Anda di halaman 1dari 23

KELOMPOK 4

Feni Annisa (A1A321046)


Putri Oktaviani Yulias
(A1A321004)
Elisa Debora (A1A321026)
Rohmi Ardiansah (A1A321070)

1
DIKSI ATAU PILIHAN KATA
Ketepatan Kata
Diksi adalah ketetapan pilihan kata. Penggunaan
ketepatan pilihan kata ini dipengaruhi oleh kemampuan
pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan
mengetahui, memahami, menguasai dan menggunakan
sejumlah kosa kata secara aktif yang dapat
mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu
mengomunikasikannya secara efektif kapada pembaca
dan pendengarnya.

3
Syarat-syarat ketetapan
pilihan kata
⊹ Membedakan makna denotasi dan konotasi dengan cermat, denotasi
yaitu kata yang bermakna lugas dan tidak bermakna ganda. Sedangkan
konotasi dapat menimbulkan makna yang bermcam-macam, lazim
digunakan dalam pergaulan, untuk tujuan estetika, dan kesopanan.
⊹ Membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim,
misalnya: adalah, ialah, yaitu, merupakan, dalam pemakaiannya
berbeda-beda.
⊹ Membedakan makna kata secara cermat, kata yang mirip ejaannya,
misalnya: inferensi (kesimpulan) dan interferensi (saling
mempengaruhi), sarat (penuh) dan syarat (ketentuan).
4
⊹ Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan
pendapat sendiri, jika pemahaman belum dapat dipastikan, pemakai
kata harus menemukan makna yang tepat dalam kamus, misalnya:
modern sering diartikan secara subjektif, menurut kamus modern
berarti terbaru atau mutakhir. Canggih berarti banyak cakap, suka
mengganggu, banyak mengetahui, bergaya intelektual.
⊹ Menggunakan imbuhan asing (jika diperlukan) harus mengetahui
maknanya secara tepat, misalnya: dilegalisir seharusnya
dilegalisasi, koordinir seharusnya koordinasi.
⊹ Menggunakan kata-kata idiomatik berdasarkan susunan (pasangan)
yang benar, misalnya: sesuai bagi seharusnya sesuai dengan.
⊹ Menggunakan kata umum dan kata khusus, secara cermat untuk
mendapatkan pemahaman yang spesifik karangan ilmiah sebaiknya
menggunakan kata khusus, misalnya: mobil (kata umum) corolla
5
(kata khusus, sedan buatan Tokyo).
⊹ Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat, misalnya:
isu (berasal dari kata inggris issue berarti publikasi, kesudahan,
perkara), isu (dalam bahasa Indonesia berarti kabar yang tidak
jelas asal-usulnya, kabar angin, desas-desus).
⊹ Menggunakan dengan cermat kata bersinonim, misalnya: pria dan
laki-laki, saya dan aku, serta buku dan kitab. Berhomofoni,
misalnya: bang dan bank, ke tahanan dan ketahanan. Dan
berhomografi, misalnya: apel buah dan apel upacara, buku ruas
dan buku kitab.
⊹ Menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat, kata
abstrak konseptual, misalnya: pendidikan, wirausaha, dan
pengobatan modern. Kata konkret atau kata khusus, misalnya:
mangga, sarapan, dan berenang.
 

6
Kesesuaian Kata
⊹ Selain ketepatan pilihan kata, pengguna bahasa harus
pula memperhatikan kesesuaian kata agar tidak
merusak makna, suasana dan situasi yang hendak
ditimbulkan, atau suasana yang sedang berlangsung.

7
Syarat kesesuaian kata:
1. Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak
mencampuradukkan penggunaannya dengan kata tidak baku yang
hanya digunakan dalam pergaulan, misalnya: hakikat (baku), hakekat
(tidak baku), konduite (baku), kondite (tidak baku).
2. Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan
cermat, misalnya: kencing (kurang sopan), buang air kecil (lebih
sopan), pelacur (kasar), tunasusila (lebih halus)
3. Menggunakan kata berpasangan (idiomatik) dan berlawanan makna
dengan cermat, misalnya: bukan hanya…tetapi juga (salah), tidak
hanya…tetapi juga (benar).
8
4. Menggunakan kata dengan nuansa tertentu, misalnya: berjalan
lambat, dan merangkak, merah darah, merah hati.
5. Menggunakan kata ilmiah untuk penulisan karangan ilmiah, dan
komunikasi nonilmiah (surat-menyurat, diskusi umum),
menggunakan kata popular, misalnya: argumentasi (ilmiah),
pembuktian (popular)
6. Menghindarkan penggunaan ragam lisan (pergaulan) dalam bahasa
tulis, misalnya: tulis, baca, kerja (bahasa lisan), menulis, menuliskan,
membaca, membacakan, bekerja, mengerjakan, dikerjakan (bahasa
tulis).

9
Ketepatan kata terkait dengan konsep, logika, dan gagasan yang
hendak ditulis dalam karangan. Ketepatan itu menghasilkan
kepastian makna. Sedangkan kesesuaian kata menyangkut kecocokan
antara kata yang dipakai dengan situasi yang hendak diciptakan
sehingga tidak mengganggu suasana batin, emosi, atau psikis antara
penulis dan pembacanya, pembicara dengan pendengarnya.
Misalnya: keformalan, keilmiahan, keprofesionalan, dan situasi
tertentu yang hendak diwujudkan oleh penulis. Oleh karena itu,
untuk menghasilkan karangan berkualitas, penulis harus
memperhatikan ketepatan dan kesesuaian kata.

10
Fungsi diksi:
1. Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
2. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi)
sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
3. Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
4. Menciptakan suasana yang tepat.
5. Mencegah perbedaan penafsiran.
6. Mencegah salah pemahaman.
7. Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.

11
Perubahan Makna
Bahasa berkembang sesuai dengan tuntutan masyarakat pemakainya.
Pengembangan diksi terjadi pada kata. Namun, hal ini berpengaruh
pada penyusunan kalimat, paragraph dan wacana.
bahasa berkembang sesuai dengan kualitas pemikiran pemakainya.
Perkembangan dapat menimbulkan perubahan yang mencakup
perluasan, penyempitan, pembatasan, pemahaman, pengaburan dan
pergeseran makna.

12
Faktor penyebab perubahan
makna :
⊹ Kebahasan
a. Perubahan intonasi adalah perubahan makna yang diakibatkan oleh
perubahan nada, irama, dan tekanan. Kalimat berita Ia makan. Makna
berubah jika intonasi kalimat diubah, misalnya: Ia makan? Ia makan?
Ia maakaaan. Perbedaan kalimat berikut ini diakibatkan oleh perubahan
intonasi.
⊹ Paman teman saya belum menikah.
⊹ Paman, teman saya belum menikah.
⊹ Paman, teman, saya belum menikah.
⊹ Paman, teman, saya, belum menikah.
13
b. Perubahan struktur frasa: kaleng susu ( kaleng bekas tempat susu) susu
kaleng (susu yang dikemas dalam kaleng), dokter anak (dokter spesialis
penyakit anak) anak dokter (anak yang dilahirkan oleh orang tua yang
menjadi dokter)
c. Perubahan bentuk kata adalah perubahan makna yang ditimbulkan oleh
perubahan bentuk. Tua (tidak muda) jika ditambah awalan ke- menjadi
ketua, makna berubah menjadi pemimpin, sayang (cinta) berbeda dengan
penyayang (orang yang mencintai), memukul (orang yang memukul) berbeda
dengan dipukul (orang yang dikenai pukulan).

14
d. Kalimat akan berubah makna jika strukturnya berubah.
Perhatikan kalimat berikut ini:
1. Ibu Rina menyerahkan laporan itu lantas dibacanya.
2. Karena sudah diketahui sebelumnya, satpam segera dapat
meringkus pencuri itu.
Kalimat pertama: salah bentuk kata sehingga menghasilkan makna
Ibu ratna dibaca setelah menyerahkan surat. (Aneh bukan?) kesalahan
terjadi pada kesejajaran bentuk kata menyerahkan dan diserahkan,
seharusnya menyerahkan dibentuk pasif menjadi diserahkan.

15
e. Kesejajaran
Kata perempuan pada zaman penjajahan Jepang digunakan untuk
menyebut perempuan penghibur. Orang menggantinya dengan kata
wanita. Kini setelah orang melupakan peristiwa tersebut
menggunakannya kembali, dengan pertimbangan, kata perempuan lebih
mulia dibanding kata wanita.
Perhatikan penggunaan kata yang bercetak miring pada masa lalu dan
bandingkan dengan pemakaian pada masa sekarang.

× Prestasi orang itu berbobot. (sekarang berkualitas)

× Prestasi kerjanya mengagumkan. (Sekarang kinerja)

16
f. Kesosialan
Masalah sosial berpengaruh terhadap perubahan makna. Kata gerombolan
yang pada mulanya bermakna orang berkumpul atau kerumunan.
Kemudian kata itu tidak digunakan karena berkonotasi dengan
pemberontak,, perampok, dan sebagainya. Perhatikan kata-kata berikut:

1. Petani kaya disebut petani berdasi

2. Militer disebut baju hijau

3. Guru disebut pahlawan tanpa tanda jasa

17
g. Kejiwaan
Perubahan makna karena faktor kejiwaan ditimbulkan oleh pertimbangan:

1. Rasa takut

2. Kehalusan ekspresi

3. Kesopanan
Misalnya pada masa Orde Baru, orang takut (khawatir) banyak utang
(komersial) merupakan kinerja buruk bagi pemerintah, kata tersebut
diganti dengan bantuan atau pinjaman . Padahal, utang (komersial) dan
bantuan berbeda makna. Demikian pula, kata korupsi diganti dengan
menyalahgunakan jabatan.

18
⊹ Perhatikan contoh berikut:
 Tabu:

1. Pelacur disebut tunasusila atau penjaja seks komersial (PSK)

2. Germo disebut hidung belang


 Kehalusan (pleonasme)

1. Bodoh disebut kurang pandai

2. Malas disebut kurang rajin


 Kesopanan

1. Kekamar mandi disebut ke belakang

2. Sangat baik disebut tidak buruk

19
h. Bahasa Asing
Perubahan makna karena faktor bahasa asing, misalnya: tempat orang
terhormat diganti dengan VIP.
Perhatikan cotoh berikut ini:

1. Jalur kereta khusus disebut busway

2. Kereta api satu rel disebut monorel

20
i. Kata Baru
Kreativitas pemakai bahasa berkembang terus sesuai dengan
kebutuhannya. Kebutuhan tersebut memerlukan bahasa
sebagai alt ekspresidan komunikasi. Kebutuhan tersebut
mendorong untuk menciptakan istilah baru bagi konsep baru
yang ditemukannya, misalnya: chip, server, download,
website, dvd dan, sebagainya.

21
Nonkebahasaan
Faktor-faktor nonkebahasaan yang mengakibatkan perubahan
makna meliputi:
1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
2. Perkembangan sosial dan budaya,
3. Perbedaan bidang pemakaian,
4. Adanya asosiasi,
5. Pertukaran tanggapan indra, dan
Perbedaan tanggapan pemakainya

22
TERIMA KASIH

23

Anda mungkin juga menyukai