Anda di halaman 1dari 3

TUGAS SEJARAH INDONESIA

YONAS SAPUTRA /X IPS 1

CORAK KEHIDUPAN MASYARAKAT PRA-AKSARA


corak kehidupan manusia purbaZaman pra-aksara adalah masa dimana tidak
ditemukannya tulisan. Berdasarkan corak kehidupan masyarakat pra-akasara.
Berdasarkan corak kehidupan, masa pra-aksara dibagi menjadi masa hidup berburu dan
mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam dan beternak, serta masa perundagian
atau masa kemahiran teknik. Corak kehidupan berlangsung dari yang paling sederhana
hingga pembuatan alat-alat dari logam yang membutuhkan keahlian khusus. Dari
awalnya hidup berpindah-pindah hingga menetap dengan membuat rumah. Dari yang
awalnya hidup dengan cara mengumpulkan makanan hingga menghasilkan makanan
sendiri.

Masa berburu dan mengumpulkan makanan

Masa berburu dan mengumpulkan makanan, kadang juga digunakan istilah meramu
makanan, adalah corak kehidupan dasar dari masyarakat pra-aksara. Kehidupan sangat
sederhana, tergantug pada alam. Manusia purba berpindah-pindah atau nomaden dari
satu tempat ke tempat yang lain untuk mendapatkan makanan (food gathering). Manusia
purba pada tahap ini tinggal berkelompok di daerah sekitar sungai yang subur, dan juga
gua-gua karang (abris soche rouche) agar terhindar dari panas dan hujan serta binatang
buas. Pada dinding gua terdapat lukisan yang menggunakan cat merah dari daun daunan.

Alat yang digunakan pada masa berburu dan mengumpulkan makanan adalah berupa
kapak perimbas atau kapak genggam yang berupa batu belum dihaluskan dan tidak
bertangkai. Kapak perimbas ditemukan sekiat Pacitan dan Ngandong oleh Von
Koenigswald. Selain kapak genggam juga ditemukan alat-alat dari tulang yang digunakan
sebagai alat serpih yaitu alat penusuk, alat melubangi (gurdi) dan sebagai pisau.
Peninggalan pada masa berburu dan meramu yang lain yaitu Kjokkenmoddinger atau
sampah dapur yaitu tumpukan kulit kerang.

Masa Bercocok Tanam dan Beternak

Pada masa bercocok tanam timbul revolusi perdaban yakni perubahan corak hidup dari
mengumpulkan makanan (food gathering) menjadi menghasilkan makanan sendiri (food
producing), perubahan dari yang hidup berpindah-pindah (nomaden) menjadi hidup
menetap (sedenter). Manusia sudah tidak lagi sangat tergantung pada alam. Mereka
sudah menghasilkan makanan sendiri dan beternak. Pada masa ini manusia sudah bisa
membuat rumah. Selain itu corak kehidupan juga sudah lebih maju dengan adanya
perdagangan secara barter yaitu tukar menukar barang dengan barang.
TUGAS SEJARAH INDONESIA
YONAS SAPUTRA /X IPS 1

Alat yang digunakan berupa kapak persegi, kapak lonjong, dan mata panah. Kapak persegi
dan kapak lonjong digunakan untuk alat pertanian. Kedua kapak tersebut sudah dibuat
halus pada bagian tertentu. kapak persegi tersebar di wilayah-wilayah Indonesia bagian
barat, sedangkan kapak lonjong tersebar di wilayah-wilayah Indonesia bagian timur. Pada
masa ini sudah ada teknik pembuatan gerabah. Selain itu pada masa ini juga diperkirakan
masyarakat pra-aksara sudah menggunakan bahasa untuk komunikasi.

Masa perundagian

Perungangian berasal dari kata undagi yang artinya sama dengan tukang atau seseorang
yang memiliki keterampilan atau ahli dalam pekerajaan tertentu. Masing-masing orang
bekerja sesuai dengan keterampilan masing-masing, sehingga sudah ada spesialisasi
dalam bekerja. Kehidupan manusia purba sudah teratur dan hidup secara permanen.
Sistem irigasi untuk pertanian mulai ada pada masa ini.

Peninggalan masa perundagian berupa alat-alat dari logam. Terdapat dua teknik dalam
pembuatan alat-alat dari logam yaitu teknik cire perdue dan bivalve. Alat-alat yang
dihasilkan pada zaman perundagian antara lain Nekara, Moko, Kapak Perunggu atau
Kapak Corong, Cendrasa, mata panah dan tombak, perhiasan, serta alat-alat pertanian.

Sistem Kepercayaan
Sistem kepercayaan mulai muncul pada zaman Neolithikum. Pada zaman ini, masyarakat
purba sudah memahami adanya kehidupan setelah mati. Mereka juga meyakini adanya
hubungan antara orang hiup dan roh yang telah meninggal. Berkaitan dengan peristiwa
itu maka kegiatan ritual yang paling menonjol adalah upacara penguburan sebagai
bentuk kehormatan terakhir pada orang yang meninggal.
Bukti adanya sistem kepercayaan padazaman batu adalah terlihat melalui peninggalan
berupa tugu-tugu batu atau bangunan Megalithikum yang letaknya beradadi pucak bukit,
dilereng gunung atau bangunan yang lebih tinggi dari daratan sekitarnya. Hal ini muncul
dari anggapan masyarakat bahwa roh-roh tersebut berada di suatu tempat yang lebih
tinggi. Oleh karena itu, selain ada upacara-upacara penguburan pada zaman tersebut
telah muncul upacara-upacarauntuk mendirikan bangunan suci atau kebudayaan
Megalithikum (Batu Besar) yang meliputi bangunan berikut ini.
1. Menhir
Menhir adalah bangunan berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara
menghormati roh nenek moyang. Bentuk menhir ada yang berdiri tunggal juga
ada yang berdiri berkelompok, ada pula yang dibuat bersama bangunan lain
seperti punden berundak-undak. Namun, bangunan menhir yang dibuat oleh
masyarakat praaksara tidak berpedoman kepada satu bentuk saja. Lokasi tempat
yang ditemukan menhir di Indonesia adalah Pasemah (Sumtera Selatamn),
Sulawesi tenah dan Kalimantan.
TUGAS SEJARAH INDONESIA
YONAS SAPUTRA /X IPS 1

2. Punden Berundak-undak.
Punden berundak-undak adalah banguna dari batu yang bertingkat-tingkat dan
fungsinya sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang. Bangunan
tersebut dianggap sebagai bangunan suci. Lokasi tempat penemuanny adalah
Lebak Sibedug/Banten Selatan dan Lerengg Bukit Hyang di Jawa Timur.
3. Dolmen
Dolmen merupakan meja dari batu yang fungsinya sebagai tempat meletakan
sesaji untuk pemujaan. Adakalanya dibawah dolmen dipkai untuk meletkkan
mayat. Agar mayat tersebut tidak dimakan binatang buas maka kaki mejanya
diperbanyak sampai mayat tertutup rapat oleh batu. Dolmen yang berfungsi
sebagai tempat penyimpanan mayat disebut kuburn batu. Lokasi penemuan
dolmen, antara lain Cupari Kuningan, Jawa Barat, Bondowoso, Jawa Timur,
Merawan, Jember, Jatim, Pasemah Sumatera, dan NTT. Bagi masyarakat Jawa
Timur, dolmen yang dibayahnya digunakan sebagai kuburan lebih dikenal dengan
sebutan pandhusa atau makan Tionghoa.
4. Sarkofagus.
Sarkofagus adalah keranda batu atau peti mayat yang terbuat dari batu.
Bentuknya menyerupai lesung dar batu utuh yang diberi tutup. Umumnya
sarkofagus yang ditemukn mayat di dalamnya dan bekal kubur berupa periuk,
kapak persegi, perhiasan, dan benda-benda dari perunggu atau besi. Daerah
penemuan sarkofagusa adalah Bali. Menurut masyarakat Bali, sarkofagus memiliki
kekuatan gaib. Berdasarkan pendapat para ahli bahwa sarkofagus dikenal
masyarakat Bali sejk zaman logam.
5. Peti Kubur.
Peti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Peti kubur dibuat
dari lempengan/papan batu yang disusun persegi empat berbentuk peti mayat
yang dilengkapi dengan alas dan bidang atasnya juga barasal dari papan batu.
Daerah penemuan pati kubur tersebut adalah Cepari kuningan, Cirebon,
Wonosari, dan Cepu. Di dalam kubur batu juga ditemukan rangka manusia yang
sudah rusak, alat-alat perunggu dan besi, serta manik-manik.

Anda mungkin juga menyukai