Anda di halaman 1dari 5

KAIDAH PEMILIHAN KATA/DIKSI

Ada dua persyaratan yang harus dipenuhi dalam memilih kata-kata, yaitu persyaratan
ketetapan dan kesesuaian.
Tepat, artinya kata-kata yang dipilih itu dapat mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin
diungkapkan. Di samping itu,juga harus dipahami pembaca dengan tepat, artinya tafsiran
pembaca sama dengan apa yang dimaksud dengan penulis.
Ada beberapa persyaratan ketetapan dan kesesuaian dalam pemilihan kata, yang perlu
diperhatikan :

a. Kaidah kelompok kata / frase


b. Kaidah lingkungan sosial
c. Kaidah makna kata
d. Kaidah karang-mengarang

a. Pilihan kata sesuai dengan kaidah kelompok kata /frase


Pilihan kata/ diksi yang sesuai dengan kaidah kelompok kata/frase, harus tepat,dan
lazim,

1. Tepat

Contohnya :
Makna kata lihat dengan kata pandang biasanya bersinonim, tetapi kelompok kata pandangan
mata tidak dapat digantikan dengan lihatan mata. Contoh kata yang bersinonim yang tidak
dapat digantikan adalah kata kata besar, agung, akbar, raya, dan tinggi. Kita biasanya
mengatakan hari raya serta hari besar, tetapi kita tidak pernah mengatakan hari agung, hari
akbar ataupun hari tinggi. Begitu pula dengan kata jaksa agung yang tidak dapat digantikan
dengan jaksa besar ataupun jaksa raya.

2. Lazim

Lazim merupakan kata yang biasa digunakan dalam kehidupan atau pergaulan sehari-hari,
dan jika seseorang tidak menggunakan nya, cenderung orang akan mengalami kebingungan
serta miskomunikasi.
Contohnya :
Ketika kita berkomunikasi dengan teman, walaupun kata makan dan santap merupakan kata
yang bersinonim, kita tidak dapat mengatakan anjing saya sedang bersantap. Hal itu karena
kalimat tersebut merupakan sesuatu yang tidak lazim yang pada akhrinya dapat
menyebabkan kebingungan dan miskomunikasi.

b. Pilihan kata sesuai dengan Kaidah Lingkungan Sosial Kata


Diksi harus selalu diperhatikan lingkungan pemakaian kata-kata. Dengan membedakan
lingkungan itu, pilihan kata yang kita lakukan akan lebih tepat dan mengena. Lingkungan itu
dapat kita lihat berdasarkan :
1. Tingkat sosial yang mengakibatkan terjadinya sosiolek
Contoh:
Kata- kata mati, meninggal dunia, wafat, tewas, mampus, mangkat kita bedakan
penggunaanya di dalam bahasa Indonesia berdasarkan rasa bahasa bukanlah melihat tingkat
sosialnya
2. Daerah/geografi yang mengakibatkan dialek
Contoh:
Kata-kata bis kereta, dan motor kita bedakan penggunaanya berdasarkan geografinya
3. Formal/nonformal yang mengakibatkan bahasa baku/ tidak baku
Contoh:
Kata tersangka, terdakwa, dan tertuduh kita bedakan berdasarkan maknanya.
4. Umum dan khusus yang mengakibatkan terjadinya bahasa umum dan khusus.
 Makna Umum( hipernim) adalah makna yang cakupannya luas.
Contoh:
bunga, bulan, hewan, kendaraan
 Makna khusus( hiponim) adalah makna yang cakupannya sempit atau terbatas.
Contoh:
Hiperni Hiponim
m
Melihat Menengok,menatap, melirik,menjenguk,melotot
Bunga Melati, Anggrek, Sedap Malam
Bulan Januari,Februari, Maret
Hewan Ayam, Burung, kambing

c. Pilihan kata sesuai dengan kaidah makna kata.


 Jenis Makna

 Berdasarkan bentuk maknanya, makna dibedakan atas dua macam yaitu:

1. Makna Leksikal adalah makna kamus atau makna yang terdapat di dalam kamus. Makna ini
dimiliki oleh kata dasar. Contoh : makan, tidur, ibu, adik, buku
2. Makna Gramatikal adalah makna yang dimiliki kata setelah mengalami proses gramatikal,
seperti proses afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (pengulangan), dan komposisi
(pemajemukan).
Contoh :
- Proses afiksasi awalan me- pada kata dasar kotor ; Adik mengotori lantai itu.
- Proses reduplikasi pada kata kacang ; Kacang-kacangan merupakan salah satu sumber
protein nabati.
- Proses komposisi pada kata rumah sakit bersalin ; Ia bekerja di rumah sakit bersalin

 Berdasarkan sifatnya, makna dibedakan atas dua macam:


1. Makna Denotasi adalah makna kata yang sesuai dengan hasil observasi panca indra dan tidak
menimbulkan penafsiran lain. Makna denotasi disebut juga sebagai makna sebenarnya.
Contoh :
- Kepala : organ tubuh yang letaknya paling atas
- Besi : logam yang sangat keras
2. Makna konotasi adalah makna kata yang tidak sesuai dengan hasil observasi pancaindra dan
menimbulkan penafsiran lain. Makna konotasi disebut juga sebagai makna kias atau makna
kontekstual.
Contoh :
- Ibu kota : pusat pemerintahan
- Ibu jari : jari yang paling besar atau jempol
- Jamban : kamar kecil
 Berdasarkan wujudnya, makna dibedakan atas :
1. Makna referensial adalah makna kata yang mempunyai rujukan yang konkret.
Contoh :
- meja, baju, membaca, menulis
2. Makna inferensial adalah makna kata yang tidak mempunyai rujukan yang konkret.
Contoh :
- baik, indah, sedih, gembira

 Perubahan Makna

 Berdasarkan cakupan maknanya, perubahan makna dibedakan atas.


1. Meluas, cakupan makna sekarang lebih luas daripada sebelumnya.
Misalnya:
Kata Dulu sekarang
Berlayar Mengarungi laut dengan memakai Mengarungi lautan dengan alat apa saja
kapal layar
Putera- Dipakai untuk sebutan anak-anak raja Sebutan untuk semua anak laki-laki dan
puteri perempuan

2. Menyempit, cakupan makna sekarang lebih sempit dari pada makna dahulu
Kata Dulu Sekarang
Sarjana Sebutan untuk semua orang Gelar untuk orang yang sudah lulus dari
cendikiawan perguruan tinggi

Madrasah Sekolah Sekolah yang mempelajari ilmu agama Islam

 Berdasarkan nilai rasanya, perubahan makna dibedakan atas :


1. Ameliorasi adalah perubahan makna ke tingkat yang lebih tinggi. Artinya baru dirasakan
lebih baik dari arti sebelumnya.
Contoh:
- Kata wanita dirasakan lebih baik nilainya daripada perempuan
- Kata istri atau nyonya dirasakan lebih baik daripada kata bini.
2. Peyorasi adalah perubahan makna ke tingkat yang lebih rendah. Arti baru dirasakan lebih
rendh nilainya dari arti sebelumnya.
Contoh:
- Kata perempuan sekarang dirasakan lebih rendah artinya
- Kata bini sekarang dirasakan kasar

 Pergeseran Makna
Pergeseran makna dibedakan atas 2 macam:
1. Asosiasi adalah pergeseran makna yang terjadi karena adanya persamaan sifat.
Contoh:
- Tasya menyikat giginya sampai bersih
- Pencuri itu menyikat habis barang-barang berhatga dirumah itu
2. Sinestesia adalah perubahan makna akibat adanya pertukaran tanggapan antara dua indra
yang berbeda.
Contoh:
- Sayur itu rasanya pedas sekali
- Kata-katanya sangat pedas didengar.

 Relasi Makna
1. Homonim adalah dua buah kata yang mempunyai persamaan tulisan dan pengucapan.
Contoh :
- Bisa berarti ;
o Dapat, sanggup
o racun
- Buku berarti ;
o Kitab
o antara ruas dengan ruas
2. Homograf adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai persamaan tulisan tetapi
berlainan pengucapan dan arti.
Contoh:
- Teras(inti) dengan teras(halaman rumah)
- Sedan(isak) dengan sedan(sejenis mobil)
- Tahu(paham) dengan tahu(sejenis makanan)
3. Homofon adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai persamaan pengucapan tetapi
berlainan tulisan dan arti
Contoh:
- Bang dengan bank
- Masa dengan massa
4. Sinonim adalah dua buah kata yang berbeda tulisan dan pengucapanya tetapi mempunyai arti
yang sama.
Contoh:
- Pintar dengan pandai
- Bunga dengan kembang
Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Oleh sebab itu, di
dalam sebuah karang mengarang sebaiknya dipergunakan sinomin kata supaya ada variasinya
dan ada pergantiannya yang membuat lukisan di dalam karangan itu menjadi hidup. Sinonim
dapat terjadi disebabkan oleh hal-hal berikut ini :
· Pengaruh bahasa daerah
Contoh :
- Kata harimau yang diberi sinonim dengan macan .
- Kata auditorium bersinonim dengan kata pendopo.
- Kata rindu bersinonim dengan kata kangen
· Perbedaan dialek regional
Contoh :
- Handuk bersinonim tuala ,
- selop bersinonim seliper
· Pengaruh bahasa asing
Contoh :
- kolosal bersinonim besar,
- aula bersinonim ruangan,
- realita bersinonim kenyataan .
· Perbedaan dialek sosial
Contohnya :
- suami bersinonim laki,
- istri bersinonim bini,
- mati bersinonim wafat.
· Perbedaan ragam bahasa
Contohnya :
- membuat bersinonim menggubah,
- assisten bersinonim pembantu,
- tengah bersinonim madya.
· Perbedaan dialek temporal
Contohnya :
- hulubalang bersinonim komandan,
- kempa bersinonim stempel,
- peri bersinonim hantu .
5. Antonim adalah kata-kata yang berlawanan artinya.
Contoh:
- Tua- muda
- Besar – kecil
- Luas – sempit
6. Polisemi berasal adalah kata poly dan sema, yang masing-masing berarti’banyak’ dan
‘tanda’. Jadi polisemi berarti suatu kata yang memiliki banyak makna.
Contoh:
- Kata kepala yang mempunyai arti bahagian atas tubuh manusia tetapi dapat juga berarti
orang yang menjadi pimpinan pada sebuah kantor dan sebagainya.
- Kata kaki yang dipergunakan untuk menahan tubuh manusia tetapi dapat juga kaki meja
yang menahan meja.

d. Pilihan kata sesuai dengan kaidah mengarang.


Pilihan kata akan memberikan imformasi sesuai dengan apa yang dikehendaki. Pilihan
kata dengan kaidah mengarang memiliki kelompok kata yang berpasangan tetap, pilihan kata
langsung dan pilihan kata yang dekat dengar pembaca.
Contoh :
- Terdiri dari, terdiri dalam, terdiri atas
- Ditemani oleh, ditemani dari, ditemani dengan
- Ia menelpon kekasihnya (pilihan kata langsung), Ia memanggil kekasihnya melalui telepon
(pilihan kata yang panjang dan berbelit-belit)
- Tidak semua pendengar/pembaca mengerti singkatan balita, KISS, dan kelompencir.

Anda mungkin juga menyukai