OLEH KELOMPOK 08
FAKULTAS:TARBIYAH
PETA KONSEP
RINGKASAN MATERI
Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan
satuan bahasa lainnya. Satuan bahasa ini dapat berupa kata, frase maupun kalimat dan relasi
semantik itu dapat menyatakan kesamaan makna , pertentangan makna , ketercakupan
makna , kegandaan makna , atau juga kelebihan makna. Dalam pembicaraan tentang relasi
makna ini biasanya dibicarakan masalah-masalah yang disebut sinonim, antonim, polisemi,
homonimi, hiponimi, ambiguiti dan redundansi.
1.1.1 SINONIM
Sinonim atau sinonimi adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna
antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya. Misalnya antara kata betul dengan
kata benar , antara kata hamil dan frase duduk perut dan antara kalimat dika menendang bola
dengan bola ditendang dika. Dua buah ujaran yang bersinonim maknanya tidak akan persis
sama. Ketidaksamaan itu terjadi karena berbagai faktor antaralain :
a. Faktor waktu
Misalnya kata saya dan beta adalah dua buah kata yang bersinonim .Namun kata saya dapat
digunakan dimana saja , sedangkan kata beta hanya cocok untuk wilayah Indonesia bagian
timur atau dalam konteks masyarakat yang berasal dari Indonesia bagian timur. Contoh kata
saya dan inyong adalah dua buah kata yang bersinonim namun kata saya dapat digunakan
dimana saja sedangkan kata inyong hanya cocok untuk wilayah Pekalongan Jawa Barat.
c. Faktor keformalan
Misalnya kata uang dan duit adalah adalah dua buah kata yang bersinonim. Namun kata uang
dapat digunakan dalam ragam formal dan tak formal sedangkan kata duit hanya cocok untuk
ragam tak formal.
d. Faktor sosial
Umpamanya kata saya dan aku adalah dua buah kata yang bersinonim. Tetapi kata saya dapat
digunakan oleh siapa saja dan kepada siapa saja , sedangkan kata aku hanya dapat digunakan
terhadap orang yang sebaya , yang dianggap akrab , atau kepada yang lebih muda atau lebih
rendah kedudukan sosialnya.
e. Bidang kegiatan
Umpamanya kata matahari dan surya adalah dua buah kata yang bersinonim. Namun kata
matahari bisa digunakan dalam kegiatan apa saja atau dapat digunakan secara umum.
Sedangkan kata surya hanya cocok digunakan pada ragam khusus terutama ragam sastra.
1.1.2 ANTONIM
Antonim atau antonimi adalah hubungan semantik antara dua buah satuan ujaran yang
maknanya menyatakan kebalikan , pertentangan atau kontras antara yang satu dengan yang
lainnya. Misalnya kata buruk yang berantonim dengan kata baik , kata mati berantonim dengan
kata hidup ,kata guru berantonim dengan kata murid , dan kata membeli berantonim dengan
kata menjual. Dilihat dari sifat hubungannya maka antonimi itu dapat dibedakan atas beberapa
jenis antara lain:
a. Antonimi bersifat mutlak
Umpamanya kata hidup berantonim secara mutlak dengan kata mati,sebab sesuatu yang masih
hidup tentunya belum mati , dan sesuatu yang mati sudah tidak hidup lagi. Contoh lain kata
diam berantonim secara mutlak dengan kata bergerak , sebab sesuatu yang diam tentu tidak
bergerak , dan yang sedang bergerak tentunya tidak sedang diam.
Umpamanya kata besar dan kecil berantonimi secara relatif juga antara kata jauh dan kata
dekat , dan antara kata gelap dan kata terang. Jenis antonim ini disebut bersifat relative karena
batas antara satu dengan lainnya tidak dapat ditentukan secara jelas.Batasnya itu dapat
bergerak menjadi lebih atau menjadi kurang.
istri dan antara kata guru dan kata murid. Antonimi ini disebut relasional karena munculnya
yang satu harus disertai dengan yang lain. Adanya membeli karena adanya menjual , adanya
suami karena adanya istri kalau salah satu tidak ada makan yang lain juga tidak ada.Contoh
konkret seorang laki-laki tidak dapat disebut sebagai suami kalau tidak punya istri . Andai kata
istrinya meninggal maka dia bukan suami lagi melainkan kini sudah berganti nama menjadi
duda.
Umpamanya kata tamtama dan bintara berantonim secara hierarkial juga antara kata gram dan
kilogram. Antonimi jenis ini disebut bersifat hierarkial karena kedua satuan ujaran yang
berantonim itu berada dalam satu garis jenjang atau hierarki. Demikianlah kata tamtama dan
bintara berada dalam satu garis kepangkatan militer , kata gram dan kilogram berada dalam
satu garis jenjang ukuran timbangan.
1.1.3 POLISEMI
Sebuah kata atau satuan ujaran dapat dikatakan polisemi kalau kata itu mempunyai makna
yang lebih dari satu. Umapamanya kata kepala yang setidaknya mempunyai makna
5) Sesuatu atau bagian yang sangat penting seperti contoh pada kalimat (25)
Contoh :
1.1.4 HOMONIMI
Homonimi adalah dua buah kata atau satuan ujaran yang bentuknya kebetulan sama maknanya
tentu saja berbeda , karena masing-masing merupakan kata atau bentuk ujaran yang berlainan.
Umpamanya antara kata pacar yang bermakna inai dan kata pacar yang bermakna
kekasih ,antara kata bisa yang berarti racun ular dan kata bisa yang berarti sanggup , dan juga
antara kata mengurus yang berarti mengatur dan kata mengurus yang berarti menjadi kurus.
1.1.5 HIPONIMI
Hiponimi adalah hubungan semantik antara sebuah bentuk ujaran yang maknanya tercakup
dalam makna bentuk ujaran yang lain umpamanya antara kata merpati dan kata burung. Disini
kita lihat makna kata merpati tercakup dalam makna kata burung.Kita dapat mengatakan
bahwa merpati adalah burung , tetapi burung bukan hanya merpati bisa juga tekukur ,
perkutut , balam , kepodang, dan cendrawasih. Relasi hiponimi bersifat searah bukan dua arah
sebab kalau merpati berhiponim dengan burung maka burung bukan berhiponim dengan
merpati. Melainkan berhipernim. Dengan kata lain kalau merpati adalah hiponim dari
burung ,maka burung adalah hipernim dari merpati. Ada juga yang menyebut burung adalah
superordinate dari merpati ( dan tentu saja dari terkukur ,dari perkutut , dari balam , dari
kepodang , dan dari jenis burung lainnya).Hubungan antara merpati dengan terkukur ,
perkutut , dan jenis burung lainnya disebut kohiponim dari burung.
Ambiguiti atau ketaksaan adalah gejala dapat terjadinya kegandaan makna akibat tafsiran
gramatikal yang berbeda. Tafsiran gramatikal yang berbeda ini umumnya terjadi pada bahasa
tulis , karena dalam bahasa tulis unsur suprasegmental tidak dapat digambarkan dengan
akurat.Misalnya bentuk buku sejarah baru dapat ditafsirkan maknanya menjadi
Kemungkinan makna 1 dan makna 2 itu terjadi karena kata baru yang ada dalam kontruksi
itu,dapat dianggap menerangkan frase buku sejarah ,dapat juga dianggap hanya menerangkan
kata sejarah.
Contoh :
1.1.7 REDUNDANSI
Secara sinkronis makna sebuah kata atau leksem tidak akan berubah tetapi secara diakronis ada
kemungkinan dapat berubah. Maksudnya dalam masa yang relatif singkat,makna sebuah kata
akan tetap sama dan tidak berubah.
Tetapi dalam waktu yang relatif lama ada kemungkinan makna sebuah kataakan berubah. Ada
kemungkinan ini bukan berlaku untuk semua kosakata yang terdapat dalam sebuah bahasa
melainkan hanya terjadi pada sejumlah kata saja ,yang disebabkan oleh berbagai faktor antara
lain:
Perkembangan dalam bidang teknologi juga menyebabkan terjadinya perubahan makna kata.
Misalnya dulu kapal-kapal menggunakan layar untuk dapat bergerak. Oleh kerena itu muncullah
istilah berlayar dengan makna melakukan perjalanan dengan kapal atau perahu yang
digerakkan tenaga layar. Namun meskipun tenaga penggerak kapal sudah diganti dengan mesin
uap , mesin diesel dan mesin turbo tetapi kata berlayar masih tetap digunakan untuk menyebut
perjalanan diair itu.
Perkembangan dalam masyarakat berkenaan dengan sikap sosial dan budaya juga
menyebabkan terjadinya perubahan makna. Kata saudara misalnya pada mulanya berarti
seperut atau orang yang lahir dari kandungan yang sama. Tetapi kini kata saudara digunakan
juga untuk menyebut orang lain , sebagai kata sapaan yang diperkirakan sederajat baik usia
maupun kedudukan sosialnya. Pada zaman foedal dulu untuk menyebut orang lain yang
dihormati digunakan kata tuan, kini kata tuan yang berbau foedal dulu kita ganti dengan kata
bapak yang terasa lebih demokratis. Contoh lain kata sarjana dulu bermakna orang cerdik atau
pandai tetapi kini kata sarjana hanya bermakna sebagai orang yang telah lulus dari perguruan
tinggi. Dewasa ini betapapun luas dan dalamnya ilmu seseorang , jika dia bukan lulusan dari
perguruaan tinggi tidaklah bisa disebutnsarjana.
Setiap bidang kegiatan atau keilmuan biasanya mempunyai sejumlah kosakata yang berkenaan
dengan bidangnya itu. Umpamanya dalam bidang pertanian kita temukan kosakata seperti
menggarap,menuai ,pupuk , hama , dan panen. Dalam bidang agama islam ada kosakata seperti
imam ,khatib , puasa , zakat dan shubuh. Dan dalam bidang pelayaran ada kosakata seperti
berlabuh,berlayar,haluan,nahkoda dan buritan.Kosakata yang pada mulanya hanya digunakan
pada bidang-bidang itu dalam perkembangan kemudian digunakan juga dalam bidang-bidang
lain, dengan makna yang baru atau agak lain dengan makna aslinya, digunakan dalam
bidangnya. Umpamanya kata yang menggarap dari bidang pertanian (dengan segala bentuk
derivasinya seperti garapan, penggarap , tergarap dan penggarapan) digunakan juga dalam
bidang lain dengan makna mengerjakan , membuat seperti dalam menggarap skripsi ,
menggarap naskah drama, dan menggarap rancangan undang-undang lalu lintas.Kata
membajak yang berasal dari bidang pertanian juga sudah biasa kini digunakan dalam bidang
lain dengan makna mencari keuntungan yang besar secara tidak benar.Seperti dalam membajak
buku, membajak lagu,membajak pesawat terbang. lain kata jurusan yang berasal dari bidang
lalu lintas kini digunakan juga dalam contoh bidang pendidikan dengan makna bidang studi,
seperti dalam jurusan bahasa asing, jurusan hukum perdata,dan jurusan ekonomi
pembangunan.
Alat indra kita yang lima memilki fungsi masing-masing untuk menangkap gejala-gejala yang
terjadi di dunia ini. Misalnya rasa getir , panas dan asin ditangkap dengan alat indera perasa
yaitu lidah. Gejala yang berkenaan dengan bunyi ditangkap dengan alat indera pendengar
telinga. Dan gejala terang dan gelap ditangkap dengan alat indera mata. Namun dalam
perkembangan pemakaian bahasa banyak terjadi pertukaran pemakaian alat indera untuk
menangkap gejala yang terjadi disekitar manusia itu.Misalnya rasa pedas yang seharusnya
ditangkap oleh alat indera perasa lidah menjadi ditangkap oleh alat pendengar telinga. Seperti
dalam ujaran kata-katanya sangat pedas, kata manis yang seharusnya ditanggap oleh alat
perasa lidah menjadi ditanggap dengan alat indra mata seperti dalam ujaran bentuknya sangat
manis. Perubahan tanggapan indra ini disebut dengan istilah sinestesia . Perhatikan contoh lain
berikut!
e. Adanya asosiasi
Yang dimaksud dengan adanya asosiasi disini adalah adanya hubungan antara sebuah bentuk
ujaran dengan sesuatu yang lain yang berkenaan dengan bentuk ujaran itu sehingga dengan
demikian bila disebut ujaran itu. Umpamanya kata amplop.Makna amplop sebenarnya adalah
sampulnsurat tetapi dalam kalimat (44) berikut amplop itu bermakna sebagai uang sogok.
Amplop yang sebenarnya harus berisi surat , dalam kalimat itu berisi uang sogok. Jadi dalam
kalimat itu kata amplop berasosiasi dengan uang sogok.
Perubahan makna kata atau satuan ujaran itu ada beberapa macam yaitu:
Perubahan yang meluas artinya kalau tadinya sebuah kata bermakna A maka kemudian menjadi
bermakna B. Umpamanya kata baju pada mulanya hanya bermakna pakaian sebelah atas dari
pinggang sampai ke bahu seperti pada ungkapan baju batik,baju sport dan baju lengan panjang.
Tetapi dalam kalimat (47) yang dimaksud bukan hanya baju tetapi juga celana,sepatu,dasi dan
topi.Contoh:
Demikan juga dengan baju dinas , baju militer dan baju olahraga. Contoh lain kata mencetak ,
saudara dan kepala pada kalimat-kalimat berikut , juga telah mengalami perluasan makna,
perhatikan apa maknanya!
(49) surat saudara sudah kami baca : jawabannya tunggu saja di rumah
Artinya kalau tadinya sebuah kata atau satuan ujaran itu memiliki makna yang sangat umum
tetapi kini maknanya menjadi khusus atau sangat khusus. Secara konkret kalau tadinya
misalnya bermakna A1,A2,A3, dan A4 maka kini misalnya hanya bermakna A4.
Umpamanya kata sarjana tadinya atau pada mulanya bermakna orangncerdik pandai , tetapi
kini hanya bermakna lulusan perguruan tinggi saja , seperti tampak dalam sarjana sastra ,
sarjana ekonomi , sarjana kimia dan sarjana teologi. Contoh lain kata pendeta tadinya
bermakna orang yang berilmu, tetapi kini hanya bermakna guru agama Kristen.
Artinya makna yang dimilki sekarang sudah jauh berbeda dengan makna aslinya. Umpamanya
kata ceramah dulu bermakna cerewet banyak cakap sekarang bermakna uraian mengenai suatu
hal dimuka orang banyak. Kata seni pada mulanya hanya berkenaan dengan air seni tetapi
sekarang digunakan sepadan dengan kata Belanda kunst atau kata Inggris art yaitu karya cipta
yang bernilai halus seperti pada seni lukis , seni pahat , dan seni musik. Contoh lain pada pena
pada mulanya berarti bulu angsa tetapi kini hanya bermakna alat tulis bertinta. Perubahan total
yang belum lama terjadi adalah pada kata canggih yang dalam kamus bahasa Indonesia terbitan
pusat bahasa (1983) masih bermakna cerewet , bawel , banyak cakap kini digunakan dengan
makna yang sepadan kata inggris sophisticated seperti dalam peralatan canggih,mesin-mesin
canggih dan teknologi canggih.
Setiap kata , leksem atau butir leksikal tentu mempunyai makna , makna yang dimiliki oleh
setiap kata itu terdiri dari sejumlah komponen ( yang disebut komponen makna) , yang
membentuk keseluruhan makna kata itu. Komponen makna ini dapat dianalisis , dibutiri atau
disebutkan satu per satu ,berdasarkan pengertian-pengertian yang dimilikinya. Umpamanya
kata ayah memiliki komponen makna /+manusia/,/+dewasa/,/+jantan/,/+kawin/,dan /+punya
anak/ dan kata ibu memilki komponen makna /+manusia/, /+dewasa/,
/-jantan/,/+kawin/dan/+punya anak/.
Contoh penerapan semantik yang mencakupi relasi makna, perubahan makna dan komponen
makna.
Contoh kata kepala dalam penerapannya yang berbeda namun menggunakan kata yang sama
sehingga maknanya pun juga ikut berbeda contoh kalimat :
Contoh : kata bisa yang berarti racun ular dan kata bisa yang berarti sanggup.
e. Hiponimi (kata yang maknanya tercakup dalam bentuk ujaran yang lain)
Contoh : kata merpati tercakup dengan kata burung. Disini kita lihat makna kata merpati
tercakup dalam makna kata burung , tetapi burung bukan hanya merpati bisa juga terkukur ,
perkutut , balam , kepodang dan cendrawasih.
f. Ambiguiti atau ketaksaan (kegandaan makna akibat tafsiran gramatikal yang berbeda)
Kemungkinan makna 1 dan 2 itu terjadi karena kata baru yang ada dalam kontruksi itu dapat
dianggap menerangkan frase buku sejarah dapat juga dianggap hanya menerangkan kata
sejarah.
Contoh : Nita mengenakan baju berwarna merah tidak akan berbeda maknanya bila dikatakan
Nita berbaju merah. Maka bentuk pertama disebut redundansi atau terlalu berlebih-lebihan
menggunakan kata-kata.
1.2 Perubahan makna, makna dapat berubah disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
sebagai berikut :
Contoh : kata sastra yang bermakna tulisan huruf sekarang berubah menjadi bermakna bacaan.
Contoh:kata sarjana yang dulu bermakna orang cerdik pandai tetapi kini kata sarjana bermakna
orang yang telah lulus dari perguruan tinggi.
Contoh : kata manis yang seharusnya ditanggap dengan alat perasa lidah menjadi ditanggap
dengan alat indra mata seperti dalam ujaran bentuknya sangat manis.
e. Adanya asosiasi
Contoh : kata amplop , makna amplop sebenarnya adalah sampul surat tetapi dalam kalimat
berikut amplop itu bermakna uang sogok.Supaya urusan cepat beres ,beri saja amplop.
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa semantik itu bukan hanya terdiri dari pengertian
dan jenis makna saja namun juga mencakupi relasi makna , perubahan makna dan komponen
makna. Berikut ini akan diuraikan secara singkat :
Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan
satuan bahasa lainnya. Satuan bahasa disini dapat berupa kata , frase maupun kalimat dan
relasi semantik itu dapat menyatakan kesamaan makna , pertentangan makna ,ketercakupan
makna , kegandaan makna atau juga kelebihan makna.Biasanya dibicarakan masalah-masalah
yang disebut sinonim ,antonim,polisemi,homonimi,hiponimi ,ambiguiti dan redundansi.
Perubahan makna dapat terjadi karena disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
Komponen makna
Makna yang dimilki oleh setiap kata itu terdiri dari sejumlah komponen yang disebut dengan
komponen makna. Komponen makna ini dapat dianalisis ,dibutiri dan disebutkan satu persatu
berdasarkan pengertian-pengertian yang dimilkinya.
DAFTAR PUSTAKA
Gunungpati,Semarang,Jawa Tengah,Indonesia