Anda di halaman 1dari 11

A.

Pengertian Diksi

Diksi adalah sebuah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk
mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan).

Menurut Gorys Keraf definisi diksi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

 Diksi adalah pilihan kata atau mengenai pengertian kata-kata mana yang digunakan untuk
menyampaikan suatu gagasan, penggungkapan yang tepat, dan gaya penyampaian kata
yang lebih baik sesuai situasi.
 Diksi merupakan kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari
gagasan yang disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai
dengan situasi, serta nilai dari suatu rasa yang dimiliki kelompok masyarakat, pendengar,
dan pembaca.

B. Fungsi Diksi

 Membuat orang yang membaca atau pun mendengar karya sastra menjadi lebih paham
mengenai apa yang ingin disampaikan oleh pengarang.
 Membuat komunikasi menjadi lebih efektif.
 Melambangkan ekspresi yang ada dalam gagasan secara verbal (tertulis atau pun
terucap).
 Membentuk ekspresi atau pun gagasan yang tepat sehingga dapat menyenangkan
pendengar atau pun pembacanya
 Mencipatakan suasana yang tepat
 Mencegah perbedaan penafsiran
 Mencegah salah pemahaman

C. Persyaratan dalam Ketepatan Kata


Indikator ketepatan kata :
1. Mengomunikasiskan gagasan berdasarkan pilihan kata yang tepat dan sesuai
berdasarkan kaidah bahasa Indonesia,
2. Menghasilkan komunikasi puncak ( yang paling efektif ) tanpa salah penafsiran atau
salah makna,
3. Menghasilkan respon pembaca atau pendengar sesuai dengan harapan penulis atau
pembicara,
4. Menghasilkan target komunikasi yang diharapkan.

Menurut Gorys Keraf, ada beberapa syarat dalam ketepatan diksi, diantaranya:

1. Penggunaan kata konotasi dan denotasi secara cermat


Denotasi yaitu kata yang bermakna lugas dan tidak bermakna ganda, sedangkan konotasi
yaitu kata yang dapat menimbulkan makna ganda,lazim digunakan dalam pergaulan
untuk tujuan estetika dan kesopanan.
2. Penggunaan kata sinonim atau hampir sama maknanya secara cermat, kata yang hampir
bersinonim misalnya : adalah, ialah, yaitu, merupakan, dalam pemakaiannya berbeda-
beda.
3. Dapat membedakan kata-kata yang memiliki ejaan yang mirip, misalnya inferensi
(kesimpulan) dan interferensi (saling memengaruhi), sarat (penuh,bunting) dan syarat
(ketentuan).
4. Penggunaan kata kerja pada kata depan harus secara idiomatik, berdasarkan susunan
(pasangan) yang benar, misalnya : sesuai bagi seharusnya sesuai dengan.
5. Harus dapat membedakan kata khusus dan umum dalam tulisan atau pidato agar
ketepatan diksi terjamin. Untuk mendapatkan pemahaman yang spesifik karangan ilmiah
sebaiknya menggunakab kata khusus, misalnya : mobil (kata umum) corolla (kata
khusus).
6. Memperhatikan pemilihan kata yang tepat secara berkelanjutan dalam suatu tulisan
ataupun pidato.
7. Tidak menafsirkan kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri, jika pemahaman
belum dapat dipastikan, pemakaian kata harus menemukan makna yang tepat dalam
kamus, misalnya : modern sering diartikan secara subjektif canggih, menurut kamus
modern berarti terbaru atau mutakhir.
8. Menggunakan imbuhan asing (jika diperlukan) harus memahami maknanya secara tepat,
misalnya : dilegalisir seharusnya dilegalisasi, koordinir seharusnya koordinasi.
9. Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat, misalnya : isu (berasal dari
bahasa Inggris issue berarti publikasi, kesudahan, perkara), isu (dalam bahasa Indonesia
berarti kabar yang tidak jelas asal usulnya, kabar angin, desas-desus).
10. Menggunakan dengan cermat kata bersinonim, misalnya : pria dan laki-laki, saya dan
aku, berhomofoni misalnya : bang dan bank, ke tahanan dan ketahanan, dan
berhomografi misalnya : apel sebagai buah dan apel sebagai upacara
11. Menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat, kata abstrak (konseptual,
misalnya : pendidikan, wirausaha, dan pengobatan modern) dan kata konkret atau kata
khusus, misalnya : mangga, sarapan, dan berenang.

D. Kesesuaian Kata
Syarat kesesuaian kata, yaitu:
1. Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampuradukkan
penggunaannya dengan kata tidak baku yang hanya digunakan dalam pergaulan,
misalnya : hakikat yang bakunya, hakekat yang tidak bakunya.
2. Menggunakan kata berpasangan (idiomatik) dan berlawanan makna dengan
cermat, misalnya : sesuai bagi (salah), sesuai dengan (benar), bukan hanya …
melainkan juga (benar), bukan hanya … tetapi juga (salah).
3. Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai social dengan cermat,
misalnya : kencing (kurang sopan), buang air kecil (lebih sopan).
4. Menggunakan kata dengan nuansa tertentu, misalnya : berjalan lambat, mengesot,
dan merangkak.
5. Menggunakan kata ilmiah untuk penulisan karangan ilmiah, dan komunikasi non
ilmiah (surat-menyurat) menggunakan kata popular, misalnya : argumentasi
(ilmiah), pembuktian (populer).
6. Menghindarkan penggunaan ragam lisan (pergaulan) dalam bahasa tulis, misalnya
: tulis, baca, kerja (bahasa lisan), menulis, menuliskan, membaca, membacakan,
bekerja, dan mengerjakan (bahasa tulis).
E. Perubahan Makna
Faktor penyebab perubahan makna:
1. Kebahasaan
Perubahan makna yang ditimbulkan oleh faktor kebahasaan meliputi:
a. Perubahan intonasi adalah perubahan makna yang diakibatkan oleh
perubahan nada, irama, dan tekanan.
Misalnya: kalimat berita ia makan, makna berubah jika intonasi kalimat
diubah, misalnya: ia makan? Dan ia makan!
b. Perubahan struktur frasa
Misalnya: kaleng susu (kaleng bekas tempat susu) susu kaleng (susu yang
dikemas dalam kaleng).
c. Perubahan bentuk kata
Misalnya: tua (tidak muda) jika ditambah awalan ke- menjadi ketua
(pemimpin)
d. Kalimat akan berubah makna jika strukturnya berubah
Misalnya: ibu Ratna menyerahkan laporan itu lantas dibacanya, makna
kalimat tersebut ibu Ratna dibaca setelah menyerahkan surat. Kesalahan
terjadi pada kesejajaran bentuk kata menyerahkan dan deserahkan,
seharusnya menyerahkan dibentuk pasif menjadi diserahkan.
2. Kesejarahan
Kata perempuan pada zaman penjajahan Jepang digunakan untuk menyebut
perempuan penghibur. Kini, kata perempuan diartikan sebagai kata wanita.
3. Kesosialan
Kata gerombolan bermakna orang berkumpul atau kerumunan.Kemudian,
kata itu tidak digunakan karena berkonotasi dengan pemberontak, perampok,
dan sebagainya.
4. Kejiwaan
Misalnya, pada masa Orde Baru, orang takut (khawatir) banyak utang
(komersial) merupakan kinerja buruk bagi pemerintah, kata tersebut diganti
dengan bantuan atau pinjaman.
5. Bahasa asing
Misalnya kata tempat orang terhormat diganti dengan VIP. Kata symposium
pada mulanya bermakna orang yang minum-minum direstoran dan kadang-
kadang ada acara dansa yang diselingi dengan diskusi. Dewasa ini kata
symposium sudah lebih dititikberatkan oada acaram diskusi yang membahas
berbagai masalah dalam bidang ilmu tertentu.

F. Denotasi dan Konotasi


Makna denotasi dan konotasi dibedakan berdasarkan ada atau tidaknya nilai rasa.
Kata denotasi lebih menekankan tidak adanya nilai rasa, sedangkan konotasi bernilai rasa
kias.
Makna denotasi lazim disebut sebagai berikut:
1. Makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan hasil observasi (pengamatan)
menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman yang
berhubungan dengan informasi (data) factual dan objektif,
2. Makna sebenarnya, umpamanya, kata kursi yaitu tempat duduk yang berkaki
empat (makna sebenarnya),
3. Makna lugas yaitu makna apa adanya, lugu, polos, makna sebenarnya, bukan
makna kias.

Konotasi berarti makna kias, bukan makna sebenarnya. Sebuah kata dapat
berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain, sesuai dengan pandangan hidup dan
norma masyarakat tersebut. Makna konotasi dapat juga berubah dari waktu ke waktu.
Dalam kalimat “Megawati dan Susilo Bambang Yudoyono berebut kursi presiden”.
Kalimat tersebut tidak menunjukkan makna bahwa Megawati dan Susilo Bambang
Yudoyono tarik-menarik kursi karena kata kursi berarti jabatan presiden.

G. Sinonim

Sinonim ialah persamaan makna kata. Artinya, dua kata atau lebih yang berbeda
bentuk, ejaan, dan pengucapannya, tetapi bermakna sama. Misalnya: binatang =
fauna,tanaman = flora,bohong = dusta,haus = dahaga,pakaian = baju,bertemu =
berjumpa,buruk = jelek ,bunga = kembang
H. Idiomatik
Idiomatik adalah penggunaan kedua kata yang berpasangan. Misalnya sesuai
dengan, disebabkan oleh, berharap akan, dan lain-lain. Pasangan idiomatik kedua kata
seperti itu tidak dapat digantikan dengan pasangan lain.
Contoh:
1. Bangsa Indonesia berharap akan tampilnya seorang presiden yang mampu
mengatasi berbagai kesulitan bangsa. Kata berharap akan tidak dapat
digantikan oleh mengharapkan akan atau berharap dengan.
2. Karyawan itu bekerja sesuai dengan aturan perusahaan. Kata sesuai dengan
tersebut tidak boleh diganti oleh pasangan lain. Misalnya: sesuai pada,
disebaban karena, mengharapkan akan.
3. Kekacauan sosial di berbagai tempat disebabkan oleh tidak meratanya
keadilan dan kemakmuran. Kata disebabkan oleh tidak dapat diganti oleh
disebabkan karena atau disebabkan dengan.
I. Kata Abstrak dan Kata Konkret
Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan kata konkret
mempunyai referensi objek yang dapat diamati.
Pemakaian dalam penulisan bergantung pada jenis dan tujuan penulisan.
Karangan berupa deskripsi fakta menggunakan kata-kata konkret, seperti: hama tanaman
penggerek, penyakit radang paru-paru, virus HIV. Tetapi, karangan berupa klasifikasi
atau generalisasi sebuah konsep menggunakan kata abstrak seperti: pendidikan usia dini,
bahasa pemrograman, high text markup language (HTML). Uraian sebuah konsep
biasanya diawali dengan pembahasan umum yang menggunakan kata abstrak dilanjutkan
dengan detail yang menggunakan kata konkret.
Contoh:
1. APBN RI mengalami kenaikan lima belas persen. (kata konkret)
2. Kebaikan (kata abstrak) seseorang kepada orang lain bersifat abstrak. (tidak
berwujud atau tidak berbentuk)
3. Kebenaran (kata abstrak) pendapat itu tidak terlalu tampak.
J. Kata Umum dan Kata Khusus
Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang lingkupannya. Makin
luas ruang lingkup suatu kata, makin umum sifatnya. Sebaliknya, makna kata menjadi
sempit ruang lingkupnya makin khusus sifatnya.
Makin umum suatu kata makin besar kemungkinan terjadi salah paham atau
perbedaan tafsiran. Sebaliknya, makin khusus, makin sempit ruang lingkupnya, makin
sedikit kemungkinan terjadi salah paham. Dengan kata lain, semakin khusus makna kata
yang dipakai, pilihan kata semakin tepat.
Contoh:
1. Kata umum : melihat
Kata khusus : melotot, melirik, mengintip, menatap, memandang.
2. Kata umum : berjalan
Kata khusus : tertarih-tarih, ngesot, terseok-seok, langkah tegap.
3. Kata umum : jatuh
Kata khusus :terpeleset, terjengkang, tergelincir, tersungkur,
terjerambab, terperosok, terjungkal.
K. Antonim
Adalah hubungan semantik antara dua buah satuan ujaran yang maknanya
menyatakan kebalikan, pertentangan, atau kontras antara yang satu dengan yang
lainnya. Lebih sederhana, antonim adalah suatu kata yang berlawanan makna dengan kata
lain.Antonim disebut juga dengan lawan kata.
Contoh : baik><buruk, kaya><miskin, tinggi><rendah.
Macam-macam antonim :
1. Antonim Taksonomis
Antonim taksonomis berarti pertentangan makna yang bersifat mutlak. Misalnya,
kata hidup dan mati.
2. Antonim Kekutuban
Antonim ini bersifat relatif atau bergadrasi. Hal ini dikarenakan karena batasan
makna kata satu dan lainnya tidak dapat ditentukan dengan jelas dan tegas. Misal,
kata besar dan kecil
.
3. Antonim Relasional
Antonim relasional bermakna hubungan pertentangan yang bersifat relasi.
Artinya, kata yang satu muncul akibat kata lainnya. Misal, suami x istri; jual x beli.
4. Antonim Hierarkial
Anotonim hierarkial muncul dari pertentangan makna antara kata yang berada
dalam satu garis jenjang atau hierarki. Misal, gram x kilogram; tamtama x bintara.
5. Antonim Majemuk
Antonim yang memilki pasangan antonim lebih dari satu. Misal, kata berdiri,kata
berdiri dapat berantonim dengan kata duduk, tidur, tiarap, dan jongkok.
L. Homonim,Homofon,Homograf
a. Homograf
Homograf merupakan kata – kata yang memiliki tulisan sama akan tetapi
memiliki arti dan bunyi yang berbeda.
Contoh: "apel" (buah) dan "apel" (seperti pada istilah apel pagi/upacara).
b. Homofon
Homofon merupakan kata – kata yang memiliki bunyi yang sama akan tetapi
makna dan ejaannya berbeda.
Contoh: "bang" dan "bank“,bang berarti sebagai kakak laki-laki, dan bank sebagai
lembaga keuangan.
c. Homonim
Homonim merupakan kata – kata yang memiliki ejaan dan bunyi yang sama
namun maknanya berbeda.
Contoh: "bulan" (Bisa berarti bulan sebagai satelit atau bulan dalam kalender).
Referensi
1. WIDJONO Hs. Buku Bahasa Indonesia “ Mata Kuliah Penggembangan Kepribadian di
Perguruan tinggi”
2. Keraf,Gorys 2006. Diksi dan Gaya bahasa.Jakarta : Gramedia Pustaka.
3. https://id.wikipedia.org/wiki/Diksi
4. https://id.wikipedia.org/wiki/Antonim#Antonim_Relasional
Makalah Bahasa Indonesia

Diksi

Dosen :

Dra. Noviatri, M. Hum

KELOMPOK 3

NAMA ANGGOTA :

Sisi Tomisha Utami (1811411011)


Raisa Milenia Syukma (1811411012)
Ricky Chandra Harahap (1811411013)
Atikah Fadhilah (1811411014)
Nur Ar Rahmah (1811411016)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ANDALAS

2019

Anda mungkin juga menyukai