Anda di halaman 1dari 5

Wiwin Indriani

Sastra Indonesia/C
2114016091
TUGAS SEMANTIK

Meresume Materi Hasil Dari

Presentasi
Kelompok 5
Relasi Makna
Relasi makna adalah hubungan pada suatu makna kosa kata yang memiliki kesejajaran atau pertentangan pada
makna. Jadi relasi makna tidak lepas dengan semantik pada satuan bahasa dengan satuan bahasa lainnya, seperti
kata, frasa, dan kalimat. Relasi makna dalam semantik itu dapat menyatakan kesamaan makna, pertentangan,
ketercakupan, kegandaan atau kelebihan makna. Secara jelas yang dimaksud yang memiliki persamaan makna
adalah sinonim, berlawanan makna disebut antonim, yang sama dalam pengucapan dan tulisan tetapi beda
makna yang disebut homonim, sama dalam pengucapan tetapi beda tulisan yang disebut homofon, kata yang
sama dalam tulisannya, tetapi beda pengucapan yang disebut homograf, kata yang memiliki makna yang
banyak, disebut polisemi (Amilia hal 97).

Sinonim
Sinonim secara etimologis menurut Pateda, diambil dari bahasa Yunani Kuno yaitu onoma yang berarti nama
dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah Pateda mengatakan kata sinonim adalah nama lain untuk benda atau
hal yang sama. Sedangkan Palmer mengatakan bahwa synonymy is used to mean sameness of meaning yang
berarti kesinoniman digunakan untuk menunjukkan kesamaan (Amilia hal 100). Jadi jika disimpulkan sinonim
adalah bahasa memiliki perangkat kata yang mempunyai arti yang berkesamaan atau bersesuaian pada makna.

1) Proses Kesinoniman
Menurut pendapat Muniah, Sulastri, dan Hamid pada (Amilia hal 101), kata untuk
menjadi sinonim dalam bahasa Indonesia memiliki empat proses, yaitu :
a) Dorongan Kebahasaan
Sinonim muncul dengan bertujuan untuk memperkuat daya ungkap bahasa dalam arti secara luas, serta memiliki
fungsi sebagai pengungkap ekspresif, representatif, eufemisme, atau stilistik (Amilia hal 102). Misalnya.
Sinonim ibu:
Sinonim gelandangan:
Sinonim desa:

b) Pengaburan Masalah
Sinonim pengaburan masalah sering dijumpai dalam penggunaan
bahasa pada kegiatan politik. “Contoh: dieksekusi menggantikan istilah dihukum mati; diamankan
menggantikan kata ditahan, ditangkap; dan dimutasi menggantikan kata dipecat dari jabatan.”
Pengaburan pokok masalah digunakan karena perihal santun. Akan tetapi penggantian istilah ini menyebabkan
kehilangan makna yang sesungguhnya. “Makna yang santun pada kata mengaburkan kondisi yang tidak baik
pada pihak tertentu” (Amilia hal 102).

c) Penggantian Istilah
Penggantian istilah muncul karena istilah asing lebih sering digunakan
pada satuan bahasa. Contoh kata smartphone dengan kata gawai; kata email dengan kata surel; miss call dengan
salah sambung, dan lain sebagainya. Penyebab tersebut bisa disebabkan oleh dua faktor yaitu ketidaktahuan dan
ketidakpedulian. ”Banyak orang yang sudah tahu istilah tersebut dalam bahasa Indonesia tetap menggunakan
istilah dalam bahasa asing” atau benar-benar tidak mengetahui (Amilia hal 102).

d) Kolokasi
Kolokasi merupakan asosiasi tepat antara kata dan kata lain dalam lingkungan yang sama, misalnya “baik:
bagus, indah, tampan, cantik. Kata- kata yang berupa adjektiva tersebut dapat dilihat perbedaannya berdasarkan
keterbatasan kolokasinya (Amilia hal 102). Tetapi bisa digunakan untuk sesuatu yang sama contohnya,
a. tulisan anak itu baik.
b. tulisan anak itu bagus.
c. tulisan anak itu indah.
2) Jenis-Jenis Sinonim
Menurut pendapat Muniah, Sulastri, dan Hamid pada (Amilia hal 103)
sinonim memiliki lima bentuk. Kelima bentuk tersebut adalah.

1) “Sinonim antara morfem (bebas) dengan morfem (terikat), seperti antara dia dengan nya, antara saya dengan
ku dalam kalimat.”
Minta bantuan dia
Minta bantuannya
Bukan teman saya
Bukan temanku
2) “Sinonim antara kata dengan kata” seperti antara musnah dengan lenyap; antara menyebalkan dengan
menjengkelkan, dan sebagainya.
3) “Sinonim antara kata dengan frasa atau sebaliknya” contoh antara jelek denganburuk rupa; bermuka dua
dengan pembohong, dan lain sebagainya. 4) “Sinonim antara frasa dengan frasa.” Misalnya, ketua kelas dengan
pemimpin kelas, ayah ibu dengan orang tua , dan lain sebagainya.
5) “Sinonim antara kalimat dengan kalimat.” Seperti aku menemui Rian dengan tadi Rian ditemui aku. Kalimat
dianggap bersinonim, meskipun yang pertama kalimat aktif dan yang kedua kalimat pasif.

3) Faktor Pembentukan Kesinoniman


“Kata yang bersinonim bisa saling menggantikan dan tidak. Ketidakmampuan saling menggantikan bisa menjadi
indikator jenis sinonim parsial. Namun, ketidakmampuan saling menggantikan juga disebabkan faktor lain
(Amilia hal 102).” Berikut faktor-faktor yang menyebabkan kata yang bersinonim tidak dapat saling
menggantikan.
a) Faktor Waktu
Ada kata-kata yang biasanya menjelaskan makna yang berhubungan dengan
keadaan zaman tertentu, sehingga tidak berhubungan dengan semua zaman. Misalnya kata hulubalang identik
dengan kata panglima.
b)Faktor Tempat atau Daerah
Faktor tempat dan Faktor daerah ini bisa berupa dialek bahasa suku tertentu.
c) Faktor Sosial
"Faktor ini dapat dilihat dari kemampuan kata beradaptasi atau selalu berada
dalam lingkungan sosial tertentu atau kelas sosial tertentu.
d) Faktor Bidang Kegiatan
"Faktor ini biasanya berhubungan dengan penggunaan istilah. Istilah dalam
kajian ilmu atau bidang tertentu tidak akan lazim digunakan pada kajian yang berbeda.
e) Faktor Nuansa Makna
"Faktor ini ditandai dengan adanya perbedaan komponen makna. Perbedaan
ini terkadang menandai adanya tinggi rendahnya rasa bahasa. Dalam bahasa Indonesia, banyak kata yang
bersinonim jenis ini.

4) Cara Menganalisis Kesinoniman


Perlunya dilakukan analisis yang tepat untuk mengetahui kata-kata bersinonim
atau tidaksuatu Tujuan untuk. mengecek jenis relasi makna kata, apakah sinonim atau hiponim. Cara yang dapat
dilakukan untuk mengetahui kesinoniman kata terdiri dari dua cara, yaitu.
a)Mensubstitusi atau mengganti
Sesuai namanya, “jika suatu kata dapat diganti dengan kata lain dalam konteks
kalimat yang sama dan makna konteks itu tidak berubah, kedua kata itu dapat dikatakan bersinonim.”
b) Menggunakan komponen makna
Analisis menggunakan komponen makan dilakukan dengan menyajikan konsep
kata untuk kata sinonim.
2.3 Antonim
Antonim memiliki arti keterbalikan kata lain dengan kata lain. Memiliki makna yang berlawanan atau dianggap
kebalikan dari makna ungkapan lain. Verhaar mendefinisikan antonim bisa berupa kata, tetapi dapat pula dalam
bentuk frase atau kalimat yang memiliki keterbalikan makna dengan ungkapan lain (Amilia hal 109). Antonim
memiliki sifat tidak mutlak. Dengan adanya istilah oposisi maka bisa terjadi pengkategorian konsep perlawanan
makna dan tidak hanya sekedar kontras. Berdasarkan sifat oposisi dibedakan menjadi lima, yaitu.
1) Oposisi Mutlak
Oposisi mutlak merupakan pertentangan makna secara mutlak atau tidak bisa
diganggu gugat.
2) Oposisi Kutub
Makna-makna termasuk oposisi kutub pertentangan tidak bersifat mutlak. Hal ini
disebabkan adanya tingkatan makna pada kata tersebut. Contohnya kaya dan miskin yang merupakan beroposisi
kutub. Alasan pertentangan kaya dan miskin tidak mutlak, orang tidak kaya belum tentu ia merasa miskin dan
orang tidak miskin belum tentu ia merasa kaya (Amilia hal 109-110).
3) Oposisi Hubungan
(Amilia hal 110) Makna oposisi hubungan memiliki sifat saling melengkapi.
“Artinya, kehadiran kata yang satu karena ada kata yang lain yang menjadi oposisinya.” Jika salah satu
kehadirannya tidak ada maka keduanya oposisi ini tidak ada.
4) Oposisi Hierarkial
Oposisi hierarkial merupakan kata yang bernama satuan ukuran ukuran, panjang,
dan isi. Hitungan berupa penanggalang, nama jenjang, kepangkatan, dan sebagainya.
5) Oposisi Majemuk
Oposisi majemuk kata yang maknanya memiliki lebih dari satu lawan dari kata
tersebut. Misalnya, kata berdiri bisa beroposisi dengan kata duduk, berbaring, dan berjongkok.

2.4 Polisemi
Polisemi adalah sebuah bentuk kebahasaan yang memiliki berbagai macam makna. Perbedaan antara makna
yang satu dengan yang lain dapat ditelusuri atau dirunut sehingga sampai pada suatu kesimpulan bahwa makna-
makna itu berasal dari sumber yang sama (Sumarsono, 2007).
Dari beberapa penjelasan di atas bisa kita pahami bahwa polisemi merupakan bentuk kata maupun frasa yang
dari satu kata ataupun frasa mampu membuat beberapa makna. Beberapa contoh polisemi yang sering kita temui
dalam kehidupan. Misalnya pada kata “darah” berikut ini.
1) Tangannya berlemuran darah.
2) Dia masih ada pertalian darah dengan bangsawan itu.
3) Penari itu memiliki darah seni.
Kata darah pada tiga kalimat tersebut berbeda.

ada beberapa faktor yang menyebabkan polisemi ini hadir atau ada.
dalam tatanan bahasa. Menurut Amalia dan Anggraeni (2017) ada beberapa faktor sebagai berikut.
a.Pergeseran Makna
b. Spesialisasi Lingkungan Sosial
Makna kata dapat berbeda jika berada dalam suatu wilayah atau lingkungan yang berbeda juga.
c. Figuratif/ Kiasan
Kata dalam bahasa Indonesia dapat diberi dua atau lebih pengertian yang
bersifat kias tanpa menghilangkan makna aslinya.

Homonim, Homofon, dan Homograf


Istilah homonim (homonymy) berasal dari bahasa Yunani Kuno, onama yang berarti nama dan homos yang
berarti sama. Secara harafiah homonim adalah nama sama untuk benda yang berlainan (Pateda, 2010). Dengan
demikian, homonim dapat diartikan sebagai nama sama untuk benda atau hal lain. Secara semantik, Verhaar
memberi definisi homonym sebagai ungkapan (berupa kata, frase atau kalimat) yang bentuknya sama dengan
ungkapan lain (juga berupa kata, frase atau kalimat) tetapi maknanya tidak sama (Verhaar, 1981) dan (Chaer,
2009).

Relasi makna adalah hubungan pada suatu makna kosa kata yang memiliki kesejajaran atau pertentangan pada
makna. Jadi relasi makna tidak lepas dengan semantik pada satuan bahasa dengan satuan bahasa lainnya, seperti
kata, frasa, dan kalimat. Relasi makna dalam semantik itu dapat menyatakan (1) kesamaan makna(sinonim), (2)
pertentangan (antonim), (3) Polisemi, serta (4) homonim, homofon, dan homograf. Adapun dari beberapa relasi
makna di atas ini memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi atau pun cara kita menganalisis bentuk dari
beragam jenis relasi makna.

Presentasi kelompok 6
Medan Makna
1. Pengertian Medan Makna

Medan makna merupakan bidangn arti yang dimiliki oleh butiran-butiran leksikal. Menurut
Harimuti dalam (Firmansyah, 2014) menyatakan bahwa medan makna adalah bagian dari
sistemsemantik bahasayang menggambarkanrealitas. Kata-kata dalam bahasa dapat di kelompokkan atas
kelompok tertentu berdasarkan kesamaan ciri semantik yang dimiliki. Seperti nama pada warna
membentuk medan tertentu.
2. Penggolongan Medan Makna

Katayang beradadalam satu medan makna dapat digolongkan menjadi dua, yaitu golongan kolokasi dan
golongan set. Makna kolokasi mengacu pada hubungan sintagmatik sedangkan set menujuk pada
hubungan paradigmatik.
1. Golongan Kolokasi 

Kolokasi berasaldarikata colloco berarti ada tempat yang sama antara kata-kata dan unsur-


unsurleksikal, kolokasi menunjuk pada hubungan yang sintagmatik yakni berada ditempat yang
sama (Gagali, 2022). 
2. Golongan Set

Set biasanya berupa sekelompok unsurleksikaldarikelas yang sama yang merupakan satu


kesatuan. Misalnyakata remaja merupakan tahap pertumbuhanantara kanak-kanak dengan dewasa.
Komponen Makna
1. Pengertian Komponen Makna

Komponen merupakan keseluruhan makna sebuah kata yang dilihat berdasarkan sejumlah
komponen makna yang berbeda. Makna sebuah kata bisa ditemukan jika perbedaan makna kata tersebut
dengan kata lain sudah ditemukan. Karena tidak ada makna jika tidak ada perbedaan(Sarifuddin, 2020). 
2. Penerapam Analisis Biner terhadap Unsur Leksikal

Dari pengamatan terhadap unsur-unsur leksikal, ada tiga hal yang perlu dikemukakan sehubungan
dengan analisis Biner (Chaer A. , 2013).
a. Pertama, ada pasangan kata yang salah satu daripadanya lebih bersifat netral atau umum sedangkan yang lain
lebih bersifat khusus.

b. Kedua, ada kata atau unsur leksikal yang sulitdicari pasangannya karena memang mungkin tidak ada;
tetapi ada juga yang mempunyai pasangan lebih dari satu. 

c. Ketiga, kita seringkali sulit mengatur ciri-ciri semantik itu secara bertingkat, mana yang lebih bersifat
umum dan mana yang lebih bersifat khusus. 
3. Contoh Komponen Makna

Konsep analisi diterapkan untuk membedakan makna suatu kata dengan kata yang lain.
Misalnya kata taksi online dan angkot dapat diperbedakan berdasarkan cara penggunaanya.
2.3. Kesesuaian Sematis dan Gramatis

Menurut Chaer (2013: 123) adanya kesesuaian ciri semantik antara unsur leksikal yang satu
dengan yang lain membuat penutur bahasa dapat menggunakan bahasa secara baik. Contohnya pada kata
‘presiden’ dan ‘kuda’ dalam kalimat Presiden mengendarai kuda dan kuda mengendarai Presiden.

Medan maķna adalah bagian dari sistem semantik bahasa yang menggambarkan realitas. Kata-kata dalam
bahasa dapat di kelompokkan atas kelompok tertentu berdasarkan kesamaan ciri semantik yang
dimiliki.Sedangkan komponen makna merupakan keseluruhan makna sebuah kata yang dilihat berdasarkan
sejumlah komponen makna yang berbeda.

Medan makna digolongkan menjadi dua yaitu kolokasi dan set. Kolokasi bersifat sintagmatik sedangkan
set bersifat paradigmatik. Ada tigas hal yang harus diperhatikan dalam analisis biner unsur leksikal yaitu
pasangan kata yang bersifat khusus, unsur leksikal yang sulit dicari pasangannya, kesulitan mencari ciri
bertingkat, umum atau khusus. Kesesuaian antara unsur gramatikal dan semantik membuat penutur lebih baik
dalam berbahasa.

Anda mungkin juga menyukai