Anda di halaman 1dari 39

DIKSI D A N G A Y A

BAHASA
M AS ARU M , M . PD.
ENG AM P U: I M AM
DOSEN P
Kelompok 4

Khasna Athurobbi
Rohi Matunniya
Icha Setyaningsih
PENGERTIAN DIKSI
• Adalah pilihan kata pengarang untuk menggambarkan sebuah cerita

DIKSI itu....
• Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan.

• Kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa bagi pembacanya.

• Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi sebuah
kalimat yang jelas, efektif dan mudah dimengerti.
SYARAT DIKSI
Makna denotatif Makna umum dan
dan konotatif khusus

Kata abstrak dan


Sinonim
konkret

Kata ilmiah dan


kata populer
1. Makna denotatif dan konotatif
Makna denotatif adalah makna wajar yang sesuai dengan apa adanya.
Contohnya : makan bermakna memasukkan sesuatu ke dalam mulut, dikunyah
dan ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah makna denotatif.

Makna konotatif adalah makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial
pribadi dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.
Makna konotatif tidak tetap. Contohnya: kamar kecil mengacu pada kamar
yang kecil (denotatif), tetapi kamar kecil berarti jamban (konotatif)
2. Makna umum dan khusus

Kata umum adalah kata yang cakupan maknanya lebih luas atau disebut
hipernim.

Kata khusus adalah kata yang cakupan maknanya lebih sempit atau
terbatas atau disebut hiponim.

Contoh:
kata umum : melihat
kata khusus : menyaksikan, meneliti, memeriksa,
menonton, melirik, melotot
3. Kata abstrak dan konkret
Kata yang acuannya semakin mudah diserap oleh panca indra disebut kata
konkrit. Contoh: lemari, kursi, mobil, tampan.

Jika acuannya sebuah kata tidak mudah diserap pancaindra, kata itu disebut
kata abstrak.
Contoh: kebijakan, usulan, khayalan, impian.

Contoh kalimat :
1.Pegawai Negri RI mendapatkan kenaikan sepuluh persen (kata konkrit)
2.Kebaikan (kata abstrak) seseorang kepada orang lain bersifat abstrak. (tidak
berwujud atau tidak berbentuk)
3.kebenaran (kata abstrak) pendapat itu tidak terlalu tampak.
4. Sinonim, Homofon dan Homograf

• Sinonim adalah kata-kata yang mempunyai makna yang sama atau mirip
Contoh : muka, paras, wajah, tampang

• Homofon adalah kelompok kata yang mempunyai kesamaan bunyi, tetapi tulisan berbeda dan
maknanya pun berbeda.
Contoh : Bank (tempat menyimpan uang), Bang (kakak)

• Homograf adalah kelompok kata yang memepunyai kesamaan huruf tetapi pengucapannya
berbeda dan meknanya berbeda
Contoh : Teras (inti –e keras) dan Teras (beranda rumah –e lemah)
5. Kata ilmiah dan kata populer

Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang bisa diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia. kata ilmiah digunakan pada tulisan-tulisan yang berbau
pendidikan. Yang juga terdapat pada penulisan artikel, karya tulis ilmiah, laporan ilmiah,
skripsi, tesis maupun desertasi.
Kata populer digunakan dalam bahasa sehari-hari

Kata Ilmiah Kata populer


Analogi Kiasan
Final Akhir
Diskriminasi perbedaan perlakuan
Prediksi Ramalan
Kontradiksi Pertentangan
Format Ukuran
Anarki Kekacauan
Biodata biografi singkat
A. Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata
PEMBENTUKAN KATA Kesalahan baik dalam bahasa lisan maupun bahasa
Ada dua cara pembentukan tulis:
1) Penanggalan awalan meng-
kata, yaitu dari dalam dan 2) Penanggalan awalan ber-
dari luar bahasa Indonesia. 3) Peluluhan bunyi /c/
Dari dalam bahasa 4) Penyengauan kata dasar
5) Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang tidak luluh
Indonesia terbentuk 6) Awalan ke- yang kelirupemakaian akhiran –ir
kosakata baru dengan dasar 7) Padanan yang tidak serasi
kata yang sudah ada, 8) Pemakaian kata depan di, ke, dari, bagi, pada,, daripada
dan terhadap
sedangkan dari luar 9) Penggunaan kesimpulan, keputusan, penalaran, dan
terbentuk kata baru melalui pemukiman
unsur serapan. 10)Penggunaan kata yang hemat
11)Analogi
12)Bentuk jamak dalam bahasa Indonesia
DEFINISI
Definisi adalah suatu pernyataan yang menerangkan pengertian suatu hal atau
konsep istilah tertentu. Dalam membuat definisi hal yang perlu di perhatikan adalah
tidak boleh mengulang kata atau istilah yang kita definisikan.

1. Definisi nominalis

Macam Definisi: 2. Definisi realis

3. Definisi praktis
1) Definisi nominalis
Definisi nominalis adalah menjelaskan sebuah kata dengan kata lain yang lebih umum di
mengerti. Umumnya di gunakan pada permulaan suatu pembicaraan atau diskusi.
Definisi nominalis ada enam macam, yaitu : (1) definisi sinonim, (2) definisi simbolik, (3)
definisi etimologik, (4) definisi semantik, (5) definisi stipulatif, dan (6) definisi denotatif.

2) Definisi realis
Definisi realis adalah penjelasan tentang isi yang terkandung dalam sebuah istilah, bukan hanya
menjelaskan tentang istilah.

3) Definisi praktis
Definisi praktis adalah penjelasan tentang sesuatu hal yang di jelaskan dari segi kegunaan
atau tujuan. Dibedakan atas tiga macam.
a) Definisi operasional, yaitu penjelasan dengan cara menegaskan langkah-langkah pengujian
serta menunjukkan bagaimana hasil yang dapat di amati.
b) Definisi fungsional, yaitu penjelasan sesuatu hal dengan cara menunjukkan kegunaan dan
tujuannya.
c) Definisi persuasif, yaitu penjelasan dengan cara merumuskan suatu pernyataan yang dapat
mempengaruhi orang lain, bersifat membujuk orang lain.
KATA SERAPAN
Kata serapan adalah kata yang di adopsi dari bahasa asing yang sudah sesuai
dengan EYD.

Penyerapan kata ke dalam bahasa Indonesia terdapat 2 unsur, yaitu:


a) Keteraturan bahasa (analogi) : dikatakan analogi apabila kata tersebut memiliki
bunyi yang sesuai antara ejaan dengan pelafalannya.
b) Penyimpangan atau ketidakteraturan bahasa (anomali) : dikatakan anomali apabila
kata tersebut tidak sesuai antara ejaan dan pelafalannya.
1. Alegori
yang membandingkan dua buah keutuhan berdasarkan persamaannya secara menyeluruh.
Contoh :
• Suami adalah nahkoda, istri adalah juru mudi dalam sebuah bahtera rumah tangga
• Otak manusia laksana mata pisau, semakin dipakai semakin tajam dan membuatnya semakin
disegani manusia. Namun jika dibiarkan tergeletak begitu saja, lambat laun akan tumpul, mengarat
dan tidak lagi menyilaukan

2. Metafora (kiasan)
Gaya bahasa perbandingan yang membandingkan dua hal yang berbeda berdasarkan persamaannya.
Contoh :
Gelombang demonstrasi melanda pemerintah orde lama.
Semangat juangnya berkobar, tak gentar menghadapi musuh.
Engkau belahan jantung hatiku sayangku. (sangat penting)
Raja siang keluar dari ufuk timur (matahari)
3. Personifikasi atau Penginsanan
Benda-benda mati atau benda-benda hidup selain manusia dibandingkan
dengan manusia, dianggap berwatak dan berperilaku seperti manusia.
Contoh :

 Nyiur melambai-lambai di tepi pantai.


 Obak berkejar-kejaran ke tepi pantai.
 Pepohonan bambu saling berbisik menambah suasana seram malam itu

4. Simile
Gaya bahasa perbandingan yang mempergunakan kata-kata pembanding (seperti,
laksana, bagaikan, penaka, ibarat, dan lain sebagainya).
Contoh :
Hidup tanpa cinta bagaikan sayur tanpa garam.
Kau dan aku laksana air dan minyak, tak akan pernah bisa bersatu.
5. Simbolik
Gaya bahasa kiasan dengan mempergunakan binatang, tumbuhan atau benda sebagai simbol. Misal,
bunglon lambang manusia yang tidak jelas pendiriannya; lintah darat lambang manusia pemeras;
kamboja lambang kematian.
Contoh :
Janganlah kau menjadi bunglon.
Ia terkenal sebagai buaya darat.
7. Tropen
Gaya bahasa yang mempergunakan kata-kata yang maknanya sejajar dengan pengertian yang dimaksudkan.
Contoh :
Seharian ia berkubur di dalam kamarnya.
Bapak Presiden terbang ke Denpasar tadi pagi.

8. Metonimia
Majas yang menggunakan merk atau nama khusus suatu benda sebagai pengganti benda lain
yang lebih umum. Lebih mudahnya kita lihat contoh kalimat majas metonimia berikut ini.
Contoh:
•Perjalanan solo ke jakarta menggunakan garuda akan terasa lebih cepat (pesawat terbang)
•Abang OB membawakan 5 gelas aqua untuk para tamu yang sedang menunggu (air minum)
•Rojolele makin hari semakin mahal padahal upah buruh tak kunjung naik (beras)
MAJAS

PERTENTANGAN
1. Litotes
yang menyatakan sesuatu dengan memperendah
derajat keadaan sebenarnya, atau yang menggunakan
kata-kata yang artinya berlawanan dari yang dimaksud untuk merendahkan diri.
Contoh :
• Dari mana orang seperti saya ini mendapat uang untuk membeli barang semahal itu
• Silakan, jika kebetulan lewat, Saudara mampir ke pondok saya
• Aku bukanlah apa-apa, hanya orang dungu yang sedang mengemis cinta padamu.

2. Anakronisme
Gaya bahasa yang mengandung uraian atau pernyataan yang tidak sesuai dengan sejarah
atau zaman tertentu. Misalnya menyebutkan sesuatu yang belum ada pada suatu zaman.
Contoh :
Mahapatih Gadjah Mada menggempur pertahanan Sriwijaya dengan peluru kendali jarak
menengah.
3. Kontradiksio in terminis
Gaya bahasa yang mengandung pertentangan,
yakni apa yang dikatakan terlebih dahulu diingkari oleh pernyataan yang kemudian.
Contoh :
Suasana sepi, tak ada seorang pun yang berbicara, hanya jam dinding yang terus kedengaran berdetak-detik.
Hatiku terasa hampa kala suasana ramai malam itu.
4. Okupasi
Gaya bahasa pertentangan yang mengandung bantahan dan penjelasan.
Contoh :
• Sebelumnya dia sangat baik, tetapi sekarang menjadi berandal karena tidak ada perhatian dari orang
tuanya
• Ali sebenarnya bukan anak yang cerdas, namun karena kerajinannya melebihi kawan sekolahnya, dia
mendapat nilai paling tinggi.
5. Paradoks
Gaya bahasa yang mengandung dua pernyataan yang bertentangan, yang membentuk satu kalimat.
Contoh :
Dengan kelemahannya, wanita mampu menundukkan pria.
Tikus mati kelaparan di lumbung padi yang penuh berisi.
Gaya Bahasa
Sindiran
1. Inuendo
Gaya bahasa sindiran yang mempergunakan pernyataan yang
mengecilkan kenyataan sebenarnya.
Contoh :
la menjadi kaya raya lantaran mau sedikit korupsi.

2. Ironi
Gaya bahasa sindiran paling halus yang menggunakan kata-kata
yang artinya justru sebaliknya dengan maksud pembicara.
Contoh :
”Eh, manis benar teh ini?” (maksudnya: pahit).
Dih, cantik sekali parasmu (maksudnya: jelek)
3. Sarkasme
Gaya bahasa sindiran yang
menggunakan kata-kata yang kasar.
Biasanya gaya bahasa ini dipakai
4. Sinisme
untuk menyatakan amarah.
  Gaya bahasa sindiran semacam ironi,
Contoh : tetapi agak lebih kasar.
”Jangan coba-coba mengganggu adikku Contoh :
lagi, Monyet!” ”Hai, harum benar baumu? Tolong
“Dasar goblok! Sudah berkali-kali
agak jauh sedikit!”
diberi tahu, tetap saja tidak mengerti!”
1. Alusio : gaya bahasa yang menggunakan peribahasa yang maksudnya sudah dipahami umum.
Contoh :

• Sebagai seorang guru, saya paling senang saat melihat semangat laskar pelangi ada di jiwa
anak didikku.

• Lebih besar pasak daripada tiang, begitulah yang akan terjadi kepada kita kalu pemerintah
menaikkan harga sembako tanpa diimbangi dengan kenaikan gaji.

2. Antitesis : gaya bahasa penegasan yang menggunakan paduan kata-kata yang artinya
bertentangan.
Contoh :

• Tajam tumpul pisau akan menentukan seberapa cepat lambat matinya ayam yang kau
sembelih

• Cepat lambatnya kerja seseorang biasanya dapat dilihat dari cepat lambatnya ia ketika
menghabiskan makanan.
3. Antiklimaks : gaya bahasa yang penegasan yang menyatakan beberapa hal
berturut-turut, makin lama makin tinggi tingkatannya.
Contoh :

• Di kota, desa, hingga ke pelosok kampung, semua orang sibuk


mempersiapkan perayaan hut ri ke – 64.

• Baik kalangan ekonomi atas, kelas menengah, maupun kalangan ekonomi


kelas bawah, semua sama-sama gusar karena kenaikam harga bahan pangan.

4. Klimaks : gaya bahasa penegasan yang menyatakan beberapa hal berturut-


turut, makin lama makin tinggi tingkatannya.
Contoh :

• Toko sahara menyediakan berbagai macam pakaian anak-anak, remaja, dan


dewasa.

• Ajang pencarian penyanyi dangdut itu diikuti oleh semua kalangan dari yang
muda sampai yang tua.
5. Antonomasia : gaya bahasa yang mempergunakan kata-kata tertentu untuk menggantikan
nama seseorang. Kata-kata ini diambil dari sifat-sifat yang menonjol yang dimiliki oleh orang
yang dimaksud.
Contoh :

• Komeng menjadi bintang iklan si gesit irit.


• Nita berjalan dengan sangat lambat. Lelah sekali jika harus satu tim dengan si gemuk itu.
6. Asindeton : gaya bahasa penegasan yang menyebutkan beberapa hal berturut-turut tanpa
menggunakan kata penghubung.
Contoh :

• Ungkapan veni, vidi, vici (saya datang, saya melihat, saya menang).
• Dalam kesedihan, kegagalan, keterpurukan aku tetap berusaha untuk melanjutkan
perjuangan hingga akhirnya berhasil mendapat gelar sarjana.
7.Polisindeton : gaya bahasa yang menyebutkan beberapa hat berturut-turut
dengan menggunakan kata penghubung (kebalikan asindeton).
Contoh :

• Ia benar-benar lupa dengan rumah dan ladangnya, istri dan anak-anaknya,


hak dan kwajibannya.

• Mengapa kamu tidak selera makan dan minum ?


8. Elipsis : gaya bahasa yang menggunakan kalimat elips (kalimat tak lengkap),
yakni kalimat yang predikat atau subjeknya dilesapkan karena dianggap sudah
diketahui oleh lawan bicara.
Contoh :

• Kakek muhidin ke pasar untuk membeli daging kambing dan daging sapi.
• Kakak ke kampus dengan menggunakan sepeda barunya.
9. Eufemisme : gaya bahasa atau ungkapan pelembut yang digunakan untuk
tuntutan tatakrama atau menghindari kata-kata pantang (pamali, tabu), atau
kata-kata yang kasar dan kurang sopan.
Contoh :

• Banyak orang baru tahu jika setiawan kini adalah seorang tuna netra.
• Bayu baru diketahui tuna wicara setelah usianya menginjak 5 tahun.
10. Hiperbolisme : gaya bahasa penegasan yang menyatakan sesuatu hal dengan
melebih-lebihkan keadaan yang sebenarnya.
Contoh :

• Wajahnya teduh menghangatkan hati semua orang yang memandangnya.


• Hatiku resah gelisah, bagaikan bidadari galau.
11. Interupsi : gaya bahasa penegasan yang
mempergunakan kata-kata atau frase yang disisipkan di
tengah-tengah kalimat.
Contoh :
Pak hasan, ketua rtku, orangnya ramah dan suka
menolong.
Andi, teman sekolahku, sedang sakit.
12. Inversi : gaya bahasa dengan menggunakan kalimat
inversi, yakni kalimat yang predikatnya mendahului subjek.
Hal ini sengaja dibuat untuk memberikan ketegasan pada
predikatnya.
Contoh :
Pedagang kaki lima itu lari dengan tunggang langang.
Calon pemimpin yang bijaksana dipilih oleh rakyat.
13. Koreksio : gaya bahasa yang menggunakan kata-kata
pembetulan untuk mengoreksi (menggantikan kata yang
dianggap salah).
Contoh :
Silahkan jika saudara-saudara ingin pulang, eh maaf maksudnya
silahkan untuk menginap.
Aku pergi ke bandung sekarang, oh tidak besok
.
14. Metonimia : gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata
atau sebuah nama yang berhubungan dengan suatu benda untuk
menyebut benda yang dimaksud. Misal, penyebutan yang
didasarkan pada merek dagang, nama pabrik, nama penemu, dun
lain sebagainya.
Contoh :
Ayah membaca koran sambil menikmati kapal api.
Pak toni berangkat ke kantor dengan bata.
15. Paralelisme : gaya bahasa pengulangan seperti repetisi yang khusus terdapat
dalam puisi. Pengulangan di bagian awal dinamakan anafora, sedang di bagian akhir
disebut epifora.
Contoh :
Kita harus senantiasa bersyukur baik dalam kesusahan maupun kesenangan.
Dengan atau tanpa make up, ia tetaplah cantik.

16. Pleonasme : gaya bahasa penegasan yang menggunakan kata-kata yang


sebenarnya tidak perlu karena artinya sudah terkandung dalam kata sebelumnya.
Contoh :
Ayah memajukan mobilnya ke depan untuk menghindari tabrakan.
Para bapak-bapak sekalian diharapkan untuk segera mengisi formulirnya.
17. Parafrase : Gaya bahasa penguraian dengan menggunakan ungkapan atau
frase yang lebih panjang daripada kata semula. Misal, pagi-pagi digantikan ketika
sang surya merekah di ufuk timur; materialistis diganti dengan gila harta benda.
Contoh :
Ketika mentari membuka lembaran hari, anak sulung pak sastra melangkahkan
kakinya ke sekolah.
Sang surya merekah di ufuk timur, Ali pun bergegas pergi ke sawah.

18. Repetisi : Gaya bahasa penegasan yang mengulang-ulang


sebuah kata berturut-turut dalam suatu wacana. Gaya bahasa
jenis ini sering dipakai dalam pidato atau karangan berbentuk
prosa.
Contoh :
Harapan kita memang demikian, dan demikian pula harapan
setian pejuang.
Sekali Merdeka, tetap Merdeka !
19. Retoris : Gaya bahasa penegasan yang menggunakan kalimat tanya, tetapi
sebenannya tidak bertanya.
Contoh :
Bukankah kebersihan adalah pangkal kesehatan ?
Inikah yang kau namakan kerja ?

20. Sinekdoke : Gaya bahasa ini terbagi menjadi dua yaitu : (a) Pars pro toto (gaya
babasa yang menyebutkan sebagian untuk menyatakan keseluruhan) dan (b) Totem
pro parte (gaya bahasa yang menyebutkan keseluruhan untuk menyatakan
sebagian).
Contoh Pars pro toto : Setiap kepala diwajibkan membayar iuran Rp.1000,00
Contoh Totem pro parte : Cina mengalahkan Indonesia dalam babak final perebutan
Piala Thomas.
21.Tautologi : Gaya bahasa penegasan yang
menggunakan kata-kata yang sama artinya
dalam satu kalimat.
Contoh :
Mengapa kamu cemas dan gelisah begitu.
Didalam suka didalam duka. Waktu bahagia
waktu merana. Masa tertawa masa kecewa.
Selesai

Sekian

dan...

Terima kasih. 

Anda mungkin juga menyukai