Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN
A. Diksi
1. Pengertian
Diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan
yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok)
dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
Diksi dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi
oleh penulis atau pembicara. Dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi berarti
"pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan
sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). Dari pernyataan itu tampak
bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat
yang bersangkutan membuat karangan. Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat
gagasan yang ada dalam benak seseorang. Bahkan makna kata bisa saja diubah saat
digunakan dalam kalimat yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa makna kata yang
sebenarnya akan diketahui saat digunakan dalam kalimat. Lebih dai itu, bisa saja
menimbulkan dampak atau reaksi yang berbeda jika digunakan dalam kalimat yang berbeda.
Berdasarkan hal itu dapat dikatakan bahwa diksi memegang tema penting sebagai alat untuk
mengungkapkan gagasan dengan mengharapkan efek agar sesuai.

Pilihan kata atau diksi mencakup pengertia kata-kata mana yang harus dipakai untuk
mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat
atau menggunakan ungkapan ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan
dalam suatu situasi.

Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa nuansa
makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan
bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok
masyarakat pendengar.

Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar
kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud
pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang
dimiliki suatu bahasa.

2. Kesesuaian Diksi
Perbedaan ketepatan dan kecocokan pertama-tama mencakup soal kata mana yang akan
digunakan dalam kesempatan tertentu, walaupun kadang-kadang masih ada perbedaan
tambahan berupa perbedaan tata bahasa,pola kalimat, panjang atau kompleknya suatu alinea,
dari beberapa segi lain. Perbedaan antara ketepatan dan kesesuaian dipersoalkan adalah
apakah kita dapat mengungkapkan pikiran kita dengan cara yang sama dalam sebuah
kesempatan dan lingkungan yang kita masuki.

Syarat-syarat kesesuaian diksi adalah sebagai berikut:


1. Hindarilah sejauh mungkin bahasa aatau unsur substandard dalam situasi yang formal.
2. Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam situasi yang
umum hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan kata-kata popular.
3. Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum.
4. Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata-kata slang
5. Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan.
6. Hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati).
7. Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artfisial.
Hal-hal tersebut akan diuraikan lebih lanjut dalam bagian-bagian di bawah ini :
1. Bahasa Standar dan Sub Standar
Bahasa standar adalah semacam bahasa yang dapat dibatasi sebagai tutur dari
mereka yang mengenyam kehidupan ekonomis atau menduduki status sosial yang
cukup dalam suatu masyarakat. Kelas ini meliputi pejabat-pejabat pemerintah, ahli
bahasa, ahli hukum, dokter, pedagang, guru, penulis, penerbit, seniman, insinyur, dan
lain sebagainya.
Bahasa non stsndar adalah bahasa dari mereka yang tidak memperoleh
pendidikan yang tinggi. Pada dasarnya, bahasa ini dipakai untuk pergaulan biasa,
tidak di pakai dalam tulisan. Kadang unsur ini digunakan juga oleh para kaum pelajar
dalam bersenda gurau, dan berhumor. Bahasa non stadar juga berlaku untuk suatu
wilayah yang luas dalam wilayah bahasa standar. Bahasa standar lebih efektif dari
pada bahasa non standar. Bahasa non standar biasanya cukup untuk digunakan dalam
kebutuhan-kebutuhan umum.
2. Kata Ilmiah dan Kata Populer
Pilihan kata dalam hubungan dengan kesempatan yang dihadapi seseorang
dapat dibagi atas beberapa macam kategori salah satunya adalah kata-kata ilmiah
melawan kata-kata populer. Bagian terbesar dari kosa kata sebuah bahasa terdiri dari
kata-kata yang umum yang dipakai oleh semua lapisan masyarakat, baik yang
terpelajar maupun orang atau rakyat jelata. Maka kata ini dinamakan kata-kata
populer. Kata-kata ini juga dipakai dalam pertemuan-pertemuan resmi, dalam diskusidiskusi yang khusus, dan dalam diskusi-diskusi ilmiah.
Contoh:
Kata populer kata ilmiah
Sesuai Harmonis
Pecahan Fraksi
Bukti Argumen

Kesimpulan konklusi
3.

Jargon
Kata jargon mengandung beberapa pengertian. Jargon adalah suatu
bahasa,dialek, atau struktur yang dianggap kurang sopan atau aneh tetapi istilah itu
dipakai juga untuk mengacu semacam bahasa atau dialek hybrid yang timbul dari
percampuran bahasa-bahasa, dan sekaligus dianggap sebagai bahasa perhubungan
atau lingua franca. Jargon diartikan sebagai kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu
bidang ilmu tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau
kelompok-kelompok khusus lainnya. Oleh karena jargon merupakan bahasa yang
khusus sekali, maka tidak akan banyak artinya bila dipakai untuk suatu sasaran yang
umum. Sebab itu, hendaknya dihindari sejauh mungkin unsur jargon dalam sebuah
tulisan umum.

4. Kata Percakapan
Kata percakapan adalah kata-kata yang biasa dipakai dalam percakapan atau
pergaulan orang-orang yang terdidik. Pengertian percakapan ini disini sama sekali
tidak boleh disejajarkan dengan bahasa yang tidak benar, tidak terpelehara atau tidak
disenangi. Bahasa percakapan yang dimaksud disini lebih luas dari pengertian kat-kat
populer, kata-kata percakapan mencakup pula sebagian kata-kata ilmiah yang biasa
dipakai oleh golongan terpelajar.
5. Kata Slang
Kata slang adalah kata-kata non standar yang disusun secara khas; bertenaga
dan jenaka yang dipakai dalam percakapan. Kadang kala kata slang yang dihasilkan
dari salah ucap yang disengaja. Kata-kata slang sebenarnya bukan hanya terdapat
pada golongan terpelajar, tetapi juga pada semua lapisan masyarakat.
6. Idiom
Idiom adalah pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa
yang umum, biasanya berbentuk frase, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan
secara logis, dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya, misalnya:
seorang asing yang sudah mengetahui makna kata makan dan tangan, tidak akan
memahami makna perasa makan tangan. Siapa yang berfikir bahwa makan tangan
sama artinya dengan kena tinju atau beruntung besar ? dan selanjutnya idiom-idiom
yang menggunakan kata makan seperti: makan garam, makan hati, dan sebagainya.
7. Bahasa Artifisial
Yang dimaksud dengan artifisial adalah bahasa yang disusun secara seni. Fakta
dan pernyataan-pernyataan yang sederhana dapat diungkapkan dengan sederhana dan
langsung tak perlu disembunyikan.
Artifisial : Ia mendengar kepak sayap kalelawar dan guyuran sisa hujan dari
dedaunan,

karena angin kepada kemuning.


Ia mendengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih kembali
menampakkan
bima sakti yang jauh.
Biasa : Ia mendengar bunyi sayap kelelawar dan sisa hujan yang ditiup angin
di daun.
Ia mendengar derap kuda dan pedati ketika langit mulai terang.
3. Fungsi Diksi
Fungsi dari diksi antara lain :
Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham
terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis.
Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.
Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.
Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi)
sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
4. Ciri-ciri Diksi
Menggunakan lafal, tekanan, intonasi yang sesuai menentukan pilihan kata (diksi), bentuk
kata dan ungkapan yang tepat dalam kalimat.
5.

6.

Fungsi Diksi
Diksi menpunyai fungsi sebagai berikut :
1. Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal
2. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi)
sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca
3. Menciptakan komunikasi yang baik dan benar
4. Menciptakan suasana yang tepat
5. Mencegah perbedaan penafsiran
6. Mencegah salah pemahaman
7. Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.

Manfaat Diksi
Manfaat dari diksi yaitu :
1. Dapat membedakan secara cermat kata-kata denitatif dan konotatif, bersinonim dan
hapir bersinonim, kata-kata yang mirip dalam ejaannya.
2. Dapat membedakan kata-kata ciptaan sendiri fan juga kata yang mengutip dari orang
yang terkenal yang belum diterima dimasyarakat. Sehingga dapat menyebabkan
kontroversi dalam masyarakat.

7.

Contoh Kalimat Diksi


Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh kepercayaaan
masyarakat
Dia adalah wanita cantik (denotatif)
Dia adalah wanita manis (konotatif)
APBN RI mengalami kenaikan lima belas persen (kata konkrit)
Kebenaran (kata abstrak) pendapat itu tidak terlalu tampak

8.

Makna
Sebelum menentukan pilihan kata, penulis harus memperhatikan dua hal pokok, yakni:
masalah makna dan relasi makna :
Makna sebuah kata / sebuah kalimat merupakan makna yang tidak selalu berdiri sendiri.
Adapun makna menurut (Chaer, 1994: 60) terbagi atas beberapa kelompok yaitu :
1. Makna Leksikal : makna yang sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil observasi
alat indera / makna yg sungguh-sungguh nyata dlm kehidupan kita. Contoh: Kata tikus,
makna leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan timbulnya penyakit (Tikus itu mati
diterkam kucing).
2. Makna Gramatikal : untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna
gramatikal, untuk menyatakan makna jamak bahasa Indonesia, menggunakan proses
reduplikasi seperti kata: buku yg bermakna sebuah buku, menjadi buku-buku yang
bermakna banyak buku.
3. Makna Referensial dan Nonreferensial : Makna referensial & nonreferensial perbedaannya
adalah berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata itu. Maka kata-kata itu mempunyai
referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu. Kata bermakna referensial,
kalau mempunyai referen, sedangkan kata bermakna nonreferensial kalau tidak memiliki
referen. Contoh: Kata meja dan kursi (bermakna referen). Kata karena dan tetapi
(bermakna nonreferensial).
4. Makna Denotatif dan Konotatif :Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau
makna sebenarnya yang dimiliki sebuah leksem. Contoh: Kata kurus, bermakna denotatif
keadaan tubuhnya yang lebih kecil & ukuran badannya normal. Makna konotatif adalah:
makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai
rasa orang / kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Contoh: Kata kurus pada
contoh di atas bermakna konotatif netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang
mengenakkan, tetapi kata ramping bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif
positif, nilai yang mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan ramping.
5. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif : Makna konseptual adalah makna yang dimiliki
oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Contoh: Kata kuda

memiliki makna konseptual sejenis binatang berkaki empat yg bisa dikendarai. Makna
asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem / kata berkenaan dengan adanya
hubungan kata itu dengan suatu yang berada diluar bahasa . Contoh: Kata melati
berasosiasi dg suatu yg suci / kesucian. Kata merah berasosiasi berani / paham komunis.
6. Makna Kata dan Makna Istilah : Makna kata, walaupun secara sinkronis tidak berubah,
tetapi karena berbagai faktor dalam kehidupan dapat menjadi bersifat umum. Makna kata
itu baru menjadi jelas kalau sudah digunakan dalam suatu kalimat. Contoh: Kata tahanan,
bermakna orang yang ditahan,tapi bisa juga hasil perbuatan menahan. Kata air, bermakna
air yang berada di sumur, di gelas, di bak mandi atau air hujan. Makna istilah memiliki
makna yang tetap dan pasti. Ketetapan dan kepastian makna istilah itu karena istilah itu
hanya digunakan dalam bidang kegiatan atau keilmuan tertentu. Contoh: Kata tahanan di
atas masih bersifat umum, istilah di bidang hukum, kata tahanan itu sudah pasti orang
yang ditahan sehubungan suatu perkara.
7. Makna Idiomatikal dan Peribahasa : Yang dimaksud dengan idiom adalah satuan-satuan
bahasa (ada berupa baik kata, frase, maupun kalimat) maknanya tidak dapat diramalkan
dari makna leksikal, baik unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan
tersebut. Contoh: Kata ketakutan, kesedihan, keberanian, dan kebimbangan memiliki
makna hal yg disebut makna dasar, Kata rumah kayu bermakna, rumah yang terbuat dari
kayu. Makna pribahasa bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan, maka lazim
juga disebut dengan nama perumpamaan. Contoh: Bagai, bak, laksana dan umpama lazim
digunakan dalam peribahasa .
8. Makna Kias dan Lugas : Makna kias adalah kata, frase dan kalimat yang tidak merujuk
pada arti sebenarnya. Contoh: Putri malam bermakna bulan , Raja siang bermakna
matahari.

B. Kalimat Efektif
1. Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis
sertadapat diterima maksudnya/arti serta tujuannya seperti yang dimaksud penulis /
pembicara.Kalimat efektif dapat dikatakan efektif jika kalimat tersebut berhasil
menyampaikan pesan, pikiran, gagasan, perasaan pemberitahuan sesuai dengan maksud si
pembicara atau penulis.
2. Ciri-ciri Kalimat Efektif
Suatu kalimat efektif harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
A. Kesepadanan
Kesepadanan ialah keseimbangan ntara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang
dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan
kepaduan pikiran yang baik.

Ciri ciri kesepadanan suatu kalimat adalah:


a. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Ketidakjelasan subjek atau
predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan
predikat suatukalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di,
dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan
subjek.
b. Tidak terdapat subjek yang ganda.
c. Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
1. Bagi semua mahasiswa aktif perguruan tinggi ini diwajibkan untuk membayar uang kuliah.
(salah).
Semua mahasiswa aktif perguruan tinggi ini diwajibkan untuk membayar uang kuliah.
(benar)
2. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen. (salah).
Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen. (benar)
3. Mereka datang agak terlambat. Sehingga mereka tidak diperbolehkan mengikuti
pelajaran.(salah).
Mereka datang agak terlambat sehingga mereka diperbolehkan mengikuti pelajaran.
(benar).
Mereka datang terlambat. Oleh karena itu, mereka diperbolehkan mengikuti pelajaran.
(benar)
4. Ayah yang berangkat ke kantor.(salah).
Ayah berangkat ke kantor. (benar)
B. Keparalelan atau Kesajajaran
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang
digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga
menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka
kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
Contoh:
1. Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (salah).
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (benar).
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (benar)
2. Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (salah).
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (benar)
C. Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari
kalimat.Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.

2. Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan
kemampuan yang ada pada dirinya..
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
b. Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada
anak-anak terlantar. (salah)
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepadaanak-anak terlantar. (benar)
c. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengahrukan.
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu bodoh, tetapi pintar.

e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel lah, -pun, dan kah.
Contoh:
1. Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
2. Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.
D. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan
kata,frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata
bahasa. Hal ini dikaranekan, penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud
kalimat.
Untuk itu,ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan,
yaitu:
a. Menghilangkan pengulangan subjek.
b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
1. Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (salah).
Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (benar)
2. Dia mengenakan topi warna hitam. (salah).
Dia mengenakan tpi hitam. (benar)
3. Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (salah).
Dia sudah menunggumu sejak pagi. (benar)
4. Beberapa peserta-peserta sudah didiskualifikasik. (salah).

Beberapa peserta sudah didiskualifikasi. (benar)


E. Kecermatan
Kecermatan di sini maksudnya tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam
pilihan kata.
Contoh:
1. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. (salah).
Mahasiswa dari perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. (benar).
Mahasiswa yang terkenal di perguruan tinggi itu menerima hadiah. (benar)
2. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan. (salah).
Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribu rupiah. (benar).
Dia menerima uang sebanyak dua puluh lembar lima ribu rupiah. (benar)
F. Kepaduan
Kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu, sehingga
informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:
1. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang
tidak simetris.
2. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
3. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang
antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
1. Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah
terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu. (salah).
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan
rasakemanusiaan. (benar)
2. Surat itu saya sudah baca. (salah).
Surat iitu sudah saya baca. (benar)
3. Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (salah).
Makalah ini membahas teknollogi fiber optik. (benar)
G. Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya
sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki
hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh:
1. Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (salah).
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (benar)
2. Mayat lelaki tua yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di daerah tersebut.
(salah).
Sebelum meninggal, lelaki tua yang mayatnya ditemukan itu sering mondar-mandir
didaerah tersebut. (benar)

C. Kalimat Tidak Efektif


Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai sifat-sifat
yangterdapat pada kalimat efektif.
Berikut ini 13 Sebab Ketidakefektifan Kalimat :
1. Kalimat Berstruktur Kompak
Setiap kalimat minimal terdiri atas unsur pokok dan sebutan (yang menerangkan
pokok)atau unsur subjek dan predikat. Kalimat yang baik adalah kalimat yang
menggunakansubjek dan predikat secara benar dan kompak. Kekurangkompakan dan
ketidakjelasansubjek dapat terjadi jika digunakan kata depan di depan subjek.
Misalnya penggunaan dalam, untuk, bagi, di, pada, sebagai, tentang, dan, karena sebelum
subjek kalimattersebut.
Contoh :
Bagi semua siswa harus memahami uraian berikut ini. Dalam pembahasan ini menyajikan
contoh nyata.Sebagai contoh dari uraian di atas adalah perkalian di bawah ini.
Kalimat di atas menjadi tidak efektif karena unsurnya tidak lengkap.
2. Kalimat Paralel
Kalimat yang efektif adalah kalimat yang tersusun secara paralel. Keparalelan itu
tampak pada jenis kata yang digunakan sebagai suatu yang paralel dengan memiliki unsur
atau jenis kata yang sama. Kesalahan dalam menggunakan paralelis kata akan
menjadikankalimat tersebut menjadi tidak efektif.
Contoh :
Kegiatan akhir dari percobaan itu adalah menyusun laporan, kelengkapan materi yangharus
dilampirkan, penggambaran tahap-tahap kegiatan, dan simpulan hasil pengujian.
Ketidakefektifan kalimat tersebut, karena memparalelkan jenis kata menyusun, dengan
kelengkapan, penggambaran, dan simpulan. Kalimat tersebut memparalelkan kegiatan
sebagai verba, maka kata lainnya seharusnya menggunakan verba. Misalnya, kata menyusun
seharusnya berparalel dengan melampirkan (materi secara lengkap), menggambarkan (tahaptahap kegiatan), dan menyimpulkan (hasil pengujian).
Bandingkanlah dengan kalimat di bawah ini!
Kegiatan akhir dari percobaan itu adalah menyusun laporan, melampirkan materi secara
lengkap, menggambarkan tahap-tahap kegiatan, dan menyimpulkan hasil pengujian.
3. Kalimat Hemat
Kalimat yang efektif harus hemat. Kalimat hemat memiliki ciri kalimat yang
menghindari pengulangan subjek, pleonasme, hiponimi, dan penjamakan kata yang sudah
bermakna jamak.
Contoh :
1) Para menteri serentak berdiri, setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang
keacara itu.

2) Waktu tempuh yang digunakan hanya selama 45 menit saja untuk sampai ke daerah
itu.
3) Air raksa ini harus dicampur dengan kain warna merah.
4) Banyak orang-orang yang tidak hadir pada pertemuan yang menghadirkan beberapa
tokoh-tokoh terkemuka.
Kalimat pertama kurang efektif karena menggunakan subjek (kata para menteri) dengan
subjek kedua (kata mereka).
Kalimat kedua menggunakan kata bermakna sama,yaitu kata hanya dan saja. Kalimat ketiga
kurang efektif karena menggunakan kata bermakna hiponimi, yaitu kata warna dan merah
(merah merupakan salah satu warna,sehingga tidak perlu menggunakan kata warna).
Kalimat keempat, menggunakan kata bermakna jamak secara berulang, yaitu kata banyak dan
beberapa dengan pengulangan kata yang mengikutinya.

4. Kalimat Berpadu
Kalimat yang berpadu adalah kalimat yang berisi kepaduan pernyataan. Kalimat yang
tidak berpadu biasanya terjadi karena salah dalam menggunakan verba (kata kerja)
atau preposisi (kata depan) secara tidak tepat.
Contoh :
1) Segala usulan yang disampaikan itu kami akan pertimbangkan.
2) Uraian pada bagian ini akan menyajikan tentang perkembangbiakan pohon aren.
3) Materi yang sudah diungkapkan daripada pembicara awal akan dibahas kembali
pada pertemuan yang akan datang.
Penggunaan kata akan yang menyelip di antara subjek dengan predikat pada kalimat pertama
menjadikan kalimat tersebut kurang padu. Demikian pula penggunaan kata tentang dan
daripada setelah verba menjadikan kalimat tersebut kurang padu.
5. Kalimat Logis
Kalimat yang logis adalah kalimat yang dapat diterima oleh akal atau pikiran sehat.
Biasanya ketidaklogisan kalimat terjadi karena pemilihan kata atau ejaan yang salah.
Contoh :
1) Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kelancaran acara ini.
2) Untuk mempersingkat waktu, marilah kita bersama-sama mulai mengerjakan tugas
tersebut.
3) Mayat wanita yang ditemukan di sungai itu sebelumnya sering mondar- mandir
didaerah tersebut.
Pada kalimat pertama terkadung makna bahwa yang berbahagia adalah kesempatan, kecuali
verbanya diganti dengan membahagiakan.

Kalimat kedua memiliki makna yang tidak mungkin waktu dipersingkat, kecuali acara yang
dipersingkat atau waktu yang dihemat.
Kalimat ketiga menggunakan konstruksi kalimat yang kurang benar sehingga memunculkan
makna yang kurang logis dan menakutkan.
6. Kontaminasi
Kontaminasi adalah merancukan 2 struktur benar 1 struktur salah
Contoh :
1) diperlebar, dilebarkan diperlebarkan (salah)
2) memperkuat, menguatkan memperkuatkan (salah)
3) sangat baik, baik sekali sangat baik sekali (salah)
4) saling memukul, pukul-memukul saling pukul-memukul (salah)
5) Di sekolah diadakan pentas seni. Sekolah mengadakan pentas seni Sekolah
mengadakan pentas seni (salah)
7. Pleonasme
Pleonasme adalah berlebihan, tumpang tindih
Contoh :
1) para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu para)
2) para bapak-bapak (bapak-bapak sudah jamak)
3) banyak siswa-siswa (banyak siswa)
4) saling pukul-memukul (pukul-memukul sudah bermakna saling)
5) agar supaya (agar bersinonim dengan supaya)
6) disebabkan karena (sebab bersinonim dengan karena)
8. Tidak Memiliki Subjek
Contoh :
1) Buah mangga mengandung vitamin C.(SPO) (benar)
2) Di dalam buah mangga terkandung vitamin C. (KPS) (benar)
3) Di dalam buah mangga mengandung vitamin C. (KPO) (salah)
9. Adanya kata depan tidak perlu
Contoh :
1) Perkembangan daripada teknologi informasi sangat pesat.
2) Kepada siswa kelas I berkumpul di aula.
3) Selain daripada bekerja, ia juga kuliah.
10. Salah Nalar
Contoh :
1) Waktu dan tempat dipersilahkan. (Siapa yang dipersilahkan)
2) Mobil Pak Dapit mau dijual. (Apakah bisa menolak?)
3) Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan)
4) Adik mengajak temannya naik ke atas. (naik selalu ke atas)
5) Pak, saya minta izin ke belakang. (toilet tidak selalu berada di belakang)
6) Saya absen dulu anak-anak. (absen: tidak masuk, seharusnya presensi)

7) Bola gagal masuk gawang. (Ia gagal meraih prestasi) (kata gagal lebih untuk
subjek bernyawa)
11. Kesalahan Pembentukan kata
Contoh :
1) Mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
2) Menyetop seharusnya menstop
3) Mensoal seharusnya menyoal
4) Ilmiawan seharusnya ilmuwan
5) Sejarawan seharusnya ahli sejarah
12. Pengaruh bahasa asing
Contoh :
1) Rumah di mana ia tinggal (the house where he lives ) seharusnya tempat
2) Sebab-sebab daripada perselisihan (cause of the quarrel) kata daripada dihilangkan
3) Saya telah katakan (I have told) (Ingat: pasif persona) seharusnya telah saya
katakan
13. Pengaruh bahasa daerah
Contoh :
1) sudah pada hadir. (Jawa: wis padha teka) (seharusnya sudah hadir)
2) oleh saya. (Sunda: ku abdi) (seharusnya diganti dengan kalimat pasif persona)
3) Jangan-jangan (Jawa: ojo-ojo) (seharusnya mungkin)

Contoh Kalimat Efektif dan Tidak Efektif beserta Alasannya


1. Suatu saat langit, bumi beserta seluruh isinya pasti akan musnah.
Kalimat di atas tidak efektif karena penggunaan kata langit, bumi, beserta seluruh isinya
yangseharusnya diganti dengan kata alam semesta. Alam semesta berarti isi dari seluruh
yang ada di bumi termasuk langit dan bumi.
- Suatu saat alam semesta akan musnah.
2. Beberapa orang-orang melarikan diri.
Kalimat di atas tidak efektif karena menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak, yaitu
padakata orang-orang, seharusnya:
- Beberapa orang melarikan diri.
3. Kemarin banyak para karyawan yang melakukan demonstrasi.
Ketidak efektifan yang terjadi pada kalimat tersebut adalah dalam penggunaan kata para,
kata para seharusnya digunakan untuk mewakili banyak orang. Sedangkan dalam kalimat
tersebut sudah menggunakan kata banyak, jadi tidak tidak efektif bila dalam satu kelimat
menggunakandua kata yang bermakna sama.
- Kemarin banyak karyawan yang melakukan demonstrasi.

DAFTAR PUSTAKA

http://imstuff-it.blogspot.co.id/2014/10/diksi-atau-pemilihan-kata.html (diakses pada


tanggal 25 September 2015 )

http://mrezam.blogspot.co.id/2011/10/diksi-pilihan-kata-kalimat-efektif.html (diakses pada


tanggal 25 September 2015 )

http://teorikux.blogspot.co.id/2013/10/diksi-pilihan-kata.html (diakses pada tanggal 26


September 2015 )

https://www.academia.edu/4757805/Kalimat_Efektif_dan_Tidak_Efektif (diakses pada


tanggal 27 September 2015 )

Anda mungkin juga menyukai