Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rizka Maulinda Sari

NIM : 21206251016

Bentuk dan Relasi Makna Satuan Bahasa

Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa dengan satuan
bahasa lainnya. Satuan bahasa ini dapat berupa kata, frase, kalimat, dan relasi semantik itu dapat
menyatakan kesamaan makna, pertentangan, ketercakupan, kegandaan atau kelebihan makna.

- Sinonim

Sinonim atau sinonimi adalah hubungan semantik yang menyatakan kesamaan makna dan bersifat dua
arah. Misalnya, antara kata betul dengan kata benar; antara kata hamil dengan frase duduk perut.
Ketidaksamaan makna yang bersinonim disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Faktor waktu. Umpamanya kata hulubalang yang bersifat klasik dengan kata komandan yang tidak
cocok untuk koteks klasik.

2. Factor tempat atau wilayah. Misalnya kata saya yang bisa digunakan di mana saja, sedngkan beta
hanya cocok digunakan untuk wilayah Indonesia bagian timur.

3. Faktor keformalan. Misalya kata uang yang dapat digunakan dalam rangka formal dan tidak formal,
sedangkan kata duit hanya cocok untuk ragam tak formal.

4. Faktor sosial. Umpamanya kata saya yang dapat digunakan oleh siapa saja dan kepada siapa saja,
sedangkan kata aku hanya digunakan terhadap orang yang sebaya, yang dianggap akrab, atau kepada
yang lebih muda atau lebih rendah kedudukan sosialnya.

5. Faktor bidang kegiatan. Misalnya, kata matahari yang biasa digunakan dalam kegiatan apa saja,
sedangkan kata surya hanya cocok digunakan pada ragam khusus terutama sastra.

6. Faktor nuansa makna. Misalnya kata-kata melihat, melirik, menonton, meninjau yang masing-masing
memiliki makna yang tidak sama.

- Antonim

Antonim atau antonimi adalah hubungan semantik antara dua ujaran yang menyatakan kebalikan.
Misalnya kata hidup berlawanan dengan kata mati. Dilihat dari sifat hubungannya, antonim dibagi
menjadi:

1. Antonim yang bersifat mutlak. Umpamanya, kata hidup berantonim secara mutlak dengan kata mati.
2. Antonim yang bersifat relatif atau bergradasi. Umpamanya kata besar dan kecil berantonim secara
relatif.

3. Antonim yang bersifat rasional. Umpamanya kata membeli dan menjual, karena munculnya yang satu
harus disertai dengan yang lain.

4. Antonim yang bersifat hierarkial. Umpamanya kata tamtama dan bintara berantonim berantonim
secara hierarkial karena kedua satuan ujaran yang berantonim itu berada dalam satu garis jenjang.

5. Antonim majemuk adalah satuan ujaran yang memiliki pasangan antonim lebih dari satu. Umpamanya
dengan kata berdiri dapat berantonim dengan kata duduk, tidur, tiarap, jongkok, dan bersila.

- Polisemi

Polisemi adalah kata atau satuan ujaran yang mempunyai makna lebih dari satu. Umpamanya, kata
kepala yang setidaknya mempunyai makna (1) bagian tubuh manusia, sesuai dalam kalimat kepalanya
luka kena pecahan kaca, (2) ketua atau pimpinan, seperti dalam kalimat kepala kantor itu bukan paman
saya.

- Homonimi

Homonimi adalah dua buah kata atau satuan ujaran yang bentuknya “kebetulan” sama; maknanya tentu
saja berbeda, karena masing-masing merupakan kata atau bentuk ujaran yang berlainan. Umpamanya,
antara kata pacar yang bermakna ‘inai’ dan kata pacar yang bermakna ‘kekasih’.

Pada kasus homonimi ini ada dua istilah lain yang biasa dibicarakan, yaitu homofoni dan homografi.
Homofoni adalah adanya kesamaan bunyi (fon) antara dua satuan ujaran tanpa memperhatikan ejaan.
Contoh yang ada hanyalah kata bank ‘lembaga ‘keuangan’ dengan kata bang yang bermakna ‘kakak laki-
laki’. Homografi adalah mengacu pada bentuk ujaran yang sama ejaannya tetapi ucapan dan maknanya
tidak sama. Contohnya kata teras yang maknanya ‘inti’ dan kata teras yang maknanya ‘bagian serambi
rumah’.

Perbedaan polisemi dan homonimi adalah kalau polisemi merupakan bentuk ujaran yang maknanya
lebih dari satu, sedangkan homonimi bentuk ujaran yang “kebetulan” bentuknya sama, namun
maknanya berbeda.

- Hiponimi

Hiponim adalah kata khusus sedangkan hipernim adalah kata umum. Contohnya kata burung
merupakan hipernim, sedangkan hiponimnya adalah merpati, tekukur, perkutut, balam, dan kepodang.
- Ambiguiti Atau Ketaksaan

Ambiguiti atau ketaksaan adalah gejala dapat terjadinya kegandaan makna akibat tafsiran gramatikal
yang berbeda. Misalnya, bentuk buku sejarah baru dapat ditafsirkan maknanya menjadi (1) buku sejarah
itu baru terbit, atau (2) buku itu memuat sejarah zaman baru. Homonimi adalah dua buah bentuk atau
lebih yang kebetulan bentuknya sama, sedangkan ambiguiti adalah sebuah bentuk dengan dua tafsiran
makna atau lebih.

- Redundansi

Redundansi adalah berlebih-lebihannya penggunaan unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran.
Umpamanya kalimat bola itu ditendang oleh Dika tidak akan berbeda maknanya bila dikatakan bola itu
ditendang Dika. Penggunaan kata oleh inilah yang dianggap redundansi, berlebih-lebihan

Anda mungkin juga menyukai