Anda di halaman 1dari 19

Nama :

NIM :
Kelas : 1PB2
Mata Kuliah : Linguistik Umum
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas : Fakultas Bahasa dan Seni

Halaman 327 | Latihan Soal Semantik

(7.0)
1. Mengapa para linguis strukturalis mengabaikan masalah semantik? Jelaskan!
Jawab :
Para linguistik strukturalis mengabaikan masalah semantik karena dianggap tidak
termasuk atau menjadi tataran yang sederajat dengan tataran yang bangun-membangun.
Bidang studi linguistik yang objek penelitiannya makna bahasa merupakan satu
tataran linguistik. Kalau istilah ini tidak dipakai tentu harus diingat bahwa status tataran
semantik dengan tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis tidak sama. Penamaan tataran
untuk semantik sebenarnya agak kurang tepat, sebab semantik bukan satu tataran (unsur
pembangun bahasa), melainkan unsur yang berada pada semua tataran itu, meskipun
mempunyai makna yang berbeda pada tiap-tiap tataran.
Mungkin karena itu para linguis strukturalis tidak begitu peduli dengan makna ini
karena dianggap tidak termasuk menjadi salah satu tataran yang membangun itu.

2. Kapan studi semantik menjadi semarak? dan apa sebabnya? Jelaskan!


Jawab :
Studi semantik menjadi semarak saat Chomsky, Bapak linguistik transformasi
mengeluarkan bukunya yang ke-2 pada tahun 1965, beliau menyatakan bahwa semantik
merupakan salah satu komponen dari tata bahasa dan makna kalimat sangat ditentukan
oleh komponen semantik ini. Sebab semantik tidak lagi menjadi objek periferal (objek
semantik tidak jelas dan tidak dapat diamati secara nyata) melainkan menjadi objek yang
setaraf dengan bidang studi linguistik lainnya.
(7.1)
1. Makna adalah masalah dalam-bahasa (intralingual). Coba jelaskan maksud
pernyataan ini?
Jawab :

2. Jelaskan bagan yang disebut segi tiga makna berikut!


B

A C

Jawab :
Titik A adalah bentuk, titik B adalah konsep, dan titik C adalah referen. Hubungan antara
titik A dan titik C bersifat tidak langsung, sebab A adalah masalah-masalah dalam bahasa
dan C adalah masalah luar bahasa yang hubungannya biasanya bersifat arbitrer.
Sedangkan hubungan titik A dan titik B serta hubungan tiitk B dan titik C bersifat
langsung. Titik A dan B sama-saa berada di dalam bahasa; hubungan B dan C berupa C
adalah acuan dari B tersebut.

3. Sering dikatakan bahwa kita baru bisa memahami makna sebuah kata itu berada
dalam konteksnya. Jelaskan!
Jawab :
Di dalam penggunaanya dalam pertuturan yang nyata makna kata atau leksem itu
seringkali, dan mungkin juga biasanya, terlepas dari pengertian atau konsep dasarnya dan
juga dari acuannya. Misalnya, kata buaya dalam kalimat Dasar buaya ibunya sendiri
ditipunya; sudah terlepas dari konsep asal dan acuannya. Oleh karena itu, banyak pakar
mengatakan bahwa kita baru dapat menentukan makna kata apabila kata itu sudah berada
dalam konteks kalimatnya.

4. Hubungan antara sebuah kata dengan maknanya bersifat arbitrer. Coba jelaskan, dan
beri contoh!
Jawab :
Karena bahasa itu bersifat arbitrer, maka hubungan antara kata dan maknanya juga
bersifat arbitrer. Kita tidak dapat menjelaskan, mengapa benda cair yang selalu kita
gunakan untuk keperluan mandi, minum, masaka, dan sebagainya disebut air, bukan ria
atau rai, atau juga sebutan lainnya. Begitu juga dengan kata-kata lainnya; kita tidak bisa
menjelaskan hubungan kata-kata itu dengan makna yang dimilikinya.
(7.2)
1. Jelaskan bedanya makna leksikal dengan makna gramatikal! Beri contoh!
Jawab:
Makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks
apapun. Misalnya,leksem kuda memiliki makna leksikal ‘sejenis binatang berkaki empat
yang biasa dikendarai.’ Sedangkan makna gramatikal baru ada kalau terjadi proses
gramatikal,seperti afiksasi,reduplikasi,komposisi,atau kalimatisasi. Contohnya,dalam
proses afiksasi prefiks ber- dengan dasar baju melahirkan makna ‘mengenakan atau
memakai baju.’ Jadi perbedaannya terlihat dari prosesnya. Kalau leksikal tidak adanya
proses seperti gramatikal.

2. Ada yang mengatakan bahwa makna leksikal adalah makna yang ada dalam kamus.
Bagaimana komentar anda dengan pendapat itu? Jelaskan!
Jawab:
Pendapat ini,kalau begitu tidak salah. Memang benar makna leksikal adalah makna yang
ada dalam kamus. Tetapi,perlu diketahui bahwa kamus yang bukan dasar,juga ada
memuat makna-makna lain yang bukan leksikal,seperti makna kias dan makna-makna
yang berbentuk secara metaforis.

3. Apakah yang disebut makna konteks? Jelaskan dan beri contoh!


Jawab:
Makna konteks adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam satu
konteks. Contohnya makna konteks pada kata kepala terdapat pada kalimat rambut di
kepala nenek belum ada yang putih. Makna konteks dapat juga berkenaan dengan
situasinya,yakni tempat,waktu,dan lingkungan penggunaan bahasa itu.

4. Apakah yang disebut makna referensial? Apakah semua kata atau leksem bermakna
referensial? Jelaskan!
Jawab:
Makna referensial adalah sebuah kata yang memiliki referensya atau acuannya. Tidak,
karena sebuah kata atau leksem bermakna referensial kalau ada referensya atau acuannya.
Kata-kata seperti kuda, merah, dan gambar adalah termasuk kata-kata yang bermakna
referensial karena ada acuannya dalam dunia nyata. Sebaliknya kata-kata seperti dan,
atau, dan karena termasuk karena kata-kata tidak bermakna ferensial, karena kata-kata itu
tidak mempunyai referensi.

5. Jelaskan yang dimaksud dengan kata-kata deiktik! Beri contoh!


Jawab:
Berkenaan dengan acuan ini ada sejumlah kata, yang disebut kata-kata deiktik, yang
acuannya tidak menetap pada satu maujud, melainkan dapat berpindah dari maujud yang
satu kepada maujud yang lain. Yang termasuk kata-kata deiktik ini adalah kata-kata yang
termasuk pronominal, seperti dia, saya, dan kamu; kata-kata yang menyatakan ruang,
seperti di sini, di sana, dan di situ; kata-kata yang menyatakan waktu, seperti sekarang,
besok, dan nanti; dan kata-kata yang disebut kata penunjuk, seperti ini dan itu.
(9) “Tadi pagi saya bertemu dengan Pak Ahmad”, kata Aini kepada Ali
(10) “O, ya?” sahut Ali, “Saya juga bertemu beliau tadi pagi.”
(11) “Di mana kalian bertemu beliau?” Tanya Amin, “Saya sudah lama tidak berjumpa
dengan beliau”
Jelas, pada kalimat (9) kata saya mengacu pada Aini, pada kalimat (10) mengacu pada
Ali, dan pada kalimat (11) mengacu pada Amin. Contoh lain, kata di sini pada kalimat
(12) acuannya juga tidak sama dengan kata di sini pada kalimat (13).
(12) “Tadi saya lihat Pak Ahmad duduk di sini, sekarang dia ke mana?” Tanya Pak
Rasyid kepada para mahasiswa itu.
(13) “Kami di sini memang bertindak tegas terhadap para penjahat itu.” Kata Gubernur
DKI kepada para wartawan dari luar negeri itu.
Jelas, kata di sini pada kalimat (12) acuannya dalah sebuah tempat duduk; tetepi pada
kalimat (13) acuannya adalah satu wilayah DKI Jakarta Raya.

6. a. Jelaskan beda makna denotatif dan konotatif! Beri contoh!


b. apakah konotasi pada sebuah kata bersifat tetap? Jelaskan dan beri contoh!
c. apakah makna konotasi itu sama dengan makna “kias”? jelaskan!
Jawab :
a. Makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenamya yang dimiliki
oleh sebuah leksem. Jadi, makna denotatif ini sebenamya sama dengan makna leksikal.
Sedangkan makna konotatif adalah makna lain yang "ditambahkan" pada makna denotatif
tadi yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang
menggunakan kata tersebut.
Contohnya adalah kata babi bermakna denotatif 'sejenis binatang yang biasa diternakkan
untuk dimanfaatkan dagingnya'. Kata kurus berarti denotatif keadaan tubuh seseorang
yang lebih kecil dari ukuran yang normal'. Kata rombongan bermakna denotatif
'sekumpulan orang yang mengelompokkan menjadi satu kesatuan. Sedangkan kata babi
pada contoh di atas, pada orang yang beragama Islam atau di dalam masyarakat Islam
mempunyai konotasi yang negatif, ada rasa atau perasaan yang tidak enak bila
mendengar kata itu. Kata kurus juga pada contoh di atas, berkonotasi netral, artinya,
tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan (unfavorable); tetapi kata ramping, yang
sebenarnya bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotasi positif, nilai rasa yang
mengenakkan: orang akan senang kalau dikatakan ramping. Sebaliknya, kata
kerempeng, yang sebenarnya juga bersinonim dengan kata kurus dan ramping itu,
mempunyai konotasi yang negatif, nilai rasa yang tidak mengenakkan; orang akan
merasa tidak enak kalau dikatakan tubuhnya kerempeng.
b. Berkenaan dengan masalah konotasi ini, satu hal yang harus anda ingat adalah bahwa
konotasi sebuah kata bisa berbeda antara seseorang dengan orang lain, antara satu daerah
dengan daerah lain, atau antara satu masa dengan masa yang lain. Contohnya sama
dengan kata babi di atas; berkonotasi negatif bagi yang beragama Islam, tetapi tidak
berkonotasi negatif bagi yang tidak beragama Islam. Sebelum zaman penjajahan Jepang
kata perempuan tidak berkonotasi negatif. tapi kini berkonotasi negatif.
c. Makna konotasi dan makna kias sama-sama memiliki pengertian yakni bukan makna
yang sebenarnya. Yang membedakannya adalah cara penggunaannya. Makna kias hanya
digunakan untuk kiasan saja pada kalimat biasa, sedangkan makna konotasi untuk poin
pertama sama dengan makna kias namun pada penggunaan yang umum makna konotasi
bersifat sindiran dan merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan.
7. Apakah makna konseptual sama dengan makna denotatif dan makna leksikal?
Jelaskan!
Jawab :

8. Apa bedanya makna kata dengan makna istilah?


Jawab:
Makna kata yaitu makna yang masih bersifat umum, kasar dan tidak jelas, berbeda
dengan makna istilah yang memiliki makna pasti, yang jelas, yang tidak diragukan,
meskipun tanpa konteks kalimat. Oleh karena itu, sering dikatakan bahwa istilah itu
bebas konteks, sedangkan kata tidak beda konteks.

9. a. Jelaskan yang dimaksud dengan makna idiomatik! Beri contoh!


b. Berikanlah contoh yang disebut idiom penuh dan idiom sebagian!
c. Carilah bentuk-bentuk idiom yang biasa digunakan dalam bahasa yang menjadi
bidang studi anda!
Jawab:
a. Idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat “diramalkan” dari mana
unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal. Umpamanya, secara
gramatikal bentuk menjual rumah bermakna ‘yang menjual menerima uang’ dan
‘yang membeli menerima rumahnya’; bentuk menjual sepeda bermakna ‘yang
menjual mendapatkan uangnya’ dan ‘yang membeli mendapat sepeda’; tetapi dalam
bahasa Indonesia bentuk menjual gigi tidaklah memiliki makna seperti itu, melainkan
bermakna ‘tertawa keras-keras’. Jadi, makna seperti yang dimiliki bentuk menjual
gigi itulah yang disebut makna idiomatikal.
b. Contoh idiom penuh ;
o membanting tulang
o menjual gigi
o meja hijau
Contoh idiom sebagian ;
o buku putih
o daftar hitam
o koran kuning
c. Kambing hitam : pihak yang dipersalahkan
Naik daun : kariernya sedang menanjak
Kembang desa : gadis tercantik
Mata keranjang : lelaki yang suka menggoda wanita
Biang keladi : orang yang suka menjadi sumber masalah
Sumber:
https://tirto.id/pengertian-idiom-dalam-bahasa-indonesia-contoh-dan-artinya-ghPD

10. Jelaskan mengenai makna peribahasa! Apa bedanya dengan makna idiomatik?
Jelaskan!
Jawab:
Makna peribahasa adalah makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna
unsur-unsurnya karena adanya asosiasi antara makna asli dengan makna sebagai
peribahasa. Contohnya besar pasak dari pada tiang artinya ‘besar pengeluaran dari pada
pendapatan’. Makna pribahasa ini bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan,
maka bisanya juga disebut dengan nama perumpamaan. Kata yang sering digunakan
dalam peribahasa yaitu kata seperti, bagai, bak, laksana, umpama, tetapi ada juga
peribahasa yang tidak menggunakan kata-kata tersebut namun kesan peribahasanya tetap
tampak.
Makna Idiomatik dan peribahasa adalah makna yang dapat dibedakan berdasarkan
bisa atau tidaknya diramalkan atau ditelusuri. Idiom adalah satuan ujuran yang maknanya
tidak dapat diramalkan dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun
gramatikal.
(7.3)
1. a. Apakah makna dua buah kata yang bersinonim persis sama? Jelaskan!
b. Apakah sinonim itu hanya ada pada satuan bahasa kata saja? Jelaskan!
Jawab :
a. Dua buah kata yang bersinonim maknanya tidak akan peris sama. Hanya saja makna
mereka saling berdekatan, tetapi tetap saja berbeda. Ketidaksamaan itu terjadi karena
beberapa faktor. Tidak mutlak sebab ada prinsip semantik yang mengatakan apabila
bentuk berbeda maka makna pun akan berbeda, walaupun perbedannya hanya sedikit.
b. Sinonim tidak hanya ada pada satuan bahasa kata saja, tetapi bisa dalam satuan bahasa
lainnya seperti: morfem bebas dengan morfem terikat, kata dengan kata, kata dengan
frase, frase dengan frase dan kalimat dengan kalimat.

2. a. Apakah yang disebut antonim? Jelaskan!


b. Sebutkan jenis-jenis antonim yang anda kenal, dan beri contoh!
Jawab:
a. Antonim atau antonimi adalah hubungan semantik antara dua buah satuan ujaran yang
maknanya menyatakan kebalikan, pertentangan, atau kontras antara yang satu dengan
yang lain. Misalnya, kata buruk berantonim dengan kata baik; kata mati berantonim
dengan kata hidup; kata guru berantonim dengan kata murid; dan kata membeli
berantonim dengan kata menjual. Hubungan antara dua satuan ujaran yang berantonim
juga bersifat dua arah. Jadi, kalau kata membeli berantonim dengan kata menjual, maka
kata menjual juga berantonim dengan kata membeli.
b. Jenis-jenis antonim:
 Antonimi yang bersifat mutlak. Contohnya: kata hidup berantonim secara mutlak
dengan kata mati. Sebab sesuatu yang hidup tentu belum mati, dan yang sudah mati
tidak bisa hidup kembali.
 Antonimi yang bersifat relatif. Contohnya: kata besar dan kecil, jauh dan dekat.
karena batas antara satu dengan yang lainnya tidak dapat ditentukan secara jelas,
batasnya itu dapat bergerak menjadi lebih atau kurang.
 Antonimi yang bersifat relasional. Contohnya: kata membeli dan menjual, antara
suami dan istri. Relasional karena munculnya yang satu harus disertai dengan yang
lain.
 Antonimi yang bersifat hierarkial. Contohnya: tamtama dan bintara, gram dan
kilogram. Karena kedua satuan ujaran yang berantonim itu berada dalam satu garis
jenjang atau hierarki.

3. a. Apa yang dimaksud polisemi ? Jelaskan


b. Ambil kamus bahasa yang menjadi bidang studi anda lalu carilah sejumlah kata
yang polisemi
Jawab :
a. Polisemi adalah relasi makna antarkata yang sering digunakan dalam
beberapa kalimat atau konteks yang berbeda. Polisemi merupakan bentuk bahasa (kata,
frasa, dsb.) yang mempunyai makna lebih dari satu. Makna lebih dari satu tersebut terjadi
karena adanya beberapa konsep dalam pemaknaan suatu kata.
b. Akar pohon di halaman rumahku hampir merusak bangunan (akar dalam kalimat ini
berarti bagian tumbuhan yang tertanam di dalam tanah).
 Kita harus mencari tahu akar permasalahannya sebelum membuat keputusan (akar
dalam kalimat ini berarti pangkal atau asal mula).
 Dia kehilangan banyak darah dalam kecelakaan itu sehingga tidak dapat
diselamatkan. (darah = bagian dalam tubuh yang berfungsi sebagai transport oksigen,
makanan, dll – arti sebenarnya)
 Aku dan Ari masih punya hubungan darah. (darah = keluarga atau persaudaraan, –
arti konotasi)
 Buah nangka bisa dimanfaatkan sebagai bahan sayur ketika muda, dan pencuci mulut
saat matang.
 Kesuksesan merupakan buah dari kerja keras dan kesabaran.
 Karena suka mencuri uang ibunya, ia kini selalu menjadi buah bibir di kompleksnya.

4. a. Jelaskan apa yang dimaksud homonimi ! Beri contoh!


b. Apa pula yang dimaksud dengan homofoni dan homografi! Beri contoh!
Jawab :
a. Homonim seringkali dianggap sama dengan polisemi , namun sebenarnya berbeda.
Polisemi merupakan satu kata yang memiliki makna lebih dari satu makna, karena
memperoleh satu atau beberapa makna baru. Perbedaannya adalah polisemi memiliki
keterkaitan makna , sedangkan Homonim tidak. Homonim merupakan suatu kata yang
mempunyai arti yang berbeda tetapi lafal atau ejaannya sama.
1) Bisa ( mampu atau dapat ) – Bisa ( zat racun )
o Miftah bisa mengerjakan soal bahasa inggris itu dengan mudah.
o Bisa ular kobra itu sangat mematikan.
2) Genting ( Atap ) – Genting ( Darurat )
o Genting rumah pak broto bocor semalam diterpa hujan.
o Suasana ruang UGD sangat genting karena terdapat korban kecelakaan dalam
keadaan kritis.
3) Hak ( Milik ) – Hak ( Bagian Sepatu )
o Warga negara Indonesia memiliki Hak memilih Agama yang dia percayai.
o Ariani menggunakan sepatu dengan hak yang tinggi yang membuatnya jatuh.
4) Bulan ( Kalender ) – Bulan ( benda langit )
o Tiap bulan Agustus kemeriahan HUT RI selalu disambut warga dengan
semangat.
o Pada 17 Juni 2019 warga indonesia bisa melihat fenomena alam Gerhana Bulan.
5) Kali ( Sungai ) – Kali ( perhitungan )
o Jakarta selalu terendam air banjir dari luapan kali ciliwung.
o lima di kali lima sama dengan dua puluh lima.
6) Malang ( Kota ) – Malang ( Nasib )
o Perjalanan dari Surabaya ke Malang hanya membutuhkan waktu 3 jam .
o Sungguh malang anak itu , sudah tidak memiliki orang tua dan tinggal di jalanan.
7) Salam ( jenis tumbuhan ) – Salam ( pernyataan hormat )
o Masakan ibu hari ini menggunakan daun salam sebagai penambah rasa masakan.
o Tolong sampaikan salam ku kepada miftah .
8) Jarak ( rentang waktu dan wilayah ) – Jarak ( jenis tumbuhan )
o Jarak Surabaya ke malang lebih dari 100km.
o Daun jarak memiliki beberapa manfaat untuk kesehatan.
9) Beruang ( binatang ) – Beruang ( memiliki uang )
o Kebun binatang surabaya memiliki peliharaan baru yaitu beruang.
o Orang beruang itu baru saja membeli mobil mewah ferrari .
10) Selang ( Jeda waktu ) – Selang ( Alat menyalurkan air )
o Selang beberapa menit gempa mengguncang bali dari gempa tektonik.
o Andi mencuci motornya dengan bantuan selang air.
11) Rapat ( tidak renggang ) – Rapat ( Kegiatan berdiskusi )
o Para guru sedang mengadakan rapat bulanan dengan kepala sekolah.
o Pemain belakang liverpool menutup rapat pertahanan mereka.
12) Palu ( martil ) – Palu ( nama kota )
o Ayah menacampkan paku dengan Palu.
o Palu terkena gempa dan stunami pada tahun 2018 .
13) Larangan ( nama daerah ) – Larangan ( perintah yang melarang suatu perbuatan )
o Larangan merupakan nama kecamatan yang terdapat di kabupaten
Tangerang.
o Di jalan Kenjeran Surabaya terdapat larangan melakukan parkir dipinggir
jalan yang menyebabkan kemancetan.
14) Buku ( rangkuman kertas ) – Buku ( ruas )
o Bambu itu di potong pada bagian buku nya.
o Susilo Bambang Yudhoyono merilis buku terbarunya.
15) Jangka ( Alat ukur ) – Jangka ( Selang waktu )
o Untuk membuat lingkaran sempurna dibutuhkan alat Jangka.
o Dalam jangka waktu 5 tahun pohon mangga ini sudah berbuah.
b. Homofoni
homofon adalah kata yang sama pengucapannya dengan kata lain, tetapi berbeda ejaan
dan maknanya .Homofon hampir sama dengan homonim , namun perbedaannya jika
homofon berbeda tulisan sedangkan homonim memiliki tulisan yang sama.
Contoh Homofon
1) Rok (pakaian) dan Rock (aliran musik)
o Miftah lebih suka menggunakan celana panjang daripada menggunakan rok.
o Ardi menyukai lagu barat dengan aliran musik rock .
2) Massa ( berkumpul di suatu tempat ) dan Masa (waktu)
o Sejumlah massa ormas memenuhi lapangan monas untuk berdemo.
o Masa tanam padi telah tiba seiring datangnya musim penghujan.
3) Bank (tempat menyimpan uang) dan Bang (panggilan untuk kakak)
o Aku lebih suka menabung di bank daripada menabung dalam celengan.
o Bang gopal berkeliling kampung untuk menjaga keamanan desa.
4) Tank (kendaraan perang) dan Tang (alat pekakas)
o Indonesia menciptakan peralatan tempur tank amfibi yang bisa berjalan di air
o Ayah mencabut paku dari tembok menggunakan tang .
5) Jarum ( alat menjahit ) dan Djarum ( merek rokok )
o Ibu kesulitan memasukan benang ke lubang jarum.
o Ayah lebih suka merokok dengan Djarum daripada merek lainnya.
6) Sangsi ( Bimbang ) dan Sanksi ( hukuman )
o Aku masih sangsi memilih universitas yang cocok denganku.
o Dalam aturan tata tertib sudah dijelaskan apa sanksinya jika tidak masuk
sekolah selama 1 minggu.
7) Tujuh (angka) dan Tuju ( pergi ke arah )
o PBB telah merilis tujuh keajaiban dunia yang baru salah satunya iyalah pulau
komodo.
o Karena internet putus semua halaman website yang di tuju tidak bisa dibuka.
8) Syarat ( janji ) dan Sarat ( penuh dan berat )
o Aku mau bersamamu dengan syarat kamu harus lulus sekolah terlebih
dahulu.
o Kapal itu telah sarat muatan penumpang dan kendaraan.
9) Selip ( menyisipkan ) dan Slip ( tergelincir )
o Dia menselipkan surat cintanya ke buku gadis tersebut.
o Banyak pengendara yang slip saat melewati jalan yang licin itu.
10) Mint ( jenis tanaman ) dan Min ( minus )
o Permen ini memiliki rasa mint.
o Untuk membuat turnamen dibutuhkan min 32 tim.
Homografi
Homograf adalah kata yang sama ejaannya dengan kata lain, tetapi berbeda lafal dan
maknanya .
1) Apel ( buah ) – Apel ( Kegiatan upacara / berkumpul )
o Apel malang yang berwarna hijau sangat digemari wisatawan lokal dan
mancanegara.
o Setelah hari libur natal para PNS mengikuti Apel pagi untuk pengarahan awal
kegiatan .
2) Teras ( inti kayu ) – Teras ( halaman rumah )
o Pada bagian dalam inti kayu yang mati disebut dengan teras .
o Ayah lebih suka menghabiskan waktu di teras rumah daripada menonton tv.
3) Serang ( mendatangi untuk melawan ) – Serang ( nama kota )
o Penjahat yang serang warga sipil itu sudah dibekuk oleh polisi.
o Ayah melakukan dinas di wilayah Serang Banten dalam waktu 1 minggu.
4) Keset ( pengesat kaki ) – Keset ( keadaan tidak licin )
o Ibu membeli keset baru lagi dari pasar .
o Piring berminyak tadi setelah di cuci menjadi keset lagi.
5) Per ( pegas ) – Per ( tiap-tiap )
o Sofa ini menggunakan per kualitas bagus sehingga awet beberapa tahun.
o Mobil pembalap itu melaju dengan kecepatan tinggi hingga 200
kilometer per jam.
6) Tahu ( mengerti ) – Tahu ( makanan )
o Miftah lebih tahu semua hal tentang kucing daripada saya.
o Ariai lebih suka makan tahu sebagai lauk daripada tempe.
7) Kecap ( gerakan mulut ) – Kecap ( bumbu makanan )
o Dia saat makan mulutnya selalu kecap sehingga mengganggu orang yang
didekatnya.
o Untuk membuat rawon salah satu bumbu yang wajib adalah kecap .
8) Seri ( gigi ) – Seri ( imbang )
o Adik kesakitan di bagian seri giginya yang membuat dia tak bisa makan .
o Pertandingan antara Arsenal dengan Chelsea berakhir seri .
9) Serak ( suara parau ) – Serak ( tidak teratur )
o Karena kebanyakan bernyanyi suara kakak sudah serak .
o Mainan adik berserakan di ruang tamu.

5. Teliti kembali konsep tentang polisemi, lalu bandingkan dengan konsep homonimi!
Carilah perbedaan yang hakiki di antara kedua konsep itu!
Jawab :
Polisemi adalah satuan ujaran kalau kata itu mempunyai makna lebih dari satu contoh
“Tangan”
1) Tangan adalah bagian tubuh manusia
2) Tangan kanan berarti ungkapan untuk orang kepercayaan
3) Tangan Panjang berarti ungkapan untuk suka mencuri
4) Tangan besi berarti sebuah istilah untuk Tindakan yang keras
5) Tangan dingin berarti sebuah istilah untuk orang yang sukses
Homonimi adalah dua buah kata atau satuan makna yang bentuknya kebetulan contoh
“Genting” bisa berarti
1) Atap rumah
2) Kedaan darurat

6. Di dalam bahasa Inggris banyak sekali kita jumpai kasus homofoni dan homografi.
Coba jelaskan apa penyebabnya
Jawab :
Karena pada sistem ejaan Bahasa inggris bentuk ujaran yang hamper sama ortografinya
dan ejaan terkadang ucapan juga hamper sama hanya saja artinya yang berbeda. Contoh :
Watch = menyaksikan
Watch = jam tangan

7. a. Apakah yang dimaksud dengan hiponimi? Jelaskan!


b. Jelaskan pula yang dimaksud dengan hipernimi dan kohiponimi! Beri contoh
Jawab :
a. Hiponimi adalah cakupan dalam makna bentuk ujaran lain.
b. - Hipemini adalah kata yang banyak mewakilkan kata lainumpamanya hipernimi adalah
suatu kategori dan hiponim adalah anggota dari kata hipernimi contoh
Hipernim : buah
Hiponim : apel,pisang,jeruk
- Kohiponimi

8. Samakah status hubungan makna antara kasus merpati dan burung dengan kasus
jendela dan rumah? Coba jelaskan!
Jawab:
Kalau merpati dan tekukur adalah hiponim dari burung, maka hubungannya antara
jendela dan lintu terhadap rumah adalah sebagai berikut. Dalam kasus ini perlu dilihat
adakah persamaan hubungan antara pintu terhadap rumah dengan merpati terhadap
burung? Hubungan itu tidak sama. Kalau merpati dan tekukur adalah burung atau sejenis
burung, maka pintu dan jendela bukanlah rumah ataupun sejenis rumah. Jendela dan pintu
hanyalah bagian atau komponen dari rumah. Namanya yang tepat adalah partonimi atau
meronimi.
Jadi bisa disimpulkan jika status hubungan makna antara kasus merpati dan burung
dengan kasus jendela dan rumah tidaklah sama. Karena merpati merupakan sejenis
burung sedangkan jendela merupakan komponen dari rumah, bukan sejenis rumah. Atau
bisa disebut partonimi atau meromini.

9. a. Apa yang dimaksud dengan ambiguiti atau ketaksaan itu? Jelaskan!


b. Sebutkan penyebab timbulnya ketaksaan itu!
Jawab:
a. Ambiguiti atau ketaksaan adalah gejala dapat terjadinya kegandaan makna akibat tafsiran
gramatikal yang berbeda. Tafsiran gramatikal yang berbeda ini umumnya terjadi pada
bahasa tulis, karena dalam bahasa tulis unsur Suprasegmental tidak dapat digambarkan
dengan akurat.
b. Ketaksaan hanya terjadi dalam bahasa tulis, akibat dari perbedaan gramatikal karena
ketiadaan unsur intonasi. Namun, ketaksaan itu juga dapat terjadi dalam bahasa lisan,
meskipun intonasinya tepat. Ketaksaan dalam bahasa lisan biasanya adalah karena
ketidakcermatan dalam menyusun kontruksi beranaforis.

10. Pelajari lagi konsep tentang homonimi, lalu bandingkan dengan konsep ambiguiti.
Cobalah anda simpulkan bagaimana perbedaan hakiki antara kedua konsep itu!
Jawab :
Konstruksi seperti ‘buku sejarah baru’ seperti yang dibicarakan di atas sebagai
contoh berikut yang ambiguiti, sebuah bentuk dengan dua tafsiran makna. Namun, dapat
juga dikatakan ada dua bentuk ‘buku sejarah baru’, yaitu, yang pertama yang bermakna
‘buku sejarah itu baru terbit’, dan yang kedua yang bermakna ‘buku itu mengenai sejarah
zaman baru’.
Jika demikian, bentuk keduanya adalah termasuk masalah homonimi dalam kasus ini
yang perlu di ingatkan adalah konsep bahwa homonimi adalah dua buah bentuk atau lebih
yang kebetulan bentuknya sama, sedangkan ambiguiti adalah sebuah bentuk dengan dua
tafsiran makna atau lebih.
Biasanya hanya pada tataran kata:dan makna makna yang dimilikinya yang lebih dari
satu itu, berasal dari ciri ciri atau komponen komponen makna leksikal yang dimilikinya.
Makna-maknanya itu masih mempunyai hubungan antara yang satu dengan yang lain.
Sedangkan ambiguiti adalah satu bentuk ujaran yang mempunyai makna lebih dari satu
sebagai akibat perbedaan tafsiran gramatikal.

11. a. Apakah yang dimaksud dengan redundasi? Jelaskan!


b. Pelajari kembali konsep tentang makna pada 7.1. Lalu berdasarkan konsep itu,
dapatkah dikatakan bahwa secara semantik, sesungguhnya yang disebut redundasi
itu tidak ada? Beri pendapat anda
Jawab :
a. Redundasi diartikan sebagai berlebih-lebihannya penggunaan unsur segmental dalam
suatu bentuk ujaran
b. Dalam meragam bahasa baku kita dituntut menggunakan kata-kata secara efisien.
Sehingga kata-kata yang dianggap berlebihan, sepanjang tidak mengurangi atau
mengganggu makna (lebih tepat informasi), harus dibuang. Namun, dalam analisis
semantik, setiap penggunaan unsur sekmental dianggap membawa makna masing-masing
(7.4)
1. Secara sinkronik makna sebuah kata tidak akan berubah, tetapi secara diakronik ada
kemungkinan berubah. Coba jelaskan!
Jawab :
Secara sinkronis makna sebuah kata atau leksem tidak akan berubah, tetapi secara
diakronis ada kemungkinan dapat berubah. Maksudnya, dalam masa yang relatif singkat,
makna sebuah kata akan tetap sama, tidak berubah; tetapi dalam waktu yang relatif lama
ada kemungkinan makna sebuah kata akan berubah. Ada kemungkinan ini bukan berlaku
untuk semua kosakata yang terdapat dalam sebuah bahasa, melainkan hanya terjadi pada
sejumlah kata saja.

2. Sebutkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan makna itu! Beri


contoh!
Jawab :
1) Perkembangan dalam bidang ilmu dan teknologi. Perkembangan dalam bidang ilmu
dan kemajuan teknologi dapat menyebabkan terjadinya perubahan makna suatu kata.
Sebuah kata yang tadinya mengandung konsep makna tentang sutau yang sederhana,
tetap digunakan walaupun konsep makna yang dikandung telah berubah akibat
pandangan baru tentang suatu ilmu dan perkembangan teknologi.
Contoh ; kata berlayar yaitu dulu hanya digunakan untuk kapal/perahu yang
menggunakan layar’tenaga angin” tetapi sekarang perahu/ kapal yang
menggunakan mesin disel/turbo/uap, tetapi kata berlayar tetap digunakan untuk
menyebut perjalanan di air. Kata Sastra ini bermakna 'tulisan' atau 'huruf; lalu
berubah makna menjadi buku’; kemudian berubah lagi menjadi buku yang baik
isinya dan bahasanya'; dan sekarang yang disebut karya sastra adalah karya yang
bersifat imaginatif dan kreatif. dll.
2) Perkembangan sosial dan budaya. Perkembangan dalam masyarakat tentang sikap
sosial dan budaya, juga terjadi perubahan makna. Jadi bentuk katanya tetap sama
tetapi konsep makna yang dikandungnya telah berbeda.
Contoh; istilah perkerabatan. Kata Sandara, semula berarti seperut/ sekandung
tetapi sekarang digunakan juga untuk menyebut orang lain, sebagai sapaan, untuk
yang sederajat, begitu juga dengan kata bapak, ibu, yang mengalami perluasan
makna.
3) Perbedaan bidang pemakainan. Bahwa setiap bidang kehidupan atau kegiatan
memilki kosakata tersendiri yang hanya dikenal dan digunakan dengan makna
tertentu dalam bidang tersebut.
Contoh: dalam bidang pertanian (menggarap, membajak, panen, menabur,
menanam,dll) yang dalam perkembanganya digunakan dalam kehidupan sehari-hari
atau bidang lain yang tentunya menjadikanya memiliki makna baru atau makna
lain.
4) Adanya Asosiasi. Adanya hubungan antara sebuah bentuk ujaran dengan sesuatu
yang lain yang berkenaan dengan bentuk ujaran tersebut," bila disebut ujaran tersebut
maka yang dimaksud adalah sesuatu yang lain yang berkenaan dengan ujaran
tersebut.
Contoh; suaranya sedap didengar/ wajahnya manis. Kata sedap dan manis adalah
urusan indra perasa lidah tetapi menjadi tanggapan indra pendengaran dan
pengelihatan.
5) Perbedaan tanggapan.
Contoh ; kata bini lebih peyoratif (nilainya merosot menjadi rendah), sedangkan
istri dianggap amelioratif (nilainya naik menjadi tinggi). Dulu penggunaan kata bini
adalah hal yang biasa dan lazim digunakan untuk menyebut pasangan hidup tetapi
karena berbedanya tanggapan akhirnya kata bini dianggap sebagai peyoratif
dibandingkan kata istri.
6) Pengembangan istilah. Memanfaatkan kosakata yang telah ada dengan memberikan
makna baru, baik dengan menyempitkan, meluaskan, ataupun memberikan arti baru
sama sekali.
Contoh : papan 'lempeng kayu' kini menjadi perumahan/rumah, sandang'selendang'
kini bermakna pakaian, dll.
7) Akibat ciri dasar yang dimiliki oleh unsur internal bahasa, yakni makna kata selain
dapat memiliki hubungan erat dengan dengan kata lainnya, misalnya dalam kolokasi,
makan dan bentuk kata, bisa juga tumpang tindih, misalnya dalam polisemi,
sinonimi, homonimi. Kolokasi yang sangat ketat antara kopi dangan minuman,
misalnya, menyebabkan adanya perkembangan makna kopi itu sendiri yang selain
mengacu pada "buah” juga "bubuk” dan "minuman".
8) Akibat adanya proses gramatik, yaitu misalnya kata ibu akibat mengalami relasi
gramatik dengan kota akhirnya tidak merujuk pada "wanita” tetapi pada tempat atau
daerah.
9) Akibat unsur kesejarahan, yakni berkaitan dengan perjalanan bahasa itu sendiri dari
generasi ke generasi, perkembangan konsep ilmu pengetahuan, kebijakan institusi,
serta perkembangan ide dan objek yang dimaknai.
Sebagai contoh kata penghayatan dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila berbeda dengan penghayatan musik klasik.
10) Faktor emotif, yakni pergeseran makna yang ditandai oleh adanya asosiasi, analogi,
maupun perbandingan dalam pemakaian bentuk bahasa. Terdapatnya asosiasi,
analogi dan perbandingan salah satunya menyebabkan adanya bentuk metaforis, baik
secara antromofis, perbandingan binatang, dan sinaestetis. Metafora antromofis yaitu
penataan relasi kata yang seharusnya khusus untuk fitur manusia tetapi dikaitkan
dengan benda-benda tak bernyawa.
Contoh : pagi berseri, malam yang bisu, belaian angin,dll. Metafora binatang yaitu
pemakaian yang hanya khusus untuk binatang tetapi dikaitkan dengan benda tak
bernyawa maupun dengan manusia. Contoh: jago tembak, tulisan cakar ayam,
kumis kucing, dll. Metafora sinaestetis yaitu pemindahan asosiasi fitur semantis
satu refren ke refren tertentu yang secara analogis memiliki kesejajaran sifat.
Misalnya kata pedas yang hanya untuk sambal, dipindahkan untuk pembicaraan
maupun kata, misalnya kata-katanya pedas, dll."

3. Apakah yang dimaksud dengan perubahan makna yang menyempit, meluas, dan
berubah total itu? Jelaskan dan beri contoh!
Jawab :
1) Meluas, yaitu pada awalnya hanya memiliki 'makna' karena beberapa faktor sehingga
menjadikannya memiliki makna-makna lain.
Contoh : kata saudara, kata bapak, kata baju dulu hanya bermakna pakaiana sebelah
atas saja tetapi sekarang bukan saja bermakna pakaian dari pinggang ke atas tetapi
juga topi, dasi, celana, sepatu. (makna-makna yang ada masih ada hubunganya
dengan makna aslinya/poli-seminya)
2) Menyempit, yaitu gejala pada suatu kata yang awalnya memiliki makna yang luas,
kemudian hanya terbatas pada sebuah makna saja.
Contoh : kata sarjana dulu digunakan untuk menyebut orang yang cerdik, pandai
tetapi sekarang hanya digunakan untuk menyebut orang yang sudah lulus dari
perguruan tinggi. Kata pendeta dulu bermakna orang yang berilmu tetapi sekarang
hanya bermakna "guru dalam agama kristen", dll.
3) Perubahan total, yaitu berubahnya makna dari makna aslinya, walaupun masih ada
kemungkinan persamaanya tetapi jauh sekali.
Contoh : kata seni dulu hanya bermakna air seni/ urine tetapi sekarang bermakna
sesuatu yang indah atau berkaitan kreatifitas, kata pena dulu hanya bermakna "bulu
angsa" tetapi sekarang bermakna alat tulis bertinta. Kata canggih dulu bermakna
sesuatu yang njelimet atau ruet tetapi sekarang bermakna sesuatu yang njelimet
masalah teknologi. dll.
4) Penghalusan (eufemia), yaitu ditampilkanya kata-kata atau bentuk bentuk yang
dianggap memiliki makna yang lebih halus, atau lebih sopan dari pada yang akan
digantikan.
Contohnya: korupsi => menyalahgunakan jabatan, penjara => lembaga
permasyarakatan.
5) Pengasaran (disfemia), yaitu usaha untuk mengganti kata yang maknanya halus atau
biasa dengan kata yang maknanya kasar (situasi tidak ramah atau kejengkelan atau
penegasan). Contoh: mengambil => mencaplok, memasukkan ke penjara =>
menjebloskan ke penjara. (kata yang bernilai kasar tetapi sengaja digunakan untuk
memberikan tekanan tanpa terasa kasarnya.
Contoh: menggondol = anjing menggondol tulang => timnas berhasil menggondol
piala asia.
(7.5)

1. a. Jelaskan yang dimaksud dengan teori medan makna dan teori komponen makna!
b. Beri contoh sejumlah kata yang termasuk dalam satu medan makna!
c. Coba anda analisis komponen makna yang terdapat pada kata :
(a) mayat bangkai
(b) suami - istri
(c) rumah kandang
Jawab :
a. - medan makna atau medan leksikal adalah seperangkat unsur leksikal yang maknanya
saling berhubungan karena mngambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas
dalam alam semesta tertentu.
- Komponen makna yaitu makna yang dimiliki oleh setiap kata itu terdiri dari sejumlah
komponen yang membentuk keseluruhan makna itu. Komponen makna ini dapat
dianalisis, dibutiri, atau disebutkan satu per satu, berdasarkan “pengertian-pengertian”
yang dimilikinya.
b. contoh kata medan warna : hijau, merah, hitam, bitu, kuning.
c. analisis komponen makna :
Komponen makna Mayat Bangkai
Tidak bernyawa + +
Manusia + -
Hewan - +

Komponen Suami Istri


Manusia + +
Dewasa + +
Kawin + +

Komponen Rumah Kandang


Tempat tinggal + +
Terdapat atap + +
Berbentuk bangunan + +

2. Apa yang dimaksud dengan pengelompokan kolokasi dan pengelompokan set?


Jelaskan dan beri contoh!
Jawab :
o Pengelompokan kolokasi yaitu menunjuk pada hubungan sintagmantik yang terdapat
antara kata-kata atau unsur-unsur leksikal itu.
Contohnya : layar, perahu, nelayan, badai, merupakan kata-kata dalam satu
kolokasi, satu tempat atau satu lingkungan yang sama.
o Pengelompokan set menunjuk pada hubungan paradigmatic, karena kata-kata yang
berada dalam pengelompokan set itu saling bisa disubsitusikan.
Contoh : kata remaja merupakan tahap perkembangan dari kanak-kanak menjadi
dewasa.

3. Coba pikirkan dan jelaskan apa manfaatnya teori medan makna analisis komponen
makna bagi kehidupan praktis!
Jawab :
Manfaat teori medan makna analisis komponen makna bagi kehidupan praktis yaitu : dapat
memahami makna-makna kalimat, kita dapat memahami konsep-konsep budaya yang ada dalam
suatu masyarakat bahasa.

4. Apakah yang dimaksud dengan kesesuaian semantik dan sintaksis? Jelaskan dan beri
contoh!
Jawab :
Kesesuaian semantik adalah persesuaian konstituen-konstituen yang membangun kalimat
itu.
Contoh ketidaksesuaian semantik :
o segelas kambing, karena dua kata tersebut tidak ada satupun yang cocok
antara komponen makna yang satu dengan yang satunya.
o Yang sesuai segelas air.
Kesesuaian sintaktik adalah penempatan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata
atau kalimat.
Contoh ketidaksesuaian sintaktik :
o kambing membaca, karena kata kambing + membaca tidak merupakan satu
kelompok kata. Yang sesuai saya (manusia) membaca.
Apabila kata-kata yang tidak sesuai semantik + sintaktiknya dibuat sebuah kalimat maka
kalimat tersebut akan tidak berterima.
Contoh:
o Si Udin makan rumput, karena Si Udin dan rumput tidak mempunyai
komponen makna yang sama, maka apabila kedua kata itu digabungkan akan
menjadi tidak berterima.
o Kalimat yang benar adalah : Sapi (hewan) makan rumput.

5. Samakah penyebab ketidakberterimaan ketiga kalimat bahasa Indonesia berikut?


Jelaskan!
a. *kuda itu menulis surat.
b. *segenggam anjing minum seliter batu.
c. *penduduk Indonesia kini berjumlah 12 juta jiwa.
Jawab :
a. Ketidakbersamaan kalimat (a) adalah karena tidak adanya persesuaian semantik antara
kata kuda sebagai pelaku dengan kata menulis sebagai perbuatan yang dilakukan kuda
itu.
b. Ketidakbersamaan kalimat (b) bukanlah karena kesalahan gramatikal melainkan
karena kesalahan persesuaian leksikal. Seharusnya bukan *segenggam anjing,
melainkan seekor anjing. Lalu, seharusnya bukan *seliter batu melainkan seliter air.
c. Ketidakbersamaan kalimat (c) adalah karena kesalahan informasi.
6. Jelaskan mengapa kalimat (a) berterima sedangkan kalimat (b) tidak berterima!
a. Kuda itu makan rumput
b. *Si Udin makan rumput
Jawab :
a. kalimat (a) berterima karena mengandung informasi yang benar bahwa kuda memakan
rumput.
b. Sedangkan, kalimat (b) tidak berterima karena adanya kesalahan informasi, bahwa Si
Udin sebagai pelaku/manusia seharusnya tidak memakan rumput.

Anda mungkin juga menyukai