Anda di halaman 1dari 10

Makna Kata

Sri Wahyuningsih, M.Pd


Perubahan Makna

Makna sebuah kata dapat berubah oleh beberapa sebab, antara


lain perubahan lingkup cakupan makna, perubahan nilai rasa,
dan pergeseran makna. Perubahan makna kata yang sering terj
adi dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
1) Penyempitan yaitu perubahan cakupan makna yang semula luas menjadi
sempit.
Contoh: madrasah, sarjana, pendeta, lafal, dan ulama.
Keterangan:
Kata madrasah (dari bahasa Arab: madrosatun) yang berarti ‘sekolah’ (umum)
dalam Bahasa Indonesia di- artikan ‘sekolah agama Islam’ (khusus).
2) Perluasan yaitu perubahan cakupan makna yang semula sempit menjadi luas.
Contoh: saudara, ibu, bapak, berlayar, dan kereta api.
Keterangan:
Kata ibu semula hanya diartikan ‘wanita yang melahirkan (diri kita sebagai
anak)’ sekarang diartikan juga ‘orang yang dihormati atau dituakan’ seperti
dalam konteks ibu guru, ibu lurah, dan ibu negara.
3) Ameliorasi yaitu perubahan nilai rasa pada suatu kata yang semula dianggap
kurang baik atau biasa saja, sekarang menjadi baik atau lebih baik.
Contoh: wanita, istri, kakak, putra, dan lain-lain.
4) Peyorasi yaitu perubahan nilai rasa pada suatu kata yang semula baik, sekarang
menjadi kurang baik.
Contoh: perempuan, bini, abang.
5) Asosiasi yaitu perubahan makna kata karena persamaan sifat atau karena
adanya tautan pikiran yang menghubungkan suatu hal dengan hal lain yang
dianggap berkaitan. Contoh: amplop, tukang catut, mencukur dalam susunan
kalimat berikut ini:
• Beri saja amplop supaya urusanmu lekas dia bereskan.
• Semenjak terkena PHK, dia menjadi tukang catut di loket Stasiun Gambir.
• Rudi berhasil mencukur Badu dengan skor 15 : 0 dalam pertandingan buluta
ngkis semalam.
6) Sinestesia yaitu perubahan makna kata karena adanya pertukaran tanggapan
antara dua buah indera.
Contoh: pedas, manis, pahit, kasar, tajam
kata-katanya pedas, senyumnya manis, pengalaman pahit, tingkah lakunya
kasar, dan sorot matanya tajam.
Tata Hubungan Makna
Dalam suatu bahasa, antara kata yang satu dengan yang lain dimungkinkan terjadi hubu
ngan makna. Hubungan tersebut secara teratur dapat dikelompokkan atas beberapa
macam berdasarkan sifat-sifat tertentu. Hal yang demikian disebut tata hubungan makna.
Tata hubungan makna meliputi hal-hal berikut.
1) Antonimi
Antonimi (perlawanan makna) adalah hubungan antara kata yang satu dengan kata yang lain
yang ditinjau dari segi makna dianggap berlawanan. Kata-kata yang berlawanan makna itu, masing-
masing disebut dengan istilah antonim atau lawan kata.
2) Sinonimi
Sinonimi (persamaan makna kata) adalah hubungan antara dua kata atau lebih yang dianggap
mempunyai kesamaan makna.
Kata-kata yang mempunyai kesamaan makna satu dengan yang lainnya itu, masing-masing di
sebut dengan istilah sinonim atau padanan kata. Contoh: kata baik bersinonim dengan kata
bagus; kata betul bersinonim dengan kata benar.
3)Hiponimi
Hiponimi adalah hubungan membawahkan antara kata umum terhadap kata khusus.
Kata umum (super- ordinat) adalah kata yang mempunyai cakupan makna luas, mencaku
pi makna beberapa kata khusus. Kata khusus (hiponim) adalah kata yang mempunyai ca
kupan makna sempit, hanya mengacu kepada satu hal tertentu.
Contoh: kata bunga sebagai superordinat mempunyai beberapa hiponim, antara lain:
anggrek, mawar, melati, dan kenanga.
Tata Hubungan Makna

4)Polisemi (banyak makna), istilah ini menunjukkan adanya kemung


kinan bahwa suatu kata dapat memiliki banyak arti.
Arti-arti yang dimiliki oleh kata yang berpolisemi itu satu sama lain
dapat dihubungkan.
Pertalian Bentuk Kata
1. Homonim
Homonim adalah pertalian antara dua kata atau lebih yang menunjukkan adanya
kesamaan tulisan dan ucapan.
Contoh: beruang 1 (kata dasar)
‘nama binatang’
beruang 2 (ber + uang)
‘mempunyai uang’
beruang 3 (ber + ruang)
‘mempunyai ruang’
Contoh tersebut memperlihatkan bahwa dalam bahasa Indonesia ada tiga kata beruang
yang ber- homonim, ditulis dengan huruf yang sama dan diucapkan dengan bunyi yang
sama.
Selain kata beruang, dalam bahasa Indonesia masih banyak lagi kata yang
berhomonim, antara lain kopi, genting, buku, bisa, kali, lagi, daki, dan papa.
2. Homofon
Homofon adalah pertalian antara dua kata atau lebih yang menunjukkan adanya
kesamaan ucapan (bunyi).
Contoh:Bank dan bang
Tank dan tang
Sanksi dan sangsi
Pertalian Bentuk Kata

3. Homograf
Homograf adalah pertalian antara dua kata atau lebih yang menunjukkan adanya
kesamaan tulisan (huruf).
Contoh: serang (serbu) dan serang (nama tempat)
teras (inti) dan teras (beranda)
mental (melejit) dan mental (jiwa)
Pertalian bentuk kata seperti telah diuraikan di atas tidak menunjukkan adanya
pertalian makna. Untuk sederhananya, perhatikan diagram berikut ini.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai