Memaknai Istilah/Kata
Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna
konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.
(https://kbbi.web.id/istilah)
Makna kata atau istilah yang sering muncul dalam soal UN adalah makna kata leksikal.
Makna kata leksikal merupakan makna yang terdapat pada kata dasarnya tanpa bergabung
dengan bentuk lain. Makna leksikal dapat dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Makna kata atau istilah yang sering muncul dalam soal UN adalah makna kata leksikal.
Makna kata leksikal merupakan makna yang terdapat pada kata dasarnya tanpa bergabung
dengan bentuk lain. Makna leksikal dapat dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.
(SOAL UN 2016/2017)
Kunci Jawaban: C
Pembahasan:
Untuk menentukan makna suatu istilah dapat dicari pada Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Arti istilah sinkreitisme adalah sebagai berikut.
Cara menjawab
Untuk menentukan jawaban pertanyaan terhadap isi bacaan kita harus memahami pertanyaan
dan mencari jawaban yang sesuai dengan pertanyaan pada bacaan atau paragraf.
Isi pertanyaan nomor 4 menanyakan apa manfaat (unsur what). Jawaban pertanyaan tersebut
adalah sorgum dapat menjadi pengganti padi. Jawaban tersebut sesuai dengan kalimat nomor
2 .
Ide pokok merupakan ide atau gagasan yang membangun suatu bacaan. Dalam ide pokok
terdapat masalah utama yang dibahas dalam suatu paragraf. Melalui ide pokok akan
tergambar intisari dari bacaan yang diberikan.
1. Membaca teks bacaan dengan seksama, intensif, dan cermat isi paragraf.
2. Mencari kalimat utama dari bacaan yang diberikan.
3. Mengubah kalimat utama tersebut menjadi kalimat yang lebih kompleks.
4. Tandai informasi penting yang sesuai dengan bahasan pada kalimat utama pada
bacaan.
5. Baca kembali bacaan dengan teliti sampai kamu menemukan ide pokok bacaan.
Ide pokok dapat dikenali melalui ciri – ciri ide pokok. Dengan menggunakan ciri – ciri ide
pokok dari suatu bacaan juga akan memudahkan sobat idschool dalam menentukan ide pokok
bacaan. Sehingga, mengetahui ciri – ciri ide pokok bacaan akan membantu dalam
mengetahui cara menentukan ide pokok bacaan.
Ciri-ciri Ide Pokok:
1. Kalimat berupa pikiran utama atau gagasan utama.
2. Mengandung pokok persoalan atau inti persoalan.
3. Dinyatakan secara eksplisit dalam kalimat utama atau kalimat topik.
4. Ide pokok dituangkan dalam satu kalimat dan kalimat tersebut disebut juga kalimat
utama.
5. Biasanya kalimat utama dapat diidentifikasi dengan mudah
Letak ide pokok dapat berada di awal paragraf (deduktif), di akhir paragraf (induktif), awal
dan akhir paragraf (deduktif – induktif), dan menyebar di seluruh kalimat (paragraf narasi dan
deskripsi).
- Kalimat Utama
Kalimat utama adalah kalimat yang berisi pokok pikiran utama atau ide pokok utama dan
menjadi dasar untuk mengembangkan paragraf. Kalimat utama biasanya bersifat umum dan
memuat keseluruhan isi dalam suatu paragraf.
Kalimat utama tidak selalu berada di awal paragraf karena gagasan utama bisa berada di
akhir, atau ditengah, dan terkadang juga muncul bersamaan di awal dan akhir paragraf.
Kalimat utama disebut juga kalimat topik, hal itulah yang menyebabkan kalimat utama
menjadi acuan pengembangan paragraf.
Rika adalah anak yang rajin. Dia selalu bangun pagi setiap harinya. Biasanya ia sering
membantu ibunya memasak sebelum berangkat ke kampus. Bahkan terkadang dia ikut
berjualan di warung ibunya saat ada jam kosong di kampusnya.
- Kalimat Penjelas
Kalimat penjelas adalah uraian mengenai kalimat yang berisi penjelasan atau rincian kalimat
utama dalam suatu paragraf. Kalimat penjelas biasanya bersifat khusus, sehingga kalimat
tersebut harus menjelaskan secara detil mengenai apa yang sedang menjadi topik.
Inti kalimat adalah unsur-unsur inti dalam kalimat. Unsur-unsur tersebut wajib ada dan hadir
dalam sebuah struktur kalimat. Sebuah kalimat harus memiliki unsur subjek (S) dan predikat
(P). Jadi, inti kalimat adalah subjek dan predikat.
Contoh:
Adik menangis. (SP)
Ibu memasak. (SP)
Kayla bernyanyi. (SP)
Inti kalimat boleh ditambahi unsur objek (O) atau pelengkap (Pel). Kehadiran unsur O pada
kalimat aktif transitif dan pelengkap bergantung pada jenis kata yang menempati P.
Contoh:
Ayah menghadiri pernikahan. (SPO)
Rini membeli baju. (SPO)
Daerah kutub bersuhu rendah. (SPPel)
Mukanya terpenuhi jerawat. (SPPel)
Pencuri tertangkap warga. (SPPel)
Unsur keterangan (K) tidak termasuk ke dalam unsur inti kalimat.
Makna Rujukan
Kata rujukan benda atau sesuatu hal merupakan kata ganti yang digunakan untuk merujuk
kepada benda atau hal yang dianggap seperti sebuah benda. Kata rujukan yang digunakan
untuk merujuk kepada benda atau sesuatu hal terdiri dari kata ini, itu, dan tersebut. Berikut
contoh kalimatnya:
Kata rujukan kedua ialah kata rujukan orang atau yang diperlakukan seperti orang. Kata
rujukan tersebut merupakan kata ganti atau rujukan untuk orang atau sesuatu yang
diperlakukan atau dianggap seperti orang. Kata rujukan macam ini terdiri dari dia, ia,
mereka, beliau, dan lain sebagainya. Berikut contoh kalimatnya:
Dan, kata rujukan ketiga ialah kata rujukan tempat. Secara sederhana, kata rujukan tempat
merupakan kata ganti atau acuan kepada suatu tempat. Beberapa kata yang kerap digunakan
sebagai kata rujukan tempat ialah di sini, di situ, di sana, dan lain sebagainya. Berikut contoh
kata rujukan tempat:
1. Aku tinggal di Jalan Danau Limboto No 20. Di sana aku tinggal bersama orang tua
dan kedua adik laki-lakiku. (Kata ‘di sana’ mengacu kepada alamat tinggal ‘Jalan
Danau Limboto No 20’ dari kalimat sebelumnya).
2. Jakarta merupakan Ibukota Republik Indonesia. Di sana terdapat bangunan Monumen
Nasional (Monas) yang menjadi simbol kenegaraan Indonesia. (Kata ‘di sana’
mengacu kepada kota ‘Jakarta’ yang disebutkan pada kalimat sebelumnya).
3. Stadion Gelora Bung Karno (GBK) sudah sangat ramai disesaki oleh pendukung tim
nasional Indonesia. Sebab, di sini nanti akan diadakan laga persahabatan Indonesia
melawan Thailand. (Kata ‘di sini’ mengacu kepada ‘Stadion GBK’ yang disebutkan di
kalimat sebelumnya).
4. Selepas kuliah nanti, aku ingin bekerja di Papua. Di sana aku akan mengabdikan diri
untuk masyarakat. (Kata ‘di sana’ mengacu kepada tempat ‘Papua’ yang disebutkan
pada kalimat sebelumnya).
5. Warung Pak Juned cukup terkenal dengan kelengkapan barang yang dijualnya. Kamu
bahkan bisa mendapatkan gulungan kabel di situ. (Kata ‘di situ’ mengacu kepada
‘Warung Pak Juned’).
Kalimat simpulan adalah kalimat yang berisi opini atau pendapat akhir atas data-data yang
ada dalam teks. Rumusan kalimat simpulan bukan berupa salah satu kalimat dalam teks.
2. Buatlah opini atau pendapat yang mencakupi keseluruhan hal penting tersebut.
1. Perhatikan ciri khusus kalimat simpulan dalam paragraf misalnya kata jadi, oleh karena
itu, dengan demikian, dan sebagainya
3. Perhatikan isi kalimat/pernyataan. Kalimat simpulan berisi opini atau pendapat akhir
yang meliputi keseluruhan isi paragraph.
Simpulan adalah sesuatu yang disimpulkan atau pendapat terakhir berdasarkan uraian
sebelumnya. Menunjukkan bukti simpulan artinya menunjukkan kalimat/pernyataan yang
mendukung atau kalimat/pernyataan yang menjadi dasar penarikan simpulan.
Tips menunjukkan bukti simpulan yang tepat
1. Pahami isi simpulan dengan tepat.
2. Perhatikan kalimat/pernyataan yang berisi uraian sebelum kalimat simpulan. Dapat juga
uraian atau pendukung setelah simpulan.
3. Cari dan tentukan kalimat/pernyataan yang mendukung simpulan yang isinya berkaitan.
Mengomentari adalah memberikan ulasan atau tanggapan atas teks yang dibacanya
(untuk menerangkan atau menjelaskan isinya). Isi komentar dapat berupa tanggapan,
sanggahan, pendapat, pertanyaan, penolakan, dan persetujuan. Isi komentar dipandang tepat
apabila sesuai dengan isi teks. Komentar atau tanggapan adalah sambutan terhadap peristiwa,
masalah, ucapan, pendapat, atau gagasan yang berupa kritik. Tanggapan dapat berupa
pernyataan setuju,tidak setuju, suka, tidak suka, atau menambahkan pendapat.
Tanggapan yang dikeluarkan harus bersifat objektif dan disertai alasaan logis. Ada beberapa
unsur yang harus diperhatikan ketika kita mengemukakan tanggapan. Cara mengemukakan
tanggapan sebagai berikut :
1. 1. Tanggapan berhubungan atau sesuai dengan peristiwa, masalah, ucapan,
pendapat, atau gagasan yang sedang dibicarakan.
2. Tanggapan dapat mempercepat pemahaman masalah, penemuan sebab, dan pemecahan
masalah.
3. Tanggapan tidak mengulangi pendapat yang pernah disampaikan peserta lain.
4. Tanggapan disampaikan dengan kata dan kalimat tepat.
5. Tanggapan disampaikan dengan sikap terbuka dan sopan
Membaca Sastra
Karya sastra merupakan refleksi pemikiran, perasaan, dan keinginan pengarang lewat bahasa.
Setiap karya sastra menggunakan simbol yang memiliki makna tersendiri. Simbol-simbol
yang digunakan penulis untuk mengungkapkan ide dan perasaannya tersebut. Untuk
menentukan simbol dalam karya sastra, anda harus membaca dan mengartikan makna karya
satra tersebut.
Majas atau gaya bahasa adalah cara pengarang dalam mempergunakan bahasa sebagai alat
mengekspresikan perasaan dan buah pikiran yang terpendam di dalam jiwanya. Menurut
Henry Guntur Tringan, majas di bagi empat sebagai berikut.
1. Majas Perbandingan
a. Personifikasi
Majas yang melukiskan suatu benda dengan memberiksn sifat-sifat manusia kepada benda-
benda mati sehingga seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia atau benda hidup.
Contoh:
Baru tiga kilometer berjalan, mobilnya sudah batuk-batuk.
b. Metafora
Majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan perbandingan langsung dan tepat ats
dasar sifat yang sama atau hampir sama.
Contoh:
Raja siang telah pergi ke peraduannya.
c. Hiperbola
Majas yang melukiskan sesuatu dengan mengganti peristiwa atau tindakan sesungguhnya
dengan kata-kata yang lebih hebat pengertiannya untuk menyangatkan arti.
Contoh:
Kakak membanting tulang demi menghidupi keluarganya.
2. Majas Sindiran
a. Ironi
Majas sindirsn yang melukiskan sesuatu yang menyatakan sebaliknya dari apa yang
sebenarnya dengan maksud untuk menyindir orang.
Contoh:
Pandai sekali kamu, Bahasa Indonesiamu mendapat nilai 4.
b. Sinisme
Majas sindirian yang menggunakan kata-kata sebaliknya seperti ironi, tetapi kasar.
Contoh:
Itukah yang dinamakan bekerja?
c. Sarkasme
Majas sindiran yang terkasar atau langsung menusuk perasaan.
Contoh:
Otakmu memang otak udang!
3. Majas penegasan
a. Pleonasme
Majas penegasan yang menggunakan sepatah kata yang sebenarnya tidak perlu dikatakan lagi
karena arti kata tersebut sudah terkandung dalam kata yang diterangkan.
Contoh:
Salju putih sudah mulai turun ke bawah.
b. Repetisi
Majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan mengulang kata atau beberapak kata
berkali-kali yang biasanya dipergunakan dalam pidato.
Contoh:
Kita junjung dia sebagai pemimpin, kita junjung dia sebagai pelindung, kita junjung dia
sebagai pembebas kita.
4. Majas pertentangan
a. Antitesis
Majas yang melukiskan sesuatu denngan mempergunakan kepduan kita yang berlawanan arti.
Contoh:
Cantik atau tidak, kaya atau miskin, bukanlah suatu ukuran nilai seorang wanita.
b. Paradoks
Majas yang melukiskan sesuatu seolah-olah bertentangan, padahal maksud sesungguhnya
tidak karena objeknya berlainan.
Contoh:
Hati sunyi tinggal di Kota Jakarta yang ramai.
Masalah dalam cerita memunculkan konfik. Konflik merupakan pertemuan atau benturan
antara dua kekuatan yang berlawanan. Konflik dibedakan menjadi dua macam, yaitu: konflik
dari luar (fisik) dan dari dalam (batin).
Konflik dari luar terjadi antara tokoh dan sesuatu di luar dirinya. Konflik ini bisa terjadi
dengan lingkungan ataupun manusia. Konflik dari luar dibagi menjadi dua:
a. Konflik fisik merupakan konflik yang disebabkan benturan antara tokoh dan lingkungan.
Sebagai contoh konflik yang dialami tokoh akibat bencana alam.
b. Konflik sosial merupakan konflik yang muncul karena hubungan antarmanusia.
Misalnya: masalah pertikaian, perebutan, atau perceraian.
Konflik batin timbul dari dalam diri tokoh, konflik ini terjadi antara tokoh dan dirinya sendiri.
Konflik terdapat dalam strukutur alur dan alur merupakan salah satu unsur intrinsik. Unsur
intrinsik merupakan unsur yang membangun cerita dari dalam. Konflik dalam cerita
disebabkan oleh suatu peristiwa sebagai pemicunya. Konflik dalam cerita juga menyebabkan
terjadinya sebuah peristiwa. Sebab-akibat dalam karya sastra dapat dilihat dalam novel dan
cerpen.
Tema cerpen bisa bermacam-macam, mulai dari tema umum, isu masyarakat, kisah pribadi
pengarang, kisah percintaan, dan lain-lain. Bisa dikatakan bahwa tema merupakan nyawa
atau ruh dari setiap cerpen.
2. Tokoh Cerpen
Tokoh di dalam cerpen merupakan unsur intrinsik cerpen yang sangat penting selain tema.
Tokoh merupakan para pemain atau orang-orang yang terlibat di dalam sebuah cerita pendek.
Di dalam setiap cerita pendek terdapat dua jenis tokoh, yaitu tokoh utama dan tokoh
pembantu/ tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang berinteraksi langsung dengan konflik.
Sedangkan tokoh pembantu adalah tokoh yang diungkapkan dalam cerpen namun tidak
terlibat langsung dengan konflik.
Tokoh Protagonis, yaitu tokoh yang memiliki karakter baik dan umumnya berperan
sebagai tokoh utama dalam cerpen.
Tokoh Antagonis, yaitu tokoh yang memiliki karakter jahat. Tokoh antagonis
umumnya berinteraksi langsung dengan tokoh utama.
Tokoh Tritagonis, yaitu tokoh yang memiliki sikap dan karakter penengah. Biasanya
tokoh tritagonis berperan sebagai orang bijak dan mediator antara protagonis dan
antagonis.
Figuran, yaitu tokoh pendukung/ pembantu dan jarang muncul di dalam cerpen.
Namun, tokoh figuran dapat memberikan warna dan nuansa tersendiri pada cerpen
sehingga menjadi lebih hidup.
3. Penokohan Dalam Cerpen
Unsur penokohan masih berhubungan dengan tokoh di dalam cerpen. Jika tokoh cerpen
adalah para pelaku di dalam cerpen, maka penokohan adalah gambaran tentang karakter atau
watak tokoh tersebut.
Analitik, yaitu cara menjelaskan tentang watak dan karakter tokoh dengan
memaparkannya secara langsung. Misalnya, pemberani, penakut, keras kepala,
pemalu, dan lain-lain.
Dramatik, yaitu cara menjelaskan tentang sifat dan karakter toko secara tersirat.
Umumnya disampaikan melalui tingkah laku tokoh di dalam cerpen.
4. Alur/ Plot Cerpen
Alur atau Plot adalah unsur intrinsik cerpen yang menjelaskan mengenai rangkaian peristiwa
yang disampaikan oleh pengaran untuk membentuk cerita dalam cerpen. Dalam
menyampaikan cerita, biasanya penulis menggunakan beberapa tahapan, diantaranya:
Tahap perkenalan, yaitu tahapan pengenalan tokoh dan latar dalam cerpen.
Tahap kemunculan konflik, yaitu tahapan dimana konflik atau permasalahan mulai
muncul dalam cerpen.
Tahap klimaks, yaitu tahapan dimana konflik berada pada titik puncak. Biasanya
pada tahap ini tokoh utama mengalami kebingungan atau sedih.
Tahap peleraian, yaitu tahap dimana permasalahan mulai mereda dan terdapat solusi
yang diambil oleh tokoh utama.
Tahap penyelesaian, yaitu tahap akhir pada sebuah cerita pendek. Umumnya tahap
ini berakhir dengan kebahagiaan (happy ending).
Tahap-tahap di dalam cerpen diatur melalui alur jalan cerita. Alur cerita ini dapat membuat
cerpen menjadi lebih menarik dan membuat penasaran pembacanya.
Berikut ini adalah dua jenis alur yang sering digunakan dalam cerita pendek:
Alur maju, yaitu rangkaian cerita yang bergerak secara berurutan dimana urutannya
adalah pengenalan, munculnya masalah/ konflik, klimaks, peleraian, dan
penyelesaian.
Alur mundur, yaitu rangkaian cerita yang bergerak secara tidak berurutan. Pada alur
mundur biasanya pengarang membuatnya dengan memunculkan konflik terlebih
dahulu. Selanjutnya, terlihat beberapa peristiwa yang menjadi sebab-akibat
munculnya konflik tersebut.
5. Latar (Setting)
Latar/ setting adalah unsur intrinsik cerpen yang menjelaskan tentang tempat, waktu, dan
suasana di dalam cerpen. Unsur ini sangat erat hubungannya dengan tokoh dalam sebuah
cerita pendek.
Latar tempat, yaitu tempat-tempat yang disinggahi oleh tokoh utama di dalam
cerpen. Misalnya di rumah, di kantor, di kampus, dan tempat-tempat lainnya.
Latar waktu, yaitu keterangan mengenai waktu terjadinya peristiwa yang dialami
oleh tokoh utama. Misalnya, pagi hari, malam hari, masa lalu, pada jam tertentu.
Latar suasana, yaitu keterangan mengenai gambaran suasana dalam cerpen yang
mempengaruhi perasaan para tokoh. Misalnya, suasana romantis, suasana haru,
suasana seram, dan lain-lain.
6. Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan posisi seorang penulis di dalam cerpen. Dalam hal ini, penulis
cerpen dapat berperan sebagai orang pertama atau ketiga di dalam sebuah cerita pendek.
Sudut pandang orang pertama, yaitu cara seorang penulis menceritakan suatu
cerpen dengan memakai kata ganti “Aku”. Dengan kata lain, tokoh utama di dalam
cerpen tersebut adalah penulis itu sendiri.
Sudut pandang orang ketiga, yaitu cara seorang penulis menceritakan suatu cerpen
dengan memakai kata ganti “Dia”. Artinya, tokoh utama dalam cerpen adalah fiktif
atau hasil imajinasi si penulis.
7. Gaya Bahasa
Gaya bahasa merupakan unsur intrinsik cerpen yang berfungsi untuk memberikan kesan yang
lebih menarik. Misalnya dengan menggunakan majas, penggunaan diksi, dan cara merangkai
kata di dalam cerpen.
Masing-masing penulis cerpen tentunya memiliki ciri khas dalam penggunaan gaya bahasa.
Dan gaya bahasa tersebut sangat berkaitan dengan penceritaan yang dibangun pengarang
pada sebuah cerita pendek.
Bukti watak, latar(setting), dan nilai dalam karya sastra dapat ditemukan dengan mencermati
isi karya sastra dapat ditemukan dengan mencermati isi karya sastra tersebut. Temukan kata
kunci dan kata rujukan yanng menjelaskan bukti watak, latar atau nilai dalam karya sastra
tersebut. Kata kunci dan kata rujukan tersebut mempermudah Anda dalam menentukan bukti
watak, latar atau nilai.
1. Bukti watak dapat diketahui dengan penggambaran karakter tokoh. Cermati karakter tokoh
dalam cerita dengan seksama. Temukan perbuatan, dialoq, atau pemikiran tokoh yang
menunjukkan bukti watak dari tokoh tersebut.
2. Bukti latar (setting) dapat diketahui melalui pertanda waktu, tempat atau suasana.
Temukan kata kunci yang mendukung penggambaran latar dalam cerita tersebut, seperti
posisi matahari atau bulan, di sekolah, atau saat suasana gembira.
3. Bukti nilai dapat diketahui melalui perbuatan tokoh dalam cerita, kebiasaan tokoh dalam
cerita, atau hubungan tokoh dengan tokoh lain dalam cerita. Bukti nilai dapat ditemukan
melalui penggambaran pengarang terhadap nilai-nilai kehidupan yang ingin disampaikan
kepada pembaca.
Karya sastra seperti novel, cerpen, dan drama memiliki nilai-nilai kehidupan yang dapat
diambil sebagai pelajaran. Nilai-nilai kehidupan karya sastra tersebut tampak dalam unsur
eksrinsik. Unsur ekstrinsik karya sastra sebagai berikut.
1. Nilai Kehidupan Masyarakat
1. Nilai religius merupakan nilai yang berkaitan dengan kepercayaan dan ketugahanan,
atau keagamaan.
2. Nilai moral merupakan nilai-nilai berisi nasihat yang berhubungan dengan etika, budi
pekerti, perilaku, dan norma-norma yang terdapat pada masyarakat.
3. Nilai sosial merupakan nilai-nilai yang berhubungan erat dengan masalah sosial
dengan masyarakat.
4. Nilai budaya merupakan nilai yang berasal dari adat istiadat, kebudayaan, kebiasaan
mengakar dan dilakukan turun-temurun dalam kelompok masyarakat tertentu.
5. Nilai estetika merupakan nilai yang berkaitan erat dengan keindahan dan seni. Nilai
tersebut dapat dilihat dari segi bahasa, pemilihan diksi, diskripsi karakter maupun
setting, dan sebagainya.
6. Nilai edukasi merupakan nilai yang sangat erat dengan pendidikan.
C.Syair
Syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan irama sajak.
Biasanya terdiri dari 4 baris, berirama aaaa, keempat baris tersebut mengandung arti atau
maksud penyair (pada pantun, 2 baris terakhir yang mengandung maksud). Syair disebut juga
puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat larik (baris) yang berakhiran dengan bunyi
yang sama.
D, GURINDAM
Gurindam adalah Puisi yang timbul setelah adanya Pergaulan dengan orang-orang
hindu.Biasanya merupakan sajak dua baris yang mengandung petuah atau nasihat.
Contoh Gurindam :
Baik-baik memilih kawan
Salah-salah bisa jadi lawan
E.Seloka
Seloka merupakan bentuk puisi Melayu Klasik, berisikan pepetah maupun perumpamaan
yang mengandung senda gurau, sindiran bahkan ejekan. Biasanya ditulis empat baris
memakai bentuk pantun atau syair, terkadang dapat juga ditemui seloka yang ditulis lebih
dari empat baris. Kata “seloka” diambil dari bahasa Sansekerta, sloka.
F.Bidal/Pribahasa
Bidal adalah peribahasa atau pepatah yang mengandung nasihat, peringatan, sindiran, dan
sebagainya. bidal biasanya berupa kalimat singkat yang memiliki makna kiasan atau figuratif
yang bertujuan menangkis, menyanggah, atau menyindir.
Pengungkapan pikiran dan perasaan demikian tidak secara langsung, tapi dengan sindiran,
ibarat, dan perbandingan. Dilihat dari bentuknya, bidal tergolong dalam puisi lama.
Alasannya bentuk bidal yang singkat atau tidak sepanjang prosa.
G.Talibun
Talibun adalah pantun yang terdiri dari 4 baris (selalu genap)
Bentuk puisi lama dalam kesusastraan Indonesia (Melayu) yang jumlah barisnya lebih dari
empat, biasanya sampai 16-20, serta punya persamaan bunyi pada akhir baris (ada juga yang
seperti pantun dengan jumlah baris genap seperti 6, 8, 12).
Talibun sejenis puisi lama seperti pantun karena mempunyai sampiran dan isi, tetapi lebih
dari 4 baris ( mulai dari 6 baris hingga 20 baris). Berirama abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde.
F.Karmina
Karmina adalah Pantun kilat terdiri atas 2 baris/ Pantun dua seuntai (pantun kilat) baris
pertama
sebagai sampiran dan baris kedua sebagai isi berupa sindiran dengan rumus rima a-a.
2.Prosa Lama
Prosa Lama adalah seluruh hasil karya
Biasanya dicirikan dengan kesukaan pengarang untuk menggambarkan kehidupan
masyarakat di saat prosa itu dikarang.
Ciri-ciri prosa lama:
Istana Sentris
Dipengaruhi gaya bahasa asing karena pengaruh agama
Tanggal dan nama pengarang tidak dituliskan
Hingga saat ini berbagai karya sastra terus hadir seiring dengan perputaran kehidupan
manusia yang semakin berkembang dan terus mengalami perubahan dari hari ke hari bersama
dengan perubahan tahap demi tahap kehidupan manusia. Kehidupan di dunia ini setiap menit
dan detiknya seiring dengan perputaran kehidupan manusia terus mengalami berbagai
pergantian dalam ragam kisahnya. Karya sastra yang telah dibaca atau didengar oleh
penikmat karya sastra agar pembelajaran yang terdapat di dalamnya tidak menjadi sia-sia,
pembelajaran tersebut dapat diambil oleh si penikmat karya sastra untuk di terapkan dalam
kehidupannya.
Selain itu, pesan yang terdapat dalam karya sastra dapat dijadikan pengingat atau nasihat agar
penikmat karya sastra sastra dapat menjalani kehidupan yang lebih baik atau sebagai acuan
untuk mengatasi permasalahan kehidupan ketika masalah yang dihadapi serupa dengan
masalah yang dialami tokoh yang digambarkan dalam karya sastra.
Menentukan Resensi
Resensi adalah tulisan berisi ulasan, pertimbangan, atau pembicaraan suatu karya
(sastra, nonsastra, film, dan drama) dengan tujuan untuk menyampaikan informasi kepada
pembaca terhadap sebuah karya, patut mendapat sambutan atau tidak. Simpulan resensi buku
biasanya berusaha meyakinkan pembaca agar membaca buku yang diulas.
Menulis Terbatas
- Teks Eksposisi
Adapun ciri-ciri teks eksposisi yang diantaranya yaitu:
1. Judul
Judul hendaknya menggambarkan sesuatu yang dibahas dalam teks Eksposisi. Judul
hendaklah ditulis dengan kata-kata yang singkat, menarik dan sarat akan makna.
- Teks Deskripsi
Adapun 3 struktur yang menyusun teks deskripsi sehingga menjadi satu keutuhan. 3 struktur
tersebut yaitu:
1. Identifikasi
Penentu identitas seseorang, benda, dan sebagainya.
2. Klasifikasi
Penyusunan ber-sistem dalam kelompok menurut kaidah atau standar yang telah ditetapkan.
3. Deskripsi bagian
Bagian teks yang berisi tentang gambaran-gambaran bagian didalam teks tersebut.
- Teks Prosedur
Prosedur ini mempunyai beberapa ciri, yang dimana ciri umumnya itu diantaranya sebagai
berikut ini :
Adanya suatu tujuan dalam melaksanakan kegiatan atau juga langkah-langkah prosedur.
Adanya suatu bahan yang diperlukan apabila suatu prosedur tersebut bertujuan untuk dapat
membuat suatu produk.
Adanya suatu tata cara atau langkah-langkah yang harus dilakukan mengenai proses yang
dilakukan.
Adanya batasan suatu hal aturan yang harus dipatuhi didalam proses.
2. Bagian Material
Selanjutnya ada pada bagian material dari sebuah teks prosedur yang isinya terkait bahan,
alat, ataupun material yang diperlukan. Namun tak semua teks prosedur ada bagian yang satu
ini. Umumnya pemakaian bagian material ada dalam teks prosedur yang membahas tentang
pembuatan tertentu seperti pada pembuatan resep makanan ataupun lainnya.
- Teks Biografi
Teks biografi harus memuat informasi berdasarkan fakta pada toko yang diceritakan
dalam bentuk narasi
Memuat sebuah fakta pengalaman hidup suatu tokoh dalam memecahkan masalah-
masalah sampai pada akhirnya sukses, sehingga patut menjadi teladan
Orientasi
Tahap ini adalah bagian pengenalan suatu tokoh, berisi gambaran awal tentang tokoh tersebut
di dalam teks biografi.
Tahap ini adalah bagian kejadian atau peristiwa yang dialami oleh tokoh. Berisi penjelasan
suatu cerita baik itu berupa pemecahan masalah, proses berkarir, peristiwa menyenangkan,
menegangkan, menyedihkan hingga mengesankan yang pernah dialami oleh tokoh hingga
Reorientasi
Tahap ini adalah bagian penutup. Berisi mengenai pandangan penulis kepada tokoh yang
dikisahkan. Reorentasi ini bersifat opsional semata, jadi boleh ada maupun tidak ada.
Teks Narasi
Strukturnya meliputi
Pengenalan
Pada bagian ini berisi tentang pengenalan tokoh suasana ,latar dan lain sebagainya.
Awal Pertikaian
Pada bagian ini berisi konfik atau permasalahan awal yang ditampilkan oleh penulis.
Klimaks atau Puncak Pertikaian
Pada bagian ini berisi tentang ilustrasi konflik utama atau inti dari cerita.
Antiklimaks atau Penyelesaian
Pada bagian ini berisi tentang penyelesaian permasalahan yang terjadi dalam cerita
dan menandakan berakhirnya cerita.
Melengkapi Puisi
Puisi dibentuk oleh kata-kata yang indah dan bermakna tersirat. Untuk melengkapi puisi
dapat menggunakan pilihan kata yang bersajak sama dengan diatasnya dan sesuai tema puisi
atau menggunakan majas yang sesuai.
1. Penulisan puisi dituangkan dalam bentuk bait yang terdiri atas baris-baris, bukan
bentuk paragraf seperti pada prosa dan dialog seperti pada naskah drama.
2. Diksi yang digunakan dalam puisi biasanya bersifat kias, padat dan indah.
3. Penggunaan majas sangat dominan dalam bahasa puisi.
4. Pemilihan diksi yang digunakan mempertimbangkan adanya rima dan persajakan.
5. Setting, alur, dan tokoh dalam puisi tidak begitu ditonjolkan dalam pengungkapan.
1. Sinonim
Sinonim adalah beberapa kata yang memiliki bentuk berbeda, tetapim memiliki arti atau
pengertian sama atau mirip. Sinonim disebut juga persamaan kata atau padanan kata.
Contoh:
bohong = dusta
agung = besar
ayah = bapak
ibu = mama
tante = bibi
paman = om
sudah = telah
seba = karena
cinta = kasih
mati = meninggal
2. Konotasi
Konotasi adalah tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika
berhadapan dengan sebuah kata; makna yang ditambahkan pada makna denotasi. Jadi, makna
konotasi adalah makna atau arti tambahan pada arti sebenarnya, bukan makna kias. Makna
konotasi bukan ungkapan karena ungkapan yang bermakna kias.
Contoh:
Makna Denotasi Makna Konotasi
mati meninggal
penjara bui
bekas mantan
3. Ungkapan
Ungkapan atau idiom adalah gabungan kata yang memiliki makna khusus dan tidak dapat
diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa dan situasi lain.
Contoh:
Khesia naik darah ketika melihat kelakuan kakaknya.
Kata naik darah merupakan ungkapan yang berarti 'marah'.
Kalimat adalah deretan kata yang mengandung satu pengertian lengkap. Setiap kata dalam
kalimat menempati jabatan yang berbeda. Kata-kata tersebut dapat sebagai subjek, predikat,
objek, pelengkap, atau keterangan. Jabatan kata dalam kalimat tersebut membentuk suatu
pola kalimat. Berikut pola kalimat utama dalam bahasa Indonesia.
1. Subjek-Predikat (S-P)
Contoh:
Olvi pintar
S P
Bu Alfrida sangat cantik
S P
2. Subjek-Predikat-Objek (S-P-O)
Contoh:
Mario membeli pensil
S P O
Osdar mengejar Asrianti
S P O
3. Subjek-Predikat-Keterangan (S-P-K)
Contoh:
Angelita pergi Balikpapan
S P K
Joel pulang kemarin
S P K
4. Subjek-Predikat-Pelengkap (S-P-Pel)
Contoh:
Kemeja berwarna hitam
S P Pel
Wempi sakit kepala
S P Pel.
5. Subjek-Predikat-Objek-Pelengkap (S-P-O-Pel.)
Contoh:
Ibu membeli baju daster.
S P O Pel.
Ayu memasak sup iga sapi.
S P O Pel
6. Subjek-Predikat-Objek-Keterangan (S-P-O-K)
Contoh:
Alvin membeli sepatu di toko.
S P O K (tempat)
Joni mendirikan tenda pada sore hari.
S P O K (waktu)
7. Keterangan-Subjek-Predikat (K-S-P)
Contoh:
Lusa Paman Dana Pulang
K S P
Di Bontang Osdar menunggu
K S P
Menyusun Paragraf Eksposisi, Deskripsi, Narasi, Ulasan, dan Prosedur dari Beberapa
Data
Kiat menyusun paragraph dari data :
1.Menentukan tema
2.Menentukan tujuan karangan
3.Memilih data yang sesuai dengan tema
4.Membuat kerangka karangan
5.Mengembangkan kerangka menjadi karangan
Langkah-langkah Menyusun Paragraf Proses Pola pengembangan karangan eksposisi bisa
bermacam-macam, di antaranya pola pengembangan proses. Paragraf proses itu menyangkut
jawaban atas pertanyaan bagaimana bekerjanya, bagaimana mengerjakan hal itu (membuat
hal ini), bagaimana barang itu disusun, bagaimana hal itu terjadi.
1. Juga
2. Dan juga
3. Selanjutnya
4. Seperti itu pula
5. Kedua
6. Dan juga, lagi pula
7. Dan
8. Di samping itu
9. Selanjutnya, lagi pula
10. Lebih – lebih lagi, lagi pula
Terdapat jenis khusus dari konjungsi kumulatif yang disebut dengan konjungsi korelatif atau
disebut dengan kata sambung korelasi. Kata sambung korelasi dapat digunakan untuk
berpasangan dengan konjungsi yang memiliki jenis berlainan. Terdapat beberapa jenis dari
konjungsi korelatif, antara lain:
1. Baik …. maupun….
2. Tidak hanya …. melainkan….
3. Dan ….sama – sama….
2. Konjungsi alternatif
Konjungsi alternatif dibagi lagi menjadi dua, yaitu yang menunjukkan di antara dua pilihan
dan menunjukka pada perbedaan yang kontras. Masing – masing dapat dijelaskan sebagai
berikut.
Menunjukkan di antara dua pilihan. Konjungsi alternatif menunjuk pada pilihan antara dua
hal. Kata hubung alternatif yang merupakan bagian dari konjungsi jenis ini, yaitu.
…atau…
Atau, kalau tidak
Kalau tidak
Tidak/ bukan …. ataupun
Kalau tidak
Menunjuk pada perbedaan yang kontras. Konjungsi alternatif menunjuk pada hal yang
kontras. Kata hubung aalternatif kontras yang termasuk dalam konjungsi ini yaitu sebagai
berikut.
Namun, tetapi
Sebaliknya
Cuma, hanya
Namun
Tetapi
3. Konjungsi illatif
Konjungsi jenis ini digunakan dalam rangka untuk menunjukkan suatu kesimpulan. Kata
hubung kesimpulan yang termasuk dalam konjungsi jenis ini, yaitu sebagai berikut.
1. Oleh karenanya
2. Maka
3. Sebab itu, karena itu, karenanya
4. Jadi, karena itu, maka
5. Oleh karena itu
6. Atas alasan apa
Setelah dijelaskan banyak hal tentang konjungsi koordinatif, maka selanjutnya akan
dijelaskan tentang konjungsi subordinat
Konjungsi Subordinat
Pembahasan ini akan berhubungan dengan konjungsi subordinat, yang terdiri dari fungsi dan
jenis – jenis.
Anak kalimat tersebut harus bergantung pada kalimat yang dapat berdiri sendiri atau
dinamakan dengan kalimat pokok atau principal sentence atau main clause atau independent
clause dan tidak bergantung pada klausa yang lain atau sekumpulan kata yang mengandung
suatu subjek dan predikat.
Contoh:
Kalimat pokok: Saya akan pergi lusa.
1. Kata hubung perkenalan. Jenis ini digunakan untuk penunjuk pengantar atau sebagai
perkenalan dengan menggunakan kata bahwa. Contoh: Andi berjanji, bahwa dia akan segera
mengembalikan buku.
2. Kata hubung sebab atau alasan. Jenis ini digunakan sebagai penunjuk sebab atau
alasan dengan menggunakan kata karena. Conto: Ani tidak dapat menolak karena merasa
malu.
3. Kata hubung akibat atau pengaruh. Jenis ini digunakan untuk menunjukkan akibat
atau pengaruh tentang suatu hal dengan menggunakan kata sehingga. Contoh: Ina belajar
demikian keras, sehingga membuat dia sakit.
4. Kata hubung tujuan atau maksud. Jenis ini digunakan untuk menunjukkan maksud
atau tujuan tentang suatu hal dengan menggunakan kata supaya atau agar. Contoh: Hima
bangun pagi – pagi, supaya tidak terlambat.
5. Kata hubung waktu. Jenis ini digunakan untuk menunjukkan maksud atau tujuan
tentang suatu hal, dengan menggunakan kata segera setelah, selagi, selama, sebelum, hingga,
sampai, setelah, dan sejak. Contoh: Saya akan ke pasar, setelah membersihkan rumah.
2. Konjungsi Pertentangan
Konjungsi pertentangan menghubungkan dua bagian kalimat yang sederajat, akan tetapi
dengan mempertentangkan kedua bagian kalimat tersebut. Bagian kedua umumnya
menduduki posisi yang lebih penting dari bagian pertama. Contoh : padahal, tetapi,
sedangkan, akan tetapi, melainkan, sebaliknya, dan namun.
4. Konjungsi waktu
Konjungsi waktu memiliki fungsi untuk menjelaskan hubungan waktu antara dua hal atau
beberapa peristiwa. Kata-kata konjungsi yang bersifat temporal dapat menjelaskan hubungan
yang tidak sederajat atau pun sederajat.
Contoh konjungsi waktu dengan menghubungkan kalimat yang tidak sederajat: apabila,
bilamana, hingga, sementara, sejak, selama, ketika, bila, sambil, sebelum, sesudah,sedari,
seraya, waktu, sampai, demi, setelah, semenjak, dan tatkala. Contoh konjungsi waktu dengan
menghubungkan dua bagian kalimat sederajat : sebelumnya dan sesudahnya.
Konjungsi korelatif dapat digunakan pada kalimat dengan hubungan timbal-balik. Contoh
konjungsi korelatif: sedemikian rupa…, tidak hanya….tetapi juga…, kian….. kian,
bertambah……bertambah, semakin …..semakin, sehingga…, baik…, dan maupun.
Pembenaran dinyatakan dalam bentuk klausa utama (induk kalimat), sementara penolakan
dinyatakan ke dalam anak kalimat yang didahului konjungsi seperti: walaupun, ungguhpun,
meskipun, kendatipun, biar, sbiarpun, dan sekalipun.
1. Menyunting Kata
Kata harus disunting atau diperbaiki karena kata tersebut dianggap tidak baku jika tidak
sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ejaan yang Disempurnakan dana Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia. Dalam menyunting kata dalam paragraf, sebaiknya berpedoman pada tiga
kaidah tersebut. Kata yang disunting dalam paragraf berupa kata tidak baku. Kata tidak baku
penulisannya tidak sesuai dengan pedoman atau kaidah-kaidah tersebut.
2. Menyunting Konjungsi
Konjungsi yang dianggap tidak tepat dan harus disunting karena penggunaan konjungsi tidak
sesuai dengan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Menyunting konjungsi dalam paragraf
sebaiknya berpedoman pada kaidah yang berlaku. Penyuntingan konjungsi memperhatikan
makna dan maksud kalimat.
3. Menyunting Kalimat
Kalimat dianggap tidak tepat jika tidak efektif. Sebuah kalimat dianggap tidak efektif karena
berbagai penyebab berikut :
a. Ketidaklengkapan Unsur Kalimat
Dalam sebuah kalimat minimal terdapat dua unsur, yaitu subjek dan predikat. Jika unsur
tersebut tidak ada didalam kalimat, kalimat menjadi tidak efektif.
Contoh :
Sebagai tempat membaca, harus dilengkapi dengan fasilitas memadai.
Kalimat tersebut tidak efektif karena tidak menjelaskan sesuatu yang harus dilengkapi.
Kalimat tersebut tidak menyertakan subjek kalimat. Suntingan kalimat tersebut adalah
Sebagai tempat membaca, perpustakaan harus dilengkapi dengan fasilitas memadai.
e. Tidak Logis
Kelogisan sebuah kalimat perlu diperhatikan. Kalimat tidak logis akan menjadi tidak efektif.
Contoh :
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, selesailah karya tulis
ini.
Kalimat tersebut tidak logis karena tiak mungkin hanya dengan mengucap syukur saja
penulisan karya tulis dapat selesai.
Kata Baku
Pengertian kata baku adalah kata yang digunakan sesuai dengan aturan kaidah bahasa
Indonesia yang telah ditentukan. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata baku digunakan
dalam kalimat resmi baik lisan ataupun tertulis dengan pengungkapan gagasan secara
tepat.Bahasa baku mempunyai kaidah relatif tetap dan dapat dijadikan pedoman untuk
pemakaian bahasa yang benar dan tidak benar.
Pemersatu
Bahasa baku dapat menghubungkan semua penutur berbagai dialek bahasa sehingga mampu
mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bahasa.
Pemberi Kekhasan
Pemberi kekhasan dapat digunakan guna membedakan bahasa baku dengan bahasa lainnya.
Adanya fungsi pemberi kekhasan, bahasa baku memperkuat perasaan kepribadian nasional
masyarakat yang bersangkutan.
Pembawa Kewibawaan
Penutur yang mahir dalam berbahasa Indonesia dengan baik dan benar akan memperoleh
wibawa dimata orang lain.
Kemantapan dinamis.
Bersifat kecendekiaan.
Penyeragaman kaidah.
Peranan kosakata bahasa daerah dan bahasa asing yang diserap kedalam bahasa Indonesia
dapat diketahui dengan merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Selain sumber
rujukan dalam memahami makna kata suatu bahasa, kamus merupakan rekaman tertulis
penggunaan bahasa yang pernah digunakan masyarakat.
Actor = aktor
Aplication = aplikasi
Calculator = kalkulator
Kata Imbuhan
- Jenis Imbuhan
- Makna Imbuhan
- Prinsip Reduplikasi
1. Memiliki bentuk dasar yang diulang
2. Tidak mengubah jenis kata.
Artinya, dari bentuk dasar nomina harus tetap menjadi nomina, dari verba tetap menjadi
verba, dan sebagainya
4.Bnetuk dasar merupakan kata yang memiliki makna yang lazim.
- Makna Reduplikasi
Makna repulikasi bergantung pada konteks kalimatnya. Adapun kemungkinan maknanya
antara lain:
1.banyak (mobil-mobil, siswa-siswa, kursi-kursi, tetamu)
2.sangat/kualitatif (cepat-cepat, tinggi-tinggi)
3.superlatif/paling (secepat-cepatnya, setinggi-tingginya)
4.berulang-ulang atau frekuentatif (tersenyum-senyum, melempar-lemparkan)
5.agak (kemerah-merahan, kehijau-hijauan)
6.menyerupai (keibu-ibuan, kekakan-kanakan)
7.saling/resiprokal (pandang-memandang, bersalam-salaman)
8.bermacam-macam (sayur-mayur, buah-buahan)
- Jenis Reduplikasi
1. Reduplikasi Utuh, yaitu pengulangan bentuk dasar yang sama persis (makan-makan, pagi-
pagi, jauh-jauh)
2. Reduplikasi Sebagian, yaitu pengulangan atas sebagian bentuk dasar (bersama-sama,
tersenyum-senyum, masak-memasak)
3. Reduplikasi Berimbuhan, yaitu pengulangan bentuk dasar yang selanjutnya dilekati
imbuhan (mobil-mobilan, secepat-cepatnya, kemerah-merahan)
4. Reduplikasi Berubah Bunyi atau Bervariasi Fonem, yaitu pengulangan bentuk dasar
dengan mengalami perubahan bunyi. Jenis ini dibedakan lagi atas:
a. Berubah konsonan (sayur-mayur, beras-petas, lauk-pauk)
b. Berubah vokal (lika-liku, liak-liuk)
5. Reduplikasi Suku Depan atau Dwipurwa, yaitu pengulangan atas suku pertama bentuk
dasar. Pengulangan jenis ini selalu disertai dengan perubahan bunyi vokal suku pertama
menjadi /e/ (sesama, tetamu, rerumputan)
6. Reduplikasi Semu, yaitu kata dasar yang bentuknya menyerupai redupikasi (lumba-lumba,
kura-kura, laba-laba)
Frasa
Frasa adalah satuan yang terdiri dari dua kata atau lebih yang menduduki satu fungsi
kalimat. Frasa tidak bisa membentuk kalimat sempurna karena tidak mempunyai predikat.
Contoh frasa: Tiga orang mahasiswa baru itu sedang membaca buku di perpustakaan.
Kalimat di atas terdiri atas tiga frasa, yaitu ‘tiga orang mahasiswa’, ‘sedang membaca’, dan
‘di perpustakaan’.
- Ciri-Ciri Frasa
- Kategori Frasa
Frasa setara ditandai oleh adanya kata ‘dan‘ / ‘atau‘ di antara kedua unsur nya.
Selain frasa setara, ada pula frasa bertingkat. Frasa bertingkat merupakan frasa yang terdiri
atas inti dan atribut.
2. Frasa Idiomatik
Perhatikan 2 kalimat dibawah ini:
(a) Dalam peristiwa kebakaran kemarin, seorang penjaga toko menjadi kambing hitam.
(b) Untuk menyelamati saudaranya, keluarga Pinto menyembelih seekor kambing hitam.
Kalimat (a) dan (b) menggunakan frasa yang sama, yaitu frasa ‘kambing hitam‘.
Pada kalimat (a) kambing hitam bermakna orang yang dipersalahkan dalam suatu kejadian,
sedangkan dalam kalimat (b) bermakna seekor kambing yang mempunyai warna bulu hitam.
Makna kambing hitam di kalimat (a) tidak ada hubungannya dengan makna kata kambing
dan hitam.
Nah frasa yang maknanya tidak bisa dijelaskan berdasarkan makna kata yang membentuknya
dinamakan frasa Idiomatik.
Sedangkan konjungsi adalah nama lain dari kata sambung. Kata ini memiliki fungsi untuk
menghubungkan kata-kata, kalimat-kalimat, dan ungkapan-ungkapan dan tidak memiliki
makna khusus jika berdiri sendiri. Kata-kata yang termasuk konjungsi termasuk dan, atau,
tetapi, ketika, seandainya, supaya, pun, seperti, oleh, karena, sehingga, bahwa, kalau, untuk,
kemudian.
Contoh konjungsi dalam suatu judul:
Terakhir, interjeksi, adalah istilah lain untuk kata seru yang mengungkapkan isi hati dari si
pembicara. Kata ini relatif jarang ditemui pada judul karya-karya tulis serius, tetapi banyak
menjadi pilihan untuk narasi yang bersifat ekspresif. Contoh interjeksi adalah Alhamdulillah,
duh, ih, cih, yuk, wah, wow, amboi, ah, lho, dan lain-lain.
Perhatikan judul-judul berikut:
1. Gaya Busana Adik Alyssa Soebandono Ini Tidak Kalah dengan Kakaknya, lho!
2. Jalan-Jalan ke Maldives, yuk!
Meskipun demikian, ketiga jenis kata partikel tersebut harus tetap ditulis dengan huruf kapital
apabila letaknya di kata pertama sebuah judul, sesuai dengan kaidah awal. Kita bisa
menjadikan sejumlah karya besar sebagai contoh pengecualian ini, termasuk Dari Ave Maria
sampai Jalan Lain ke Roma, Kalau Tak Untung, atau judul-judul berita yang sering kita lihat
seperti: Wow, Lihat Nasib Artis Ini Sekarang!
3. Perhatikan Kaidah Huruf Kapital pada Kata Ulang
Terkadang, kita menemukan kata ulang pada judul yang akan kita gunakan. Untuk
mengetahui cara penulisannya, pertama-tama kita harus mengenali bentuk kata ulang
tersebut. Pada dasarnya, kata ulang bisa didefinisikan sebagai kata yang telah mengalami
pengulangan (reduplikasi) pada kata dasarnya. Kata ulang murni (dwilingga) dan kata ulang
semu harus ditulis dengan huruf kapital di setiap awal kata karena sifatnya yang bisa dibilang
tidak mengalami perubahan apapun. Seperti contoh-contoh berikut:
Sedangkan bentuk kata ulang sebagian, kata ulang berimbuhan, kata ulang dwipurwa, dan
kata ulang perubahan—semua yang sederhananya sudah mengalami perubahan bentuk—
hanya ditulis kapital pada huruf pertama kata ulang. Seperti pada judul-judul berikut ini:
1. Singkatan
A. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
– Muh. Yamin
– Sman Hs.
– M.B.A. (Master of business administration)
– M.sc. (Master of science)
– S.pd. (Sarjana Pendidikan)
– Bpk. (Bapak)
– Sdr. (kolonel)
B. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi,
serta nama dokumen resmi yang terdisi atas huruf awal kata ditulis dengan huruf capital dan
tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya :
– MPR (Majelis Perwakilan)
– PGRI ( Persatuan Guru Republik Indonesia)
C. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu titik.
Misalnya :
– dsb. (dan sebagainya)
– hlm. (halaman)
D. Singkatan Umum yang terdiri atas dua huruf, setiap huruf diikuti titik.
Misalnya :
– a.n. (atas nama)
– d.a. (dengan Alamat)
E. Lambang Kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan dan mata uang tidak diikuti
tanda titik.
Misalnya :
– Cu (kuprum)
– Cm ( sentimeter)
2. Akronim
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya
dengan huruf kapital.
Misalnya :
ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)
LAN (Lembaga Administrasi Negara)
SIM (surat izin mengemudi)
b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata
dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Misalnya:
Akabri (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)
Iwapi (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia)
Sespa (Sekolah Staf Pimpinan Administrasi)
Pramuka (Praja Muda Karana)
c. Akronim yang buka nama diri yang berupa gabungan, suku kata, ataupun gabungan huruf
dan suku kata dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kecil.
Misalnya:
pemilu ( pemilihan umum)
rapim (rapat pimpinan)
rudal (peluru kendali)
tilang (bukti pelanggaran)