1.   Tanggapan   berhubungan   atau  sesuai   dengan   peristiwa,   masalah,  ucapan,
pendapat, atau gagasan yang sedang dibicarakan.
2.   Tanggapan  dapat  mempercepat  pemahaman  masalah,  penemuan  sebab,  dan pemecahan
masalah.
3.   Tanggapan tidak mengulangi pendapat yang pernah disampaikan peserta lain.
4.   Tanggapan disampaikan dengan kata dan kalimat tepat.
5.   Tanggapan disampaikan dengan sikap terbuka dan sopan

Membaca Sastra

kata Bermakna Simbolik

Karya sastra merupakan refleksi pemikiran, perasaan, dan keinginan pengarang lewat bahasa.
Setiap karya sastra menggunakan simbol yang memiliki makna tersendiri. Simbol-simbol
yang digunakan penulis untuk mengungkapkan ide dan perasaannya tersebut. Untuk
menentukan simbol dalam karya sastra, anda harus membaca dan mengartikan makna karya
satra tersebut.
Majas atau gaya bahasa adalah cara pengarang dalam mempergunakan bahasa sebagai alat
mengekspresikan perasaan dan buah pikiran yang terpendam di dalam jiwanya. Menurut
Henry Guntur Tringan, majas di bagi empat sebagai berikut.

1.      Majas Perbandingan
a.       Personifikasi
Majas yang melukiskan suatu benda dengan memberiksn sifat-sifat manusia kepada benda-
benda mati sehingga seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia atau benda hidup.
Contoh:
Baru tiga kilometer berjalan, mobilnya sudah batuk-batuk.
b.      Metafora
Majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan perbandingan langsung dan tepat ats
dasar sifat yang sama atau hampir sama.
Contoh:
Raja siang telah pergi ke peraduannya.
c.       Hiperbola
Majas yang melukiskan sesuatu dengan mengganti peristiwa atau tindakan sesungguhnya
dengan kata-kata yang lebih hebat pengertiannya untuk menyangatkan arti.
Contoh:
Kakak membanting tulang demi menghidupi keluarganya.

2.      Majas Sindiran
a.       Ironi
Majas sindirsn yang melukiskan sesuatu yang menyatakan sebaliknya dari apa yang
sebenarnya dengan maksud untuk menyindir orang.
Contoh:
Pandai sekali kamu, Bahasa Indonesiamu mendapat nilai 4.
b.      Sinisme
Majas sindirian yang menggunakan kata-kata sebaliknya seperti ironi, tetapi kasar.

Contoh:
Itukah yang dinamakan bekerja?
c.       Sarkasme
Majas sindiran yang terkasar atau langsung menusuk perasaan.
Contoh:
Otakmu memang otak udang!

3.      Majas penegasan
a.       Pleonasme
Majas penegasan yang menggunakan sepatah kata yang sebenarnya tidak perlu dikatakan lagi
karena arti kata tersebut sudah terkandung dalam kata yang diterangkan.
Contoh:
Salju putih sudah mulai turun ke bawah.
b.       Repetisi
Majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan mengulang kata atau beberapak kata
berkali-kali yang biasanya dipergunakan dalam pidato.
Contoh:
Kita junjung dia sebagai pemimpin, kita junjung dia sebagai pelindung, kita junjung dia
sebagai pembebas kita.

4.      Majas pertentangan
a.       Antitesis
Majas yang melukiskan sesuatu denngan mempergunakan kepduan kita yang berlawanan arti.
Contoh:
Cantik atau tidak, kaya atau miskin, bukanlah suatu ukuran nilai seorang wanita.
b.      Paradoks
Majas yang melukiskan sesuatu seolah-olah bertentangan, padahal maksud sesungguhnya
tidak karena objeknya berlainan.
Contoh:
Hati sunyi tinggal di Kota Jakarta yang ramai.  

Menyimpulkan Sebab dan Akibat Konflik

Masalah dalam cerita memunculkan konfik. Konflik merupakan pertemuan atau benturan
antara dua kekuatan yang berlawanan. Konflik dibedakan menjadi dua macam, yaitu: konflik
dari luar (fisik) dan dari dalam (batin).

Konflik dari luar terjadi antara tokoh dan sesuatu di luar dirinya. Konflik ini bisa terjadi
dengan lingkungan ataupun manusia. Konflik dari luar dibagi menjadi dua: 
a. Konflik fisik merupakan konflik yang disebabkan benturan antara tokoh dan lingkungan.
Sebagai contoh konflik yang dialami tokoh akibat bencana alam. 
b. Konflik sosial merupakan konflik yang muncul karena hubungan antarmanusia.
Misalnya: masalah pertikaian, perebutan, atau perceraian.
Konflik batin timbul dari dalam diri tokoh, konflik ini terjadi antara tokoh dan dirinya sendiri.
Konflik terdapat dalam strukutur alur dan alur merupakan salah satu unsur intrinsik. Unsur
intrinsik merupakan unsur yang membangun cerita dari dalam. Konflik dalam cerita
disebabkan oleh suatu peristiwa sebagai pemicunya. Konflik dalam cerita juga menyebabkan
terjadinya sebuah peristiwa. Sebab-akibat dalam karya sastra dapat dilihat dalam novel dan
cerpen.

Memprediksi, Menyimpulkan, dan Menganalisis Hubungan Antarbagian dalam Karya


Sastra
1. Tema Cerpen
Tema adalah gagasan utama atau ide pikiran yang melatarbelakangi suatu cerita pendek.
Semua karya tulis harus memiliki tema tertentu agar dapat menyampaikan isi pesan dari
sebuah tulisan.

Tema cerpen bisa bermacam-macam, mulai dari tema umum, isu masyarakat, kisah pribadi
pengarang, kisah percintaan, dan lain-lain. Bisa dikatakan bahwa tema merupakan nyawa
atau ruh dari setiap cerpen.

2. Tokoh Cerpen
Tokoh di dalam cerpen merupakan unsur intrinsik cerpen yang sangat penting selain tema.
Tokoh merupakan para pemain atau orang-orang yang terlibat di dalam sebuah cerita pendek.

Di dalam setiap cerita pendek terdapat dua jenis tokoh, yaitu tokoh utama dan tokoh
pembantu/ tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang berinteraksi langsung dengan konflik.
Sedangkan tokoh pembantu adalah tokoh yang diungkapkan dalam cerpen namun tidak
terlibat langsung dengan konflik.

Ada 4 watak tokoh yang digambarkan di dalam cerita pendek, yaitu:

 Tokoh Protagonis, yaitu tokoh yang memiliki karakter baik dan umumnya berperan
sebagai tokoh utama dalam cerpen.
 Tokoh Antagonis, yaitu tokoh yang memiliki karakter jahat. Tokoh antagonis
umumnya berinteraksi langsung dengan tokoh utama.
 Tokoh Tritagonis, yaitu tokoh yang memiliki sikap dan karakter penengah. Biasanya
tokoh tritagonis berperan sebagai orang bijak dan mediator antara protagonis dan
antagonis.
 Figuran, yaitu tokoh pendukung/ pembantu dan jarang muncul di dalam cerpen.
Namun, tokoh figuran dapat memberikan warna dan nuansa tersendiri pada cerpen
sehingga menjadi lebih hidup.
3. Penokohan Dalam Cerpen
Unsur penokohan masih berhubungan dengan tokoh di dalam cerpen. Jika tokoh cerpen
adalah para pelaku di dalam cerpen, maka penokohan adalah gambaran tentang karakter atau
watak tokoh tersebut.

Penokohan dalam cerpen dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

 Analitik, yaitu cara menjelaskan tentang watak dan karakter tokoh dengan
memaparkannya secara langsung. Misalnya, pemberani, penakut, keras kepala,
pemalu, dan lain-lain.
 Dramatik, yaitu cara menjelaskan tentang sifat dan karakter toko secara tersirat.
Umumnya disampaikan melalui tingkah laku tokoh di dalam cerpen.
4. Alur/ Plot Cerpen
Alur atau Plot adalah unsur intrinsik cerpen yang menjelaskan mengenai rangkaian peristiwa
yang disampaikan oleh pengaran untuk membentuk cerita dalam cerpen. Dalam
menyampaikan cerita, biasanya penulis menggunakan beberapa tahapan, diantaranya:
 Tahap perkenalan, yaitu tahapan pengenalan tokoh dan latar dalam cerpen.
 Tahap kemunculan konflik, yaitu tahapan dimana konflik atau permasalahan mulai
muncul dalam cerpen.
 Tahap klimaks, yaitu tahapan dimana konflik berada pada titik puncak. Biasanya
pada tahap ini tokoh utama mengalami kebingungan atau sedih.
 Tahap peleraian, yaitu tahap dimana permasalahan mulai mereda dan terdapat solusi
yang diambil oleh tokoh utama.
 Tahap penyelesaian, yaitu tahap akhir pada sebuah cerita pendek. Umumnya tahap
ini berakhir dengan kebahagiaan (happy ending).
Tahap-tahap di dalam cerpen diatur melalui alur jalan cerita. Alur cerita ini dapat membuat
cerpen menjadi lebih menarik dan membuat penasaran pembacanya.

Berikut ini adalah dua jenis alur yang sering digunakan dalam cerita pendek:

 Alur maju, yaitu rangkaian cerita yang bergerak secara berurutan dimana urutannya
adalah pengenalan, munculnya masalah/ konflik, klimaks, peleraian, dan
penyelesaian.
 Alur mundur, yaitu rangkaian cerita yang bergerak secara tidak berurutan. Pada alur
mundur biasanya pengarang membuatnya dengan memunculkan konflik terlebih
dahulu. Selanjutnya, terlihat beberapa peristiwa yang menjadi sebab-akibat
munculnya konflik tersebut.
5. Latar (Setting)
Latar/ setting adalah unsur intrinsik cerpen yang menjelaskan tentang tempat, waktu, dan
suasana di dalam cerpen. Unsur ini sangat erat hubungannya dengan tokoh dalam sebuah
cerita pendek.

 Latar tempat, yaitu tempat-tempat yang disinggahi oleh tokoh utama di dalam
cerpen. Misalnya di rumah, di kantor, di kampus, dan tempat-tempat lainnya.
 Latar waktu, yaitu keterangan mengenai waktu terjadinya peristiwa yang dialami
oleh tokoh utama. Misalnya, pagi hari, malam hari, masa lalu, pada jam tertentu.
 Latar suasana, yaitu keterangan mengenai gambaran suasana dalam cerpen yang
mempengaruhi perasaan para tokoh. Misalnya, suasana romantis, suasana haru,
suasana seram, dan lain-lain.
6. Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan posisi seorang penulis di dalam cerpen. Dalam hal ini, penulis
cerpen dapat berperan sebagai orang pertama atau ketiga di dalam sebuah cerita pendek.

 Sudut pandang orang pertama, yaitu cara seorang penulis menceritakan suatu
cerpen dengan memakai kata ganti “Aku”. Dengan kata lain, tokoh utama di dalam
cerpen tersebut adalah penulis itu sendiri.
 Sudut pandang orang ketiga, yaitu cara seorang penulis menceritakan suatu cerpen
dengan memakai kata ganti “Dia”. Artinya, tokoh utama dalam cerpen adalah fiktif
atau hasil imajinasi si penulis.
7. Gaya Bahasa
Gaya bahasa merupakan unsur intrinsik cerpen yang berfungsi untuk memberikan kesan yang
lebih menarik. Misalnya dengan menggunakan majas, penggunaan diksi, dan cara merangkai
kata di dalam cerpen.
Masing-masing penulis cerpen tentunya memiliki ciri khas dalam penggunaan gaya bahasa.
Dan gaya bahasa tersebut sangat berkaitan dengan penceritaan yang dibangun pengarang
pada sebuah cerita pendek.

8. Amanat/ Pesan Cerpen


Amanat dalam cerpen adalah pesan moral atau pelajaran di dalam cerita pendek yang dapat
diambil oleh para pembacanya. Pada umumnya, amanat (moral values) di dalam cerpen tidak
tersurat di dalam cerpen, tapi disampaikan secara tersirat melalui isi cerita. Tentu saja hal ini
tergantung pada pemahaman dari pembaca cerpen itu sendiri.

Menunjukkan Bukti Watak, Latar, dan Nilai

Bukti watak, latar(setting), dan nilai dalam karya sastra dapat ditemukan dengan mencermati
isi karya sastra dapat ditemukan dengan mencermati isi karya sastra tersebut. Temukan kata
kunci dan kata rujukan yanng menjelaskan bukti watak, latar atau nilai dalam karya sastra
tersebut. Kata kunci dan kata rujukan tersebut mempermudah Anda dalam menentukan bukti
watak, latar atau nilai.
1. Bukti watak dapat diketahui dengan penggambaran karakter tokoh. Cermati karakter tokoh
dalam cerita dengan seksama. Temukan perbuatan, dialoq, atau pemikiran tokoh yang
menunjukkan bukti watak dari tokoh tersebut.
2. Bukti latar (setting) dapat diketahui melalui pertanda waktu, tempat atau suasana.
Temukan kata kunci yang mendukung penggambaran latar dalam cerita tersebut, seperti
posisi matahari atau bulan, di sekolah, atau saat suasana gembira.
3. Bukti nilai dapat diketahui melalui perbuatan tokoh dalam cerita, kebiasaan tokoh dalam
cerita, atau hubungan tokoh dengan tokoh lain dalam cerita. Bukti nilai dapat ditemukan
melalui penggambaran pengarang terhadap nilai-nilai kehidupan yang ingin disampaikan
kepada pembaca.

Menyimpulkan Nilai-Nilai Kehidupan dalam Karya Sastra

Karya sastra seperti novel, cerpen, dan drama memiliki nilai-nilai kehidupan yang dapat
diambil sebagai pelajaran. Nilai-nilai kehidupan karya sastra tersebut tampak dalam unsur
eksrinsik. Unsur ekstrinsik karya sastra sebagai berikut.
1.      Nilai Kehidupan Masyarakat

1. Nilai religius merupakan nilai yang berkaitan dengan kepercayaan dan ketugahanan,
atau keagamaan.
2. Nilai moral merupakan nilai-nilai berisi nasihat yang berhubungan dengan etika, budi
pekerti, perilaku, dan norma-norma yang terdapat pada masyarakat.
3. Nilai sosial merupakan nilai-nilai yang berhubungan erat dengan masalah sosial
dengan masyarakat.
4. Nilai budaya merupakan nilai yang berasal dari adat istiadat, kebudayaan, kebiasaan
mengakar dan dilakukan turun-temurun dalam kelompok masyarakat tertentu.
5. Nilai estetika merupakan nilai yang berkaitan erat dengan keindahan dan seni. Nilai
tersebut dapat dilihat dari segi bahasa, pemilihan diksi, diskripsi karakter maupun
setting, dan sebagainya.
6. Nilai edukasi merupakan nilai yang sangat erat dengan pendidikan.

2.      Riwayar, Sikap, dan Pandangan Pengarang


Karya sastra dibuat berdasarkan ide, gagasan, dan kreativitas pengarang. Riwayat pendidikan,
riwayat keluarga, serta sikap dan pandangan pengarang akan memengaruhi terbentuknya
sebuah karya sastra.
3.      Latar Belakang Sosial Budaya Masyarakat
Sebuah karya sastra mencerminkan aspek sosial budaya suatu daerah tertentu. Sebuah novel
atau cerpen dapat diibaratkan sebagai potret keadaan atau gambaran aktivitas masyarakat
tersebut.

Mengaitkan Isi Karya Sastra dengan Kehidupan Saat Ini

Pengertian Karya Sastra Lama


Sastra lama adalah sastra yang berbentuk lisan atau sastra melayu yang tercipta dari suatu
ujaran atau ucapan.Sastra lama masuk ke indonesia bersamaan dengan masuknya agama
islam pada abad ke-13.
Ciri-Ciri Karya Sastra Lama
          Anonim (Tidak dikenal nama pengarangnya)
         Merupakan sastra lisan (disampaikan lewat mulut kemulut)
         Sangat terikat oleh aturan-aturan yang ada (terutama puisi)
         Sifatnya sertaris (tidak berkembang)
         Dibidang prosa kebanyakan bersifat khayal
         Ceritanya kebanyakan berpusat pada istana (istana sentris)
         Merupakan milik bersama
Contoh Karya Sastra Lama
1.Puisi Lama
Puisi Lama adalah puisi yang terikat oleh aturan – aturan Adapun aturan – aturan itu antara
lain :
         Jumlah kata dalam 1 baris
         Jumlah baris dalam 1 bait
         Persajakan / Rima
         Banyaknya suku kata
         Irama
Puisi Lama memiliki berbagai macam jenis antara lain :
A.Mantra
Mantra adalah puisi tua yang keberadaanya dalam masyarakat Melayu bukan sebagai karya
sastra melainkan lebih banyak berkaitan dengan adat dan kepercayaan (berhubungan dengan
hal – hal yang bersifat magis).
B.Pantun
Puisi asli yang terdiri dari :
         4 baris dan tiap baris terdapat 8-12 suku kata
         Bersajak ABAB (silang)
         Baris 1 dan 2 merupakan sampiran
         Baris 3-4 merupakan isi
Secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan karena
menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata.

C.Syair
Syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan irama sajak.
Biasanya terdiri dari 4 baris, berirama aaaa, keempat baris tersebut mengandung arti atau
maksud penyair (pada pantun, 2 baris terakhir yang mengandung maksud). Syair disebut juga
puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat larik (baris) yang berakhiran dengan bunyi
yang sama.

D, GURINDAM
Gurindam adalah Puisi yang timbul setelah adanya Pergaulan dengan orang-orang
hindu.Biasanya merupakan sajak dua baris yang mengandung petuah atau nasihat.
Contoh Gurindam :
Baik-baik memilih kawan
Salah-salah bisa jadi lawan
E.Seloka
Seloka merupakan bentuk puisi Melayu Klasik, berisikan pepetah maupun perumpamaan
yang mengandung senda gurau, sindiran bahkan ejekan. Biasanya ditulis empat baris
memakai bentuk pantun atau syair, terkadang dapat juga ditemui seloka yang ditulis lebih
dari empat baris. Kata “seloka” diambil dari bahasa Sansekerta, sloka.

F.Bidal/Pribahasa
Bidal adalah peribahasa atau pepatah yang mengandung nasihat, peringatan, sindiran, dan
sebagainya. bidal biasanya berupa kalimat singkat yang memiliki makna kiasan atau figuratif
yang bertujuan menangkis, menyanggah, atau menyindir.
Pengungkapan pikiran dan perasaan demikian tidak secara langsung, tapi dengan sindiran,
ibarat, dan perbandingan. Dilihat dari bentuknya, bidal tergolong dalam puisi lama.
Alasannya bentuk bidal yang singkat atau tidak sepanjang prosa.

G.Talibun
Talibun adalah pantun yang terdiri dari 4 baris (selalu genap)
Bentuk puisi lama dalam kesusastraan Indonesia (Melayu) yang jumlah barisnya lebih dari
empat, biasanya sampai 16-20, serta punya persamaan bunyi pada akhir baris (ada juga yang
seperti pantun dengan jumlah baris genap seperti 6, 8, 12).
Talibun sejenis puisi lama seperti pantun karena mempunyai sampiran dan isi, tetapi lebih
dari 4 baris ( mulai dari 6 baris hingga 20 baris). Berirama abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde.

F.Karmina
Karmina adalah Pantun kilat terdiri atas 2 baris/ Pantun dua seuntai (pantun kilat) baris
pertama
sebagai sampiran dan baris kedua sebagai isi berupa sindiran dengan rumus rima a-a.
2.Prosa Lama
Prosa Lama adalah seluruh hasil karya
Biasanya dicirikan dengan kesukaan pengarang untuk menggambarkan kehidupan
masyarakat di saat prosa itu dikarang.
Ciri-ciri prosa lama:
         Istana Sentris
         Dipengaruhi gaya bahasa asing karena pengaruh agama
         Tanggal dan nama pengarang tidak dituliskan

Prosa Lama memiliki berbagai macam jenis antara lain :


A. Mithe
Mithe adalah Dongeng yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat.
b. Legenda
Legenda adalah Dongeng yang berhubungan dengan keanehan dan keajaiban alam.
c. Fabel
Fabel adalah Dongeng yang menceritakan tentang kehidupan binatang.
d. Sage
Sage adalah Dongeng yang mengandung unsur sejarah.
e. Parable / dongeng jenaka
Parable adalah Dongeng yang berisi kiasan yang didalamnya mengandung ajaran-ajaran
hidup.
f. Hikayat
Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa, terutama dalam Bahasa Melayu yang berisikan
tentang kisah, cerita, dan dongeng. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun
kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama.
Sebuah hikayat dibacakan sebagai hiburan, pelipur lara atau untuk membangkitkan semangat
juang.
g. Cerita berbingkai
Cerita berbingkai adalah Cerita yang didalamnya terdapat pula cerita yang diceritaka para
pelakunya.
h. Tambo / sejarah
Tambo adalah Cerita pada zaman dahulu yang isinya tidak 100% benar
i. Epos / wira cerita
Epos adalah Dongeng tentang keberanian dan kepahlwanan yang terus berkembang ditengah
masyarakat.
j. Cerita pelipur lara
Cerita pelipur lara adalah Cerita yang mengungkapkan tentang kebodohan seseorang yang
disajikan secara humor.

Pengertian Karya Sastra Baru


Sastra baru adalah karya sastra yang telah dipengaruhi oleh karya sastra asing sehingga sudah
tidak asli lagi.
Ciri-Ciri Karya Sastra Baru
         Pengarang dikenal oleh masyarakat luas
         Bahasanya tidak klise
         Proses perkembangan dinamis
         tema karangan bersifat rasional
         bersifat modern / tidak tradisional
         masyarakat sentris (berkutat pada masalah kemasyarakatan)
Contoh Karya Sastra Baru
1.Novel
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif; biasanya dalam bentuk cerita.
Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti
“sebuah kisah, sepotong berita”. Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih
kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau
sajak. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam
kehidupan sehari-hari, dengan menitik beratkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut.
Novel dalam bahasa Indonesia dibedakan dari roman. Sebuah roman alur ceritanya lebih
kompleks dan jumlah pemeran atau tokoh cerita juga lebih banyak.
2.Biografi
Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Sebuah biografi lebih
kompleks daripada sekedar daftar tanggal lahir atau mati dan data-data pekerjaan seseorang,
biografi juga bercerita tentang perasaan yang terlibat dalam mengalami kejadian-kejadian
tersebut.
3.Cerpen
Cerpen atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita
pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang
lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya,
cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema,
bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya
bisa dalam berbagai jenis. Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang
digambarkan singkat yang dengan cepat tiba pada tujuannya, dengan parallel pada tradisi
penceritaan lisan. Dengan munculnya novel yang realistis, cerita pendek berkembang sebagai
sebuah miniature.
4.Drama
Drama adalah satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor.
Kosakata ini berasal dari Bahasa Yunani yang berarti “aksi”, “perbuatan”. Drama bisa
diwujudkan dengan berbagai media: di atas panggung, film, dan atau televisi. Drama juga
terkadang dikombinasikan dengan musik dan tarian, sebagaimana sebuah opera (lihat
melodrama).
Di Indonesia, pertunjukan sejenis drama mempunyai istilah yang bermacam-macam. Seperti:
Wayang orang, ketoprak, ludruk (di Jawa Tengah dan Jawa Timur), lenong (Betawi), randai
(minang), reog (Jawa Barat), rangda (Bali) dan sebagainya.
5.Soneta
Soneta adalah bentuk kesusasteraan Italia yang lahir sejak kira-kira pertengahan abad ke-13
di kota Florance.

Hingga saat ini berbagai karya sastra terus hadir seiring dengan perputaran kehidupan
manusia yang semakin berkembang dan terus mengalami perubahan dari hari ke hari bersama
dengan perubahan tahap demi tahap kehidupan manusia. Kehidupan di dunia ini setiap menit
dan detiknya seiring dengan perputaran kehidupan manusia terus mengalami berbagai
pergantian dalam ragam kisahnya. Karya sastra yang telah dibaca atau didengar oleh
penikmat karya sastra agar pembelajaran yang terdapat di dalamnya tidak menjadi sia-sia,
pembelajaran tersebut dapat diambil oleh si penikmat karya sastra untuk di terapkan dalam
kehidupannya.
Selain itu, pesan yang terdapat dalam karya sastra dapat dijadikan pengingat atau nasihat agar
penikmat karya sastra sastra dapat menjalani kehidupan yang lebih baik atau sebagai acuan
untuk mengatasi permasalahan kehidupan ketika masalah yang dihadapi serupa dengan
masalah yang dialami tokoh yang digambarkan dalam karya sastra.

Menilai Keunggulan/Kelemahan dan Meringkas

Menentukan Resensi
            Resensi adalah tulisan berisi ulasan, pertimbangan, atau pembicaraan suatu karya
(sastra, nonsastra, film, dan drama) dengan tujuan untuk menyampaikan informasi kepada
pembaca terhadap sebuah karya, patut mendapat sambutan atau tidak. Simpulan resensi buku
biasanya berusaha meyakinkan pembaca agar membaca buku yang diulas.

            Resensi buku atau karya sastra berisi informasi-informasi berikut.


1.      Identitas buku (judul, pengarang, penerbit, tahun terbit, dan tebal halaman).
2.      Sinopsis, unsur ekstrinsik, intrinsik (untuk buku fiksi), dan gambaran isi buku
(untuknonfiksi).
3.      Nilai buku (kelebihan dan kekurangan buku).
4.      Keterbacaan atau kecocokan pembacanya.
Menentukan Kalimat Kritik
Kritik sastra merupakan penilaian baik atau buruk terhadap karya sastra. Kritik sastra mirip
resensi. Akan tetapi, kritik sastra lebih ilmiah dari pada resensi. Kritik sastra dapat menilai
isi, bentuk, atau peristiwa yang terdapat dalam sastra. Kritik sastra dapat mengkritik cerpen,
novel, roman, drama, atau puisi. Kritik sastra dibagi menjadi kritik sastra ilmiah dan kritik
sastra nonilmiah.
Menentukan Kalimat Esai
            Jika dilihat dari bentuknya, esai mirip dengan opini. Esai membahas masalah sesuai
dengan pendapat penulis. Jadi, satu masalah dapat ditulis menjadi esai berbeda. Perbedaan ini
sesuai dengan pendapat penulis. Esai berusaha meyakinkan pembaca untuk menerima
pendapat penulis. Esai membahas masalah mulai dari masalah penting sampai masalah biasa,
misalnya novel baru terbit atau suara bayi baru lahir pun bisa dijadikan esai.
            Esai dapat ditulis dengan panjang berbeda-beda. Tidak ada yang menetukan panjang
sebuah esai. Esai cenderung sederhana, padat, dan fokus kepada masalah. Kalimat-kalimat
esai menggunakan kalimat bersifat pribadi. Kalimat dalam esai bergantung kepada kekhasan
penulis bersangkutan. Setiap penulis memiliki criri berbeda. Perbedaan tersebut terlihat pada
gaya kalimat dalam esai yang ditulis.
Meringkas Karya Sastra
            Karya sastra dapat disingkat ke dalam bentuk sinopsis. Semua jenis karya sastra dapat
dibuat sinopsis, kecuali puisi. Keterbatasan ini karena puisi merupakan karya sastra dengan
bahasa singkat, terdiri atas larik-larik dan bait-bait yang berirama dan bersajak, serta
merupakan ekspresi perasaan dan pikiran yang tidak mengandung cerita. Ada juga puisi yang
mengandung cerita, berisi kisah-kisah perjalanan, pengembaraan, dan petualangan. Puisi jenis
itu disbut balada. Akan tetapi, karena kesingkatan dan penataannya dalam pembarisan dan
pembatasan, balada bukan disinopsiskan, melainkan diparafrasakan.
            Karya sastra yang dapat dibuat sinopsisnya adalah bentuk prosa dan naskah drama
karena keduanya mengandung untaian cerita. Sebuah cerita konvensional (umum) memiliki
tema, penokokahn, setting/latar, plot/alur, dan amanat. Sinopsis seharusnya dimulai dengan
edentitas buku yang terdiri atas judul buku, nama pengarang, tahun terbit, kota penerbitan,
dan tahun terbit.

Menulis Terbatas

Melengkapi Unsur Teks Eksposisi, Deskripsi, Prosedur, Biografi dan Narasi

- Teks Eksposisi
Adapun ciri-ciri teks eksposisi yang diantaranya yaitu:

 Singkat dan Padat


 Gaya informasi yang mengajak.
 Penyampaian teksnya secara lugas dan menggunakan bahasa yang baku.
 Menjelaskan informasi-informasi pengetahuan.
 Tidak memihak berarti tidak memaksakan kemauan dari penulis terhadap
pembacanya.
 Teks eksposisi bersifat objektif dan netral.
 Penjelasannya disertai data-data yang akurat.
 Fakta digunakan sebagai alat konkritasi dan kontribusi.
 Umumnya menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, bagaimana

Adapun struktur teks eksposisi yang diantaranya yaitu:

1. Judul
Judul hendaknya menggambarkan sesuatu yang dibahas dalam teks Eksposisi. Judul
hendaklah ditulis dengan kata-kata yang singkat, menarik dan sarat akan makna.

2. Pernyataan Umum atau Tesis


Bagian ini berfungsi untuk memperkenalkan topik sekaligus menempatkan pembaca pada
posisi tertentu. Karena dengan teks yang digunakan penulis itu ingin mengemukakan
pendapat, maka pembaca bisa berada pada posisi yang sependapat atau pada posisi yang
bersebrangan dengannya.

3. Argumentasi atau alasan


Bagain dari teks Eksposisi adalah argumen atau alasan. Panjang dan pendeknya bagian ini
tergantung pada jumlah argumen yang telah kalian kenalkan secara garis besar di dalam
pernyataan umum, kemudian kalian menyebutkan ulang dan menjabarkan argumen tersebut
dalam paragraf-paragraf. Pengembangan argumen menjadi paragraf ini dilakukan melalui
penyajian contoh dan alasan.

4. Penegasan Ulang Pendapat (Simpulan)


Pengulangan tersebut dilakukan dengan berdasarkan pada argumen yang telah disajikan di
dalam bagian sebelumnya. Pengulangan opini bersifat pilihan, sehingga tidak semua teks
Eksposisi mempunyainya.

- Teks Deskripsi

Berikut ini ciri-cirinya:

 Paragraf deskripsi menggambarkan sesuatu.


 Paragraf yang digambarkan dijelaskan secara sangat jelas dan rinci serta melibatkan
kesan indera.
 Ketika pembaca membaca teks deskripsi, maka seolah-olah merasakan langsung apa
yang sedang dibahas di dalam teks.
 Teks deskripsi menjelaskan ciri-ciri fisik objek, seperti bentuk, ukuran, warna, atau
ciri-ciri psikis/keadaan suatu objek dengan rinci.

Adapun 3 struktur yang menyusun teks deskripsi sehingga menjadi satu keutuhan. 3 struktur
tersebut yaitu:

1. Identifikasi
Penentu identitas seseorang, benda, dan sebagainya.

2. Klasifikasi

Penyusunan ber-sistem dalam kelompok menurut kaidah atau standar yang telah ditetapkan.

3. Deskripsi bagian

Bagian teks yang berisi tentang gambaran-gambaran bagian didalam teks tersebut.

- Teks Prosedur
Prosedur ini mempunyai beberapa ciri, yang dimana ciri umumnya itu diantaranya sebagai
berikut ini :
Adanya suatu tujuan dalam melaksanakan kegiatan atau juga langkah-langkah prosedur.
Adanya suatu bahan yang diperlukan apabila suatu prosedur tersebut bertujuan untuk dapat
membuat suatu produk.
Adanya suatu tata cara atau langkah-langkah yang harus dilakukan mengenai proses yang
dilakukan.
Adanya batasan suatu hal aturan yang harus dipatuhi didalam proses.

Struktur Teks Prosedur Kompleks


Dalam pembuatan teks prosesdur memiliki 3 struktur penting yang harus ada diantaranya
adalah :
1. Bagian Tujuan
Pada bagian tujuan sebuah teks prosedur ini dapat berisi tentang tujuan pembuatan teks
prosedur atau hasil akhir yang hendak dicapai bila sudah melakukan beberapa tahapan dalam
teks prosedur itu.

2. Bagian Material
Selanjutnya ada pada bagian material dari sebuah teks prosedur yang isinya terkait bahan,
alat, ataupun material yang diperlukan. Namun tak semua teks prosedur ada bagian yang satu
ini. Umumnya pemakaian bagian material ada dalam teks prosedur yang membahas tentang
pembuatan tertentu seperti pada pembuatan resep makanan ataupun lainnya.

3. Bagian Langkah – Langkah


Yang ketiga ada pada bagian langkah langkah yang isinya tentang langkah langkah yang
perlu di lalui agar memperoleh hasil yang sesuai terhadap tujuan dari teks prosedur. Di
bagian ini, setiap tahapnya juga harus bisa dilakukan secara urut tidak boleh dilakukan secara
acak.

- Teks Biografi

 Teks biografi harus memuat informasi berdasarkan fakta pada toko yang diceritakan
dalam bentuk narasi

 Memuat sebuah fakta pengalaman hidup suatu tokoh dalam memecahkan masalah-
masalah sampai pada akhirnya sukses, sehingga patut menjadi teladan

 Teks biografi memiliki struktur yang jelas

Sementara itu, strukturnya meliputi:

Orientasi

Tahap ini adalah bagian pengenalan suatu tokoh, berisi gambaran awal tentang tokoh tersebut
di dalam teks biografi.

Peristiwa dan Masalah

Tahap ini adalah bagian kejadian atau peristiwa yang dialami oleh tokoh. Berisi penjelasan

suatu cerita baik itu berupa pemecahan masalah, proses berkarir, peristiwa menyenangkan,

menegangkan, menyedihkan hingga mengesankan yang pernah dialami oleh tokoh hingga

mengantarkannya meraih mimpi, cita-cita dan kesuksesan.

Semua kejadian tersebut diurai disini.

Reorientasi

Tahap ini adalah bagian penutup. Berisi mengenai pandangan penulis kepada tokoh yang

dikisahkan. Reorentasi ini bersifat opsional semata, jadi boleh ada maupun tidak ada.

Teks Narasi

Ciri-ciri teks narasi:


1. Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan.
2. Dirangkai dalam urutan waktu.
3. Ada konfiks.
Konfiks adalah imbuhan tunggal yang terjadi dari perpaduan awalan dan akhiran yang
membentuk satu kesatuan. beberapa konfik diantaranya adalah:

 Konfiks ke-an : keindahan


 Konfiks pe-an : pengiriman
 Konfiks per-an : pergaulan
 Konfiks ber-an : berpandangan
 Konfiks se-nya : setibanya
 Konfiks me-kan : menyelesaikan

Strukturnya meliputi

 Pengenalan
Pada bagian ini berisi tentang pengenalan tokoh suasana ,latar dan lain sebagainya.
 Awal Pertikaian
Pada bagian ini berisi konfik atau permasalahan awal yang ditampilkan oleh penulis.
 Klimaks atau Puncak Pertikaian
Pada bagian ini berisi tentang ilustrasi konflik utama atau inti dari cerita.
 Antiklimaks atau Penyelesaian
Pada bagian ini berisi tentang penyelesaian permasalahan yang terjadi dalam cerita
dan menandakan berakhirnya cerita.

MELENGKAPI UNSUR TEKS CERPEN dan TEKS NOVEL


Teks cerpen dan novel merupakan karya sastra yang berbentuk prosa. Pembeda teks cerpen
dan teks novel adalah tema, penokohan, panjang cerita, perubahan hidup tokoh utama, dan
jumlah halaman. Teks cerpen dan teks novel terkadang disajikan tidak lengkap atau
numpang. Untuk melengkapi teks cerpen dan teks novel tersebut, Anda harus memahami isi
teks cerpen dan teks novel yang disajikan. Kalimat tepat untuk melengkapi teks cerpen dan
teks novel adalah kalimat yang berkaitan dengan kalimat sebelum dan sesudahnya. Cara
melengkapi teks cerpen dan novel tersebut, Anda harus menemukan kata kunci yang bisa
dijadikan jembatan untuk menghubungkan maksud cerita.

MELENGKAPI TEKS DRAMA


Teks drama merupakan karya sastra yang berbentuk dialog. Teks drama terkandang disajikan
tidak lengkap atau rumpang. Untuk melengkapi teks drama tersebut, Anda harus memahai isi
teks drama. Kalimat tepat untuk melengkapi teks drama adalah kalimat yang berkaitan
dengan kalimat sebelum dan sesudahnya. Cara melengkapi teks drama tersebut, Anda harus
menemukan kata kunci yang bisa dijadikan jembatan untuk menghubungkan maksud cerita.
Melengkapi Pantun
Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yanga berarti “petuntun”.
Pantun termasuk jenis puisi lama yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan)


2. Setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata,
3. Bersajak akhir dengan pola a-b; a-b
4. Terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama,
berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya). Sampiran
biasanya tak mempunyai hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain
untuk menyampaikan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi yang menunjukan tujuan
dari pantun tersebut.

Melengkapi Puisi
Puisi dibentuk oleh kata-kata yang indah dan bermakna tersirat. Untuk melengkapi puisi
dapat menggunakan pilihan kata yang bersajak sama dengan diatasnya dan sesuai tema puisi
atau menggunakan majas yang sesuai.

Ciri-Ciri Puisi Secara Umum

1. Penulisan puisi dituangkan dalam bentuk bait yang terdiri atas baris-baris, bukan
bentuk paragraf seperti pada prosa dan dialog seperti pada naskah drama.
2. Diksi yang digunakan dalam puisi biasanya bersifat kias, padat dan indah.
3. Penggunaan majas sangat dominan dalam bahasa puisi.
4. Pemilihan diksi yang digunakan mempertimbangkan adanya rima dan persajakan.
5. Setting, alur, dan tokoh dalam puisi tidak begitu ditonjolkan dalam pengungkapan.

Memvariasikan kata dan Kalimat Bermakna Sama

1. Sinonim

Sinonim adalah beberapa kata yang memiliki bentuk berbeda, tetapim memiliki arti atau
pengertian sama atau mirip. Sinonim disebut juga persamaan kata atau padanan kata.
Contoh:

 bohong = dusta
 agung   = besar
 ayah     = bapak
 ibu        = mama
 tante     = bibi
 paman  = om
 sudah   = telah
 seba     = karena
 cinta     = kasih
 mati     = meninggal
2. Konotasi

Konotasi adalah tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika
berhadapan dengan sebuah kata; makna yang ditambahkan pada makna denotasi. Jadi, makna
konotasi adalah makna atau arti tambahan pada arti sebenarnya, bukan makna kias. Makna
konotasi bukan ungkapan karena ungkapan yang bermakna kias.
Contoh:
Makna Denotasi                    Makna Konotasi
mati                                        meninggal
penjara                                   bui
bekas                                      mantan

3. Ungkapan

Ungkapan atau idiom adalah gabungan kata yang memiliki makna khusus dan tidak dapat
diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa dan situasi lain.
Contoh:
Khesia naik darah ketika melihat kelakuan kakaknya.
Kata naik darah merupakan ungkapan yang berarti 'marah'.
Kalimat adalah deretan kata yang mengandung satu pengertian lengkap. Setiap kata dalam
kalimat menempati jabatan yang berbeda. Kata-kata tersebut dapat sebagai subjek, predikat,
objek, pelengkap, atau keterangan. Jabatan kata dalam kalimat tersebut membentuk suatu
pola kalimat. Berikut pola kalimat utama dalam bahasa Indonesia.
1. Subjek-Predikat (S-P)
Contoh:
Olvi pintar
  S      P
Bu Alfrida sangat cantik
      S                      P
2. Subjek-Predikat-Objek (S-P-O)
Contoh:
Mario membeli pensil
    S        P            O
Osdar mengejar Asrianti
   S          P           O
3. Subjek-Predikat-Keterangan (S-P-K)
Contoh:
Angelita pergi Balikpapan
   S            P       K
Joel pulang kemarin
  S      P          K
4. Subjek-Predikat-Pelengkap (S-P-Pel)
Contoh:
 Kemeja berwarna hitam
    S              P         Pel
Wempi sakit kepala
   S         P      Pel.
5. Subjek-Predikat-Objek-Pelengkap (S-P-O-Pel.)
Contoh: 
Ibu membeli baju daster.
 S      P           O      Pel.
Ayu memasak sup iga sapi.
  S       P            O     Pel
6. Subjek-Predikat-Objek-Keterangan (S-P-O-K)
Contoh:
Alvin membeli sepatu di toko.
  S         P             O      K (tempat)
Joni mendirikan tenda pada sore hari.
  S         P              O     K (waktu)
7. Keterangan-Subjek-Predikat (K-S-P)
Contoh:
Lusa Paman Dana Pulang
  K           S             P
Di Bontang Osdar menunggu
     K             S            P 
Menyusun Paragraf Eksposisi, Deskripsi, Narasi, Ulasan, dan Prosedur dari Beberapa
Data
Kiat menyusun paragraph dari data :
1.Menentukan tema
2.Menentukan tujuan karangan
3.Memilih data yang sesuai dengan tema
4.Membuat kerangka karangan
5.Mengembangkan kerangka menjadi karangan
Langkah-langkah Menyusun Paragraf Proses Pola pengembangan karangan eksposisi bisa
bermacam-macam, di antaranya pola pengembangan proses. Paragraf proses itu menyangkut
jawaban atas pertanyaan bagaimana bekerjanya, bagaimana mengerjakan hal itu (membuat
hal ini), bagaimana barang itu disusun, bagaimana hal itu terjadi.

Dalam menyusun paragraf padu, harus diperhatikan beberapa kriteria:


 memiliki satu ide pokok atau satu pemikiran utama dan beebrapa pemikiran penjelas.
 Antarkalimat saling bertautan(koherensi)

Menggabungkan Beberapa Kalimat dengan Konjungsi yang Sesuai


Konjungsi Koordinatif
Konjungsi koordinatif merupakan penghubung yang digunakan dalam kalimat – kalimat yang
sederajat. Maksudnya adalah satu kalimat tidak bergantung pada kalimat – kalimat yang lain.
Konjungsi koordinatif memiliki beberapa jenis. Jenis – jenisnya dapat dijelaskan sebagai
berikut.

1.  Konjungsi kumulatif


Konjungsi kumulatif menunjukkan pada penambahan. Konjungsi yang termasuk ke dalam
golongan kata hubung kumulatif yaitu sebagai berikut.

1. Juga
2. Dan juga
3. Selanjutnya
4. Seperti itu pula
5. Kedua
6. Dan juga, lagi pula
7. Dan
8. Di samping itu
9. Selanjutnya, lagi pula
10. Lebih – lebih lagi, lagi pula
Terdapat jenis khusus dari konjungsi kumulatif yang disebut dengan konjungsi korelatif atau
disebut dengan kata sambung korelasi. Kata sambung korelasi dapat digunakan untuk
berpasangan dengan konjungsi yang memiliki jenis berlainan. Terdapat beberapa jenis dari
konjungsi korelatif, antara lain:

1. Baik …. maupun….
2. Tidak hanya …. melainkan….
3. Dan ….sama – sama….
2.  Konjungsi alternatif
Konjungsi alternatif dibagi lagi menjadi dua, yaitu yang menunjukkan di antara dua pilihan
dan menunjukka pada perbedaan yang kontras. Masing – masing dapat dijelaskan sebagai
berikut.

Menunjukkan di antara dua pilihan. Konjungsi alternatif menunjuk pada pilihan antara dua
hal. Kata hubung alternatif yang merupakan bagian dari konjungsi jenis ini, yaitu.

 …atau…
 Atau, kalau tidak
 Kalau tidak
 Tidak/ bukan …. ataupun
 Kalau tidak
Menunjuk pada perbedaan yang kontras. Konjungsi alternatif menunjuk pada hal yang
kontras. Kata hubung aalternatif kontras yang termasuk dalam konjungsi ini yaitu sebagai
berikut.

 Namun, tetapi
 Sebaliknya
 Cuma, hanya
 Namun
 Tetapi
3.  Konjungsi illatif
Konjungsi jenis ini digunakan dalam rangka untuk menunjukkan suatu kesimpulan. Kata
hubung kesimpulan yang termasuk dalam konjungsi jenis ini, yaitu sebagai berikut.

1. Oleh karenanya
2. Maka
3. Sebab itu, karena itu, karenanya
4. Jadi, karena itu, maka
5. Oleh karena itu
6. Atas alasan apa
Setelah dijelaskan banyak hal tentang konjungsi koordinatif, maka selanjutnya akan
dijelaskan tentang konjungsi subordinat
Konjungsi Subordinat
Pembahasan ini akan berhubungan dengan konjungsi subordinat, yang terdiri dari fungsi dan
jenis – jenis.

1.  Fungsi konjungsi subordinat


Konjungsi ini menghubungkan antara kalimat pokok dengan anak kalimat. Anak kalimat
yang di awali dengan konjungsi subordinat tidak akan dapat berdiri sendiri.

Anak kalimat tersebut harus bergantung pada kalimat  yang dapat berdiri sendiri atau
dinamakan dengan kalimat pokok atau principal sentence atau main clause atau independent
clause dan tidak bergantung pada klausa yang lain atau sekumpulan kata yang mengandung
suatu subjek dan predikat.
Contoh:
Kalimat pokok: Saya akan pergi lusa.

Kata sambung: jika

Anak kalimat: Saya dalam kondisi yang sehat.

Arti Lusa saya akan pergi jika kondisi saya sehat.

2.  Jenis – jenis konjungsi subordinat


Konjungsi subordinat terbagi atas beberapa jenis, yang dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Kata hubung perkenalan. Jenis ini digunakan untuk penunjuk pengantar atau sebagai
perkenalan dengan menggunakan kata bahwa. Contoh: Andi berjanji, bahwa dia akan segera
mengembalikan buku.
2. Kata hubung sebab atau alasan. Jenis ini digunakan sebagai penunjuk sebab atau
alasan dengan menggunakan kata karena. Conto: Ani tidak dapat menolak karena merasa
malu.
3. Kata hubung akibat atau pengaruh. Jenis ini digunakan untuk menunjukkan akibat
atau pengaruh tentang suatu hal dengan menggunakan kata sehingga. Contoh: Ina belajar
demikian keras, sehingga membuat dia sakit.
4. Kata hubung tujuan atau maksud. Jenis ini digunakan untuk menunjukkan maksud
atau tujuan tentang suatu hal dengan menggunakan kata supaya atau agar. Contoh: Hima
bangun pagi – pagi, supaya tidak terlambat.
5. Kata hubung waktu. Jenis ini digunakan untuk menunjukkan maksud atau tujuan
tentang suatu hal, dengan menggunakan kata segera setelah, selagi, selama, sebelum, hingga,
sampai, setelah, dan sejak. Contoh: Saya akan ke pasar, setelah membersihkan rumah.

Konjungsi Berdasarkan Fungsi


Jika dilihat dari fungsinya, konjungsi juga dapat dibagi lagi ke dalam beberapa bentuk.
Berikut adalah macam –macam konjungsi berdasarkan fungsinya :
1. Konjungsi Aditif (gabungan)
Konjungsi aditif disebut juga konjungsi gabungan. Konjungis ini merupakan konjungsi
koordinatif yang berfungsi untuk menggabungkan dua kata, frasa, klausa, atau kalimat
dengan kedudukan yang sederajat. Misal : dan, lagi, lagi pula, dan serta.

2. Konjungsi Pertentangan
Konjungsi pertentangan menghubungkan dua bagian kalimat yang sederajat, akan tetapi
dengan mempertentangkan kedua bagian kalimat tersebut. Bagian kedua umumnya
menduduki posisi yang lebih penting dari bagian pertama. Contoh : padahal, tetapi,
sedangkan, akan tetapi, melainkan, sebaliknya, dan namun.

3. Konjungsi Disjungtif (pilihan)


Konjungsi pilihan ini menghubungkan dua unsur yang sederajat dan berfungsi untuk memilih
salah satu dari dua atau lebih hal. Contoh : maupun, atau….atau, atau, baik…baik…, dan
entah…entah…

4. Konjungsi waktu
Konjungsi waktu memiliki fungsi untuk menjelaskan hubungan waktu antara dua hal atau
beberapa peristiwa. Kata-kata konjungsi yang bersifat temporal dapat menjelaskan hubungan
yang tidak sederajat atau pun sederajat.

Contoh konjungsi waktu dengan menghubungkan kalimat yang tidak sederajat: apabila,
bilamana, hingga, sementara, sejak, selama, ketika, bila, sambil, sebelum, sesudah,sedari,
seraya, waktu, sampai, demi, setelah, semenjak, dan tatkala. Contoh konjungsi waktu dengan
menghubungkan dua bagian kalimat sederajat : sebelumnya dan sesudahnya.

5. Konjungsi Final (tujuan)


Konjungsi tujuan atau disebut juga konjungsi final ini sejenis modalitas yang menjelaskan
maksud dan tujuan dari suatu peristiwa, atau tindakan. Kata-kata yang umumnya dipakai
guna menyatakan hubungan ini misalnya: guna, untuk,supaya, dan agar.

6. Konjungsi Sebab (kausal)


Konjungsi sebab disebut juga kausal. Konjungsi ini menjelaskan bahwa suatu peristiwa
terjadi karena sebab tertentu. Bila anak kalimat ditandai dengan konjungsi sebab, artinya
induk kalimat merupakan akibatnya. Kata-kata yang digunakan untuk menyatakan hubungan
sebab contohnya meliputi : sebab, sebab itu, karena, dan karena itu.

7. Konjungsi Akibat (konsekutif)


Konjungsi akibat disebut juga konsekutif. Konjungsi ini menjelaskan bahwa suatu peristiwa
terjadi diakibatkan oleh suatu hal yang lain. Pada kalimat ini, anak kalimat ditandai konjungsi
yang menyatakan akibat, sedangkan peristiwa dinyatakan dalam bentuk induk kalimat. Kata-
kata yang digunakan dalam menandai konjungsi akibat adalah : sehingga, sampai, dan
akibatnya.
8. Konjungsi Syarat (kondisional)
Konjungsi syarat atau kondisional menjelaskan tentang suatu hal yang terjadi ketika syarat
-syarat yang disebut telah terpenuhi. Kata -kata yang menyatakan hubungan ini meliputi: jika,
jikalau, asalkan, apabila, kalau, dan bilamana.

9. Konjungsi Tak Bersyarat


Kata penghubung tak bersyarat menjelaskan bahwa suatu hal dapat terjadi tanpa perlu syarat
– syarat yang harus dipenuhi. Contoh yang termasuk dalam konjungsi tak bersyarat ini
meliputi : meskipun, walaupun, dan biarpun.

10. Konjungsi Perbandingan


Konjungsi perbandingan berfungsi untuk menghubungkan dua hal dan dilakukan dengan cara
membandingkan kedua hal tersebut. Kata- kata yang sering digunakan s meliputi : sebagai,
seperti, seakan-akan, bagai, bagaikan, ibarat, umpama, sebagaimana,dan daripada.

11. Konjungsi Korelatif


Konjungsi korelatif menghubungkan dua bagian kalimat yang mempunyai hubungan
sedemikian rupa sehingga kalimat yang satu dapat langsung mempengaruhi yang lain atau
kalimat satu melengkapi kalimat lain.

Konjungsi korelatif dapat digunakan pada kalimat dengan hubungan timbal-balik. Contoh
konjungsi korelatif: sedemikian rupa…, tidak hanya….tetapi juga…, kian….. kian,
bertambah……bertambah, semakin …..semakin, sehingga…, baik…, dan maupun.

12. Konjungsi Penegas (menguatkan atau intensifikasi)


Konjungsi penegas memiliki fungsi untuk menegaskan atau meringkas bagian -bagian
kalimat yang telah disebut sebelumnya, termasuk berbagai hal yang menyatakan rincian.
Contoh konjungsi penegas: bahkan, apalagi, misalnya, umpama, yaitu, yakni, ringkasnya, dan
akhirnya.

13. Konjungsi Penjelas (penetap)


Konjungsi penjelas atau penetap ini memiliki fungsi untuk menghubungkan bagian kalimat
terdahulu dengan perinciannya. Contoh konjungsi penjelas : bahwa.

14. Konjungsi Pembenaran (konsesif)


Konjungsi pembenaran adalah konjungsi subordinatif yang menghubungkan antara dua hal
dan dilakukan dengan cara membenarkan atau mengakui suatu hal, sekaligus dengan menolak
hal lain yang ditandai oleh konjungsi tersebut.

Pembenaran dinyatakan dalam bentuk klausa utama (induk kalimat), sementara penolakan
dinyatakan ke dalam anak kalimat yang didahului konjungsi seperti: walaupun, ungguhpun,
meskipun, kendatipun, biar, sbiarpun, dan sekalipun.

15. Konjungsi Urutan


Konjungsi urutan berfungsi untuk menunjukkan kalimat yang menyatakan urutan akan
sesuatu hal atau peristiwa. Contoh konjungsi urutan : lalu, mula-mula, dan kemudian.
16. Konjungsi Pembatasan
Konjungsi pembatasan ini memiliki fungsi untuk menunjukkan adanya pembatasan terhadap
suatu hal atau dalam batas-batas mana suatu perbuatan dapat dikerjakan. Contoh konjungsi
pembatasan, misalnya : kecuali, selain, dan asal.

17. Konjungsi Penanda


Konjungsi penanda berfungsi untuk menyatakan penandaan terhadap sesuatu hal. Contoh
konjungsi penanda : umpama,misalnya, contohnya. Selain itu, terdapat konjungsi penanda
pengutamaan, dengan contoh seperti : pokok, paling utama, dan terutama.

18. Konjungsi Situasi


Konjungsi situasi menjelaskan suatu perbuatan yang terjadi atau berlangsung dengan keadaan
atau kondisi tertentu tertentu. Contoh konjungsi situasi : sedang, padahal, sedangkan, dan
sambil.

Berdasarkan penjelasan di atas, sudahkah saudara memahami tentang konjungsi? Terdapat


berbagai macam jenis konjungsi yang perlu dipelajari dan dipahami. Masing – masing jenis
tersebut memiliki fungsi yang berbeda. Selamat belajar dan semoga tulisan ini bermanfaat
bagi semuanya.

Menyunting Kata, Kalimat, dan Paragraf

Mengidentifikasi Kesalahan Penggunaan Kata, Konjungsi, dan Kalimat

1.      Menyunting Kata
Kata harus disunting atau diperbaiki karena kata tersebut dianggap tidak baku jika tidak
sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ejaan yang Disempurnakan dana Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia. Dalam menyunting kata dalam paragraf, sebaiknya berpedoman pada tiga
kaidah tersebut. Kata yang disunting dalam paragraf berupa kata tidak baku. Kata tidak baku
penulisannya tidak sesuai dengan pedoman atau kaidah-kaidah tersebut.

2.      Menyunting Konjungsi
Konjungsi yang dianggap tidak tepat dan harus disunting karena penggunaan konjungsi tidak
sesuai dengan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Menyunting konjungsi dalam paragraf
sebaiknya berpedoman pada kaidah yang berlaku. Penyuntingan konjungsi memperhatikan
makna dan maksud kalimat.

3.      Menyunting Kalimat
Kalimat dianggap tidak tepat jika tidak efektif. Sebuah kalimat dianggap tidak efektif karena
berbagai penyebab berikut :
a.       Ketidaklengkapan Unsur Kalimat
Dalam sebuah kalimat minimal terdapat dua unsur, yaitu subjek dan predikat. Jika unsur
tersebut tidak ada didalam kalimat, kalimat menjadi tidak efektif.
Contoh :
Sebagai tempat membaca, harus dilengkapi dengan fasilitas memadai.
Kalimat tersebut tidak efektif karena tidak menjelaskan sesuatu yang harus dilengkapi.
Kalimat tersebut tidak menyertakan subjek kalimat. Suntingan kalimat tersebut adalah
Sebagai tempat membaca, perpustakaan harus dilengkapi dengan fasilitas memadai.

b.      Ketepatan Penempatan Unsur dalam Kalimat


Unsur-unsur dalam kalimat juga harus diletakkan di tempat yang tepat. Jika unsur-unsur
tersebut diletakkan tidak pada tempatnya, kalimat akan menjadi tidak efektif.
Contoh :
Petani sebelum ada kebijakan impor gula dari Pemerintah, tidak pernah mengalami
kerugian hingga puluhan juta rupiah.
Kalimat tersebut tidak efektif karena salah meletakkan kata petani. Kata petani seharusnya
diletakkan di belakang tanda koma. Suntingan kalimat tersebut adalah Sebelum ada kebijakan
impor gula dari Pemerintah, petani tidak pernah mengalami kerugian hingga puluhan juta
rupiah.

c.       Penggunaan Unsur Kalimat secara Berlebihan


Ketidakefektifan kalimat juga dapat dilihat dari penggunaan unsur kalimat secara berlebihan.
Unsur berlebihan itu dapat berupa penggunaan kata sama arti atau pemakaian kata tugas yang
tidak perlu.
Contoh :
Para ibu-ibu sedang mengikuti penyuluhan hidup sehat dan bersih.
Kalimat tersebut tidak efektif karena keduanya menunjukkan makna jamak. Kata ibu tidak
perlu diulang. Suntingan kalimat tersebut adalah Para ibu sedang mengikuti penyuluhan
hidup sehat dan bersih atau Ibu-ibu sedang mengikuti penyuluhan hidup sehat dan bersih.

d.      Pilihan Kata Tidak Tepat


Ketidakefektifan kalimat juga dapat disebabkan oleh pilihan kata tidak tepat.
Ketidakefektifan tersebut dapat dipengaruhi oleh bahasa sehari-hari atau bahasa asing. Selain
itu, ketidakpahaman terhadap arti sebuah kata menyebabkan penggunaan kata tersebut tidak
tepat.
Contoh :
Kepada yang tidak pernah ke gunung ini pasti akan merasakan betapa dingin udara di
sini.
Kalimat tersebut tidak efektif karena terdapat ketidakcocokan antara kata pernah dan akan.
Kata pernah menunjukkan sudah dilakukan, sedangkan kata akan menunjukkan belum
dilakukan. Seharusnya, kata akan diganti dengan sudah. Kata depan kepada juga sebaiknya
dihilangkan. Suntingan kalimat tersebut adalah Mereka yang pernah ke gunung ini pasti
sudah merasakan betapa dingin udara di sini.

e.       Tidak Logis
Kelogisan sebuah kalimat perlu diperhatikan. Kalimat tidak logis akan menjadi tidak efektif.
Contoh :
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, selesailah karya tulis
ini.
Kalimat tersebut tidak logis karena tiak mungkin hanya dengan mengucap syukur saja
penulisan karya tulis dapat selesai.

Kata Baku
Pengertian kata baku adalah kata yang digunakan sesuai dengan aturan kaidah bahasa
Indonesia yang telah ditentukan. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata baku digunakan
dalam kalimat resmi baik lisan ataupun tertulis dengan pengungkapan gagasan secara
tepat.Bahasa baku mempunyai kaidah relatif tetap dan dapat dijadikan pedoman untuk
pemakaian bahasa yang benar dan tidak benar.

- Fungsi Bahasa Baku


Fungsi bahasa baku diantaranya adalah sebagai berikut.

Pemersatu
Bahasa baku dapat menghubungkan semua penutur berbagai dialek bahasa sehingga mampu
mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bahasa.

Pemberi Kekhasan
Pemberi kekhasan dapat digunakan guna membedakan bahasa baku dengan bahasa lainnya.
Adanya fungsi pemberi kekhasan, bahasa baku memperkuat perasaan kepribadian nasional
masyarakat yang bersangkutan.

Pembawa Kewibawaan
Penutur yang mahir dalam berbahasa Indonesia dengan baik dan benar akan memperoleh
wibawa dimata orang lain.

Sebagai Kerangka Acuan


Kaidah dan norma bahasa baku menjadi tolak ukur tentang benar atau tidaknya pemakaian
bahasa orang perorangan atau golongan.

- Penggunaan Bahasa Baku


Bahasa baku digunakan dalam kegiatan berikut ini.
 Komunikasi resmi, misalnya upacara kenegaraan, rapat dinas, surat menyurat
resmi,dan perundang-undangan.
 Wacana teknis, misalnya laporan penelitian, karangan ilmiah, lamaran pekerjaan, dan
lain sebagainya.
 Pembicaraan dengan orang yang dihormati.
 Sebagai bahasa pengantar dalam bidang pendidikan dan pengajaran.

- Sifat- Sifat Kata Baku


Berikut merupakan sifat dari kata baku, yaitu :

 Kemantapan dinamis.
 Bersifat kecendekiaan.
 Penyeragaman kaidah.

Baku dan Tidak Baku


Kebakuan dan ketidakbakuan suatu kata dapat dilihat dari segi fonologi. Berikut merupakan
kata baku dan tidak baku dari segi fonologi, sebagai berikut.

Alternasi (penggantian) vokal

Contoh : apotek (baku) apotik (tidak baku)

Alternasi (penggantian) konsonan

Contoh : aktif (baku) aktip (tidak baku)

Penyederhanaan deret vokal

Contoh : hakikat (baku) hakekat (tidak baku)

Penyederhanaan gugus konsonan

Contoh : kompleks (baku) komplek (tidak baku)

Penggantian huruf vokal

Contoh : detail (baku) detil (tidak baku)

Penambahan huruf vokal

Contoh : justru (baku) justeru (tidak baku)

Penghilangan huruf vokal

Contoh : anugerah (baku) anugrah (tidak baku)

Pembentukan deret huruf vokal


Contoh : diktat (baku) diktaat (tidak baku)

Pengganti huruf konsonan

Contoh : Novenber (baku) Nopember (tidak baku)

Penggantian konsonan dengan vokal dan sebaliknya

Contoh : frekuensi (baku) frekwensi (tidak baku)

Pengertian Kata Serapan


Kata serapan merupakan kata yang diambil dari bahasa lain, baik bahasa daerah maupun
bahasa asing. Ejaan, ucapan dan pengucapannya disesuaikan dengan peraturan masyarakat
Indonesia untuk memperkaya kosakata.

Peranan kosakata bahasa daerah dan bahasa asing yang diserap kedalam bahasa Indonesia
dapat diketahui dengan merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Selain sumber
rujukan dalam memahami makna kata suatu bahasa, kamus merupakan rekaman tertulis
penggunaan bahasa yang pernah digunakan masyarakat.

Berikut merupakan contoh kata serapan, yaitu :

Actor = aktor

Aplication = aplikasi

Calculator = kalkulator

Kata Imbuhan
- Jenis Imbuhan

Imbuhan atau afiks dapat diberdakan menjadi 3:


1.Prefiks atau awalan (ber-, ter-, se-, meng-, di-, ke-, pe-, per-)
2.Infiks atau sisipan (-in-)
3.Sufiks atau akhiran (-an, -i, -kan, -nya)
4.Konfiks atau simulfiks (pe-an, ke-an).
5.Imbuhan gabung

- Makna Imbuhan

a.Penimbangan yang kamu lakukan harus diulang (proses menimbang)


b.Adik di diajak ibu ke penimbangan balita (tempat menimbang)
Untuk menentukan makna imbuhan dengan mudah, dapat dilakukan dengan cara berikut:
1.Gantilah imbuhan yang ditanyakan dengan tanda titik-titik.
2.Isilah titik-titik tersebut dengan kata yang sesuai dengan makna kalimat asal.
3.Dalam pengisian, bentuk dasar kadang-kadang perlu ditambahio imbuhan.
Contoh:
Apa makna imbuhan me-kan pada “Upaya meninggikan tanggul sudah dikerjakan.
Langkah 1: Upaya …tinggi tanggul sudah dikerjakan.
Langkah 2: Upaya membuat tanggul jadi tinggi sudah dikerjakan.
Jadi makna me-kan pada kalimat di atas: membuat jadi …

Reduplikasi atau Kata Ulang


Reduplikasi atau kata ulang adalah kata yang memiliki bentuk dasar yang diulang. Jadi yang
diulang adalah bentuk dasarnya (kata yang menjadi dasar bagi proses pembentukan
berikutnya), bukan kata dasarnya. Penentuan bentuk dasar didasarkan pada makna.
Contoh:
a. Ia menusuk-nusukkan pisau ke pohon pisang 
Makna perulangannya: berkali-kali menusukkan 
Jadi, bentuk dasarnya : menusukkan
Karena itu, menusuk-nusukkan tergolong reduplikasi / kata ulang sebagian
b. Kami bersalam-salaman
Makna perulangannya: saling bersalaman 
Jadi, bentuk dasarnya : bersalaman
Karena itu, bersalam-salaman tergolong reduplikasi/kata ulang sebagian.

- Prinsip Reduplikasi
1. Memiliki bentuk dasar yang diulang
2. Tidak mengubah jenis kata.
Artinya, dari bentuk dasar nomina harus tetap menjadi nomina, dari verba tetap menjadi
verba, dan sebagainya
4.Bnetuk dasar merupakan kata yang memiliki makna yang lazim.

- Makna Reduplikasi
Makna repulikasi bergantung pada konteks kalimatnya. Adapun kemungkinan maknanya
antara lain:
1.banyak (mobil-mobil, siswa-siswa, kursi-kursi, tetamu)
2.sangat/kualitatif (cepat-cepat, tinggi-tinggi)
3.superlatif/paling (secepat-cepatnya, setinggi-tingginya)
4.berulang-ulang atau frekuentatif (tersenyum-senyum, melempar-lemparkan)
5.agak (kemerah-merahan, kehijau-hijauan)
6.menyerupai (keibu-ibuan, kekakan-kanakan)
7.saling/resiprokal (pandang-memandang, bersalam-salaman)
8.bermacam-macam (sayur-mayur, buah-buahan) 

- Jenis Reduplikasi
1. Reduplikasi Utuh, yaitu pengulangan bentuk dasar yang sama persis (makan-makan, pagi-
pagi, jauh-jauh)
2. Reduplikasi Sebagian, yaitu pengulangan atas sebagian bentuk dasar (bersama-sama,
tersenyum-senyum, masak-memasak)
3. Reduplikasi Berimbuhan, yaitu pengulangan bentuk dasar yang selanjutnya dilekati
imbuhan (mobil-mobilan, secepat-cepatnya, kemerah-merahan)
4. Reduplikasi Berubah Bunyi atau Bervariasi Fonem, yaitu pengulangan bentuk dasar
dengan mengalami perubahan bunyi. Jenis ini dibedakan lagi atas:
a. Berubah konsonan (sayur-mayur, beras-petas, lauk-pauk)
b. Berubah vokal (lika-liku, liak-liuk)
5. Reduplikasi Suku Depan atau Dwipurwa, yaitu pengulangan atas suku pertama bentuk
dasar. Pengulangan jenis ini selalu disertai dengan perubahan bunyi vokal suku pertama
menjadi /e/ (sesama, tetamu, rerumputan)
6. Reduplikasi Semu, yaitu kata dasar yang bentuknya menyerupai redupikasi (lumba-lumba,
kura-kura, laba-laba)

Frasa

Frasa adalah satuan yang terdiri dari dua kata atau lebih yang menduduki satu fungsi
kalimat. Frasa tidak bisa membentuk kalimat sempurna karena tidak mempunyai predikat.

Contoh frasa: Tiga orang mahasiswa baru itu sedang membaca buku di perpustakaan.

Perhatikan penjelasan fungsi kalimat di atas:

 Tiga orang mahasiswa (S)


 sedang membaca (P)
 di perpustakaan (Ket. tempat).

Kalimat di atas terdiri atas tiga frasa, yaitu ‘tiga orang mahasiswa’, ‘sedang membaca’, dan
‘di perpustakaan’.

- Ciri-Ciri Frasa

 Frasa harus terdiri minimal dua kata atau lebih


 Menduduki atau mempunyai fungsi gramatikal dalam kalimat
 Frasa harus mempunyai satu makna gramatikal
 Frasa bersifat nonpredikatif
 Frasa selalu menduduki satu fungsi kalimat

- Kategori Frasa

1. Frasa Setara dan Frasa Bertingkat


Suatu frasa disebut setara jika unsur penyusun nya mempunyai kedudukan yang sama atau
setara.

Contoh: Saya dan adik makan-makan dan minum-minum di taman depan.


Frasa “saya dan adik” merupakan frasa sama, karena antara unsur “saya” dan unsur “adik”
memiliki kedudukan yang setara atau tidak saling menjelaskan.

Demikian juga frasa “makan-makan” dan “minum-minum” termasuk frasa setara.

Frasa setara ditandai oleh adanya kata ‘dan‘ / ‘atau‘ di antara kedua unsur nya.

Selain frasa setara, ada pula frasa bertingkat. Frasa bertingkat merupakan frasa yang terdiri
atas inti dan atribut.

Contoh: Kakak akan pergi nanti malam.

Frasa “nanti malam” terdiri atas unsur atribut dan inti.

2. Frasa Idiomatik
Perhatikan 2 kalimat dibawah ini:

(a) Dalam peristiwa kebakaran kemarin, seorang penjaga toko menjadi kambing hitam.

(b) Untuk menyelamati saudaranya, keluarga Pinto menyembelih seekor kambing hitam.

Kalimat (a) dan (b) menggunakan frasa yang sama, yaitu frasa ‘kambing hitam‘.

Pada kalimat (a) kambing hitam bermakna orang yang dipersalahkan dalam suatu kejadian,
sedangkan dalam kalimat (b) bermakna seekor kambing yang mempunyai warna bulu hitam.

Makna kambing hitam di kalimat (a) tidak ada hubungannya dengan makna kata kambing
dan hitam.

Nah frasa yang maknanya tidak bisa dijelaskan berdasarkan makna kata yang membentuknya
dinamakan frasa Idiomatik.

Menyunting Ejaan dan Tanda Baca

Menulis Judul Sesuai Pedoman Umum Bahasa Indonesia

1. Setiap Huruf di Awal Kata Ditulis Dengan Huruf Kapital


Ada beberapa ragam cara penulisan judul, di antaranya adalah menulis keseluruhan huruf
dengan huruf kapital (contoh: ANAK PERAWAN DI SARANG PENYAMUN). Cara itu
tidak salah, tetapi menimbang dari segi kerapian, banyak yang lebih memilih cara
konvensional. Cara penulisan judul yang benar adalah menulis setiap awal kata dengan huruf
kapital, terutama huruf pada kata paling depan (perhatikan: Siti Nurbaya, Salah Asuhan,
Ronggeng Dukuh Paruk). Aturan ini berlaku untuk hampir semua jenis kata termasuk nama,
tempat, sifat, keterangan. Namun, ada beberapa pengecualian yang akan dijelaskan pada
poin-poin berikut.
 
2. Gunakan Huruf Kecil untuk Preposisi, Konjungsi, dan Interjeksi
Yang dimaksud dengan preposisi adalah kata depan yang diikuti oleh kata lainnya. Dilihat
dari fungsinya, kata ini memiliki fungsi untuk menjelaskan dan memberikan kesinambungan
antara kata sebelum dan kata selanjutnya. Yang termasuk dalam preposisi adalah: di, ke,
pada, dalam, yaitu, kepada, daripada, untuk, bagi, ala, bak, tentang, mengenai, sebab, secara,
terhadap, dst.
Contoh judul menggunakan preposisi:

1. Tips Memasak Daging ala Chef Juna


2. Surat dari Praha
3. Anak Perawan di Sarang Penyamun

 
Sedangkan konjungsi adalah nama lain dari kata sambung. Kata ini memiliki fungsi untuk
menghubungkan kata-kata, kalimat-kalimat, dan ungkapan-ungkapan dan tidak memiliki
makna khusus jika berdiri sendiri. Kata-kata yang termasuk konjungsi termasuk dan, atau,
tetapi, ketika, seandainya, supaya, pun, seperti, oleh, karena, sehingga, bahwa, kalau, untuk,
kemudian.
Contoh konjungsi dalam suatu judul:

1. Si Jamin dan Si Johan


2. Dahulu Kaya, kemudian Miskin: Sebuah Antologi Kisah

 
Terakhir, interjeksi, adalah istilah lain untuk kata seru yang mengungkapkan isi hati dari si
pembicara. Kata ini relatif jarang ditemui pada judul karya-karya tulis serius, tetapi banyak
menjadi pilihan untuk narasi yang bersifat ekspresif. Contoh interjeksi adalah Alhamdulillah,
duh, ih, cih, yuk, wah, wow, amboi, ah, lho, dan lain-lain.
Perhatikan judul-judul berikut:

1. Gaya Busana Adik Alyssa Soebandono Ini Tidak Kalah dengan Kakaknya, lho!
2. Jalan-Jalan ke Maldives, yuk!

 
Meskipun demikian, ketiga jenis kata partikel tersebut harus tetap ditulis dengan huruf kapital
apabila letaknya di kata pertama sebuah judul, sesuai dengan kaidah awal. Kita bisa
menjadikan sejumlah karya besar sebagai contoh pengecualian ini,  termasuk Dari Ave Maria
sampai Jalan Lain ke Roma, Kalau Tak Untung,  atau judul-judul berita yang sering kita lihat
seperti: Wow, Lihat Nasib Artis Ini Sekarang!
 
3. Perhatikan Kaidah Huruf Kapital pada Kata Ulang
Terkadang, kita menemukan kata ulang pada judul yang akan kita gunakan. Untuk
mengetahui cara penulisannya, pertama-tama kita harus mengenali bentuk kata ulang
tersebut. Pada dasarnya, kata ulang bisa didefinisikan sebagai kata yang telah mengalami
pengulangan (reduplikasi) pada kata dasarnya. Kata ulang murni (dwilingga) dan kata ulang
semu harus ditulis dengan huruf kapital di setiap awal kata karena sifatnya yang bisa dibilang
tidak mengalami perubahan apapun. Seperti contoh-contoh berikut:

1. Pengalamanku Menyembelih Biri-Biri di Hari Raya Kurban


2. Hidup Si Kupu-Kupu Malam
3. Sayap-Sayap Kenangan
4. Kecil-Kecil Jadi Manten

 
Sedangkan bentuk kata ulang sebagian, kata ulang berimbuhan, kata ulang dwipurwa, dan
kata ulang perubahan—semua yang sederhananya sudah mengalami perubahan bentuk—
hanya ditulis kapital pada huruf pertama kata ulang. Seperti pada judul-judul berikut ini:

1. Kapolres Situbondo: Gerak-gerik Ibu Korban Mencurigakan


2. Berjalan-jalan di Kota Surabaya
3. Cerai-berai Negeriku

Menulis Sapaan, Gelar, dan Singkatan

1. Singkatan
A. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
– Muh. Yamin
– Sman Hs.
– M.B.A. (Master of business administration)
– M.sc. (Master of science)
– S.pd. (Sarjana Pendidikan)
– Bpk. (Bapak)
– Sdr. (kolonel)
B. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi,
serta nama dokumen resmi yang terdisi atas huruf awal kata ditulis dengan huruf capital dan
tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya :
– MPR (Majelis Perwakilan)
– PGRI ( Persatuan Guru Republik Indonesia)
C. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu titik.
Misalnya :
– dsb. (dan sebagainya)
– hlm. (halaman)
D. Singkatan Umum yang terdiri atas dua huruf, setiap huruf diikuti titik.
Misalnya :
– a.n. (atas nama)
– d.a. (dengan Alamat)
E. Lambang Kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan dan mata uang tidak diikuti
tanda titik.
Misalnya :
– Cu (kuprum)
– Cm ( sentimeter)
2. Akronim
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya
dengan huruf kapital.
Misalnya :
ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)
LAN (Lembaga Administrasi Negara)
SIM (surat izin mengemudi)
b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata
dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Misalnya:
Akabri (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)
Iwapi (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia)
Sespa (Sekolah Staf Pimpinan Administrasi)
Pramuka (Praja Muda Karana)
c. Akronim yang buka nama diri yang berupa gabungan, suku kata, ataupun gabungan huruf
dan suku kata dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kecil.
Misalnya:
pemilu ( pemilihan umum)
rapim (rapat pimpinan)
rudal (peluru kendali)
tilang (bukti pelanggaran)

PENULISAN GELAR YANG BENAR


– Cara penulisan gelar akademik mengikuti aturan yang berlaku dalam EYD, yaitu pada
aturan tentang penulisan singkatan, pemakaian tanda titik (.), dan pemakaian tanda koma (,).
Ketentuan lengkapnya sebagai berikut:
– Setiap gelar ditulis dengan tanda titik sebagai antara antarhuruf pada singkatan gelar yang
dimaksud.
– Gelar ditulis di belakang nama orang.
Antara nama orang dan gelar yang disandangnya, dibubuhi tanda koma.
– Jika di belakang nama orang terdapat lebih dari satu gelar, maka di antara gelar-gelar
tersebut disisipi tanda koma.
1. Cara Penulisan Gelar Sarjana (S1)
– S.P. (sarjana pertanian)
– S.Pd. (sarjana pendidikan)
– S.Pd.I. (sarjana pendidikan Islam)
– S.Psi. (sarjana psikologi)
– S.Pt. (sarjana peternakan)
– S.E. (sarjana ekonomi)
– S.Ag. (sarjana agama)
– S.Fil. (sarjana filsafat)
– S.Fil.I. (sarjana filsafat Islam)
– S.H. (sarjana hukum)
– S.H.I. (sarjana hukum Islam)
– S.Hum. (sarjana humaniora)
– S.I.P. (sarjana ilmu politik)
– S.Kar. (sarjana karawitan)
– S.Ked. (sarjana kedokteran)
– S.Kes. (sarjana kesehatan)
– S.Kom. (sarjana komputer)
– S.K.M. (sarjana kesehatan masyarakat)
– S.S. (sarjana sastra)
– S.Si. (sarjana sains)
– S.Sn. (sarjana seni)
– S.Sos. (sarjana sosial)
– S.Sos.I. (Sarjana Sosial Islam)
– S.T. (sarjana teknik)
– S.Th. (sarjana theologi)
– S.Th.I. (sarjana theologi Islam)
2. Cara Penulisan Gelar Magister (S2)
– M.Ag. (magister agama)
– M.E. (magister ekonomi)
– M.E.I. (magister ekonomi Islam)
– M.Fil. (magister filsafat)
– M.Fil.I. (magister filsafat Islam)
– M.H. (magister hukum)
– M.Hum. (magister humaniora)
– M.H.I. (magister hukum Islam)
– M.Kes. (magister kesehatan)
– M.Kom. (magister komputer)
– M.M. (magister manajemen)
– M.P. (magister pertanian)
– M.Pd. (magister pendidikan)
– M.Pd.I. (magister pendidikan Islam)
– M.Psi. (magister psikologi)
– M.Si. (magister sains)
– M.Sn. (magister seni)
– M.T. (magister teknik)
3. Cara Penulisan Gelar Doktor (S3)
Dr (doktor)
4. Cara Penulisan Gelar Diploma
– Diploma satu (D1), sebutan profesional ahli pratama, disingkat A.P.
– Diploma dua (D2), sebutan profesional ahli muda, disingkat A.Ma.
– Diploma tiga (D3), sebutan profesional ahli madya, disingkat A.Md.
– Diploma empat (D4), sebutan profesional ahli, disingkat A.
5. Gelar Sarjana Luar Negeri
– B.A. (Bechelor of Arts)
– B.Sc. (Bechelor of Science)
– B.Ag. (Bechelor of Agriculture)
– B.E. (Bechelor of Education)
– B.D. (Bechleor of Divinity)
– B.Litt. (Bechelor of Literature)
– B.M. (Bechelor of Medicine)
– B.Arch. (Bechelor of Architrcture), dsb.
6.  Gelar Master Luar Negeri
– M.A. (Master of Arts)
– M.Sc. (Master of Science)
– M.Ed. (Master of Education)
– M.Litt. (Master of Literature)
– M.Lib. (Master of Library)
– M.Arch. (Master of Architecture)
– M.Mus. (Master of Music)
– M.Nurs. (Master of Nursing)
– M.Th. (Master of  Theology)
– M.Eng. (Master of Engineering)
– M.B.A. (Master of Business Administration)
– M.F. (Master of Forestry)
– M.F.A. (Master of Fine Arts)
– M.R.E. (Master of Religious Ediucation)
– M.S. (Mater of Science)
– M.P.H. (Master of Public Health), dsb.
7. Gelar Doktor Luar Negeri
– Ph.D. (Doctor of Philosophy);                      =>               Sigit Sugito, Ph.D.
– Ed.D. (Doctor of Education);                       =>               Sigit Sugito, Ed.D.
– Sc.D. (Doctor of Science);                          =>               Sigit Sugito, Sc.D.
– Th.D. (Doctor of Theology);                       =>               Sigit Sugito, Th.D.
– Pharm.D. (Doctor of Pharmacy);                  =>               Sigit Sugito, Pharm.D.
– D.P.H. (Doctor of Public Health);                 =>               Sigit Sugito, D.P.H.
– D.L.S. (Doctor of Library Science);               =>               Sigit Sugito, D.L.S.
– D.M.D. (Doctor of Dental Medicince);           =>               Sigit Sugito, D.M.D.
– J.S.D. (Doctor of Science of Jurisprudence). =>               Sigit Sugito, J.S.D., dsb.

Anda mungkin juga menyukai