Anda di halaman 1dari 4

Relasi makna

Relasi makna adalah hubungan kesejajaran atau pertentang makna pada suatu kosa kata.
Selain itu, relasi makna juga berarti hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa
dengan satuan bahasa lainnya. Satuan bahasa ini dapat berupa kata, frase, kalimat. Dengan
demikian, relasi makna dalam semantik itu dapat menyatakan kesamaan makna, pertentangan,
ketercakupan, kegandaan atau kelebihan makna.1 Relasi makna dalam semantik berupa sinonim,
antonim, homonim, hiponim, hipernim, dan polisemi.

1. Sinonim
Secara etimologis, kata sinonim berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu onoma yang
berarti nama dan syn yang berarti dengan.2 Adapun makna secara harfiah kata sinonim
adalah nama lain untuk benda atau hal yang sama. Sinonim adalah kata, kumpulan kata,
atau kalimat yang mempunyai makna mirip atau sama dengan bentuk lain. Contohnya kata
pintar, pandai, cerdik, cerdas; mati, meninggal, wafat.
Berikut ini jenis-jenis sinonim:
a. Sinonim antara morfem (bebas) dengan morfem (terikat), seperti antara dia dengan
nya, antara saya dengan ku dalam kalimat.
(a) Nita pergi bersama dia
Nita pergi bersamanya
(b) Itu bukan sepeda saya
Itu bukan sepedaku
b. Sinonim antara kata dengan kata seperti antara mati dengan meninggal; antara buruk
dengan jelek; antara senang dengan gembira, dan sebagainya.
c. Sinonim antara kata dengan frase atau sebaliknya. Misalnya antara meninggal dengan
tutup usia.
d. Sinonim antara frase dengan frase. Misalnya, antara ayah ibu dengan orang tua; antara
meninggal dunia dengan berpulang ke rahmatullah.
e. Sinonim antara kalimat dengan kalimat. Seperti Dian menendang bola dengan Bola
ditendang Dian. Kedua kalimat ini pun dianggap bersinonim, meskipun yang pertama
kalimat aktif dan yang kedua kalimat pasif.

1
Fitri Amilia & Astri Widyaruli A., Semantik: Konsep dan Contoh Analisis, (Malang: Madani, 2017), hlm. 97.
2
Fatimah Djajasudarma, Semantik 1 Pengantar ke Arah Ilmu Makna, (Bandung: Eresco, 1993), hlm. 42.
2. Antonim
Antonim adalah oposisi makna dalam pasangan leksikal yang dapat dijenjangkan.3
Yaitu beberapa pasangan kata yang mempunyai arti yang berlawanan. Misalnya kata bagus
berantonim dengan kata buruk; kata besar berantonim dengan kata kecil; dan kata membeli
berantonim dengan kata menjual.
3. Homonim
Kata yang sama ejaannya atau lafalnya, tetapi mengungkapkan arti yang berbeda
karena berasal dari sumber yang berbeda. Sehingga homonim bisa berbentuk; homofon dan
homograf.4 Homofon berasal dari kata homo yang berarti sama dan kata fon yang berarti
bunyi. Dengan demikian, homofon dapat diartikan homonim yang sama bunyinya, tetapi
berbeda tulisan dan makna. Homograf adalah kata-kata yang mempunyai tulisan sama
tetapi beda dalam pelafalan dan makna.
Sebagai contoh kata bisa yang berarti racun ular dan kata bisa yang berarti mampu,
dapat. Kata genting yang berarti situasi yang gawat, dan kata genting yang berarti atap
rumah. Kata-kata tersebut memiliki tulisan dan pelafalan yang sama namun berbeda
makna.
Contoh homofon:
a) Rok: jenis pakaian yang digunakan oleh wanita atau perempuan.
Rock: jenis aliran musik.
b) Sangsi: bimbang, ragu-ragu.
Sanksi: sebuah hukuman atau konsekuensi dari suatu pelanggaran.
c) Bank: lembaga keuangan penyedia kredit ataupun tempat menyimpan uang.
Bang: panggilan yang ditujukan kepada kakak laki-laki maupun laki-laki yang lebih
tua.
Contoh homograf:
a) Mental: keadaan kejiwaan seseorang.
Mental: terpelanting atau terlempar karena berbenturan dengan benda lain.
b) Apel: suatu jenis buah – buahan.
Apel: kegiatan berkumpul atau upacara.

3
Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993) hlm. 15.
4
Muhammad Ngafenan, Kamus Homonim Bahasa Indonesia, (Semarang: 1989), hlm. 7.
c) Keset: kain atau serabut yang digunakan untuk membersihkan kaki atau alas kaki
sebelum memasuki ruangan.
Keset: keadaan suatu benda yang tidak licin setelah dibersihkan.

4. Hiponim dan Hipernim


Hiponim adalah relasi antarkata yang berwujud atas bawah, atau dalam suatu makna
terkandung sejumlah komponen yang lain. Kelas atas mencakup beberapa komponen yang
lebih kecil, sedangkan kelas bawah merupakan komponen yang mencakup dalam kelas
atas. Soedjito mengungkapakan bahwa hiponim adalah adalah kata-kata yang tingkatnya
ada di bawah kata yang menjadi superordinatnya atau hipernim (kelas atas). Sedangkan
hipernim adalah kata-kata yang maknanya melingkupi makna kata yang lain.
Contoh:
a. Kata buah-buahan merupakan hipernim, sedangkan mangga, jeruk, apel, pisang,
dan sebagainya merupakan hiponim.
b. Kata bunga merupakan hipernim, sedangkan tulip, mawar, dan melati merupakan
hiponim.
c. Kata ikan merupakan hipernim, sedangkan teri, bandeng, cakalang, dan mujair
merupakan hiponim.
5. Polisemi
Polisemi adalah kata-kata yang mengandung makna lebih dari satu, tetapi makna itu
masih berhubungan dengan makna dasarnya.5 Misalnya kata orang tua bisa berarti ayah
dan ibu, atau orang yang sudah lanjut usia (manula). Demikian juga kata mata yang
dipakai dalam kata-kata: mata untuk melihat, mata air, mata angin, mata kucing, mata
acara, dll. memiliki hubungan makna yang satu yaitu sesuatu yang menjadi pusat, inti, atau
yang mempunyai mata.
Contoh lain dari polisemi:
(a) Kepala Ani terasa sakit.
(b) Kepala sekolah hadir pada upacara bendera.
(c) Kepala surat biasanya berisi nama dan alamat kantor.

5
Yayat Sudaryat, Makna dalam Wacana (Bandung: CV. Yrama Widya, 2009), hlm. 49.
Pada contoh di atas kata kepala yang mempunyai makna (1) bagian tubuh manusia,
pada kalimat (a); (2) ketua atau pemimpin, pada kalimat (b); (3) sesuatu yang berada di sisi
atas, pada kalimat (c).

Kesimpulan
Relasi makna berarti hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa dengan
satuan bahasa lainnya. Satuan bahasa tersebut dapat berupa kata, frase, kalimat. Relasi makna
dalam semantik berupa sinonim, antonim, homonim, hiponim, hipernim, dan polisemi.

Dapus

Soedjito. 1990. Kosakata Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai