Anda di halaman 1dari 10

RELASI LEKSIKAL DALAM BAHASA INGGRIS

Deny Arnos Kwary

Penelitian ini memcoba mendeskripsikan secara komprehensif


istilah-istilah yang digunakan untuk menyatakan relasi leksikal
dalam bahasa Inggris. Data istilah dan penjelasannya diperoleh
melalui studi pustaka. Hasil studi pustaka menunjukkan 16 jenis
relasi leksikal yang sudah didefinisikan dalam buku yang berbeda-
beda dan satu jenis relasi leksikal yang merupakan temuan baru.

Kata kunci: semantik leksikal, homonimi, homofoni, homografi,


homofonemi, polisemi, sinonimi, antonimi, hiponimi, hipernimi,
meronimi, holonimi, endonimi, eksonimi, paronimi, metonimi,
retronimi.

I. Pendahuluan

Tujuan deskriptif tradisional dari semantik leksikal adalah: (a) menentukan

makna dari setiap kata dalam suatu bahasa; dan (b) menunjukkan bagaimana

makna-makna dari kata-kata dalam suatu bahasa saling terkait (Saeed 2000:53).

Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis kata-kata dalam bahasa

Inggris dengan memfokuskan pada tujuan yang kedua, yaitu untuk menunjukkan

hubungan dan keterkaitan kata-kata dalam bahasa Inggris.

Kata-kata dalam bahasa Inggris dapat diidentifikasi pada tingkat penulisan

dan pengucapan. Pada tingkat penulisan, setiap kata dipisahkan oleh spasi;

sedangkan pada tingkat pengucapan, setiap kata memiliki kumpulan bunyi yang

menunjukkan struktur internal tertentu (Saeed 2000:55-56).

Penulis membahas relasi leksikal melalui studi pustaka dari beberapa buku

teks linguistik dan kamus bahasa Inggris. Buku teks linguistik dijadikan
landasan untuk definisi istilah yang sudah diketahui. Kamus bahasa Inggris

digunakan untuk mencari contoh kata-kata yang memiliki relasi. Penulis

menggunukan kamus Webster’s New World College Dictionary karena kamus

ini juga memberikan asal kata dari setiap kata serapan.

II. Pembahasan

Dari hasil studi pustaka, penulis menemukan 16 jenis relasi leksikal dalam

kata-kata bahasa Inggris.

1. Homonimi

Saeed (2000:63) menyebutkan bahwa homonimi adalah relasi antara kata

fonologis yang sama namun maknanya tidak berhubungan. Definisi ini agak

berbeda dengan definisi dari Matthews (1997:164) yang menyebut homonimi

sebagai relasi antara kata-kata yang bentuknya sama namun maknanya

berbeda dan tidak bisa dihubungkan. Menurut pendapat saya, definisi

homonimi menurut Saeed rancu dengan definisi homofon, sedangkan definisi

hominimi menurut Matthews rancu dengan definisi homograf. Homonimi

seharusnya mencakup relasi antara kata yang pengucapannya dan bentuknya

sama, namun maknanya tidak berhubungan .

Contoh: pen ‘alat tulis’ dengan pen ‘kandang’.

Lyons (1996:55) membedakan antara homonimi absolut dan homonimi

parsial. Menurut Lyons, homonimi absolut memenuhi tiga kondisi yaitu: (1)

maknanya tidak berhubungan, (2) Seluruh bentuknya identik, dan (3)


Ekuivalen secara gramatikal. Contoh: sole ‘bagian bawah sepatu’ dengan sole

‘jenis ikan’ adalah contoh homonimi absolut karena memenuhi ketiga kondisi

tersebut. Sedangkan found ‘bentuk lampau dari kata menemukan’ dengan

found ‘bentuk kini dari mendirikan’ termasuk homonimi parsial karena aspek

gramatikalnya tidak ekuivalen.

2. Homofoni

Agak sulit mencari definisi yang tepat untuk relasi homofoni karena berbagai

buku teks linguistik cenderung menyamakan istilah homofoni dengan istilah

hominimi. Saeed hanya (2000:63) menyebut homofoni sebagai relasi kata

yang pengucapannya sama. Definisi ini rancu dengan definisi hononimi.

Homofoni, berdasarkan asal katanya (homos ‘sama’ dan phone ‘suara’),

menunjukkan relasi kata yang pengucapannya sama tetapi tulisannya berbeda

dan maknanya tidak berhubungan.

Contoh: ring ‘membunyikan (bel)’ dengan wring ‘memeras (baju)’.

3. Homografi

Sama halnya dengan homofoni, Saeed (2000: 63) hanya menyebut homografi

sebagai relasi kata yang tulisannya sama. Tentunya definisi ini rancu juga

dengan definisi homonimi. Sesuai dengan asal katanya (bahasa Yunani:

homos- ‘sama’ dan graf ‘tulisan’), penulis mendefinisikan homografi sebagai

relasi kata yang tulisannya sama tetapi pengucapannya berbeda dan

maknanya tidak berhubungan.

Contoh: minute [minit] ‘menit’ dengan minute [mainiut] ‘sangat kecil’.


Definisi homografi yang saya sebutkan di sini sama dengan definisi

heteronimi yang disebutkan oleh Fromkin dan Rodman (1998:164). Menurut

penulis, istilah heteronimi yang digunakan oleh Fromkin dan Rodman kurang

tepat karena asal katanya tidak mencerminkan definisinya (bahasa Yunani:

hetero- ‘berbeda’ dan -onima ‘nama’).

4. Homofonemi

Dari penelusuran kata-kata pada kamus bahasa Inggris, penulis melihat ada

satu jenis relasi kata yang belum pernah disebutkan di buku linguistik dan

semantik manapun, yaitu relasi antara kata-kata yang dibentuk oleh fonem

yang sama namum memiliki pengucapan dan tulisan yang berbeda. Di sini

penulis menyebutnya dengan istilah homofonemi1.

Contoh: male ‘laki-laki’ dengan lame ‘pincang’ sama-sama dibentuk oleh

fonem /ei/, /l/, dan /m/.

5. Polisemi

Menurut Saeed (2000:64) polisemi mirip dengan homonimi, tetapi dalam

polisemi ada relasi makna yang erat antara kata yang bentuknya dan

ucapannya sama.

Contoh: hook ‘kail’ dengan hook ‘pengait’.

6. Sinonimi
1
Istilah ini hendaknya dapat dibedakan dengan istilah anagram yang mengacu pada penyusunan kata-
kata dengan menggunakan satu kelompok huruf yang sama, contoh: kelompok huruf a-e-l-m dapat
membentuk kata male, lame, meal, tame, meat, team, dan mate.
Sinonim adalah kata-kata fonologis berbeda yang memiliki makna yang sama

atau sangat mirip (Saeed 2000:65). Contoh: big ‘besar’ dan large ‘besar’.

Matthews (1997:367) membedakan sinonimi absolut (maknanya identik

dalam segala hal dan segala konteks) dan sinonimi parsial (maknanya hanya

identik dalam konteks tertentu). Ini tidak saya bahas karena para linguis

masih mempertanyakan apakah sinonimi absolut memang ada atau tidak.

7. Antonimi

Dalam terminologi tradisional, antonim adalah kata-kata yang maknanya

beroposisi (Saeed 2000:66). Lebih lanjut, Saeed menyebutkan lima jenis

oposisi (66-68), yaitu:

a. Antonimi Sederhana: hubungan antara pasangan kata-kata yang jika salah

satunya positif, maka yang lainnya negatif. Pasangan ini sering juga

disebut pasangan komplementer atau pasangan binari. Contoh: dead

‘mati’ dengan alive ‘hidup’.

b. Antonimi Bertingkat: hubungan antara opisisi yang jika salah satunya

positif, yang lainnya tidak harus negatif. Contoh: hot ‘panas’ dengan cold

‘dingin’.

c. Kebalikan (reverses): relasi yang menunjukkan gerakan arah yang

berlawanan. Contoh: push ‘dorong’ dan pull ‘tarik’.

d. Konversi (converses): Hubungan antara dua maujud dari sudut pandang

yang berganti. Contoh: employee ‘pekerja’ dengan employer ‘pemberi

kerja’.
e. Taksonomi (taxonomic sisters): hubungan antara kata-kata dalam sistem

klasifikasi. Contoh: red ‘merah’ dan blue ‘biru’.

8. Hiponimi

Hiponimi adalah hubungan inklusi. Hiponimi mengacu pada hubungan

vertikal dari taksonomi (Saeed 2000:68-69). Saeed menyamakan istilah

hiponimi dengan hipernimi (superordinasi). Pendapat ini berbeda dengan

Cruse (1995: 88-89) yang menjelaskan bahwa jika X adalah hiponim dari Y,

maka Y adalah hipernim dari X.

Contoh: dog ‘anjing’ dan cat ‘kucing’ adalah hiponim dari animal ‘hewan’.

9. Hipernimi

Seperti yang disebutkan di atas, hipernim atau superordinasi berkaitan dengan

hiponim. Hipernim mengacu pada sesuatu yang lebih umum dari hiponim.

Contoh: animal ‘hewan’ adalah hipernim dari dog ‘anjing’ dan cat ‘kucing’.

10. Meronimi

Meronimi adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan hubungan

bagian-keseluruhan antar unsur leksikal (Saeed, 2000:70). Definisi ini sesuai

dengan asal kata meronim dari bahasa Yunani, yaitu: meros ‘bagian’ dan

onima ‘nama’.

Contoh: page ‘halaman’ adalah meronim dari book ‘buku’.

11. Holonimi
Cruse (1995:162) mengaitkan istilah moronimi dengan holonimi. Jika X

adalah meronim dari Y, maka Y adalah holonim dari X. Istilah ini juga

berasal dari bahasa Yunani holos ‘keseluruhan’.

Contoh: book ‘buku’ adalah holonim dari page ‘halaman’.

12. Endonimi

Endonimi adalah hubungan antara sepasang kata di mana makna salah satu

kata tercakup dalam kata yang lain (Cruse,1995:123). Definisi ini mirip

dengan definisi superordinasi (hipernimi) dan holonimi. Cruse menyebutkan

bahwa superordinasi (hipernimi) dan holonimi adalah kasus khusus dari

endonimi. Penulis melihat bahwa perbedaan dari ketiga istilah ini dapat

dilihat dari asal katanya. Istilah endonimi berasal dari bahasa Yunani endon

yang artinya ‘inti atau di dalam’.

Contoh: foot ‘kaki’ adalah endonim dari kick ‘tendangan’.

13. Eksonimi

Istilah eksonimi berhubungan dengan istilah endonimi. Kata eksonimi berasal

dari kata exo yang artinya ‘di luar’.

Contoh: kick ‘tendangan’ adalah eksonim dari foot ‘kaki’.

14. Paronimi

Paronimi mengacu pada hubungan antara satu kata dengan kata lainnya dari

kategori sintaktis yang berbeda dan dibentuk melalui proses derivasi (Cruse

1995:130).

Contoh: Adjektiva long ‘panjang’ dengan Verba lengthen ‘memanjangkan’.


15. Metonimi

Metonim adalah kata yang digunakan untuk menggantikan kata atau ekspresi

yang lain untuk menghasilkan makna yang sama (Fromkin dan Rodman

1998: 168). Pengistilahan ini sesuai dengan asal katanya dari bahasa Yunani

meta- yang artinya ‘yang lain’ dan -onyma yang artinya ‘nama’, sehingga

gabunganya berarti ‘nama lain’

Contoh: brass ‘kuningan’ adalah metonim dari military officer ‘pejabat

militer’. Kata ‘brass’ mengacu pada pejabat militer karena topi para pejabat

militer di Amerika memiliki pita berwarna kuning dan plat kuningan.

16. Retronimi

Retronim adalah ekspresi yang dulu dianggap tidak diperlukan (redundant)

tetapi karena perubahan masyarakat atau teknologi ekspresi tersebut menjadi

perlu lagi (Fromkin dan Rodman 1998: 535). Contoh: silent movie. Ekspresi

ini muncul bersamaan dengan diproduksinya film bisu (silent movie) berjudul

Quo Vadis? pada tahun 1912. Pada tahun-tahun selanjutnya, kata silent tidak

digunakan lagi karena semua film pada masa itu memang tidak bersuara.

Baru pada tahun 1926 Warner Brothers mulai memperkenalkan film bersuara

(Sound Films) dan memproduksi film bersuara yang pertama berjudul The

Jazz Singer pada tahun 1927. Akan tetapi, hal ini tidak membuat semua

produksi film menggunakan suara. Beberapa produser, di antaranya Charlie

Chaplin, masih terus memproduksi film bisu dan cukup terkenal, misalnya:

The Great Dictator (1940) dan Limelight (1952). Situasi tersebut


memunculkan kembali istilah silent movie untuk membedakannya dengan

sound movie (Vito Russo dalam Encarta Encyclopedia 1993).

I. Simpulan

Pembahasan mengenai relasi makna dengan memfokuskan pada satu bahasa

menghasilkan pembahasan yang lebih menyeluruh dan temuan baru. Penelitian

ini menggabungkan berbagai istilah mengenai relasi makna dan menemukan 16

jenis relasi makna antar kata-kata dalam bahasa Inggris, yaitu: homonimi,

homofoni, homografi, homofonemi, polisemi, sinonimi, antonimi, hiponimi,

hipernimi, meronimi, holonimi, endonimi, eksonimi, paronimi, metonimi, dan

retronimi.

Istilah yang digunakan berasal dari bahasa Yunani sehingga penelusuran

makna dari asal kata istilah tersebut menghasilkan pemahaman yang lebih

lengkap mengenai definisi setiap istilah tersebut. Dari 16 jenis relasi di atas,

penulis memasukkan satu jenis relasi yang belum teridentifikasi oleh para ahli

bahasa sebelumnya, yaitu: mengenai homofonemi. Penulis mengajukan istilah

baru ini dengan anggapan bahwa bahasa terus berkembang sehingga sesuatu

yang baru dapat hadir setiap saat.

PUSTAKA ACUAN
Agnes, Michael (Ed). 2001 (1999). Webster’s New World College Dictionary (Edisi

ke-4). Cleveland: IDG Books Worldwide, Inc.

Cruse, D.A. 1995/1986. Lexical Semantics. Cambridge: Cambridge University

Press.

Fromkin, Victoria dan Robert Rodman. 1998. An Introduction to Language (Edisi

ke-6). Orlando: Harcourt Brace College Publishers.

Lyons, John. 1996/1995. Linguistic Semantics. Cambridge: Cambridge University

Press.

Matthews, Peter. 1997. The Concise Oxford Dictionary of Linguistics. Oxford:

Oxford University Press.

Russo, Vito. 1993. History of Motion Pictures. Microsoft Encarta 96 Encyclopedia

© 1993-1995 Microsoft Corporation.

Saeed, John.I. 2000/1997. Semantics. Oxford: Blackwell.

Anda mungkin juga menyukai