Anda di halaman 1dari 4

Nama : Afidha Anhar

NIM : 191224034
Matkul : Sastra Melayu
Kelas : A

Analisis Hikayat Indra Bangsawan Berdasarkan Ciri-Ciri Sastra Melayu Zaman Peralihan
Ciri-ciri sastra melayu zaman peralihan yaitu adanya unsur Islam dan unsur Hindu-Buddha
dalam cerita.
1. Motif Hindu Buddha
Dalam motif Hindu Buddha biasanya mengisahkan tentang penyelamatan putri,
penyembuhan penyakit, dan disertai hal-hal yang mustahil atau tidak masuk akal. Motif
Hindu Buddha pada Hikayat Indra Bangsawan, yakni sebagai berikut,
a. Alur dewa-dewi turun ke dunia
Pada Hikayat Indra Bangsawan, menceritakan tentang dewa-dewi yang turun ke dunia
untuk menjadi anak raja. Hal ini tampak pada kutipan berikut,
Tersebutlah perkataan seorang raja yang bernama Indera Bungsu dari Negeri Kobat
Syahrial. Setelah berapa lama di atas kerajaan, tiada juga beroleh putra. Maka pada
suatu hari, ia pun menyuruh orang membaca doa kunut dan sedekah kepada fakir dan
miskin. Hatta beberapa lamanya, Tuan Puteri Sitti Kendi pun hamillah dan bersalin
dua orang putra laki-laki.
Dari kutipan di atas, terlihat jelas bahwa raja yang bernama Indera Bungsu dikaruniai
dua putra laki-laki setelah menunggu beberapa untuk memperoleh anak.
b. Kelahirannya disertai gejala alam yang luar biasa
Pada Hikayat Indra Bangsawan, kelahiran kedua putra Raja Indra Bungsu diserta
sesuatu hal yang luar biasa dan dilahirkan bersama senjata sakti. Hal ini seperti yang
ada pada kutipan berikut,
Hatta beberapa lamanya, Tuan Puteri Sitti Kendi pun hamillah dan bersalin dua orang
putra laki-laki. Adapun yang tua keluarnya dengan panah dan yang muda dengan
pedang. Maka baginda pun terlalu amat sukacita dan menamai anaknya yang tua Syah
Peri dan anaknya yang muda Indera Bangsawan.
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa kelahiran dari kedua anak raja yang bernama Syah
Peri dan Indera Bangsawan disertai dengan hal luar biasa, seperti dilahirkan bersama
senjata sakti di mana lahirnya Syah Peri disertai dengan keluarnya panah dan Indera
Bangsawan dengan disertai pedang.
c. Wira sengaja membuang diri dengan berbagai tujuan (pengembaraan)
Pada hikayat ini, tokoh utama sengaja dititahkan. Hal ini terbukti dari kutipan di bawah
ini.
Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan
dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufian. Sesudah tahu mengaji, mereka dititah
pula mengaji kitab usul, fikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya. Setelah
beberapa lamanya, mereka belajar pula ilmu senjata, ilmu hikmat, dan isyarat tipu
peperangan
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh utama pada Hikayat Indra
Bangsawan sengaja dititahkan untuk mendalami agama.
Kemudian ada pula pengembaraan dari kedua anak raja untuk mencari buah perindu
setelah baginda raja bercerita terkait mimpinya.
Jikalau baginda pun mencari muslihat; ia menceritakan kepada kedua anaknya bahwa
ia bermimpi bertemu dengan seorang pemuda yang berkata kepadanya: barang siapa
yang dapat mencari buluh perindu yang dipegangnya, ialah yang patut menjadi raja di
dalam negeri. Setelah mendengar kata-kata baginda, Syah Peri dan Indera Bangsawan
pun bermohon pergi mencari buluh perindu itu
d. Wira mendapat belajar ilmu hikmat yang dapat menolong dalam perang.
Pada Hikayat Indra Bangsawan, tokoh utama belajar ilmu hikmat dan ilmu lainnya yang
dapat menolong dirinya saat adanya peperangan. Berikut adalah kutipannya,
Setelah beberapa lamanya, mereka belajar pula ilmu senjata, ilmu hikmat, dan isyarat
tipu peperangan
Hal ini menjadi bukti bahwa setelah Syah Peri dan Indera Bangsawan mendalami ilmu
agama, mereka juga belajar ilmu hikmat dan juga ilmu lainnya yang dapat membantu
diri mereka saat adanya peperangan.
e. Wira memperoleh senjata atau benda sakti
Pada Hikayat Indra Bangsawan, terdapat bagian yang menceritakan saat tokoh utama
Indera Bangsawan mendapat senjata atau benda sakti dari raksasa untuk menolong Raja
Kabir. Hal tersebut seperti pada kutipan berikut,
Akhirnya raksasa itu mencanangkan supaya Indera Bangsawan pergi menolong Raja
Kabir. Diberikannya juga suatu permainan yang disebut sarung kesaktian dan satu
isyarat kepada Indera Bangsawan seperti kanak-kanak dan ilmu isyarat itu boleh
membawanya ke tempat jauh dalam waktu yang singkat.
Raksasa neneknya memberikan seekor kuda hijau dan mengajarnya cara-cara
membunuh Buraksa.
f. Dengan senjata ajaib, wira menyelamatkan putri
Pada Hikayat Indra Bangsawan, terdapat juga bagian cerita yang menceritakan saat
tokoh utama yakni Indera Bangsawan menyelamatkan Puteri Kemala Sari dari sakit
yang dideritanya dengan menggunakan sarung kesaktiannya yang ia peroleh dari
raksasa. Berikut kutipan yang menggambarkan pernyataan tersebut,
Hatta berapa lamanya Puteri Kemala Sari pun sakit mata, terlalu sangat. Para ahli
nujum mengatakan hanya air susu harimau yang beranak mudalah yang dapat
menyembuhkan penyakit itu. Baginda bertitah lagi. "Barang siapa yang dapat susu
harimau beranak muda, ialah yang akan menjadi suami tuan puteri." Setelah
mendengar kata-kata baginda Si Hutan pun pergi mengambil seruas buluh yang berisi
susu kambing serta menyangkutkannya pada pohon kayu. Maka ia pun duduk
menunggui pohon itu. Sarung kesaktiannya dikeluarkannya, dan rupanya pun kembali
seperti dahulu kala.
Sementara itu Indera Bangsawan sudah mendapat susu harimau dari raksasa
(neneknya) dan menunjukkannya kepada raja. Tabib berkata itulah susu harimau yang
sebenarnya. Diperaskannya susu harimau ke mata tuan puteri.
Ada pula kutipan yang menceritakan saat si kembar atau Baginda Syah Peri dan Indera
Bangsawan berhasil mengalahkan Buraksa hingga mati dengan bantuan kuda hijau
pemberian dari raksasa. Berikut kutipannya,
Apabila dilihatnya ada air di dalam mulut bejana itu, maka ia pun minumlah serta
dimasukannya kepalanya ke dalam mulut bejana tempat jerat tertahan itu. Maka kuda
hijau si Kembar pun menarik tali jerat itu dan Buraksa pun terjeratlah. Si Kembar
segera datang memarangnya hingga mati serta menghiris hidungnya yang tujuh dan
matanya yang tujuh itu
g. Wira menikah dengan putri yang sudah diselamatkan
Pada Hikayat Indra Bangsawan juga terdapat bagian yang menceritakan saat tokoh
utama yakni Indera Bangsawan dan kembarannya yakni Syah Peri berhak mendapatkan
kedua putri Raja Kabir untuk dijadikan istri setelah berhasil mengalahkan Buraksa. Hal
tersebut seperti pada kutipan berikut,
Baginda tidak percaya mereka sudah membunuh Buraksa itu, karena tanda-tanda yang
dibawa mereka itu bukan alamatnya. Selang berapa lama, si Kembar pun datang
dengan membawa mata dan hidung Buraksa itu dan diberikan tuan puteri sebagai
isteri. Si Kembar menolak dengan mengatakan bahwa dia adalah hamba yang hina.
Tetapi, tuan puteri menerimanya dengan senang hati

2. Motif Islam
Dalam motif Islam biasanya mengisahkan Tuhan yang dijunjung. Biasanya Tuhan yang
dijunjung yaitu Raja Syah Alam atau Allah Subhanahu Wa Taala dan terdapat unsur islam
lainnya yang semakin ditekankan (hal-hal yang bersifat religius). Dalam Hikayat Indra
Bangsawan terdapat motif islam. Motif islam dalam Hikayat Indra Bangsawan, yakni
memiliki kisah yang bercerita tentang Tuhan yang dijunjung yaitu Allah. Hal tersebut
terlihat dari kutipan berikut,
Maka ia pun menyerahkan dirinya kepada Allah Subhanahuwata’ala dan berjalan dengan
sekuatkuatnya.
Berdasarkan kutipan di atas, terlihat motif Islam dari penyebutan nama Tuhan di dalam
hikayat tersebut, yaitu Allah Subhanahuwata’ala atau sebutan Tuhan yang dipercaya pada
agama Islam.
Selain itu, pada Hikayat Indra Bangsawan juga menggunakan beberapa istilah yang
terdapat dalam agama Islam, seperti pada kutipan berikut,
Setelah berapa lama di atas kerajaan, tiada juga beroleh putra. Maka pada suatu hari, ia
pun menyuruh orang membaca doa kunut dan sedekah kepada fakir dan miskin.
Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan
dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufian. Sesudah tahu mengaji, mereka dititah
pula mengaji kitab usul, fikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya. Setelah
beberapa lamanya, mereka belajar pula ilmu senjata, ilmu hikmat, dan isyarat tipu
peperangan
Dalam kutipan di atas, penggunaan istilah yang terdapat dalam agama Islam yakni seperti
doa kunut, fakir dan miskin, mengaji, mengaji kitab usul, fikih, saraf, tafsir.

Anda mungkin juga menyukai