Anda di halaman 1dari 5

FIQHUL LUGHAH

SINONIM, ANTONIM DAN HOMONIM

Dosen Pengampu: Tri Wahyuni Pebriawati, M.Hum

Disusun Oleh:

Mustahiq Sulhi 20201030120010

Anisa

PENDIDIKAN BAHAS ARAB

TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) NURUL HAKIM KEDIRI

2022
SINONIM, ANTONIM DAN POLISEMI

A. Sinonim (‫)الترادف‬
Sinonim adalah suatu kata yang memiliki bentuk yang berbeda namun memiliki arti
atau pengertian yang sama atau hampir sama.
Sinonim atau sinonimi adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan
makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya.
Sinonim digunakan untuk untuk semeness of meaning (kesamaan arti). Sinonim adalah
hubungan atau relasi persamaan. Jadi, bentuk kebahasaan yang satu memiliki kesamaan
makna dengan bentuk kebahasaan yang lain. Bentuk-bentuk kebahasaan yang memimilik
kesamaan makna disebut bersinonim.

Contoh:

Guru = ‫ المربّي‬,‫ األستاذ‬,‫ المعلّم‬,‫المدرّس‬ 


Mengajar = ‫ يدبّر‬,‫ يدرّرس‬,‫ يربّي‬,‫يعلّم‬ 
Murid = ‫ الدارس‬,‫ الطالب‬O,‫التلميذ‬ 
dll Belajar = ‫ يتعلّم‬,‫يدرس‬ 
B. Antonim (‫)األضداد‬
Antonim atau antonimi adalah hubungan semantik antara dua buah satuan ujaran yang
maknanya menyatakan kebalikan, pertentangan, atau kontras antara yang satu dengan yang
lain. Istilah antonim berasal dari kata yunani kuno, onoma yang brarti nama dan arti yang
berarti melawan. Antonim adalah suatu kata yang artinya berlawanan disebut lawan kata.
Dilihat dari sifat hubungannya, maka antonimi itu dapat dibedakan atas beberapa jenis,
antara lain:
Pertama, antonimi yang bersifat mutlak. Umpamanya kata hidup berantonim secara
mutlak dengan kata mati, sebab sesuatu yang masih hidup tentunya belum mati; dan sesuatu
yang sudah mati tentunya sudah tidak hidup lagi.
Kedua, antonimi yang bersifat relatif. Umpanya kata besar dan kecil, antara dekat dan
jauh, dan antara gelep dan terang. Jenis antonim ini disebut bersifat relatif, karena batas
antara satu dengan lainnya tidak dapat ditentukan secara jelas; batasnya itu dapat bergerak
menjadi lebih atau kurang. Karena itu pula kita dapat mengatakan misalnya, lebih dekat,
sangat dekat, atau paling dekat. Suatu objek dikatakan besar atau kecil dalam kehidupan kita
adalah karena diperbandingkan antara yang satu dengan yang lainnya. Seekor kambing
menjadi kecil kalau berada di samping gajah atau kuda; akan tetapi kambing menjadi besar
bila berada di samping kucing. Selanjutnya kucing menjadi kecil apabila berada di samping
kambing akan berubah menjadi sesuatu yang besar bila berada di samping tikus.
Ketiga, antonimi yang bersifat relasional. Umpamanya antara kata membeli (‫ )اشترى‬dan
menjual (‫)باع‬, antara kata suami (‫ )زوج‬dan kata istri (‫)زوجة‬, antara kata guru (‫ )معلّم‬dan murid (
‫)طالب‬. Antonimi jenis disebut relasional karena munculnya yang satu harus disertai dengan
yang lain. Adanya membeli karena adanya menjual, adanya suami karena adanya istri. Kalau
salah satu tidak ada, maka yang lain juga tidak ada. Contoh konkret seseorang laki-laki tidak
bisa disebut suami kalau tidak punya istri. Andai kata istrinya meninggal, maka dia bukan
suami lagi, melainkan sudah berganti nama menjadi duda (‫)أرمل‬.
Keempat, antonimi yang bersifat hierarkial. Umpamanya kata tamtama (‫)ضبّاط الصغار‬1
dan bintara (‫بّاط صف‬O‫)ض‬2 berantonim secara hierarkial; juga antara kata gram (‫رام‬OO‫ )غ‬dan
kilogram (‫وغرام‬OO‫)كيل‬. Antonim jenis ini disebt hierarkial karena kedua satuan ujaran yang
berantonim itu berada dalam satu garis jenjang atau hierarki.
C. Homonim ((‫المشترك اللفظي‬
Secara umum Musytarok Lafzhi merupakan beberapa kata yang sama, baik pelafalan
dan penulisannya tetapi mempunyai makna yang berlainan.
Pendapat Ulama mengenai pengertian Musytarok Lafzhi adalah sebagai berikut:
1. Menurut para ahli bahasa Klasik
a. Sibawaih (w. 180 H)
Musytarok lafhzi merupakan dua kata yang sama namu mempunyai makna yang
berbeda.
b. Ibnu Faris (w. 395 H)
Musytarok lafzhi merupakan beberapa kata yang mempunyai kesamaan dalam
struktur, tetapi mempunyai makna yang berbeda.
2. Menurut para ahli bahasa Kontemporer
Para ahli bahasa Kontemporer mendefinisikan Musytarok Lafzhi secara sederhana
yaitu suatu kata yang memiliki makna lebih dari satu.
Ya’qub mendefinisikan musytarok lafzhi yaitu setiap kata yang mengandung lebih
dari dua makna, antara yang satu dengan yang lain tidak ada persamaan.
Para ahli ushul fiqh juga ikut mendifinisikan Musytarok Lafzhi. Seperti al-Suyuthi
mendifinisikannya yaitu merupakan satu kata yang mempunyai dua makna berbeda atau
lebih. Seperti kata ‫ الجد‬memiliki tiga makna yaitu: bapak dari ayah/ibu ‫أم‬/‫ ;أبو أب‬bagian,
nasib baik ‫ الحظ‬,‫ ;البحث‬tepi sungai ‫شاطئ النهر‬.
 Sebab Munculnya Musytarok Lafzhi
1. Menurut Linguis Klasik:
a. Sebab-sebab yang muncul dari dalam, yaitu perubahan dalam pengucapan dan
perubahan makna.
b. Sebab dari luar, yaitu perbedaan tempat atau lingkungan.
2. Menurut Linguis Modern/Kontemporer:
Mereka tampaknya tidak banyak menemukan sebab-sebab lain selain yang telah
disebutkan sebelumnya. Sebab lain, menurut mereka ialah hanya perluasan, peminjaman,
dan pemindahan makna. Ya’qub menyebutkan beberapa sebab terjadinya musytarok
lafzhi, yaitu sebagai berikut:
a. Perbedaan Dialek (‫)اختالف اللهجات‬
1
Kelompok pangkat paling rendah dalam ketentaraan dan kepolisian, sat tingkat di bawah bintara.
2
Kelompok pangkat dalam ketentaraan, satu tingkat di bawah kelompok perwira pertama dan satu tingkat di
atas kelompok tamtama.
Perkembangan homonim itu tidak terlepas dari perbedaan dialek. Penggunaan
makna kata yang digunakan antar kabilah mempunyai batasan-batasan makna yang
berbeda. Hal inilah yang menyebabkan dialek yang digunakan mempunyai perbedaan
makna, walaupun kata yang digunakan sama. Contoh kata ‫ السيْد‬secara umum artinya ‫الذئب‬
(serigala) tetapi dalam kabilah hudzail berarti ‫( األسد‬singa), kata ‫ الضنا‬secara umum artinya
‫( المرض‬sakit) tetapi dalam kabilah thoyyi’ artinya ‫( الولد‬anak).
b. Penggunaan Majaz (‫)استعمال المجاز‬
Menurut banyak tokoh klasik dan modern pengaruh yang dominan dalam homonim
adalah penggunaan majaz. Hal ini karena adanya penggunaan makna hakiki (asli)
kemudian beralih ke makna majaz. Artinya dalam majaz tidak mungkin penggunaan satu
kata dan mempunyai satu arti saja, pasti mempunyai banyak arti. Contoh kata ّ‫ المس‬makna
aslinya ‫( مسّ الشيء باليد‬menyentuh dengan tangan) dan dalam makna majaz ‫( الجنون‬gila) al-
Qur’an surat al-Baqarah ayat 237:
‫طلَّ ْقتُ ُموْ ه َُّن ِم ْن قَ ْب ِل ْأ ْن تَ َمسُّوْ ه َُّن‬
َ ‫وَِإ ْن‬
Jika kamu menceraikan istri-istrimu sebelum kamu bercampur dengan mereka.
ِّ‫الَّ ِذ ْينَ يَْأ ُكلُوْ نَ ال ِّربّا اَل يَقُوْ ُموْ نَ َك َما يَقُوْ ُم الّ ِذيْ يَتَ َخبَّطُهُ ال َّشيْطّانُ ِمنَ ْال َمس‬
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seprti
berdirinya orang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
c. Kaidah Shorf (‫)القواعد الصرفية‬
Perkembangan homonim dari sisi kaidah shorf itu menghasilkan perbedaan maksud
dalam satu kata, menghasilkan persamaan ucapan pada isim dan fi’il, menghasilkan
persamaan dalam bentuk jama’ dan mashdar, dan sebagainya. Hal ini diutarakan oleh
para tokoh klasik.
Contoh: kata ‫ هوى‬dari bentuk dan fi’i berarti ‫( ميل النفس إلى الشهوة‬mengalirnya hawa
nafsu). Hal ini dikuatkan dalam ayat 26 Qur’an surah Shof
ِ‫ضلَّكَ ع َْن َسبِ ْي ِل هللا‬ ِ ُ‫َواَل تَتَّبِ ِع ْالهَ َوى فَي‬
Dan jangan kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkanmu dari jalan
Allah.
Tetapi disisi lain ‫وى‬O‫ اله‬artinya ‫( العشق‬rindu) ‫( المحبة‬kecintaan) ‫( إرادة النفس‬keinginan
nafsu).
d. Bercampurnya Bahasa Lain (‫)االقتراض من اللغات األخرى‬
Adapun yang dimaksud ialah, mengambil bahasa asli dari bahasa lain melihat
kesesuaian bentuk kata dan pengucapannya. Sehingga menjadi satu kata yang mempunyai
dua makna yang berbeda. Prosesnya yakni masuknya arti bahasa asing kedalam bahasa
asli, yang sebelumnya memperhatikan 2 point (bentuk kata dan pengucapannya). Contoh
kata ‫ كلية‬awalnya berarti kegiatan belajar mengajar yang ada di kampus, tetapi
terpengaruh dengan bahasa inggris dimana kata ‫ كلية‬berarti ‫ جزء من الجامعة‬sehingga kata ‫كلية‬
berarti fakultas (collage).
e. Perkembangan Bahasa (‫)التطور اللغوى‬
Dalam hal ini, seperti para tokoh klasik mengutarakan homonim itu dihasilkan dari
perubahan bahasa itu sendiri karena terjadinya perubahan pada fonologi dan semantik.
Perubahan fonologi terjadi karena adanya kemiripan dengan kata lain yang mempunyai
arti yang berbeda, sehingga dirubah untuk menghasilkan satu kata yang mempunyai dua
arti atau lebih. Contoh kata ‫ الفَرْ َوة‬asalnya kata ‫ الثَّرْ َوة‬dan hasilnya mempunyai 2 arti, yakni
‫( جلد الرأس‬kulit kepala) dan ‫( الغنى‬kaya).

Anda mungkin juga menyukai