Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia dalam perkembangannya memang telah mengalami pasang
surut.Pemakaian kata dan struktur ejaannya sering dikacaukan karena mengikuti
perkembangan zaman.Bahkan atas nama modernisasi,orang jadi cenderung malu
untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Sehingga orang
semakin mengesampingkan pentingnya  penggunaan bahasa,  terutama  dalam tata
cara  pemilihan kata. Terkadang kita pun tidak mengetahui pentingnya penguasaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar, sehingga ketika kita berbahasa, baik lisan
maupun tulisan, sering  mengalami  kesalahan  dalam  penggunaan  kata, frasa,
paragraf,  dan wacana.
Agar tercipta suatu komunikasi yang efektif dan efisien, pemahaman
penggunaan diksi atau pemilihan kata dirasakan sangat penting, bahkan mungkin 
vital, terutama  untuk  menghindari   kesalapahaman  dalam berkomunikasi. Dengan
demikian, kata-kata yang digunakan untuk berkomunikasi harus dipahami dalam
konteks alinea dan wacana. Kata sebagai unsur bahasa, tidak dapat dipergunakan
dengan sewenang-wenang. Akan tetapi, kata-kata tersebut harus digunakan dengan
mengikuti kaidah-kaidah yang benar.
Diksi atau pemilihan kata merupakan sarana pendukung dan penentu
keberhasilan dalam berkomunikasi. Diksi bukan hanya soal pilih-memilih kata,
melainkan lebih mencakup bagaimana efek kata tersebut terhadap makna dan
informasi yang ingin disampaikan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1. Pengertian diksi
2. Syarat-Syarat diksi
3. Idiom
4. Pribahasa
5. Majas
C. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui arti diksi atau pilihan kata
dalam bahasa Indonesia. Dan mampu menggunakan bahasa yang tepat dalam
berkomunikasi, sehingga menghasilkan makna yang tepat pada setiap gagasan yang
ingin disampaikan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Diksi
Keterbatasan kosakata yang dimiliki seseorang dalam kehidupan sehari-hari
dapat membuat seseorang tersebut mengalami kesulitan mengungkapkan maksudnya
kepada orang lain. Sebaliknya, jika seseorang terlalu berlebihan dalam menggunakan
kosa kata, dapat mempersulit diterima dan dipahaminya maksud dari isi pesan yang
hendak disampaikan. Oleh karena itu, agar tidak terjadi hal demikian, seseorang harus
mengetahui dan memahami bagaimana pemakaian kata dalam komunikasi. Salah satu
yang harus dikuasai adalah diksi atau pilihan kata.
Menurut Enre (1988: 101) diksi atau pilihan kata adalah penggunaan kata-kata
secara tepat untuk mewakili pikiran dan perasaan yang ingin dinyatakan dalam pola
suatu kalimat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi berarti "pilihan kata
yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan
sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan)”.Pendapat lain
dikemukakan oleh Keraf (1996: 24) yang menurunkan tiga kesimpulan utama
mengenai diksi, antara lain sebagai berikut.
 Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk
menyampaikan gagasan, bagaimana membentuk pengelompokkan kata-kata yang
tepat.
 Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-
nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan menemukan
bentuk yang sesuai atau cocok dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki
kelompok masyarakat pendengar.
 Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan penguasaan sejumlah
besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa diksi adalah
pemilihan dan pemakaian kata oleh pengarang dengan mempertimbangkan aspek
makna kata yaitu makna denotatif dan makna konotatif sebab sebuah kata dapat
menimbulkan berbagai pengertian.
B. Syarat-Syarat Diksi
Untuk dapat menghasilkan cerita yang menarik dengan pilihan kata, maka
diksi yang baik itu harus memenuhi syarat-syarat dibawah ini merupakan diantarnya:
1. Ketepatan dalam melakukan pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan.
2. Pengarang tersebut harus memiliki kemampuan untuk dapat membedakan secara
tepat nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin diutarakan dan
kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi serta nilai bagi
pembaca
3. Menguasai berbagai kosakata serta mampu untuk dapat memanfaatkan kata
tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif serta mudah untuk dipahami
atau dimengerti.
4. Penggunaan kata konotasi dan denotasi secara cermat.
5. Penggunaan kata sinonim atau hampir sama maknanya secara cermat.
6. Dapat membedakan kata-kata yang memiliki ejaan yang mirip.
7. Penggunaan kata kerja pada kata depan harus secara idiomatis.
8. Harus dapat membedakan kata khusus dan umum dalam tulisan atau pidato agar
ketepatan diksi terjamin.
9. Memperhatikan pemilihan kata yang tepat secara berkelanjutan dalam suatu
tulisan maupun pidato.

C. Idiom
1. Pengertian
Kata idiom berasal dari bahasa Yunani idios yang berarti pribadi. Idiom
awalnya berarti "pidato khas atau tepat untuk orang atau negara". Kini idiom
digunakan sebagai istilah untuk kosakata khusus atau ekspresi yang tidak jelas.
Menurut KBBI, idiom adalah konstruksi yang maknanya tidak sama
dengan gabungan makna unsurnya. Idiom juga berarti bahasa dan dialek yang
khas menandai suatu bangsa, suku, kelompok, dan lain-lain. Idiom adalah bentuk
ekspresi yang khusus untuk orang atau kelompok orang tertentu.
Idiom adalah salah satu jenis bahasa yang berkembang di masyarakat.
Idiom dikaitkan dengan ungkapan yang mengandung arti yang mungkin tidak
jelas hanya dengan melihat kata-kata individual yang terkandung di dalamnya.
Idiom adalah wujud bahwa setiap bahasa memiliki koleksi ucapan dan frasa yang
unik. Dalam penggunannya, idiom adalah jenis bahasa kiasan. Biasanya, idiom
adalah bahasa yang membantu mengekspresikan ide besar atau abstrak dengan
cara yang ringkas dan mudah dimengerti. Idiom adalah ungkapan yang umum
digunakan yang maknanya tidak berhubungan dengan makna literal kata-katanya.
Idiom adalah penggunaan kata-kata dengan cara yang tidak biasa atau imajinatif.
Idiom adalah frasa yang digunakan secara luas dalam bahasa tertentu.
2. Makna idiom
Idiom adalah ucapan atau ungkapan yang banyak digunakan yang
mengandung makna kiasan yang berbeda dari makna harfiah frasa tersebut. Idiom
sering meringkas atau mencerminkan pengalaman budaya yang umum dipegang,
bahkan jika pengalaman itu sudah ketinggalan zaman atau kuno.
Secara umum, idiom adalah frasa yang digunakan secara luas yang, jika
diambil secara keseluruhan, memiliki arti tertentu yang tidak dapat disimpulkan
dari arti kata-kata individual. Sebuah idiom adalah ekspresi yang mengambil
makna kiasan ketika kata-kata tertentu digabungkan, yang berbeda dari definisi
literal dari kata-kata individu.
3. Jenis idiom
a. Menurut unsur pembentuknya
 Idiom penuh
Idiom penuh adalah idiom yang unsur-unsur yang membentuknya
merupakan satu kesatuan makna. Setiap unsurnya sudah kehilangan
makna leksikalnya sehingga yang ada adalah makna keseluruhan bentuk
tersebut. Contoh: membanting tulang, menjual gigi, dan meja hijau.
 Idiom sebagian
Idiom sebagian adalah idiom yang salah satu unsur dari kesatuan
bentuk tersebut masih tetap berada dalam makna leksikalnya. Misalnya
daftar hitam yang berarti daftar yang berisi nama-nama orang yang
mencurigai atau dianggap bersalah. Koran kuning yang berarti koran yang
seringkali memuat berita sensasi dan menunjukkan gigi yang berarti
menunjukkan kekuasaan.
b. Menurut jenis unsur yang membentuknya
 Idiom yang terdiri dari bagian tubuh
Idiom yang terdiri dari bagian tubuh terbentuk dari unsur-unsur
yang membentuk diri manusia (tubuh manusia), misalnya hati, jantung,
mata dan lain sebagainya. Misalnya tinggi hati, panjang tangan, dan
angkat kaki.
 Idiom yang menggunakan jenis warna
Idiom yang menggunakan jenis warna adalah idiom yang
menggunakan nama-nama warna sebagai unsur leksikalnya. Misalnya
meja hijau, jago merah, dan darah biru.
 Idiom yang terdiri dari kata indra
Idiom yang terdiri dari kata indra adalah idiom yang dibentuk dari
perubahan kegiatan tanggapan indra satu ke indra yang lain. Contohnya
"berdarah dingin" yang berarti kejam.
 Idiom nama benda alam
Idiom nama benda alam adalah idiom yang menggunakan nama-
nama benda alam sebagai unsur leksikalnya, seperti matahari, bumi, bulan
dan lain sebagainya. Contohnya: "bulan terang" yang berarti mujur.
 Idiom nama-nama binatang
Idiom nama-nama binatang membentuk idiom berhubungan
dengan binatang, bagian-bangiannya dan sifat binatang tertentu yang
diperbandingkan dengan sifat-sifat manusia yang Nampak dengan unsur-
unsur tubuh hewan. Misalnya kambing hitam, kabar burung, dan lintah
darat.
 Idiom nama atau bagian tumbuhan
Idiom nama atau bagian tumbuhan Idiom ini menggunakan
leksikal yang dibentuk dari nama-nama tumbuhan maupun bagian dari
tumbuhan seperti daun, cabang, buah, batang dan lain sebagainya.
Contohnya: "Lidah bercabang" yang berarti tidak dapat dipercaya.
c. Menurut berbagai kelas kata
 Idiom numeralia
Idiom numeralia adalah idiom yang dibentuk dengan
menggunakan kata bilangan seperti satu, dua, tiga dan seterusnya sebagai
unsur pembentuknya. Contohnya, mendua hati yang berarti ragu-ragu.
 Idiom verba
Idiom verba adalah idiom yang menggunakan kata kerja seperti
pergi, datang, mencari dan lain sebagainya sebagai unsur pembentuk
idiom. Contohnya "mencari muka" yang artinya mencari perhatian.
 Idiom nomina
Idiom nomina adalah idiom yang dibentuk dari gabungan kata
benda sebagi unsur leksikalnya. Contohnya "kepala batu" yang berarti
keras kepala.
 Idiom Adverbia
Idiom adverbia adalah idiom yang menggunakan kata keterangan
sebagai unsur leksikalnya. Kata keterangan berupa kata keterangan
tempat, keterangan waktu, keterangan sifat dan keterangan keadaan.
 Idiom adjektiva
Idiom adverbia adalah idiom yang dibentuk dari kata sifat sebagai
unsur leksikalnya. Contohnhya "hitam manis" yang berarti elok. Idiom
tersebut menggunakan kata sifat yaitu manis.

D. PRIBAHASA
1. Pengertian
Menurut Wikipedia, Peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang
mempunyai suatu makna tertentu, atau hal yang mengungkapkan untuk
melakukan perbuatan atau hal mengenai diri seseorang. Peribahasa ini mencakup
beberapa jenis peribahasa yaitu ungkapan, pepatah, perumpamaan, ibarat/tamsil,
semboyan, bidal/pameo.
Peribahasa dapat diartikan sebagai ungkapan yang dinyatakan secara tidak
langsung, namun ketika menyampaikan tersirat untuk suatu hal yang dapat
dipahami pembaca atau pendengarnya. Pengertian peribahasa menurut Kamus
Linguistik, peribahasa merupakan sebuah kalimat yang sudah mempunyai bentuk,
makna, dan fungsinya dalam suatu masyarakat luas.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, peribahasa
merupakan suatu kelompok kata atau kalimat yang memiliki makna tertentu yang
berisikan kalimat ringkas, berisi tentang perbandingan, nasihat dan tingkah laku
manusia. Kalimat ini sering diselipkan dalam percakapan untuk menasehati,
membandingkan, atau menyindir seseorang.
2. Jenis-jenis Peribahasa
a. Pepatah
Pepatah adalah jenis peribahasa yang mengandung nasehat dari orang-
orang tua yang berbentuk seperti kalimat. Biasanya peribahasa ini dapat
digunakan untuk mematahkan lawan bicara pada saat melakukan debat atau
sebagainya. Contoh peribahasa ini yaitu sedikit demi sedikit, lama-lama
menjadi bukit; biar lambat asal selamat; kecil-kecil cabe rawit; bagai pinang
dibelah dua.
b. Perumpamaan
Sedangkan itu,Perumpamaan merupakan sebuah peribahasa yang
berisikan mengenai kata-kata yang dapat diungkapkan dalam sebuah keadaan
atau tentang tingkah laku seseorang. Caranya dengan mengambil perbandingan
dari alam sekitar dan kalimatnya diawali dengan kata bagai, bak, seperti dan
lain sebagainya. Contohnya: bagai harimau menyembunyikan kuku.
c. Ibarat/Tamsil
Ibarat atau tamsil merupakan suatu peribahasa yang berupa kalimat
kiasan yang sering menggunakan kata ibarat.Tujuan dari Tamsil ini adalah
untuk membandingkan suatu perkara atau sebuah hal. Contohnya yaitu : Tua-
tua keladi semakin tua semakin menjadi.
d. Semboyan
Semboyan merupakan sekumpulan kata, kalimat atau bisa juga frasa
yang dipergunakan dalam sebagai pedoman serta prinsip.Contohnya seperti
rajin pangkal pandai, bersih pangkal sehat, hemat pangkal kaya.
e. Bidal/Pameo
Bidal atau bisa disebut dengan pameo merupakan jenis peribahasa yang
di dalamnya mengandung ejekan, sindiran, serta juga peringatan. Contohnya
seperti hidup segan mati tak mau, malu bertanya sesat dijalan, bagai kerakap di
atas batu, dan masih banyak lagi.
3. Fungsi Peribahasa
Peribahasa tidak cuma sekedar susunan kata-kata yang menarik, padat, dan
juga bermakna. Peribahasa mempunyai beberapa fungsi, terutama fungsi di bidang
sosial. Berikut ini beberapa fungsi peribahasa :
a. Merupakan identitas seorang kaum ataupun individu
b. Membuat percakapan serta bahasa lisan menjadi lebih indah.
c. Menjadi bentuk kondisi dunia atau juga pengamatan dalam suatu peristiwa.
d. Dapat dijadikan nasihat.

4. Ciri-Ciri Peribahasa
Dalam peribahasa terdapat ciri-ciri yang dapat dilihat sebagaimana
penjelasan dibawah ini :
a. Struktur susunannya tetap yang memiliki arti kata-kata yang dalam peribahasa
sudah pasti dan tidak dapat diubah.
b. Biasanya digunakan untuk menyindir atau memperindah bahasa.
c. Kata-kata yang dipakai teratur, enak didengar dan mempunyai makna.
d. Dibuat atau diciptakan berdasarkan pandangan dan perbandingan yang sangat
teliti terhadap alam dan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat.
e. Peribahasa dibentuk dengan ikatan bahasa yang padat dan indah sehingga akan
melekat di masyarakat hingga turun temurun.
5. Contoh Peribahasa
 Bagai duri dalam daging : Selalu tidak menyenangkan hati dan mengganggu
pikiran
 Tak ada gading yang tak retak : Tidak ada sesuatu yang tidak ada cacatnya
 Bagaikan api dalam sekam : Perbuatan jahat yang tak tampak
 Sedikit-demi sedikit lama-lama menjadi bukit : Sedikit demi sedikit lama-lama
akan banyak
 Bagai pinang dibelah dua : Seseorang yang kembar/sama sifat dan karakternya
 Tak ada rotan akar pun jadi : Apabila yang baik tidak ada, maka yang kurang
baik juga bisa dimanfaatkan

E. MAJAS
1. Pengertian
Majas adalah suatu gaya bahasa yang digunakan untuk mempengaruhi dan
meyakinkan para pembaca atau penyimak melalui kata-kata, baik secara tulisan
maupun lisan. Bahasa yang digunakan itu merupakan bahasa kiasan atau yang
tidak sebenarnya. Hal itu digunakan untuk memberikan kesan yang lebih indah
dan dramatis.
Adanya jenis-jenis majas akan membuat pembawaan suatu karya sastra
menjadi khas.
2. Fungsi Majas
 Penghasil kesenangan yang imajinatif.
 Sebagai imaji tambahan yang membuat hal abstrak menjadi lebih konkret dan
dapat dinikmati pembaca.
 Dapat menambah intensitas perasaan pengarang dalam menyampaikan makna
dan sikap.
 Mengkonsentrasikan makna yang akan disampaikan.
 Membuat sesuatu menjadi lebih singkat untuk disampaikan.
 Fungsi yang lainnya ialah membuat suatu karya sastra menjadi lebih menarik
dan fresh. Adanya mereka juga membuat karya tersebut menjadi lebih hidup
dan imajinatif.
3. Jenis-Jenis Majas
a. Majas Perbandingan
Pertama, ada majas perbandingan yang digunakan untuk
membandingkan atau mengungkapkan sesuatu yang lain. Berikut jenis dan
contoh majas perbandingan:
 Majas Alegori, adalah ungkapan yang digunakan untuk menyatakan
sesuatu dengan cara lain, bisa dengan cara kiasan atau penggambaran.
Contoh majas alegori: Sebagai manusia, cobalah untuk menjalani hidup
layaknya air yang mengalir, kadang kala menemukan percabangan,
dilempari sampah, hingga pada akhirnya akan berhenti di lautan.
 Majas Simile adalah ungkapan menggunakan perbandingan eksplisit yang
dinyatakan dengan kata depan atau penghubung.
Contoh majas simile: Tatap matamu bagai busur panah.
 Majas Metafora adalah merupakan perbandingan suatu benda dengan
benda lain dengan sifat yang sama atau hampir sama.
Contoh majas metafora: kutu buku, tikus berdasi, buah tangan.
 Majas Hiperbola adalah jenis gaya bahasa yang mengungkapkan sesuatu
secara melebih-lebihkan dari kenyataan.
Contoh majas hiperbola: gombalanmu membuat hatiku meleleh, hatiku
tercabik-cabik melihat elo bersamanya, dia berlari secepat kilat.
 Majas Personifikasi, majas yang mengungkapkan benda mati sebagai
makhluk bernyawa.
Contoh majas personifikasi: angin yang bertiup sore itu membelai-belai
rambutku, gunung itu melambai padaku.
 Majas Eufimisme, ungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa
kasar dengan kata-kata lain yang dianggap lebih halus.
Contoh majas eufimisme: buta diganti menjadi tuna
netra, pelayan  diganti menjadi pramusaji.
b. Majas Pertautan
Majas pertautan adalah ungkapan yang berisi kata-kata kiasan dan
berhubungan terhadap sesuatu yang ingin disampaikan dalam tulisan maupun
lisan. Berikut adalah jenis-jenisnya yang umum digunakan :
 Majas Metonimia
Metonimia merupakan gaya bahasa yang dapat dikatakan sebagai
atribut atau nama pengganti dari suatu hal, sehingga memiliki hubungan
erat berupa pemilik untuk barang atau penemu hasil penemuan. Seringkali
kita kenal dengan merek.
Contoh: Air mineral diganti dengan Aqua, “Kak, Aqua di rumah habis
ya?”.
 Majas Sinekdoke
Sinekdoke merupakan majas yang menyebutkan bagian dari suatu
hal untuk menunjukkan atau menyatakan semua bagian tersebut. Bisa juga
sebaliknya, yaitu menyebutkan semua bagian untuk menyatakan sebagian
dari suatu hal.
Contoh: Batang hidung, “Ke mana aja kamu baru kelihatan batang
hidungnya?”.
c. Majas Penegasan
Majas penegasan adalah penegasan terhadap sesuatu, sehingga akan
mempengaruhi pembaca atau pendengar. Berikut ini merupakan jenis-
jenis majas penegasan dan contohnya:
 Majas Pleonasme adalah ungkapan yang menambahkan keterangan pada
pernyataan yang sudah jelas atau tidak diperlukan lagi.
Contoh majas pleonasme: saya masuk ke dalam ruang kelas, saya naik
tangga ke atas.
 Majas Repetisi, gaya bahasa yang menggunakan pengulangan kata yang
sama dalam satu kalimat.
Contoh majas repetisi: Elo harus percaya sama gue, semua yang
dikatakan mereka itu bohong, Elo harus percaya sama gue kalau gue gak
melakukan semua itu.
 Majas Aliterasi adalah majas yang menggunakan kata repetisi konsonan
pada awal kata secara berurutan.
Contoh majas aliterasi: baju baru berwarna biru, jaga janjimu janji kita
selamanya, dengan senyum dengar irama.
d. Majas Pertentangan
Majas pertentangan menyatakan suatu pertentangan atau
menggambarkan sesuatu yang berlawanan, bahkan tidak selaras. Berikut
adalah jenis-jenis majas pertentangan:
 Majas Paradoks, majas yang menyatakan dua hal seolah-olah
bertentangan, tapi keduanya benar.
Contoh majas paradoks: Aku merasa sendiri di tengah keramaian kota,
setiap kali bertemu denganmu hatiku terasa sejuk meskipun cuaca sangat
panas.
 Majas Antitesis, gaya bahasa yang menggunakan kata-kata berlawanan
arti satu dengan yang lainnya.
Contoh majas antitesis: berat ringan suatu masalah tergantung dari
bagaimana kita menyikapinya, naik turunnya harga saat ini tidak
menentu, elo tidak boleh menilai baik buruknya seseorang dari
penampilannya.
 Majas Anakronisme, suatu ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian
antara peristiwa dengan waktunya.
Contoh majas anakronisme: Biola itu dimainkan Jaka Tarub di gubuk
tuanya dengan sangat indah (zaman dahulu tidak ada biola), sesaat
setelah dilahirkan bayi itu berbicara pada ibunya (bayi yang baru
dilahirkan tidak bisa berbicara, melainkan hanya menangis).

e. Majas Sindiran
Bagian terakhir adalah majas sindiran, yang digunakan untuk
menyindir sesuatu atau seseorang dengan maksud dan tujuan tertentu. Berikut
ini merupakan jenis-jenisnya:
 Majas Ironi, merupakan majas sindiran yang menyembunyikan fakta
sebenarnya dan mengatakan kebalikannya.
Contoh majas ironi: tulisanmu bagus seperti benang bundet, elo sangat
tepat waktu hingga selalu hadir di saat acara sudah selesai, kue ini enak
sekali sampai gue tidak mau memakannya lagi.
 Majas Sarkasme, gaya berbahasa yang menggunakan kata-kata berupa
sindiran langsung dan kasar.
Contoh majas sarkasme: dasar otak udang, masa sih soal semudah ini
tidak bisa mengerjakan!
 Majas Satire, suatu ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi atau
parodi untuk menertawakan sesuatu. Jadi, satire tidak melukai perasaan
seseorang.
Contoh majas satire: nyaman sekali makan di sini sampai kecoa pun ikut
bergabung, bajumu kekurangan bahan ya? kok ketat sekali.
 Majas Sinisme adalah sindiran yang bersifat mencemooh. Ungkapan ini
lebih kasar daripada ironi.
Contoh majas sinisme: bukankah kamu sudah pintar, mengapa harus
bertanya padaku? dan percuma saja elo sekolah tinggi kalau belajar saja
malas-malasan.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Di zaman modern sekarang masyarakat sering terdikte oleh aturan-
aturan tata bahasa yang salah sehingga menggunakan kata dengan tidak tepat atau
bahkan salah. Dampaknya ialah komunikasi antara kedua belah pihak terhambat di
karenakan kesalahpahaman penafsiran.
Gaya bahasa ditentukan oleh ketepatan dan kesesuaian pilihan kata. Gaya
bahasa mempengaruhi terbentuknya suasana, kejujuran, kesopanan, kemenarikan,
tingkat keresmian, atau realita. Gaya resmi misalnya dapat membawa pembaca/
pendengar ke dalam suasana serius dan penuh perhatian.

B. SARAN
Dengan berpedoman pada EYD, khususnya cara pelafalan huruf hendaknya
mengikuti aturan yang sudah dibakukan. Masyarakat juga harus mahir dalam memilah
mana kata yang tepat dan tidak tepat dengan mempelajari diksi secara lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Aziz. 2009. Diksi atau Pilihan Kata. http://azizturn.wordpress.com/2009/10/18/diksi-


atau-pilihan-kata/. diakses pada tanggal 29 September 2013
http://mettamustika.wordpress.com/2010/12/16/diksi/ diakses pada tanggal 29 September
2013
http://makulbi.blogspot.com/2012/08/diksi-kosa-kata-bahasa-Indonesia-baku.html diakses
pada tanggal 29 September 2013
http://evimazyulianti.blogspot.com/2013/01/makalah-diksi-dan-gaya-bahasa.html diakses
pada tanggal 29 September 2013
https://www.zenius.net/blog/apa-itu-majas
https://www.academia.edu/8608074/makalah_diksi_bahasa_indonesia
https://pendidikan.co.id/diksi/
https://www.bola.com/ragam/read/4706105/pengertian-diksi-ciri-syarat-ketepatan-fungsi-
dan-tujuannya-yang-penting-diketahui
https://hot.liputan6.com/read/4882918/idiom-adalah-ungkapan-kiasan-kenali-jenis-dan-
contohnya
https://www.gramedia.com/literasi/peribahasa/

Anda mungkin juga menyukai