Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

“PEMILIHAN DAN PENGGUNAAN KATA DENGAN TEPAT DALAM PENULISAN


KARYA ILMIAH ”

DOSEN PEMBIMBING
Ali Asfuris.Sp.M.Pd.

DISUSUN OLEH
1. Afrizal Praditya (201954068)

2. Zulius Daniel Aditya (201954077)

3. Ilham Maulana (201954094)

4. Novianto Wibowo (201954111)

UNIVERSITAS MURIA KUDUS


FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK MESIN 2019
Bab I
Pendahuluan
Dalam tuturan atau tulisan resmi, terutama karya ilmiah, pilihan kata yang tepat sangat
menentukan kualitas pembicaraan dan tulisan. Kata-kata atau istilah yang dipilih dan digunakan
haruslah secara tepat pula dipahami oleh pendengar atau pembaca. Sehubungan dengan itu,
penutur atau penulis, selalu harus menguasai cukup banyak kosakata yang dimiliki bahasa
tersebut, dan harus pula mengetahui kaidah-kaidah yang dimaksud seperti kaidah makna, kaidah
kalimat, kaidah sosial, dan kaidah kerang-mengarang.
Ketetapan dalam memilih kata sangat dipengaruhi oleh kemampuan penggunaan bahasa
mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosakata secara aktif untuk
mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu mengomunikasikannya secara efektif
kepada pembaca atau lawan bicara. Indikator ketetapan memilih kata antara lain: (1)
mengomunikasikan gagasan berdasarkan kaidah bahasa Indonesia. (2) menghasilkan komunikasi
puncak (yang paling efektif) tanpa salah penafsiran atau salah makna, (3) mengasilkan respon
pembaca atau pendengar sesuai dengan harapan penulis atau pembicara, dan (4) menghasilkan
target komunikasi yang diharapkan. Selain pilihan kata yang tepat, efektifitas komunikasi
menuntut persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengguna bahasa, yaitu kemampuan memilih
kata yang sesuai dengan tuntutan komunikasi.
Kesesuaian pilihan kata juga turut menentukan gaya bahasa seseorang. Kalimat, paragraf,
atau wacana dapat menjadi efektif jika diekspresikan dengan gaya bahasa yang tepat. Gaya
bahasa memengaruhi terbentuknya suasana, kejujuran, kesopanan, kemenarikan, tingkat
keresmian, atau realita. Selain itu, pilihan dan kesesuaian kata yang didukung oleh tanda baca
yang tepat dapat menimbulkan nada kebahasaan, yaitu sugesti yang terekspresi melalui
rangkaian kata yang disertai penekanan sehingga mampu menghasilkan daya persuasi yang
tinggi.
Pembicaraan bab ini dikemukakan beberapa aspek penting yang berkaitan dengan kaidah
makna yang menuntun pengguna bahasa kepada pemilihan dan penggunaan kata yang tepat.
Bab II
Kaidah Makna
Kaidah makna dalam pemilihan kata mengacu kepada persyaratan ketetapan pemilihan kata
sebagai lambang objek pengertian atau konsep-konsep yang meliputi berbagai aspek.
2.1. Kata yang Denotatif dan Kata yang Konotasi
Kata yang denotatif berhubungan dengan konsep denotasi dan kata yang konotatif
berhubungan dengan konsep konotasi. Denotasi adalah konsep dasar yang didukung oleh suatu
kata, sedangkan nilai rasa atau gambaran tambahan yang ada disamping denotasi disebut
konotasi
Kata yang denotatif mengandung makna yang sebenarnya, makna kata yang sesuai dengan
konsepnya sehingga disebut juga makna konseptual, makna yang sesuai dengan makna kata
dalam kamus atau leksikal. Kata yang konotatif mengandung makna tambahan yang sesuai
dengan sikap dan nilai rasa tertentu pengguna bahasa bersangkutan.
Contoh :
1. Toko itu dilayani gadis-gadis cantik
2. Toko itu dilayani dara-dara cantik
3. Toko itu dilayani perawan-perawan cantik
Kata-kata gadis, dara, dan perawan secara denotative maknanya sama yaitu wanita atau
wanita muda yang belum kawin, tetapi secara konotatif maknanya berbeda. Gadis mengandung
makna umum, dara mengandung makna yang bersifat puitis, dan perawan mengandung makna
asosiasi tertentu.
Demikian pula kata-kata kelompok, rombongan, dan gerombolan secara denotatif bermakna
kumpulan benda atau orang, tetap secara konotaitf dibedakan maknanya, yaitu kelompok dan
rombongan berada dalam makna positif, sedangkan gerombolan dipahami dalam hubungan
negatif.
Contoh :
4. Kelompok anak muda itu sedang asyik bermain music.
5. Ketua rombongan turis yang baru tiba dikalungi untaian bunga
6. Gerombolan pengacau tersebut telah ditumpas abis
Dalam pembahasan makna kata terdapat beragam konotasi social, yaitu ada yang bersifat
posotif da nada negative, tinggi dan rendah, sopan dan porno, atau yang sakral. Misalnya kata-
kata karyawan, asisten, wisma, hamil, dan berpulang kerahmatullah dianggap positif, baik,
sopan, dan modern dibandingkan dengan kata-kata buruh, pembantu, pondok, bunting, dan mati
yang dianggap negative, kurang baik, kasar dan kuno. Agar dapat menyatakan gagasan dengan
tepat, seseorang pembicara/penulis harus dapat pula memilih kata-kata dengan konotasi yang
tepat.

2.2 Kata yang bersinonim dan Kata yang mirip


Setiap kata biasanya tidak hanya melambangkan secara tepat satu obyek atau satu konsep.
Ada kata yang dapat melambangkan beberapa makna dan sebaiknya ada beberapa kata
melambangkan satu makna. Beberapa kata yang melambangkan satu makna tergolong kata yang
bersinonim atau kata-kata sinonim. Sinonim ialah kata yang maknanya sama atau mirip dengan
kata lain. Persamaan makna itu tidak berlaku sepenuhnya, namun dalam kadar tertentu ada
pertalian makna antara kata-kata yang berbeda itu.
Contohnya dapat terlihat pada penggunaan kata-kata indah, cantik, dan bagus yang
mengandung makna yang sama tentang sesuatu yang sedap dipandang mata. Ketetapan kata-kata
itu dalam penggunaannya bergantung pada ketetapan pilihan atas kata masing-masing. Misalnya,
kita katakana pemandangan indah,gadis cantik, dan rumah bagus. Tentu saja akan terasa janggal
atau kurang tepat jika dikatakan pemandangannya cantik dan gadis bagus.
Demikian pula penggunaan kata penonton dan pemirsa, yang kedua-duanya mengandung
makna orang yang menyaksikan suatu tontonan. Pilihannya harus dapat dibedakan, yaitu
penonton digunakan untuk semua tontonan atau pertunjukan. Sedangkan pemirsa hanya lazim
untuk tayangan televisi.
Contoh :
7. Tumpah-ruah penonton pertandingan bola kaki itu.
(penonton tidak dapat diganti pemirsa)
8. “Para pemirsa dimana saja anda sekalian berada”. Ujar penyiar televise mengawali siarannya.
(pemirsa dapat diganti menjadi penonton)
Kata-kata yang tergolong kata mirip adalah kata-kata yang tampak mirip dari segi bentuknya
atau kata-kata yang mirip dari segi maknanya. Kata-kata sedang dan sedangkan, suatu dan
sesuatum sekali-kali dan sekali-sekali termasuk kata-kata yang mempunyai kemiripan bentuk,
sedangkan kata-kata masing-masing, dan tiap-tiap, jam dan pukul, tidak dan bungkam termasuk
kata yang mempunyai kemiripan makna.
Kata-kata tersebut sering dikicaukan pengguanaannya sehingga melahirakan kalimat-kalimat
yang tidak tepat atau baku.
Contoh :
9. Tinggallah dahulu disini, saya hendak membicarakan sesuatu hal denganmu.

Seharusnya,
a. Tinggallah dahulu disini, saya hendak membicarakan suatu hal denganmu.
b. Tinggallah dahulu disini, saya hendak membicarakan sesuatu denganmu.
(kata suatu dalam pengguanaannya diikuti kata benda, misalnya suatu hal,suatu masalah, dan
suatu kejadian, sedangkan kata sesuatu tidak diikuti kata benda sebab kata itu tidak tentu atau
tidak jelas).
10. Masing-masing peserta penataran membayar uang pendaftaran sebesar lima belas ribu rupiah.
Seharusnya,
a. Para peserta penataran membayar uang pendaftaran masing-masing sebesar lima belas ribu
rupiah.
b. Tiap-tiap peserta penataran membayar uang pendaftaran sebesar lima belas ribu rupiah.

11. Setelah penataran usai, tiap-tiap peserta kembali kerumahnya masing-masing.


(kata tiap-tiap dalam penggunaannya diikuti kata benda, sedangkan kata masing-masing tidak
diikuti kata benda).
Demikian pula penggunaan kata jam dan pukul harus dilakukan secara tepat. Kata jam
menunjukkan jangka waktu, sedangkan pukul menunjukkan waktu.
Contoh:
12. Pelajaran petama berlangsung mulai pukul 07.30 sampai dengan 09.30.
13. Pelajaran pertama berlangsung selama dua jam.

2.3 Homofon dan Homograf


Homofon ialah kata-kata yang sama lafalnya, tetap berbeda ejaannya. Misalnya, kata bang
dan bank, sangsi dan sanksi.
Contoh:
14. “Bagaimanakah Bang, setujukah?” Tanya istrinya.(bang singkatan dari abang semakna dengan
kakak, yaitu kakak laki-laki)
15. Untuk menarik nasabah, beberapa bank mengadakan undian tabungan.(bank, lembaga keuangan
yaitu usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan pengedaran
uang.)
16. Aku masih sangsi untuk mengambil keputusan akhir. (sangsi bermakna bimbang/ragu-ragu)
17. Dewan keamanan PBB memberi sanksi terhadap negara yang menyerang negara lain.
Homograf ialah kata-kata yang sama ejaannya,tetapi berbeda lafalnya Misalnya, kata teras (
dengan e pepet) bermakna bagian atau bagian utama, seperti pada teras kayu dan pegawai teras,
dan kata teras (dengan e taling) bermakna anjungan atau kaki lima, seperti pada teras rumah dan
teras toko.
Contoh :
18. Ayahnya adalah pejabat teras kantor gubernur.
19. Pada waktu malam mulai larut, tampak beberapa orang tunawisma tidur di teras toko.
Selanjutnya, selain kata yang berhomofon dan berhomograf terdapat juga kata-kata yang
berhomofon dan berhomograf sekaligus yaitu satu bentuk yang sama ejaan dan lafalnya tetapi
memiliki makna yang berbeda. Misalnya kata buku dapat bermakna sendi ( pada tulang , bambu,
dan tebu) begitu pula kata bisa dapat bermakna racun dan dapat bermakna boleh.
Contoh :
20. Saya membeli beberapa buah buku tulis.
21. Buku tulang-tulangku terasa nyeri.
22. Bisa ular sangat berbahaya.
23. Anak kecil itu belum bisa berjalan dengan baik.
2.4 Kata Umum dan Kata Khusus.
Kata-kata yang tergolong kata umum dibedakan dari kata-kata yang tergolongkata khusus
berdasarkan ruang lingkupnya. Makin luas ruang lingkup suatu kata maka makin umum sifatnya,
sebaliknya makin sempit ruang lingkupnya makin khusus sifatnya. Kata-kata umum termasuk
kata yang mempunyai hubungan luas. Sedangkan kata-kata khusus mempunyai hubungan
sempit, terbatas, bahkan khusus atau unik.
Bandingkan :

Kata Umum
Pemimpin
runcing
Kecil, mini
Memasak
campuran

Kata Khusus
Direktur
Tujuan, memancing
Mikro, minor
Memanak
Ramuan, adonan

Kata runcing dapat digunakan untuk menyebut semua sifat benda yang makin ke ujung
makin kecil dan tajam, sedangkan kata mancung hanya digunakan secara khusus untuk hidung
yang mancung. Demikian juga kata memasak digunakan untuk menyatakan pekerjaan masak-
memasak secara umum, sedangkan menanak hanya khusus untuk mananak nasi.
Contoh :
24. Jarum, pena, dan tombak dikelompokkan pada benda-benda yang runcing.
25. Gadis yang cantik itu memiliki hidung yang mancung
26. Ibu sibuk memasak gulai ketika saya datang
27. saya diberi tugas menanak nasi
Kata-kata yang tergolong nama diri, seperti Rudi, Yayuk, Aceh, Latimojong, dan Tempe
termasuk kelompok kata khusus

2.5 Kata Populer dan Kata Kajian


Kata-kata yang tergolong kata popular adalah kata yang popular atau terkenal di kalangan
masyarakat atau kata-kata yang banyak digunakan pada berbagai kesempatan dalam komunikasi.
Sebaliknya, kata kajian adlaah kata-kata yang digunakan secara terbatas pada kesempatan-
kesempatan tertentu berupa kata-kata atau istilah yang digunakan oleh golongan ilmuan dalam
pembicaraan tulisan-tulisan ilmiah.
Kata Populer
Tahap
Sejajar
Bahagian, umur
Kata Kajian
Stadium
Paralel
Suku cadang

Contoh :
28. Rencana pembangunan tahap pertama adalah Repelita I. (tahap bermakna tingkat atau jenjang)
29. Usaha penyembuhan kanker pada stadium awal telah dilakukan. (usaha bermakna tingkatan
dalam daur hidup atau pengengembangan suatu profesi, tingkatan masa penyakit)

2.6 Kata Baku dan Kata Tidak Baku


Tuturan dan tulisan resmi harus menggunakan kata-kata baku, yaitu kata-kata yang telah
resmi dan standar dalam penggunaannya. Kata-kata baku ada yang memang berasal dari bahasa
daerah dan bahasa asing yang sudah disesuaikan ejaannya dengan ejaan bahasa Indonesia yang
resmi. Sebaliknya, kata-kata tidak baku yaitu kata-kata yang belum diterima secara resmi atau
kata-kata yang tidak menuruti kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia.

Contoh :

Kata Baku Kata Tidak Baku


Kuitansi Kwitansi
Beri tahu Kasi tahu
Padamkan (lampu) Kasi mati, bunuh (lampu)
Panutan Anutan
Pihak Fihak
Teladan Tauladan
Terdiri atas Terdiri dari
Analisis Analisa
Insaf Insyaf
Mengubah Merubah
Mengesampingkan Mengenyampingkan
Peresmian Peresmian
Perwilayahan, perwilayahan Pengwilayahan
Tergantung pada Tergantung pada
Menaati Menaati

2.7 Kata Mubazir


Kata mubazir adalah kata-kata bersininim atau kata-kata yang sama maknanya dan
digunakan bersama-sama sekaligus sehingga menjadi mubazir, yaitu menjadi berlebih-lebihan.
Penggunaaan kata mubazir dalam tuturan atau tulisan sebaiknya dihindari karena menimbulkan
makana yang berlebihan. Hal seperti itu terlihat antara lain pada pemakaian kata-kata saja dan
dari, demi dan untuk, agar dan supaya, sebab dan karena , amat sangat, dan sekali.
Contoh :
30. Sejak dari kecil dia sudah bisa bersikap jujur.
denganmu.
Seharusnya,
a. Sejak kecil dia sudah dibiasakan bersikap jujur.
b. Dari kecil dia sudah dibiasakan jujur.

31. Demi untuk menjaga keamanan kampung digiatkan siskamling.


Seharusnya,
a. Demi menjaga keamanan kampung, digiatkan siskamling.
b. Untuk menjaga keamanan kampung, digiatkan siskamling.

32. Disebabkan karena kesehatannya terganggu, dia tidak masuk kampus.


Seharusnya,
a. Disebabkan (oleh) kesehatannya terganggu, dia tidak masuk kampus.
b. Karena kesehatannya terganggu, dia tidak masuk kampus.
Termasuk dalam kata mubazir ini penggunaan secara besamaan kata bilangan tak tentu
yang menyatakan jamak dengan kata berulang atau reduplikasi yang juga menyatakan makna
jamak.
Misalnya : banyak rumah-rumah, beberapa syarat-syarat, para ibu-ibu, dll.
Contoh :
33. Banyak rumah-rumah yang dibangun melalui kredit BTN belum terjual karena harganya terlalu
mahal.

Seharusnya,
a. Banyak rumah yang dibangun melalui kredit BTN belum terjual karena harganya terlalu mahal.
b. Rumah-rumah yang dibangun melalui kredit BTN banyak yang belum terjual karena harnganya
terlalu mahal.

34. Untuk memeriahkan peringatan hari Kartini, para ibu-ibu mengadakan penjualan sandang dan
pangan murah

Seharusnya,
a. Untuk memeriahkan peringatan hari Kartini, para ibu mengadakan penjualan sandang dan
pangan murah.
b. Untuk memeriahkan peringatan hari Kartini, para ibu-ibu mengadakan penjualan sandang dan
pangan murah.

Anda mungkin juga menyukai