DiSusun oleh
Mawaddah, 2106102010104
Nanda bunaiya Fathia, 2106102010105
Srinanda balqis, 2106102010101
Siti ramdhani, 2106102010100
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, kami meminta pertolongan dan ampunan kepada-Nya.
Kami berlindung dari segala macam kejahatan jiwa dan kejahatan perbuatan kami. Shalawat
dan salam semoga selalu tercurah ke haribaan Rasulullah , para keluarga dan sahabatnya serta
orang-orang yang selalu setia mengikuti mereka hingga hari akhir nanti. Dengan rasa syukur
yang besar, kami hanturkan kepada Allah SWT karena dapat menyelesaikan pembuatan
makalah yang berjudul sinonim, homonim, homofon, dan homograf.
Makalah ini adalah makalah untuk mata kuliah Semantik Bahasa Indonesia dengan
judul sinonim, homonim, homofon, dan homograf yang membahas mengenai tentang
sinonim, homonim, homofon, dan homograf tersebut sehingga dapat memberikan informasi,
pengetahuan yang lebih mendalam dan juga pemahaman bagi pembaca akan topik yang akan
menjadi pembahasan dalam makalah ini.
Kami mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan baik yang
disengaja atau yang tidak disengaja di dalam penulisan makalah ini. kami memohon maklum
yang sebesar-besarnya kepada pembaca dan beserta hal tersebut kami meminta kritik dan
saran untuk kesempurnaan penulisan makalah di masa yang akan datang. Harapan kami
semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan dari berbagai pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sinonim
2.2 Homonim
2.3 Homofon
2.4 Homograf
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
1.1 Latar belakang
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 sinonim
A. Pengertian sinonim
Secara etimologi kata sinonimi atau disingkat sinonim berasal dari bahasa Yunani
kuno, yaitu onoma yang berarti 'nama', dan syn yang berarti 'dengan'. Maka secara harfiah
kata sinonimi berarti 'nama lain untuk benda atau hal yang sama' (Chaer, 1994 :82)
Sementara menurut H.G Tarigan (1993:78) kata sinonim terdiri dari sin ("sama" atau
"serupa") dan akar kata onim "nama" yang bermakna "sebuah kata yang dikelompokkan
dengan kata-kata lain di dalam klasifikasi yang sama berdasarkan makna umum.
Adapun makna secara harfiah kata sinonim adalah nama lain untuk benda atau hal
yang sama (Pateda, 2010)Sementara itu, Palmer mengatakan bahwa synonymy is used to
mean sameness of meaning yang artinya kesinoniman digunakan untuk menunjukkan
kesamaan (Palmer, 1981)Hal itu berarti bahwa dalam sebuah bahasa terdapat perangkat kata
yang mempunyai arti yang berkesamaan atau berkesesuaian. Jadibentuk bahasa yang
mengalami dan menjadi kelompok yang mirip maknanya disebut sinonim. Senada dengan
pendapat sebelumnya, Kridalaksana juga mengatakan bahwa sinonim adalah bentuk bahasa
yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk lain (Kridalaksana2008)
Sebagaimana yang diilustrasikan dalam pengantardalam sinonim, ada sedikit unsur
makna yang berbeda. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan kata yang bersinonim untuk dapat
dan tidak dapat saling menggantikan dalam sebuah teksPernyataan ini didasarkan pada
pendapat Verhaar, Zgustadan Ullman. Verhaar mendefinisikan sebagai ungkapan (bisa berupa
kata, frase atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain
(Verhaar, 1981) dan (Pateda2010). Menurut Zgusta dan Ullmaan kesamaan dua kata yang
bersinonim itu tidak bersifat mutlak (Chaer2009) dan (Ullman1970).
CONTOH
erikut contoh sinonim, kata buruk dan jelek adalah dua buah kata yang bersinonim;
bunga, kembang, dan puspa adalah tiga buah kata yang bersinonim; mati, wafat, meninggal,
dan mampus adalah empat buah kata yang bersinonim.Dilihat dari kemiripan maknanya, kata
buruk dan jelek tidak persis sama; makna kata bunga, kembang, dan puspa pun tidak persis
sama. Begitu pula kata matimeninggal, wafat, dan mampus.Dengan demikian, kata yang
bersinonim memiliki perbedaan makna.
Andaikata kata mati menjadi wafat dan meninggal itu maknanya persis sama, tentu
kita dapat mengganti kata mati dengan wafat atau dengan meninggal pada kalimat berikut
a. Tikus itu mati diterkam kucing,
b. Tikus itu wafat diterkam kucing,
c,Tikus itu meninggal diterkam kucing.
Penggunaan kata mati bisa untuk manusia dan hewan, sedangkan meninggal dan
wafat hanya digunakan untuk manusiatidak pada hewan. Perbedaan kata meninggal dan wafat
ada pada tingkat nilai rasa atau kesantunan berbahasa. Kata yang bersinonim yang tidak
saling menggantikan disebut sinonim parsialBegitu pula dengan kata tewasKata tewas
memiliki persamaan makna dengan mati, meninggal, dan wafat. Kata tewas bisa digunakan
untuk hewan dan juga manusia. Namun, penggunaan tewas untuk manusia menunjukkan
keadaan yang sangat mengerikan, seperti kehilangan nyawa karena kecelakaan lalu
lintasjatuh yang menyebabkan anggota badan tidak utuh, dan lain sebagainya.
B. Proses Kesinoniman
Menurut pendapat Muniah, Sulastri, dan Hamid, ada beberapa proses kata untuk menjadi
sinonim dalam bahasa Indonesia (Muniah, Sulastri, & Hamid, 2000).
1) Dorongan Kebahasaan
Sinonim timbul dengan maksud untuk memperkuat daya ungkap bahasa dalam arti luas, serta
berfungsi sebagai pengungkap ekspresif, representatif, eufemisme, atau stilistik. Misalnya,
sinonim ibu: inang, emak, mama, bunda untuk memenuhi fungsi representatif atau ekspresif.
Kemudian, kesinonim gelandangan: tunawisma, atau pelacur: wanita tunasusila untuk
keperluan eufemisme. Sinonim desa: kampung, dusun, dukuh untuk memenuhi tuntutan
stilistik.
2) Pengaburan Masalah
Pokok sinonim seperti pengaburan masalah pokok dijumpai dalam pemakaian bahasa untuk
kegiatan politik. Contoh: dieksekusi menggantikan istilah dihukum mati; diamankan
menggantikan kata ditahan, ditangkap; dan dimutasi menggantikan kata dipecat dari jabatan.
Pengaburan pokok masalah ini pada awalnya digunakan untuk kesantunan. Namun, lama-
kelamaan, penggantian istilah ini mengakibatkan adanya kehilangan makna yang
sesungguhnya. Makna yang santun pada kata mengaburkan kondisi yang tidak baik pada
pihak tertentu.
3) Penggantian Istilah
Sinonim muncul karena dorongan untuk mengganti istilah asing dengan istilah yang terdapat
dalam suatu bahasa. Contoh kata laundry dengan kata penatu dan dobi; airport dengan
bandara, bandar udara, pelabuhan udara; dan tower dengan kata menara, mercu. Di Indonesia,
istilah asing dianggap lebih bernilai tinggi, sehingga penggunaan istilah dalam bahasa asing
lebih sering digunakan. Ada kebanggaan terselubung dalam penggunaan istilah dalam bahasa
asing. Banyak orang yang sering menggunakan kata download daripada unggah, gadget dari
pada gawai, prestis dari pada membanggakan, dan lain sebagainya. Penggunaan tersebut bisa
disebabkan oleh ketidaktahuan dan ketidakpedulian pada istilah dalam bahasa Indonesia.
Banyak orang yang sudah tahu istilah tersebut dalam bahasa Indonesia tetap menggunakan
istilah dalam bahasa asing.
4) Kolokasi
Sinonim muncul karena dorongan untuk memenuhi kolokasi, misalnya baik: bagus, indah,
tampan, cantik. Kata-kata yang berupa adjektiva tersebut dapat dilihat perbedaannya
berdasarkan keterbatasan kolokasinya. Contoh,
a. tulisan anak itu baik.
b. tulisan anak itu bagus.
c. tulisan anak itu indah.
Berdasarkan uraian tersebut, ada empat proses terjadinya sinonim. Silahkan anda
mencari contoh yang lain untuk mengetahui kemungkinan adanya temuan baru proses
kesinoniman dalam bahasa Indonesia.
C. Jenis-jenis Sinonim
Menurut pendapat Muniah, Sulastri, dan Hamid, dalam bahasa Indonesia terdapat lima
bentuk sinonim (Muniah, Sulastri, & Hamid, 2000). Kelima bentuk tersebut adalah leksem
bersinonim dengan leksem, leksem tunggal bersinonim dengan leksem majemuk, leksem
tunggal bersinonim dengan frase, leksem majemuk bersinonim dengan leksem tunggal, dan
frase bersinonim dengan frase. Namun, ada pula jenis sinonim menjadi lima, tetapi berbeda
nama. Kelima jenis sinonim tersebut adalah sinonim morfem bebas dengan morfem terikat,
kata dengan kata, kata dengan frase atau sebaliknya, frase dengan frase, dan kalimat dengan
kalimat (Sumarlan, 2009). Perbedaan jenis sinonim pada dua pendapat tersebut terdapat pada
istilah yang digunakan. Berikut penjelasannya.
1) Sinonim antara morfem (bebas) dengan morfem (terikat), seperti antara dia dengan nya,
antara saya dengan ku dalam kalimat.
(a) Minta bantuan dia (Minta bantuannya)
(b) Bukan teman saya (Bukan temanku)
2) Sinonim antara kata dengan kata, seperti antara mati dengan meninggal; antara buruk
dengan jelek; antara bunga dengan puspa,dan sebagainya.
3) Sinonim antara kata dengan frase atau sebaliknya. Misalnya antara meninggal dengan
tutup usia; antara pencuri dengan tamu yang tidak diundang; antara tidak boleh tidak
dengan harus.
4) Sinonim antara frase dengan frase. Misalnya, antara ayah ibu dengan orang tua; antara
meninggal dunia dengan berpulang ke rahmatullah; dan antara mobil baru dengan mobil
yang baru.
5) Sinonim antara kalimat dengan kalimat. Seperti Dian menendang bola dengan Bola
ditendang Dian. Kedua kalimat ini pun dianggap bersinonim, meskipun yang pertama kalimat
aktif dan yang kedua kalimat pasif.
Contoh lain
Jika kita mendengar kata Tahu tentunya ada dua makna yang melintas di dalam otak kita
sehingga kita belum bisa memutuskan makna mana yang tepat dari kata tersebut. Namun, jika
kata tahu sudah dimasukkan ke dalam sebuah kalimat utuh seperti di bawah ini, maka kita
bisa mengidentifikasi makna kata tahu tersebut.
Ayah memberi tahu kepada ibu untuk dimasak.
Ayah memberi tahu ibu bahwa besok ia akan berangkat ke luar negeri.
1. Satu tetes bisa ular King Kobra dipercayai bisa mematikan satu ekor Gajah Afrika.
2. Rapat pemilihan ketua OSIS itu dilangsungkan di dalam ruangan yang tertutup rapat.
3. Pertandingan baru memasuki babak ke dua tetapi Roni sudah babak belur dihajar
lawannya.
4. "Pukul kucing itu dengan sapu!" perintah Budi padaku pada pukul satu malam.
Pengertian homofon
Ragam bahasa homofon adalah kata kata yang memiliki bunyi yang sama tetapi
bentuk tulisan dan maknanya berbeda. Dengan kata lain, kata-kata yang berhomofon
memiliki pelafalan yang sama meski memiliki tulisan dan arti yang berbeda. Sedikit berbeda
dengan homonim, kata kata yang berhomofon bisa kita identifikasi maknanya dengan melihat
bentuk tulisannya. Namun, jika berbentuk lisan kita harus mendengarnya dalam sebuah
kalimat utuh.
Apabila kita mendengar kata bank, ada dua makna yang memungkinkan, yaitu apakah
itu sebuah tempat atau panggilan untuk orang yang lebih tua. Oleh karena itu, kita harus
mendengarnya dalam bentuk kalimat yang utuh.