Anda di halaman 1dari 16

KELOMPOK 5

KALIMAT DALAM BAHASA


INDONESIA
A. PENGERTIAN KALIMAT  
Kalimat adalah satuan bahasa yang mengandung pikiran lengkap. Sekurang – kurangnya
kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan
predikat (P).

Keraf (1994) aspek – aspek penguasaan bahasa meliputi :

1) Penguasaan secara aktif sejumlah besar perbendaharaan kata (kosa kata) bahasa tersebut.

2) Penguasaan kaidah – kaidah sintaksis bahasa itu secara aktif.

3) Kemampuan menemukan gaya yang paling cocok untuk menyampaikan gagasan – gagasan.

4) Tingkat penalaran (logika) yang dimiliki seseorang.


B. UNSUR PENYUSUN KALIMAT

Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur – unsur kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur – unsur inti kalimat antara lain SPOK (Subjek, Predikat, Objek, dan Keterangan) :

a. Subjek / Subyek (S)

Subjek atau pokok kalimat merupakan unsur utama kalimat. Subjek menentukan kejelasan makna kalimat.. Keberadaan subjek dalam kalimat berfungsi :

1.Membentuk kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal, kalimat majemuk

2. Memperjelas makna

3. Menjadi pokok pikiran

4. Menegaskan makna

5. Memperjelas pikiran ungkapan

6. Membentuk kesatuan pikiran.


Ciri – ciri subjek :

1. Jawaban apa atau siapa

2. Didahului kata bahwa

3. Berupa kata atau frasa benda (nomina)

4. Disertai dengan kata ini atau itu

5. Kata sifat didahului kata si atau sang: si cantik, si hitam , dan sang perkasa

6. Tidak didahului preposisi: di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dari, menurut,
berdasarkan, dan lain – lain

7. Tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat dengan kata bukan.
b. Predikat (P)
Predikat adalah bagian yang memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri atau subjek itu,
memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri tentulah menyatakan apa yang dikerjakan atau
dalam keadaan apakah subjek itu.

Ciri – ciri predikat :

1. Jawaban mengapa dan bagaimana

2. Dapat diingkarkan dengan tidak atau bukan

3. Dapat didahului keterangan aspek: akan, sesudah, sedang, selalu dan hampir

4. Dapat didahului keterangan modalitas : sebaiknya, seharusnya, mesti, selayaknya, dan lain – lain

5. Tidak didahului kata yang, jika didahului yang predikat berubah fungsi menjadi perluasan subjek

6. Didahului kata adalah, ialah, yaitu, dan yakni

7. Predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat atau bilangan
c. Objek (O)
Subjek dan predikat cenderung muncul secara eksplisit dalam kalimat, namun objek tidaklah
demikian. Kehadiran objek dalam kalimat bergantung pada jenis predikat kalimat secara ciri khas
objek itu sendiri.

Dalam kalimat, objek berfungsi :


1. Kalimat dasar pada kalimat berpredikat transitif
2. Memperjelas makna kalimat
3. Membentuk kesatuan atau kelengkapan pikiran
Ciri – ciri objek :
4. Berupa kata benda
5. Tidak didahului kata depan
6. Mengikuti secara langsung dibelakang predikat transitif
7. Jawaban apa atau siapa yang terletak dibelakang predikat transitif
8. Dapat menduduki fungsi subjek apabila kalimat itu dipasifkan
d. Keterangan (K)
Keterangna merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu
yang dinyatakan dalam kalimat, misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara,
sebab, dan tujuan.
Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan :
1. Bukan Unsur Utama
Berbeda dari subjek, predikat, objek dan pelengkap, keterangan merupakan unsur tambahan
yang kehadirannya dala unsur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib.

2. Tidak Terikat Posisi


Di dalam kalimat, keterangna merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan tempat.
Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat, atau diantara subjek dan
predikat.
Jenis keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.
1. Keterangan Waktu
2. Keterangan Tempat
3. Keterangan Cara
4. Keterangan Sebab
5. Keterangan Tujuan
6. Keterangan Aposisi
7. Keterangan Tambahan
8. Keterangan Pewatas

e. Pelengkap (Pel)
Perbedaannya terletak pada kalimat paasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika
terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan
pelengkap.
C. POLA KALIMAT DASAR

1. KB + KK : Mahasiswa berdiskusi
2. KB + KS : Dosen itu ramah
3. KB + KBil : Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
4. KB + (KD + KB) : Tinggalnya di Palembang.
5. KB1 + KK + KB2 : Mereka menonton film.
6. KB1 + KK + KB2 + KB3 : Paman mencarikan saya pekerjaan.
7. KB1 + KB2 : Rustam peneliti.
D. JENIS KALIMAT MENURUT STRUKTUR GRAMATIKALNYA
 
Menurut strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dan dapat pula
berupa kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara (koordinatif), tidak setara
(subordinatif), ataupun campuran (koordinatif – subordinatif). Gagasan yang tunggal dinyatakan
dalma kalimat tunggal, gagasan yang bersegi – segi diungkapkan dengan kalimat majemuk.
a. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat.
Contoh:
1. Mahasiswa berdiskusi
S: KB + P: KK
2. Dosen itu ramah
S: KB + P: KS
c. Kalimat Majemuk Tidak Setara
Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebasdan satu suku kalimat atau lebih yang
tidak bebas.

Contoh:
a. Para pemain sudah lelah.
b. Para pemain bolreh istirahat.
c. Karena para pemain sudah lelah, para pemain bolreh istirahat.

d. Karena sudah lelah, para pemain boleh beristirahat.


Sudah dikatakan di atas bahwa kalimat majemuk tidak setara terbagi dalam bentuk anak kalimat dan induk
kalimat.
E. JENIS KALIMAT MENURUT FUNGSINYA

a. Kalimat Pernyataan (Deklaratif)


Kalimat pernyataan dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada waktu ia ingin
menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya.
b. Kalimat Pertanyaan (Interogatif)
Kalimat pertanyaan dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan.

c. Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)


Kaimat perintah dipakai jika penutur ingin “menyuruh” atau “melarang” orang berbuat sesuatu.

d.Kalimat Seruan
Kalimat seruan dipakai jika penutur ingin mengungkakan perasaan “yang kuat” atau yang mendadak.
F. KALIMAT EFEKTIF
 
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali pada gagasan –
gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembaca atau penulis.
Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin.
Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang mampu memberikan makna pada pembacanya,
persis seperti apa yang ingin disampaikan oleh penulisnya.
a. Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa
yang dipakai. Kesepadana klaimt ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan
pikiran yang baik.

b. Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu.
Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina.
c. Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide
pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan
atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
1. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat.
2. Membuat urutan kata yang bertahap
3. Melakukan pengulangan kata (repetisi)
4. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
5. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan)

d. Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat dalam mempergunakan kata,
frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata
– kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Penghematan disini mempunyai arti penghematan
terhadap kata yang memang tida diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
e. Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda. Dan tepat
dalam pilihan kata.  
f. Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang
disampaikannya tidak terpecah – pecah.
1. Kalimat yang padu tidak bertele – tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris. Oleh
karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele – tele.
2. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat – kalimat
yang berpredikat pasif persona.
3. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat
kata kerja dan objek penderita.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai