Anda di halaman 1dari 11

KAJIAN ILMU SEMANTIK (MAKNA)

1. Sinonim
Sinonim adalah kata – kata yang memiliki bentuk yang berbeda, seperti tulisan maupun
pelafalan, tetapi kata – kata tersebut memiliki makna yang mirip atau sama. Sinonim sering
sekali disebut dengan persamaan kata atau padanan kata. Nah, berikut ini adalah contoh – contoh
kalimat yang bersinonim dan daftar kata – kata umum beserta dengan sinonimnya.

Perhatikan contoh – contoh berikut ini:


Cerdas = Pintar = Pandai
Dani adalah anak yang cerdas.
Riki adalah anak yang pintar.
Shinta adalah anak yang pandai.

2. Antonim
Antonim adalah kata – kata yang maknanya saling berlawanan satu sama lain. Antonim
sering sekali disebut dengan lawan kata. Nah, berikut ini adalah contoh – contoh kalimat yang
berantonim dan daftar kata – kata umum beserta dengan lawan katanya.

Perhatikan contoh – contoh berikut ini!


Tinggi = pendek
Bangunan yang baru didirikan itu sangat tinggi.
Bangunan yang beru didirikan itu cukup pendek.
Gelap = Terang
Ruangan ini sangat gelap.
Ruangan ini sangat terang.

3. Hiponim dan hipernim


Hiponim (dari bahasa Yunani hupó, "di bawah" dan ónoma, "nama") atau kata
khusus adalah sebuah kata atau frasa yang gugus semantiknya[1] atau artinya tercakup di dalam
kata lain yaitu hipernimnya (dari bahasa Yunani hupér, "di atas" dan ónoma, "nama") atau kata
umumnya.[2] Dengan kata lain, suatu hiponim merupakan jenis dari suatu hipernim. Sebagai
contoh, merpati, gagak, elang, dan camar seluruhnya adalah hiponim dari hipernim burung,
yang pada gilirannya merupakan hiponim dari kata hewan.[3] Beberapa hiponim yang memiliki
hipernim yang sama disebut dengan kohiponim.
Contoh hiperonim, hiponim serta kohiponim antara lain:

 kucing, serangga, dan merpati adalah hiponim dari hewan


 hewan adalah hiperonim dari kucing, serangga, dan merpati
 serangga dan merpati adalah kohiponim dari kucing sebagai hewan

4. Homonim
Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaan
sama. Jika lafalnya sama disebut homofon, tetapi jika yang sama adalah ejaannya maka
disebut homograf. [1]
Contoh homonim antara lain:

 bulan (nama kalender atau nama satelit)


 genting (gawat atau atap rumah)
 rapat (pertemuan atau tidak renggang)

5. Homograf
Homograf (bahasa Yunani: ὁμός, homós, "sama" dan γράφω, gráphō, "tulis") homo
berarti sama dan graf (graph) berarti tulisan.[1] Jadi, homograf adalah kata yang
sama ejaannyadengan kata lain, tetapi berbeda lafal dan maknanya. Dalam bahasa Indonesia,
contoh homograf antara lain:

 "teras" (inti kayu atau bagian rumah)


 "apel" (buah atau kumpul)
 "serang" (perang atau nama tempat)
 "tahu" (makanan atau situasi)
 ''memerah'' (berubah warna atau memeras susu sapi)
 ''keset'' (bersih atau pembersih/pengelap kaki)

6. Homofon
Homofon (bahasa Yunani: ὁμός, homós, "sama" dan φωνή, phōnḗ , "bunyi")
adalah kata yang diucapkan sama dengan kata lain tetapi berbeda dari segi maksud. Homofon
terdiri atas kata homo berarti sama dan foni (phone) yang berarti bunyi atau suara. homofon
mempunyai pengertian sama bunyi, berbeda tulisan, dan berbeda makna. [1]
Contoh homofon antara lain:

 "rok" (pakaian) dan "rock" (aliran musik)


 "massa" (dalam perkataan media massa) dan "masa" (waktu)
 "bank" (tempat menyimpan uang) dan "bang" (panggilan untuk kakak)
 "tank" (kendaraan perang) dan "tang" (alat pekakas)

7. Ambiguitas
Pengertian Kalimat Ambigu
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, ambigu berarti mempunyai makna lebih
dari satu. Keambiguan ini dapat menimbulkan keraguan atau ketidakjelasan dalam kalimat yang
diucapkan atau ditulis. Keambiguan lebih sering muncul dalam bahasa tulisan. Hal ini dapat
terjadi apabila penanda ejaan tidak diletakkan secara tepat, maka akan timbul makna ganda.
Keambiguan ini dapat terjadi pada kata, frasa, atau kalimat. Biasanya, untuk menghidari ambigu
maka harus menentukan pemilihan kata yang tepat atau dengan meletakkan tanda baca di tempat
yang semestinya.

Jenis Jenis Kalimat Ambigu


Kalimat ambigu terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan bentuknya, yaitu ambiguitas
fonetik, ambiguitas gramatikal, dan ambiguitas leksikal.

1. Ambiguitas Fonetik
Jenis ambigu yang pertama yaitu ambiguitas fonetik. Jenis keambiguan ini terjadi akibat
persamaan bunyi yang diucapkan. Karena keambiguan ini terjadi saat percakapan, maka jenis ini
sering terjadi dalam dialog sehari-hari. Contoh:

 Putri datang ke sini memberi tahu.

Frasa “memberi tahu” dapat mengandung dua arti yaitu memberi tahu (makanan yang
terbuat dari kedelai), ataukah memberikan suatu informasi.

Keambiguan ini muncul karena bunyi yang diucapkan antara “memberi tahu” yang berarti
memberikan makanan dan “tahu” yang berarti “memberikan informasi” sama. Oleh karena itu
perlu didengarkan pembicaraan secara lengkap.

2. Ambiguitas Gramatikal
Sesuai dengan namanya, ambiguitas gramatikal terjadi karena proses pembentukan
ketatabahasaannya. Akan tetapi, kata-kata yang mengalami ambiguitas jenis ini akan hilang jika
sudah masuk dalam konteks kalimat. Contoh:

 Orang tua

Kata tersebut memiliki dua arti yaitu (1) orang yang sudah tua, dan (2) ibu bapak.
Ketidakjelasan ini akan sirna setelah adanya kalimat berikut :

 Orang tua kandung Budi belum diketahui keberadaannya.  (makna: ibu bapak)
 Kemarin maghrib aku bertemu orang tua bertongkat hitam.  (makna: orang yang sudah
tua)

3. Ambiguitas Leksikal
Jenis ambigu yang ketiga adalah ambiguitas leksikal. Keambiguan jenis ini disebabkan
oleh faktor kata itu sendiri. Contoh:

 Anton berlari dengan sangat kencang ketika lomba maraton.


 Anton lari dari kenyataan hidup yang pahit.

Kata “lari” pada kedua kalimat di atas memiliki beda makna. Pada kalimat pertama, “lari” berarti
aktivitas lari, sedangkan kalimat kedua “lari” berarti menjauh.

Contoh Kalimat Ambigu


Untuk lebih menambah pemahaman para pembaca terkait kalimat ambigu, berikut
diberikan contoh kalimat ambigu dalam Bahasa Indonesia.

1. Gedung sekolah yang baru diresmikan oleh Bapak Bupati.

Keambiguan terletak pada kata yang dicetak miring. Kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi
kalimat berikut:

 Gedung-sekolah yang baru itu diresmikan oleh Bapak Bupati.


 Gedung di sekolah yang baru itu diresmikan oleh Bapak Bupati.

2. Saya membaca buku sejarah puisi yang baru.

Kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi kalimat berikut:

 Saya membaca buku-sejarah-puisi yang baru.  (bukunya yang baru)


 Saya membaca buku tentang sejarah-puisi yang baru. (sejarahnya yang baru)
 Saya membaca buku sejarah tentang-puisi yang baru.  (puisinya yang baru)
3.  Putra konglomerat yang pandai itu kuliah di UGM.

Kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi kalimat berikut:

 Putra-konglomerat yang pandai itu kuliah di UGM. (putranya yang pandai)


 Putra dari konglomerat yang pandai itu kuliah di UGM. (konglomeratnya yang pandai)

4. Putri paman yang berbaju merah itu berasal dari Bali.

Kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi kalimat berikut:

 Putri-paman yang berbaju merah itu berasal dari Bali.  (putrinya yang berbaju merah)
 Putri dari paman yang berbaju merah itu berasal dari Bali.  (pamannya yang berbaju
merah)

5. Teman Andre yang gemuk itu tidak masuk sekolah hari ini.

Kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi kalimat berikut:

 Teman-Andre yang gemuk itu tidak masuk sekolah hari ini.  (temannya yang gemuk)
 Andre yang gemuk itutemannya tidak masuk sekolah hari ini. (Andre yang gemuk)

6. Pembacaan cerita baru dilaksanakan nanti malam.

Kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi kalimat berikut:

 Pembacaan-cerita baru dilaksanakan nanti malam.  (Pembacaannya baru dilaksanakan)


 Pembacaan cerita yang baru dilaksanakan nanti malam. (ceritanya baru)

7. Sumbangan ke dua sekolah itu dibajak  pencuri.

Kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi kalimat berikut:

 Sumbangan yang ke dua kalinya itu dibajak  pencuri.  (sumbangan yang ke-2)
 Sumbangan untuk dua sekolah itu dibajak  pencuri.  (sumbangan untuk 2 sekolah)
 Sumbangan kedua-sekolah itu dibajak  pencuri.  (sumbangan dari dua sekolah)

8. Putri tampil cantik dan mempesona dalam panggung sandiwara kehidupan.

Kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi kalimat berikut:

 Putri tampil cantik dan mempesona dalam panggung Sandiwara Kehidupan.


(pementasan drama)
 Putri tampil cantik dan mempesona dalam panggung sandiwara kehidupan. (makna
konotasi panggung sandiwara)

9. Istri pegawai yang gemuk itu mondar-mandir di kantor sambil celingak celinguk.

Kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi kalimat berikut:

 Istri-pegawai yang gemuk itu mondar-mandir di kantor sambil celingak celinguk. (yang


gemuk adalah istrinya)
 Pegawai yang gemuk itu istrinya mondar-mandir di kantor sambil celingak celinguk.
(yang gemuk adalah pegawainya)

10. Teman Hana yang cantik dan alim itu sedang sakit di rumah sakit.

8. Polisemi

Polisemi adalah suatu kata yang mempunyai makna lebih dari satu.

Contoh Polisemi
1. Anak
Kata “anak” dalam KBBI memiliki banyak makna yang hampir sama, diantaranya (1) keturunan
yang kedua, (2) manusia yang masih kecil, dan (3) binatang yang masih kecil. Contoh
kalimatnya:

 Meskipun mirip, mereka berdua tidak memiliki hubungan ayah dan anak (keturunan
kedua).
 Anak itu telah menjadi artis sejak usianya 6 tahun (manusia yang masih kecil)
 Induk ayam itu kesana kemari mencari anaknya (binatang yang masih kecil)

2. Darah
Kata “darah” dalam KBBI memiliki makna asli cairan yang terdiri dari plasma dan sel darah
yang mengalir melalui pembuluh dalam tubuh. Setelah mengalami polisemi, makna darah dapat
diartikan keturunan dan bakat. Contoh kalimat:

 Dia sudah kehabisan banyak darah selama kecelakaan itu (cairan darah)


 Tentu saja dia peduli. Bagaimanapun kau adalah darah dagingnya (keturunan)
 Yuda mewarisi darah seni dari keluarga ayahnya (bakat)
Majas (Gaya Bahasa)

Pengertian Majas
Majas adalah gaya bahasa yang digunakan penulis untuk menyampaikan sebuah pesan
secara imajinatif dan kias. Hal ini bertujuan membuat pembaca mendapat efek tertentu dari gaya
bahasa tersebut yang cenderung ke arah emosional. Biasanya, majas bersifat tidak sebenarnya
alias kias ataupun konotasi.

Macam-macam Majas
Mengenai macam-macamnya, majas dapat dibagi menjadi empat kelompok besar, yaitu
majas perbandingan, pertentangan, sindiran, dan penegasan. Berikut ini ulasannya.

Majas Perbandingan
Jenis majas ini merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk menyandingkan atau
membandingkan suatu objek dengan objek lain melalui proses penyamaan, pelebihan, ataupun
penggantian. Dalam majas perbandingan, teman-teman akan menjumpai beberapa subjenisnya.

1. Personifikasi
Gaya bahasa ini seakan menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap layaknya manusia.

Contoh Majas: Daun kelapa tersebut seakan melambai kepadaku dan mengajakku untuk segera
bermain di pantai.

2. Metafora
Yaitu meletakkan sebuah objek yang bersifat sama dengan pesan yang ingin disampaikan dalam
bentuk ungkapan.

Contoh: Pegawai tersebut merupakan tangan kanan dari komisaris perusahaan tersebut. Tangan
kanan merupakan ungkapan bagi orang yang setia dan dipercaya.

3. Asosiasi
Yaitu membandingkan dua objek yang berbeda, namun dianggap sama dengan pemberian kata
sambung bagaikan, bak, ataupun seperti.
Contoh: Kakak beradik itu bagaikan pinang dibelah dua. Artinya, keduanya memiliki wajah yang
sangat mirip.

4. Hiperbola
Yaitu mengungkapkan sesuatu dengan kesan berlebihan, bahkan hampir tidak masuk akal.

Contoh: Orang tuanya memeras keringat agar anak tersebut dapat terus bersekolah. Memeras
keringat artinya bekerja dengan keras.

5. Eufemisme
Gaya bahasa yang mengganti kata-kata yang dianggap kurang baik dengan padanan yang lebih
halus.

Contoh: Tiap universitas dan perusahaan sekarang diwajibkan menerima difabel. Difabel
menggantikan frasa “orang cacat”.

6. Metonimia
Yaitu menyandingkan merek atau istilah sesuatu untuk merujuk pada pada benda umum.

Contoh: Supaya haus cepat hilang, lebih baik minum Aqua. Aqua di sini merujuk pada air
mineral.

7. Simile
Hampir sama dengan asosiasi yang menggunakan kata hubungan bak, bagaikan, ataupun seperti;
hanya saja simile bukan membandingkan dua objek yang berbeda, melainkan menyandingkan
sebuah kegiatan dengan ungkapan.
Contoh: Kelakuannya bagaikan anak ayam kehilangan induknya.

8. Alegori
Yaitu menyandingkan suatu objek dengan kata-kata kiasan.

Contoh: Suami adalah nakhoda dalam mengarungi kehidupan berumah tangga. Nakhoda yang
dimaksud berarti pemimpin keluarga.

9. Sinekdok
Gaya bahasa terbagi menjadi dua bagian, yaitu sinekdok pars pro toto dan sinekdok totem pro
parte. Sinekdok pars pro toto merupakan gaya bahasa yang menyebutkan sebagian unsur untuk
menampilkan keseluruhan sebuah benda. Sementara itu, sinekdok totem pro parte adalah
kebalikannya, yakni gaya bahasa yang menampilkan keseluruhan untuk merujuk pada sebagian
benda atau situasi.

Contoh:

Pars pro Toto: Hingga bel berbunyi, batang hidung Reni belum juga kelihatan.

Totem pro Parte: Indonesia berhasil menjuarai All England hingga delapan kali berturut-turut.

10. Simbolik
Gaya bahasa yang membandingkan manusia dengan sikap makhluk hidup lainnya dalam
ungkapan.

Contoh: Perempuan itu memang jinak-jinak merpati.

Majas Pertentangan
Majas pertentangan merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata-kata kias yang
bertentangan dengan maksud asli yang penulis curahkan dalam kalimat tersebut. Jenis ini dapat
dibagi menjadi beberapa subjenis, yakni sebagai berikut.

1. Litotes
Berkebalikan dengan hiperbola yang lebih ke arah perbandingan, litotes merupakan ungkapan
untuk merendahkan diri, meskipun kenyataan yang sebenarnya adalah yang sebaliknya.

Contoh: Selamat datang ke gubuk kami ini. Gubuk memiliki artian sebagai rumah.

2. Paradoks
Yaitu membandingkan situasi asli atau fakta dengan situasi yang berkebalikannya.
Contoh: Di tengah ramainya pesta tahun baru, aku merasa kesepian.

3. Antitesis
Yaitu memadukan pasangan kata yang artinya bertentangan.

Contoh: Film tersebut disukai oleh tua-muda.

4. Kontradiksi Interminis
Gaya bahasa yang menyangkal ujaran yang telah dipaparkan sebelumnya. Biasanya diikuti
dengan konjungsi, seperti kecuali  atau hanya saja.
Contoh: Semua masyarakat semakin sejahtera, kecuali mereka yang berada di perbatasan.

Majas Sindiran
Majas sindiran merupakan kata-kata kias yang memang tujuannya untuk menyindir seseorang
ataupun perilaku dan kondisi. Jenis ini terbagi menjadi tiga subjenis, yaitu sebagai berikut.

1. Ironi
Yaitu menggunakan kata-kata yang bertentangan dengan fakta yang ada.

Contoh: Rapi sekali kamarmu sampai sulit untuk mencari bagian kasur yang bisa ditiduri.

2. Sinisme
Yaitu menyampaikan sindiran secara langsung.

Contoh: Suaramu keras sekali sampai telingaku berdenging dan sakit.

3.Sarkasme
Yaitu menyampaikan sindiran secara kasar.

Contoh: Kamu hanya sampah masyarakat tahu!

Majas Penegasan
Majas penegasan merupakan jenis gaya bahasa yang bertujuan meningkatkan pengaruh kepada
pembacanya agar menyetujui sebuah ujaran ataupun kejadian. Jenis ini dapat dibagi menjadi
tujuh subjenis, yaitu sebagai berikut.

1. Pleonasme
Yaitu menggunakan kata-kata yang bermakna sama sehingga terkesan tidak efektif, namun
memang sengaja untuk menegaskan suatu hal.

Contoh: Ia masuk ke dalam ruangan tersebut dengan wajah semringah.

2. Repetisi
Gaya bahasa ini mengulang kata-kata dalam sebuah kalimat.

Contoh: Dia pelakunya, dia pencurinya, dia yang mengambil kalungku.


3. Retorika
Yaitu memberikan penegasan dalam bentuk kalimat tanya yang tidak perlu dijawab.

Contoh: Kapan pernah terjadi harga barang kebutuhan pokok turun pada saat menjelang hari
raya?

4. Klimaks
Yaitu mengurutkan sesuatu dari tingkatan rendah ke tinggi.

Contoh: Bayi, anak kecil, remaja, orang dewasa, hingga orang tua seharusnya memiliki asuransi
kesehatan.

5. Antiklimaks
Berkebalikan dengan klimaks, gaya bahasa untuk antiklimaks menegaskan sesuatu dengan
mengurutkan suatu tingkatan dari tinggi ke rendah.

Contoh: Masyarakat perkotaan, perdesaan, hingga yang tinggi di dusun seharusnya sadar akan
kearifan lokalnya masing-masing.

6. Pararelisme
Gaya bahasa ini biasa terdapat dalam puisi, yakni mengulang-ulang sebuah kata dalam berbagai
definisi yang berbeda. Jika pengulangannya ada di awal, disebut sebagai anafora. Namun, jika
kata yang diulang ada di bagian akhir kalimat, disebut sebagai epifora.
Contoh majas: Kasih itu sabar.
Kasih itu lemah lembut.
Kasih itu memaafkan.

7. Tautologi
Yaitu menggunakan kata-kata bersinonim untuk menegaskan sebuah kondisi atau ujaran.

Contoh: Hidup akan terasa tenteram, damai, dan bahagia jika semua anggota keluarga saling
menyayangi.

Anda mungkin juga menyukai