Anda di halaman 1dari 11

TUGAS RESUME

MENERAPKAN DIKSI DAN GAYA BAHASA YANG TEPAT DALAM


KALIMAT
“Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Bahasa Indonesia
dengan dosen pembimbing Dra. Hj. Nur Amalia, M.Pd.”

Disusun oleh :
Mariyana Fitria Nurmalisa (2001105021)
Kelas 2A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DRT. HAMKA
JAKARTA
2021
MENERAPKAN DIKSI DAN GAYA BAHASA YANG TEPAT DALAM
KALIMAT
Sabtu,03 April 2021
Yang dipresentasikan oleh :
1. Riska Amelia Putri (2001105078)
2. Aulia Nur Ahad Dini (2001105070)
3. Vinka Reviansa (2001105078)
 Materi Presentasi
Diksi adalah suatu pilihan kata yang tepat dan selaras dengan penggunaannya dalam
menyampaikan sebuah gagasan atau cerita yang meliputi gaya bahasa, ungkapan, pilihan
kata, dan lain-lain, sehingga didapatkan efek sesuai dengan yang diinginkan.
Mengacu pada pengertian diksi di atas, fungsi diksi adalah agar pemilihan kata dan
cara penyampaiannya dapat dilakukan dengan tepat sehingga orang lain mengerti maksud
yang disampaikan. Diksi juga berfungsi untuk memperindah suatu kalimat. Misalnya
diksi dalam suatu cerita, dengan diksi yang baik maka penyampaian cerita dapat
dilakukan secara runtut, menjelaskan tokoh-tokoh, mendeskripsikan latar dan waktu, dan
lain sebagainya.
Secara umum, berikut ini adalah beberapa fungsi diksi:
• Membantu audiens/ pembaca mengerti apa yang disampaikan penulis atau pembicara.
• Menciptakan aktivitas komunikasi yang lebih efektif dan efisien.
• Menyampaikan gagasan atau ide dengan tepat.
• Menjadi lambang ekspresi yang ada pada suatu gagasan.
Secara umum diksi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu diksi berdasarkan
maknanya dan diksi berdasarkan leksikal. Berikut penjelasannya:
1. Diksi Berdasarkan Maknanya
1. Makna Denotatif
Yang dimaksud dengan denotatif adalah makna yang sebenarnya dari suatu kata atau
kalimat.
Contoh :
1. Ryan sering “kerja keras” untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik.
2. Robby adalah seorang yang “gemar membantu”, dia disukai banyak orang.
3. Carla berinvestasi sejak dulu, sekarang ia mendapatkan “keuntungan melimpah”.
2. Makna Konotatif
Konotatif adalah kata atau kalimat yang memiliki arti bukan sebenarnya.
Contoh :
1. Rio harus “membanting tulang” untuk menghidupi keluarganya.
2. Hanny adalah seorang “kutu buku”, itu sebabnya ia banyak tahu tentang berbagai hal
3. Romeo suka berinvestasi sejak dulu, tahun ini ia mendapat “durian runtuh”.
2. Diksi Berdasarkan Leksikal
1. Sinonim
Sinonim adalah kata yang mempunyai arti yang sama dengan kata lain.
Contoh :
1. Bahagia = Senang
2. Matahari = Mentari
3. Cantik = Elok
4. Lezat = Enak
5. Pintar = Pandai
2. Antonim
Antonim adalah kata yang memiliki arti berlawanan dengan kata lain.
Contoh :
1. Naik x Turun
2. Besar x Kecil
3. Banyak x Sedikit
4. Tinggi x Rendah
5. Gelap x Terang
6. Cepat x Lambat
7. Bagus x Jelek
8. Mahal x Murah

3. Homonim
Homonim adalah kata yang memiliki lafal dan ejaan yang sama namun artinya berbeda
satu sama lain.
Contoh :
1. Bulan itu terlihat bulat penuh malam ini.
2. Semua karyawan mendapatkan gaji setiap bulan.
Kata bulan pada kedua kalimat tersebut memiliki arti yang berbeda walaupun ejaan dan
lafalnya sama.
4. Homofon
Homofon adalah kata yang memiliki ejaan dan makna yang berbeda, namun lafal sama.
Contoh :
1. Anton menabung uangnya di Bank secara rutin.
2. Bang Anton bekerja di perusahaan pembiayaan.
Kata “Bank” dan “Bang” pada kalimat di atas memiliki lafal yang sama, namun ejaan dan
maknanya berbeda.
5. Homograf
Homograf adalah kata yang memiliki lafal dan arti yang berbeda, namun ejaannya sama.
Contoh :
1. Makanan favorit wanita itu adalah tahu goreng.
2. Wanita itu tidak tahu kalau hari ini libur.
Kata “Tahu” pada kalimat di atas ejaannya sama, tapi memiliki arti yang berbeda.
6. Polisemi
Polisemi adalah kata yang memiliki lebih dari satu arti.
Contoh :
1. Para nasabah yang menabung di Bank akan mendapat bunga setiap bulan
2. Andini adalah salah satu bunga desa yang paling cantik
Kata “Bunga” pada kalimat di atas memiliki arti yang berbeda walaupun menggunakan
kata yang sama.
7. Hipernim dan Hiponim
Hipernim adalah kata yang dapat mewakili banyak kata lainnya. Sedangkan hiponim
adalah kata yang dapat terwakili oleh kata hipernim.
Contoh :
1. Di kebun binatang itu terdapat banyak binatang liar, misalnya gajah, singa, buaya, rusa,
kuda, dan lain-lain.
Pada kalimat di atas, binatang liar merupakan hipernim. Sedangkan kata hiponim gajah,
singa, buaya, rusa, kuda, dan lain-lain.
2. Persyaratan Dalam Ketepatan Diksi
Menurut Gorys Keraf, ada beberapa syarat dalam ketepatan diksi, diantaranya:
1. Penggunaan kata konotasi dan denotasi secara cermat.
2. Penggunaan kata sinonim atau hampir sama maknanya secara cermat.
3. Dapat membedakan kata-kata yang memiliki ejaan yang mirip.
4. Penggunaan kata kerja pada kata depan harus secara idiomatis.
5. Harus dapat membedakan kata khusus dan umum dalam tulisan atau pidato agar ketepatan
diksi terjamin
6. Memperhatikan pemilihan kata yang tepat secara berkelanjutan dalam suatu tulisan
ataupun pidato.
Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran dan perasaan batin yang hidup
melalui bahasa yang khas dalam bertutur untuk memperoleh efek-efek tertentu sehingga
apa yang dinyatakan menjadi jelas dan mendapat arti yang pas.
Adapun jenis-jenis gaya bahasa sekitar 60 buah gaya bahasa yang termasuk ke dalam
empat kelompok berikut:
1. Gaya bahasa perbandingan
2. Gaya bahasa pertentangan
3. Gaya bahasa pertautan,
4. Gaya bahasa perulangan
 Sesi penambahan dari kelompok lain
1. Kelompok 1 oleh Aliffia Salfa Nabila
Agar menghasilkan cerita yang menarik, diksi atau pemilihan kata harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
1. Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan gagasan. Pengarang harus
memiliki kemampuan dalam membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna, sesuai
dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan menemukan bentuk yang sesuai
dengan situasi dan nilai rasa pembaca.
2. Menguasai berbagai macam kosakata dan mempu memanfaatkan kata-kata tersebut
menjadi kalimat yang jelas, efektif, dan efisien.
3. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasasrkan pendapat sendiri, jika
pemahaman belum dapat dipastikan, pemakaian kata harus menemukan makna yang tepat
dalam kamus, misalnya: modern sering diartikan secara subjektif canggih menurut kamus
modern berarti terbaru atau mutakhir, canggih berarti banyak cakap, suka menggangu,
banyak mengetahui, bergaya intelektual.
4. Menggunakan kata-kata idomatik berdasarkan susunan ( pasangan ) yang benar,
misalnya: sesuai bagi seharusnya sesuai dengan.
5. Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat, misalnya : issu ( berasal dari
issue berarti publikasi, kesudahan, perkara ) isu ( dalam bahasa Indonesia berarti kabar
yang tidak jelas asal-usulnya, kabarangin, desas-desus ).
6. Menggunakan dengan cermat kata bersinonim ( pria dan laki-laki, saya dan aku, serta
buku dan kitab ), berhomofoni ( misalnya: bang dan bank ) dan berhomografi( misalnya:
apel buah, apel upacara, buku ruas, buku kitab ). Selain ketepatan pilihan kata itu,
pengguna bahasa harus pula memperhatikan kesesuaian kata agar tidak merusak makna,
suasana, dan situasi yang hendak ditimbulkan, atau suasana yang sedang berlangsung.
7. Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampuradukan penggunakannya
dengan kata tidak baku yang hanya digunakan dalam pergaulan, misalnya: hakikat (baku),
hakekat (tidak baku), konduite (baku), kondite (tidak baku).
8. Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan cermat, misalnya:
kencing (kurang sopan), buang air kecil (lebih sopan), pelacur (kasar), tunasusila.
9. Menggunakan kata berpasangan (idiomatuik), dan berlawanan makna dengan cermat,
misalnya: sesuai bagi (salah), sesuai dengan (benar), bukan hanya melainkan juga (benar),
bukan hanya tetapi juga (salah), tidak hanya tetapi juga (benar).
10. Menggunakan kata dengan nuansa tertentu, misalnya: berjalan lambat, mengesot, dan
merangkak, merah darah; merah hati.
2. Kelompok 3 oleh Raden Aaisyah Logistica
Pemakaian diksi diharapkan mampu membantu pembaca dalam memahami suatu
karya. Menurut Sudjiman (1993:22), efek yang dapat ditimbulkan dari pemilihan kata,
rangkai kata, dan pasangan kata adalah menonjolkan bagan tertentu atau foregrounding.
Menonjolkan foregrounding adalah memberikan penekanan atau perhatian dalam suatu
karya.
3. Kelompok 4 oleh Fiqratudzakia
Gaya bahasa yang terkandung dalam sebuah wancana dibagi menjadi tiga jenis yaitu
1. Gaya sederhana
Gaya bahasa sederhana digunakan untuk memberikan perintah, pelajaran,
perkuliahan, dan sejenisnya. Dengan menggunakan gaya bahsa ini, pembicara
menyampaikan fakta dan bukti untuk meyakinkan pada pendengar. Gaya ini tidak
menggunakan emosi, karena akan mengurasi nilai sebuah fakta dan bukti yang
disampaikan oleh pembicara.
2. Gaya mulia dan bertenaga
Gaya mulia dan bertenaga adalah gaya yang diungkapkan pembicara dengan penuh
vitalitas dan energi untuk menggerakkan sesuatu. Akan tetapi, untuk menggerakkan
emosi pendengar, pembaca juga menggunakan nada keagungan dan mulia.
3. Gaya menengah
Gaya menengah digunakan pembicara untuk menimbulkan suasana senang dan
damai. Nada yang digunakan bersifat lemah lembut, penuh kasih sayang, dan
mengandung humor yang sehat. Gaya ini biasanya digunakan pada acara pesta,
pertemuan tak resmi dan sejenisnya.
4. Kelompok 5 oleh Andika Rahadianto
Dalam pemilihan ketetapan kata ada dua yaaa denotatif dan konotatif
1. Denotatif adalah makna wajar yang sesuai dengan apa adanya.
Contohnya : makan bermakna memasukkan sesuatu ke dalam mulut, dikunyah dan
ditelan.
2. Konotatif adalah makna yang timbul sebagai akibat dari sikap
Contohnya : kamar kecil yaitu jamban/toilet
5. Kelompok 6 oleh Nia Ayumi
Gaya bahasa secara umum adalah pengaturan kata-kata dan kalimat-kalimat oleh
penulis atau pembicara dalam mengekspresikan ide, gagasan, dan pengalamannya untuk
meyakinkan atau mempengaruhi pembaca atau pendengar. Majas digunakan untuk
mendapatkan suasana dalam sebuah kalimat agar semakin hidup, mudahnya bisa kita
pahami bahwa majas itu bisa menjadi ungkapan yang bisa menghidupkan suatu kalimat,
majas melakukan penyimpangan makna dari suatu kata yang biasa digunakan.
6. Kelompok 7 oleh Flowrita Maylinda Sari
CIRI CIRI GAYA BAHASA
Gaya bahasa mempunyai beberapa ciri-ciri diantaranya :
1. Menggunakan bahasa indah yang mempercantik susunan kalimat,
2. Mempunyai efek tertentu yang menciptakan kesan imajinatif bagi penyimak atau
pendengarnya, baik secara lisan maupun tertulis,
3. Melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yang lain,
4. Berupa kata-kata kiasan yang menyatakan perbandingan untuk meningkatkan kesan dan
pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca.

 Sesi Tanya Jawab


1. kelompok 1 oleh Mariyana Nurmalisa
kenapa dalam Puisi harus ada diksi dan majas apakah harus?
Jawaban:
sebenarnya untuk diksi dan majas itu tergantung kepada penyair dan menyesuaikan
kepada kebutuhan
2. kelompok 3oleh Ainur
Bagaimana cara mengatasi kasus kekeliruan penggunaan diksi terhadap kata yang menuai
kontra reaksi terhadap masyarakat difabel agar tidak kembali terjadi ?
Jawaban :
Masih sebuah pertanyaan besar, apakah stigma-stigma negatif terhadap masyarakat
difabel dapat dihilangkan seratus persen. Hingga sekarang difabel masih terus berjuang
untuk mencapai itu, baik secara individu maupun berkelompok.
Secara sederhana langkah yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan sensitifitas
terhadap masyarakat difabel. Kekeliruan yang terjadi dalam berbahasa verbal dapat
diakibatkan oleh kurangnya memahami arti kata dari sudut pandang yang berbeda-beda.
Atau kurangnya menguasai alternatif diksi konotasi, sehingga menyinggung masyarakat
difabel.
Stigmatisasi terhadap masyarakat difabel melalui bahasa verbal menambah daftar
pencacatan meski tanpa unsur sebuah kesengajaan dalam berbahasa.
3. kelompok 4 oleh Revi
apa pengaruh diksi dalam komunikasi?
Jawaban :
Agar tercipta suatu komunikasi yang efektif dan efisien, pemahaman yang baik dalam
penggunaan diksi atau pemilihan kata dirasakan sangat penting, bahkan mungkin vital
terutama untuk menghindari kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Diksi dalam praktik
berbahasa yang sesungguhnya dapat menimbulkan gagasan yang tepat pada
pendengarnya, tetapi dalam praktik berbahasa sering menimbulkan kesalahpahaman bagi
pendengarnya. Kemudian, menimbulkan dampak yang luar biasa bagi masyarakat.

4. kelompok 5 oleh Adrian


sebutkan 10 contoh kalimat majas metafora?
Jawaban :
Majas metafora adalah majas yang menggunakan kata – kata yang bukan arti sebenarnya
atau kata kiasan berdasarkan persamaan atau perbandingan untuk melengkapi gaya
bahasa.
Contohnya :
 Anak – anak adalah tunas bangsa yang akan menjadi agen perubahan untuk negeri ini.
 Si jago merah berhasil melahap hampir semua perumahan yang ada di Depok.
 Salah satu sikap baik adalah memiliki perasaan yang rendah hati.
 Kita harus mampu belajar untu berlapang dada dalam menerima setiap ujian hidup.
 Orang yang memakai kacamata sering dijuluki kutu buku.
 Senyumannya seindah embun pagi yang menyegarkan.
 Perlu usaha keras untuk menjadi anak emas di kelas, yaitu dengan belajar.
 Ayah dan Ibu sangat menyayangi buah hatinya.
 Kehidupan yang sangat keras menuntut perempuan itu menjadi kupu-kupu malam untuk
menambah penghasilan.
 Debat pendapat dengan orang yang kepala batu itu percuma karena dia akan tetap
bersikukuh dan sulit menerima pendapat dari orang lain.
5. kelompok 6 oleh Farhan Muldani
kan ada 4 gaya bahasa, saya ingin bertanya puisi itukan sangat penuh dengan gaya bahasa.
kenapa puisi harus penuh dengan gaya bahasa? dan dari ke4 gaya bahasa itu, mana yang
paling menonjol atau yang paling banyak digunakan?
Jawaban :
Gaya bahasa dalam puisi seringkali digunakan penyair untuk membuat karyanya menjadi
lebih indah. Pilihan kata yang digunakan dalam puisi bebas menentukan puisi terhadap
nilai estetikanya. Gaya bahasa apabila dipadukan dengan pemilihan kata yang tepat maka
akan menciptakan karya sastra yang lebih bermakna.
1.perbandingan
2.pertentangan
3.pengulangan
6. kelompok 7 oleh Muhamad hamdzani zaky
Apa perbedaan Majas Simile dengan majas Asosiasi?
Jawaban :
1. Majas Simile
Majas simile merupakan sebuah majas yang mengumpamakan sesuatu dengan suatu hal
lainnya secara lugas atau eksplisit. Dalam majas ini, biasanya menggunakan kata-kata
tertentu, yaitu bagaikan, laksana, seperti, serupa, semisal, dan sebagainya. Supaya lebih
paham, berikut ditampilkan beberapa contoh majas simile dalam bahasa Indonesia :
Tatapannya begitu tajam seperti sebuah pisau yang baru diasah.
Senyumnya begitu manis bagaikan buah mangga yang ranum.
Tatapan matanya begitu meneduhkan laksana pohon beringin.
Wajahnya begitu cantik serupa bidadari yang turun dari kahyangan.
Wajah mereka sangatlah mirip semisal pinang yang dibelah menjadi dua bagian.
2. Majas Asosiasi
Sama halnya dengan majas simile, majas asosiasi juga merupakan majas yang
mengumpamakan suatu hal dengan hal lainnya. Namun, perumpamaan dalam majas
asosiasi jauh lebih implisit atau tidak disampaikan secara lugas. Hal tersebut membuat
pembaca mesti menafsirkan makna dibalik perumpamaan tersebut. Sama halnya dengan
majas simile, majas asosiasi juga menggunakan kata-kata tertentu di dalamnya, di mana
kata-kata tersebut antara lain bak, seperti, laksana, dan sebagainya.
contoh majas asosiasi :
Tatapan orang itu bak pisau yang baru diasah. (maknanya: tatapan orang itu sangatlah
tajam)
Wajah mereka seperti pinang dibelah dua. (Maknanya: wajah mereka sangatlah mirip)
Permasalahan ini laksana benang yang kusut. (maknanya: masalah ini sangatlah rumit)
Buronan tersebut bagaikan seekor belut. (maknanya: buronan tersebut sulit sekali
ditangkap)
Telapak tangannya seperti sebuah kapas. (maknanya: telapak tangannya begitu lembut
saat disentuh)
Kesimpulan yang Dibacakan Oleh Ketua Diskusi
Diksi adalah suatu pilihan kata yang tepat dan selaras dengan penggunaannya dalam
menyampaikan sebuah gagasan atau cerita yang meliputi gaya bahasa, ungkapan, pilihan
kata, dan lain-lain, sehingga didapatkan efek sesuai dengan yang diinginkan.
Fungsi diksi adalah agar pemilihan kata dan cara penyampaiannya dapat dilakukan
dengan tepat sehingga orang lain mengerti maksud yang disampaikan.
Diksi juga berfungsi untuk memperindah suatu kalimat. Secara umum diksi dapat
dibagi menjadi dua jenis, yaitu diksi berdasarkan maknanya dan diksi berdasarkan
leksikal. Diksi berdasarkan maknanya terbagi menjadi dua yaitu makna denotatif dan
makna konotatif. Sedangkan berdassarkan leksikal terbagi menjadi tujuh yaitu sinonim,
antonim, homonim, homofon, homograf, polisemi, hipernim dan hiponim.
Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran dan perasaan batin yang hidup
melalui bahasa yang khas dalam bertutur untuk memperoleh efek-efek tertentu sehingga
apa yang dinyatakan menjadi jelas dan mendapat arti yang pas. Adapun jenis-jenis gaya
bahasa sekitar 60 buah gaya bahasa yang termasuk ke dalam empat kelompok yaitu: gaya
bahasa perbandingan, gaya bahasa pertentangan, gaya bahasa pertautan, dan gaya bahasa
perulangan.
Empat kelompok gaya bahasa tersebut terbagi lagi menjadi beberapa yaitu :1. gaya
bahasa perbandingan terbagi menjadi 10 yaitu perumpamaan/simile, metafora,
alegori,parabel dan fabel, personifikasi, depersonifikasi, antitesis, pleonasme dan
tautologi,perifrasis,antisipasi atau prolepesis, dan koreksi atau epanortosis.2. gaya bahasa
pertentangan terbagi menjadi 20 yaitu hiperbola, litotes, ironi,oksimoron, paronomasia,
paralipsis, zeugma dan silepsis, satire, inuendo, antifrasis, paradoks,klimaks, anti
klimaks, apostrof, anastrof atau inversi,apofasis preterisio, histeron proton, hipalase,
sinisme, dan sarkasme. 3. gaya bahasa pertautan terbagi menjadi 14 yaitu metonimia,
sinekdok, alusi, eufemisme, eponim, epitet, antonomasia, erotesis, parelelism, flipsis,
gradasi,asidenton,dan polisndeton.4.gaya bahasa perulangan terbagi menjadi 10 yaitu
aliterasis, asonansis, antanaklasis, kimause, epizeukis, tautotes, anafora, epistrofa,
simploke dan mesodilopsis.

Anda mungkin juga menyukai