2. Konjungsi
Konjungsi atau kata penghubung digunakan dalam teks eksposisi untuk
memperkuat argumentasi. Berikut ini adalah jenis konjungsi yang dapat kita jumpai
dalam teks eksposisi:
Jenis Konjungsi, yaitu :
a. Konjungsi waktu: sebelum, setelah itu, kemudian sesudah, setelah, lalu
b. Konjungsi gabungan: dengan serta, dan,
c. Konjungsi pembatasan: asal, selain kecuali
d. Konjungsi tujuan: supaya, agar, untuk
e. Konjungsi persyaratan: asalkan, bilamana, apabila jika, jikalau, apabila, bila
f. Konjungsi perincian: adalah, yaitu, antara lain, yakni, ialah
g. Konjungsi sebab-akibat: akibat, akibatnya, sehingga, karena, sebab
h. Konjungsi pertentangan: namun, melainkan, sedangkan, akan tetapi, tetapi
i. Konjungsi pilihan: atau
j. Konjungsi penguatan/penegasan: hanya, lagi pula, itu pun, apalagi, bahkan
k. Konjungsi penjelasan: bahwa
l. Konjungsi perbandingan: serupa, ibarat, bagai, seperti,
m. Konjungsi penyimpulan: jadi, dengan demikian oleh sebab itu, oleh karena itu.
3. Kata Leksikal
a. Nomina adalah kata yang mengacu pada benda, baik berupa benda nyata
ataupun abstrak.
b. Verba adalah kata yang mengandung makna dasar perbuatan, proses atau
keadaan yang bukan sifat.
c. Adjektiv adalah kata yang digunakani untuk menggambarkan sifat atau
keadaan orang, benda dan binatang.
d. Adverbia adalah kata yang melengkapi atau memaparkan informasi berupa
keterangan tempat, waktu, suasana, alat, cara dan lain sebagainya.
3. Eksposisi Ilustrasi
Eksposisi ini bertujuan untuk memberikan gambaran atas suatu ide nyata agar
pembaca dapat memahami dengan baik. Penggambaran ini melihat kesamaan sifat
dari topik yang satu ke topik yang lain dengan ciri-ciri biasanya terdapat konjungsi
seperti atau bagaikan , dan nomina ibarat. Contohnya:
Salah satu tanda pemanasan global adalah peningkatan suhu udara di bumi.
Pada suatu kondisi tertentu, suhu udara di bumi diibaratkan pemanasan mesin
kendaraan bermotor. Dampak pemanasan global dapat dirasakan dengan
panasnya udara di sekitar kita. Udara yang pada umumnya dirasakan biasa, kini
sudah melampaui batas normal. Hal itu seperti halnya mesin motor yang memanas
karena dikendarai secara terus-menerus.
4. Eksposisi Pertentangan
Eksposisi ini berisi topik yang dijelaskan dari sisi kontradiksi, yang biasanya
berhubungan dengan topik yang lain. Ciri-ciri eksposisi pertentangan terletak dari
penggunaan konjungsi intrakalimat, seperti tetapi dan sedangkan, ataupun
konjungsi antarkalimat, seperti akan tetapi, meskipun demikian, namun,
sebaliknya. Contohnya:
Terdapat keunikan yang sangat menarik dari planet Merkurius. Lama rotasi
dan revolusi planet ini berbanding terbalik. Untuk berevolusi mengitari matahari,
Merkurius membutuhkan waktu selama 88 hari. Sebaliknya, untuk berputar pada
porosnya, 59 hari adalah waktu yang dibutuhkan oleh planet Merkurius.
Perbedaannya sangat mencolok dengan bumi yang hanya membutuhkan waktu 1
hari.
5. Eksposisi Perbandingan
Membandingkan antara satu dengan yang lain menjadi ciri dari teks eksposisi ini.
Dengan cara demikian, pembahasan suatu persoalan akan lebih jelas daripada
hanya dengan berfokus pada persoalan itu sendiri. Contoh:
Pemerintah telah menyediakan listrik dengan tarif murah. Setiap orang
dapat menjadi pelanggan listrik dengan tidak banyak mengeluarkan biaya.
Sementara itu, petromaks memerlukan perawatan yang lebih cermat dan banyak
menggunakan bahan bakar bila dibandingkan dengan sebuah tenaga pembangkit
listrik. Petromaks hanya dapat menghasilkan sebuah sumber terang dan hanya
bermanfaat untuk penerangan. Dengan sebuah pembangkit tenaga listrik dapat
dihasilkan ribuan, bahkan jutaan watt listrik’ dan bukan hanya dipergunakan
untuk penerangan, tetapi juga untuk keperluan-keperluan lain. Listrik terdapat di
kota-kota. Petromaks biasanya dipergunakan di tempat-tempat yang tidak ada
listrik atau di desa-desa.
6. Eksposisi Klasifikasi
Eksposisi ini berfungsi untuk mengelompokkan atau membagi sesuatu ke dalam
golongan tertentu. Terdapat dua pola: menyeragamkan ke dalam satu kelompok
atau memisahkan ke kelompok lain. Oleh karena itu, dalam membuat teks eksposisi
ini dibutuhkan dasar pengklasifikasian yang jelas. Contoh:
Jurusan sastra Indonesia di Universitas Indonesia terbagi menjadi tiga:
linguistik, sastra, dan filologi. Meskipun ketiganya sama-sama mempelajari
bahasa Indonesia, perbedaan terletak dari penggolongan minat para mahasiswa.
Linguistik menjadi peminatan bagi mahasiswa yang fokus terhadap ilmu tata
bahasa. Sementara itu, mahasiswa, yang menaruh perhatian utama pada seni yang
mediumnya bahasa, menempatkan sastra sebagai peminatan. Filologi dikhususkan
untuk para mahasiswa yang ingin menelusuri bahasa Indonesia klasik yang
dipelajari dari naskah-naskah kuno.
7. Eksposisi Berita
Ekposisi ini berisi informasi yang biasanya terdapat pada media massa yang
bersifat aktual dan faktual. Informasi yang diangkat berupa peristiwa-peristiwa
tertentu. Contoh:
Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia. Manik
Margamahendra, menjadi sorotan public setelah aksinya menyatakan secara
lantang bahwa DPR adalah singkatan dari “Dewan Penghianat Rakyat”. Aksinya
tersebut dilontari dari bentuk protesnya yang mewakili suara para mahasiswa
Indonesia yang menolak RKUHAP.
8. Eksposisi Analisis
Eksposisi ini berisi pengamatan yang mendalam lalu pada bagian argumentasi
dibahas secara bertahap. Contohnya:
Saya meyakini bahwa adanya pelbagai lembaga bimbingan belajar
merupakan bentuk dari gagalnya sistem pendidikan di Indonesia. Hal ini bukanlah
tanpa alasan. Pertama, tak sedikit peserta didik yang kalah bersaing dengan para
peserta didik lain yang mengikuti bimbel yang dilihat dari segi nilai pada tiap-tiap
mata pelajaran yang diampuh.
F. Tujuan Teks Eksposisi
Untuk menjelaskan informasi tertentu agar dapat menambah ilmu pengetahuan
pembaca, sehingga dengan membaca teks eksposisi maka pembaca akan mendapatkan
pengetahuan secara rinci dari suatu hal atau kejadian.
1. Tesis
Dalam hal ini sebenarnya hukum yang ada di Indonesia sebagaimana yang telah diatur
pada undang-undang telah secara tegas mengatur hukuman berbagai pelaku tindak
kejahatan.Namun, realitanya seringkali terjadi ketidakadilan hukum yang merugikan
banyak orang. Hukum boleh saja tegas, namun menjadi tumpul di hadapan koruptor.
2. Argumentasi
Bukan rahasia umum lagi bahwa para koruptor di Indonesia mendapatkan hukuman
yang tingkatannya masih tergolong ringan, bahkan ada koruptor yang menerima
fasilitas mewah padahal sudah merugiakan bangsa.
Seringkali kita menonton berita bahwa seorang maling dihajar masa hingga tewas.
Namun belum pernah ada koruptor di Indonesia dikeroyok masa sampai tewas.
3. Penegasan Ulang
Hukum di Indonesia itu bisa dikatakan hanya tegas di hadapan rakyat kecil. Sebut saja
kasus yang pernah menimpa nenek asyani, kasusnya hanya karena diduga mencuri
kayu, beliau terancam hukuman selam lima tahun penjara.
Sungguh tidak adil memang jika dibandingkan dengan hukuman yang akan diterima
koruptor.