Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN HASIL BELAJAR

“DIKSI DAN GAYA BAHASA”

Dosen Pembimbing : Sri Hastuti, S.Pd, M.Pd

Disusun oleh :

Ifen Juliani Montonggo

C 300 21 033

PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TADULAKO

2021/2022
DIKSI DAN GAYA BAHASA

Terkadang kita tidak mengetahui pentingnya penguasaan bahasa Indonesia


yang baik dan benar, sehingga ketika kita berbahasa, baik lisan maupun tulisan,
sering mengalami kesalahan dalam penggunaan kata, frasa, kalimat, paragraf, dan
wacana.

A. DIKSI
1. Pengertian Diksi
Diksi adalah pilihan kata di dalam tulisan yang digunakan untuk
menggambarkan sebuah cerita atau memberi makna sesuai dengan
keinginan penulis. Tapi, diksi tidak hanya terbatas pada pemilihan kata
saja, melainkan juga untuk mengungkapkan gagasan atau menceritakan
peristiwa. Diksi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan
dan sebagainya. Hal inilah yang akan membantu lawan bicara atau
pembaca Anda lebih mudah memahami pesan yang disampaikan.
Pemilihan diksi pun sangat berguna dalam penulisan karya tulis seperti
puisi, novel, laporan dan lainnya.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Diksi adalah
pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk
mengungkapkan gagasan. Sehingga, penulis akan mendapatkan efek
tertentu yang diharapkan ketika orang membaca karyanya. Dalam kata
lain, diksi merupakan pemilihan kata yang tepat untuk mengungkapkan
suatu gagasan agar mendapatkan hasil tertentu.
Karena itu, pemilihan diksi harus tepat dan lazim. Pemilih diksi yang tidak
tepat bisa menyebabkan perbedaan makna dan pesan penulis tidak akan
tersampaikan.
Penerapan diksi yang paling dasar adalah pengungkapan gagasan penulis.
Selain itu, penggunaan diksi juga bisa diterapkan ketika berbicara di depan
publik maupun bergaram karya tulis. Sedangkan, ketepatan dalam
pemilihan diksi lebih dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang

1
terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai, dan
menggunakan sejumlah kosakata secara aktif.

2. Fungsi Diksi
Secara umum, diksi juga berfungsi memperindah suatu kalimat,
seperti diksi dalam suatu cerita, diksi yang baik untuk penyampaian cerita
yang runtut, menjelaskan tokoh-tokoh, mendeskripsikan latar dan waktu,
serta lainnya. Berikut ini, beberapa fungsi pemilihan diksi dalam penulisan
karya sastra.
1. Membantu pembaca memahami pesan karya sastra
Pemilihan diksi yang tepat dalam penulisan karya sastra bisa
membuat orang yang membaca lebih mudah memahami pesan
yang ingin disampaikan oleh penulis atau pengarang melalui hasil
tulisannya. Pesan adalah setiap pemberitahuan, kata atau
komunikasi, baik lisan maupun tertulis yang dikirimkan dari satu
orang ke orang lain. Pesan ini menjadi inti dari setiap proses
komunikasi yang terjalin.
2. Bentuk ekspresi
Penggunaan atau pemilihan diksi juga bisa berupa bentuk ekspresi
yang ada dalam gagasan secara tertulis maupun
terucap.Penggunaan diksi yang tepat dan selaras bisa membantu
membangun imajinasi pembaca atau pendengar ketika membaca
atau mendengarkan sebuah karya sastra. Ekspresi adalah istilah
yang merujuk pada sesuatu yang memperlihatkan perasaan
seseorang. Karena, mengekspresikan perasaan tidak hanya melalui
mimik wajah, tetapi juga kata-kata dalam tulisan atau ketika
berbicara.
3. Komunikasi yang efektif
Pemilihan diksi dalam penulisan karya sastra juga bisa membantu
membuat komunikasi menjadi lebih efektif. Pemahaman yang baik
dalam penggunaan atau pemilihan diksi sangat penting, agar

2
tercipta suatu komunikasi yang efektif dan efisien. Dalam praktik
berbahasa yang sesungguhnya, diksi bisa menimbulkan gagasan
yang tepat sekaligus kesalahpahaman bagi pendengarnya.
Kemudian, hal ini bisa menimbulkan dampak yang luar biasa bagi
masyarakat.
4. Hiburan
Pemilihan diksi yang tepat juga bisa berfungsi sebagai hiburan bagi
pembaca maupun pendengarnya. Hal ini berkaitan dengan setiap
pesan dan ekspresi dalam sebuah karya sastra. Hiburan adalah
segala sesuatu yang bisa berbentuk kata-kata, tempat, benda atau
perilaku yang bisa menjadi penghibur atau pelipur hati yang
sedang susah atau sedih. Pada umumnya, hiburan bisa berupa
permainan video, film, musik, opera, drama atau permainan. Tapi,
sekarang hiburan juga bisa berupa tulisan karya sastra.

3. Jenis-Jenis Diksi
1. Denotatif
Jenis diksi berdasarkan makna denotatif adalah diksi dengan
makna yang sebenarnya dari suatu kata atau kalimat. Dalam kata
lain, makna denotatif adalah makna objektif tanpa membawa
perasaan tertentu atau murni.
Contohnya : makan bermakna memasukkan sesuatu ke dalam
mulut, dikunyah dan ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah
makna denotatif.
2. Konotatif
Jenis diksi berdasarkan makna konotatif adalah diksi, kata atau
kalimat yang memiliki arti bukan sebenarnya. Makna konotatif
juga bisa diartikan sebagai makna kias yang berkaitan dengan nilai
rasa. Diksi dengan makna konotatif ini dipengaruhi oleh nilai dan
norma yang dipegang oleh masyarakat tertentu. Meski begitu,

3
makna dari diksi ini juga akan berubah seiring dengan perubahan
nilai dan norma di masyarakat.
Contoh : Jamal adalah anak emas di kelas karena perilakunya yang
sangat rajin. (anak emas memiliki makna anak yang paling
disayang).

4. Syarat-Syarat Diksi
1. Penggunaan kata konotasi dan denotasi yang tepat.
Penggunaan kata konotasi dan denotasi yang tepat juga
termasuk syarat pemilihan diksi yang harus dipahami oleh penulis.
Kata konotatif adalah diksi yang memiliki makna tidak murni dan
perasaan yang sifatnya pribadi. Sedangkan, kata denotatif adalah
diksi yang memiliki makna objektif tanpa membawa perasaan
tertentu dan murni.
2. Penggunaan kata sinonim atau memiliki makna sama yang tepat.
Syarat pemilihan diksi yang kedua adalah penggunaan kata
sinonim yang tepat dalam sebuah kalimat atau tulis. Sinonim
adalah dua kata yang memiliki kesamaan makna. Biasanya,
penggunaan salah satu katanya terdengar lebih halus dan lainnya
terdengar lebih kasar.
3. Kemampuan membedakan kata-kata yang memiliki ejaan sama.
Penulis juga harus bisa membedakan kata-kata yang
memiliki ejaan sama dalam satu kalimat atau tulisan. Karena, kata-
kata yang ejaannya sama ini bisa memiliki makna yang berbeda
tergantung pada penggunaannya dalam sebuah kalimat. Ada pula
kata-kata yang memiliki ejaan sama, tetapi pelafalan dan artinya
berbeda. Sehingga, Anda perlu memahami penggunaan setiap diksi
dalam sebuah kalimat atau tulisan dengan tepat.
4. Kemampuan membedakan kata khusus dan umum dalam tulisan.
Penulis juga harus bisa membedakan kata khusus dan
umum dalam sebuah tulisan agar ketepatan dalam pemilihan diksi

4
itu terjamin. Kata khusus adalah kata yang dipakai dalam
penyusunan kalimat yang memiliki makna terbatas, lebih spesifik
dan sempit. Sedangkan, kata umum adalah kata yang digunakan
dalam penyusunan kalimat dengan makna lebih luas dan
cakupannya lebar.
5. Penggunaan kata kerja pada kata yang idiomatis.
Idiomatis adalah makna kata atau rangkaian kata yang
menyimpang atau berbeda dengan makna dari kata-kata
pembangunnya. Kata dengan makna idiomatis ini mirip dengan
kata kiasan atau konotasi. Dalam hal ini, penggunaan kata kerja
pada kata yang idiomatis juga termasuk syarat pemilihan atau
penggunaan diksi dalam sebuah tulisan.
6. Memperhatikan pemilihan kata yang tepat dalam tulisan.
Penulis juga harus memperhatikan pemilihan kata yang
tepat secara berkelanjutan dalam tulisannya. Pemilihan kata sama
halnya dengan pemilihan diksi yang digunakan untuk
menyampaikan suatu gagasan, pengungkapan yang tepat dan gaya
penyampaian kata yang lebih baik serta sesuai situasi.

5. Contoh Diksi
1. Tio memilih menguras usaha sapi perah milik ayahnya setelah
lulus SMA. (sapi perah memiliki makna yang murni dalam kalimat
ini, yakni sapi yang memang diternakkan dan diperah susunya).
2. Sebelum berangkat apel pagi, saya selalu menyempatkan diri untuk
sarapan buah apel. (Apel adalah kata yang memiliki ejaan sama,
tetapi pelafalan dan maknanya berbeda).
3. Mahen adalah anak yang paling pandai di sekolahnya dan Tian
adalah anak yang paling pintar di kelas. (Pandai dan pintar adalah
dua kata dengan ejaan berbeda tetapi memiliki kesamaan makna).

5
B. GAYA BAHASA
1. Pengertian Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara bagaimana pengarang menguraikan cerita
yang dibuatnya, atau definisi dari gaya bahasa yaitu cara bagaimana
pengarang cerita mengungkapkan isi pemikirannya lewat bahasa-bahasa
yang khas dalam uraian ceritanya sehingga dapat menimbulkan kesan
tertentu.

2. Jenis-Jenis Majas
1. Majas perbandingan
Majas perbandingan adalah majas yang membandingkan atau
menyandingkan antara satu objek dengan objek lainnya. Ada pun
majas yang termasuk ke dalam majas perbandingan, antara lain
alegori, metafora, metonimia, litotes, hiperbola, pars pro toto,
totem pro parte, dan eufimisme.
2. Majas sindiran
Majas sindiran adalah majas yang ditujukan untuk menyatakan
sesuatu dengan maksud menyindir. Untuk jenis majas sindiran
yang paling sering muncul di buku pelajaran, seperti ironi,
sarkasme, dan sinisme.
3. Majas penegasan
Majas penegasan adalah majas yang digunakan untuk menyatakan
suatu hal secara tegas. Majas yang termasuk dalam majas
perbandingan antara lain seperti pleonasme, repetisi, dan aliterasi.

6
3. Contoh Macam-Macam Majas
1. Majas Alegori, majas yang menyatakan dengan ungkapan kiasan
atau penggambaran.
Contoh: Hidup itu seperti roda berputar, kadang di atas, kadang
pula di bawah.
2. Majas Metafora, majas ini merupakan majas yang memakai analogi
atau perumpamaan terhadap dua hal yang berbeda.
Contoh: Anak itu dikenal sebagai kutu buku di kelasnya.
3. Majas Metonimia, majas ini menyatakan suatu hal dengan
memakai kata lain yang punya keterkaitan (misalnya sebuah merek
dagang).
Contoh: Haikal pergi ke Korea Selatan menggunakan Garuda
Airlines.
4. Majas Litotes, majas yang menggunakan ungkapan penurunan
kualitas untuk merendahkan diri.
Contoh: Silakan datang ke gubukku yang kumuh.
5. Majas Hiperbola, majas yang merupakan ungkapan yang
berlebihan dan tidak masuk akal.
Contoh: Dentuman itu menggelegar membelah angkasa.
6. Majas Pars Pro Toto, majas yang menggunakan sebagian
unsur/objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
Contoh: Dari tadi pagi, ia tak menampakkan batang hidungnya.
7. Majas Totem Pro Parte, majas yang mengungkapkan keseluruhan
objek padahal hanya sebagian objek saja.
Contoh: Indonesia mengalahkan Malaysia dalam pertandingan
sepakbola tadi malam.
8. Majas Eufimisme, majas yang menggunakan ungkapan lebih halus
terhadap ungkapan yang dirasa kasar atau merugikan.
Contoh: Saat ini sedang dibahas penyesuaian tarif tol.

7
9. Majas Personifikasi, majas yang membandingkan antara manusia
dengan benda mati, seolah-olah benda tersebut memiliki sifat
layaknya manusia.
Contoh: Deburan ombak memecah karang.
10. Majas Ironi, majas sindiran ini digunakan dengan cara
menyembunyikan fakta dan mengatakan hal yang sebaliknya.
Contoh: Suaranya sangat merdu sekali seperti kaset kusut.
11. Majas Sarkasme, majas ini bisa dikatakan sebagai sindiran yang
kasar.
Contoh: Putih benar wajah kamu, sampai bisa aku sendoki
bedaknya.
12. Majas Sinisme, majas sinisme ini lebih bersifat mencemooh atas
ide atau pemikiran.
Contoh: Kamu sudah pintarkan? Kenapa masih bertanya kepada
aku?
13. Majas Pleonasme, majas yang menambahkan keterangan pada
kalimat yang sudah jelas (sebenarnya tidak diperlukan).
Contoh: Dia sudah turun ke bawah.
14. Majas Repetisi, majas ini merupakan pengulangan kata, frasa, atau
klausa untuk mempertegas maksudnya.
Contoh: Awas, tunggu kedatanganku besok! Tunggu!
15. Majas Retorika, majas ini berbentuk kalimat tanya, namun tidak
memerlukan jawaban. Tujuan kalimat tanya tersebut sebagai
penegasan akan suatu hal.
Contoh: Siapa yang tidak ingin terlahir kaya raya?
16. Majas Aliterasi, majas yang menggunakan pengulangan huruf
konsonan pada awal kata.
Contoh: Beli baju biru bersama Budi.

Anda mungkin juga menyukai