Anda di halaman 1dari 10

DIKSI DAN ARTI

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 2 KELAS 3F D4

Berlianita Nurazizah C Rifana Sekar Larasati


NIM : 1742620058 NIM : 1742620098
Moch. Pandya Parahita Risky Ary Pratama
NIM : 1742620003 NIM : 1742620172
Mursyidun Hanif
NIM : 1742620082

PROGRAM STUDI D4 MANAJEMEN PEMASARAN

JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA

POLITEKNIK NEGERI MALANG

MALANG

2019
2.1. Diksi

Diksi adalah suatu pernyataan yang dipakai untuk mengungkapkan gagasan atau mengungkapkan
sebuah cerita yang membahas gaya bahasa, mengungkapkan gagasan maupun lainnya. Sehingga
dengan adanya diksi, setiap kata bisa dibaca dan juga dipahami oleh pembaca dan pendengar.

2.1.1. Ciri-Ciri Diksi

Diksi juga memiliki ciri - ciri sebagai berikut ini:

 Tepat pada pemilihan kata guna mengungkap gagasan ataupun hal yang diamanatkan.
 Bisa digunakan untuk membedakan nuansa makna dengan bentuk yang sesuai terhadap
gagasan dan situasi maupun nilai rasa pembacanya.
 Memakai pembendaharaan kata yang dipunya oleh masyarakat bahasanya serta bisa
menggerakan atau memberdayakan kekayaan itu menjadi sebuah kata yang jelas.

2.1.2 Jenis-Jenis Diksi

Selanjutnya adalah jenis - jenis diksi berdasarkan maknanya yang harus anda ketahui diantaranya:

1.Makna Denotatif

Makna denotatif artinya makna asli, makna sebenarnya, ataupun makna asal dari sebuah kalimat
ataupun kata.

Dibawah ini beberapa contoh dari makna denotatif:

 Sari sangat “gemar membaca”, jadi, tak heran bila dia pintar serta berpengetahuan luas.
 Ari terlihat senang, mungkin ari sedang mendapatkan “keuntungan yang sangat
melimpah”.
 Tubuh heny sangat kurus (yang dimaksud kurus disini bermakna denotatif kondisi
tubuhnya lebih kecil dibandingkan ukuran badan normal).
2. Makna Konotatif

Makna konotatif, menyatakan makna yang memiliki arti bukan sebenarnya terhadap suatu kalimat
ataupun kata.

Berikut ini contohnya:

 Seorang ayah “banting tulang” tanpa kenal lelah, bekerja pagi hingga petang hanya untuk
mencukupi kebutuhan keluarganya. (“banting tulang” bermakna bekerja keras).
 Rika salah satu murid “kutu buku”, maka tak heran bila dirinya pintar dan memiliki
pengetahuan luas. (“kutu buku” bermakna jika Rika gemar membaca buku).
 Tania sangat bahagia, kemungkinan dia saat ini mendapat “durian runtuh”. (makna
“durian runtuh” disini ialah Tania mendapat keuntungan yang sangat melimpah).

A. Jenis Diksi Berdasarkan Leksikal

Jenis diksi juga bisa dibedakan berdasarkan leksikal diantaranya:

1.Sinonim

Sinonim merupakan kata yang bermakna sama. Penertian sinonim lainnya ialah persamaan kata.
Dibawah ini terdapat beberapa contoh kata sinonim:

 Bahagia = Gembira
 Matahari = Mentari
 Lezat = Enak
 Pintar = Pandai
 Bagus = Indah

2. Antonim

Jenis yang kedua adalah antonim yang berarti kata yang mempunyai makna berlawanan. Atau bisa
diartikan juga dengan perbedaan kata atau lawan kata. Dibawah ini beberapa contoh antonym
adalah:
 Naik >< Turun
 Banyak >< Sediki
 Tinggi >< Pendek
 Besar >< Kecil
 Gelap >< Terang
 Cepat >< Lambat
 Mahal >< Murah

3. Homonim

Yang ketiga adalah homonim yakni kata yang mempunyai makna berbeda, tapi lafal ataupun
ejaannya sama. Dibawah ini contoh homonim adalah :

 Di awal Bulan, Bapak menerima gaji.


 Bulan purnama tampak sangat jelas dikarenakan langitnya tidak berawan.

Kata “Bulan”, yang tertulis dikalimat pertama dengan kalimat kedua mempunyai lafal serta ejaan
yang sama tapi maknanya tidak sama. Pada kalimat pertama diatas menunjukan tanggal, sementara
kalimat yang kedua ditujukan untuk bulan yang ada di langit.

4. Homofon

Jenis homofon merupakan kata yang bermakna dan berejaan beda, tapi punya lafal sama. Dibawah
ini contoh kata berjenis homofon:

 Rika rajin sekali menabung di Bank.


 Kakak Rika adalah Bang Dimas.

Kata pada kalimat pertama “Bank” dengan kalimat kedua “Bang”, punya lafal yang sama tapi
punya ejaan dan makna tidak sama. Di kalimat pertama berarti tempat, sementara kalimat kedua,
menunjukan pengertian saudara.

5. Homograf

Jenis berikutnya ada homograf merupakan kata yang bermakna dan berlafal beda, namun
mempunyai ejaan sama. Berikut ini contohnya:
 Dani sedang mengkonsumsi Tahu goreng saat ini.
 Dani tidak Tahu jika hari ini adalah hari Senin.

Tahu yang terdapat pada kalimat diatas punya ejaan yang sama. Pada kalimat pertama berarti
sebuah makanan tetapi kalimat kedua mengartikan lupa dengan hari.

6. Polisemi

Selanjutnya adalah polisemi yang merupakan kata yang punya banyak arti ataupun pengertian.
Dibawah ini beberapa contoh polisemi :

 Saya menabung di bank dan mendapat Bunga 20%.


 Sinta menjadi bunga desa di desanya.
 Bunga melati sangat harum baunya.

Dikalimat pertama terdapat kata “bunga” yang menunjukan jika saya menabung di bank dan
mendapat untung. Lalu pada kalimat kedua juga menunjukan arti bahwa sinta adalah wanita paling
cantik di desanya. Terakhir kalimat ketiga telah menunjukan bunga melati yang baunya harum.

7. Hipernim dan Hiponim

Selanjutnya ada Hipernim yang merupakan kata yang telah mewakili banyak kata lainnya.
Sehingga kata hipernim dapat menjadi kata umum suatu penyebutan kata lainnya. Sementara
Hiponim merupakan kata yang terwakili maknanya oleh kata hipernim. Dibawah ini contoh
kalimat dari kata hipernim serta hiponim:

 Di dalam hutan belantara banyak sekali binatang liar, misalnya harimau, srigala, kera,
macan tutul, rusa, maupun lainnya.
 Kata hipernimnya adalah Binatang liar. Sementara kata hiponimnya adalah harimau,
srigala, rusa, macan tutul, kera maupun lainnya.
2.2 Arti

Makna adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu kata, jadi makna dengan bendanya sangat
bertautan dan saling menyatu. Jika suatu kata tidak bisa dihubungkan dengan bendanya, peristiwa
atau keadaan tertentu maka kita tidak bisa memperoleh makna dari kata itu (Tjiptadi, 1984:19).

2.2.1 Jenis-Jenis Arti

Adapun jenis-jenis dari arti atau makna yaitu:

1. Makna Denotatif

Sebuah kata mengandung kata denotatif, bila kata itu mengacu atau menunjukan pengertian atau
makna yang sebenarnya. Kata yang mengandung makna denotative digunakan dalam bahasa
ilmiah, karena itu dalam bahasa ilmiah seseorang ingin menyampaikan gagasannya. Agar gagasan
yang disampaikan tidak menimbulkan tafsiran ganda, ia harus menyampaikan gagasannya dengan
kata-kata yang mengandung makna denotative.

Makna denotatif ialah makna dasar, umum, apa adanya, netral tidak mencampuri nilai rasa, dan
tidak berupa kiasan Maskurun (1984:10).Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara
eksplisit maka wajar, yang berarti makna kat ayang sesuai dengan apa adanya, sesuai dengan
observasi, hasil pengukuran dan pembatasan (perera, 1991:69).Makna denotatif didasarkan atas
penunjukan yang lugas pada sesuatu diluar bahasa atau didasarkan atas konvensi tertentu
(kridalaksana, 1993:40).

Berdasarkan pendapat diatas, maka penulis simpulkan bahwa makna denotative adalah makna
yang sebenarnya, umum, apa adanya, tidak mencampuri nilai rasa, dan tidak berupa kiasan.

2. Makna Konotatif

Sebuah kata mengandung makna konotatif, bila kata-kata itu mengandung nilai-nilai emosi
tertentu. Dalam berbahasa orang tidak hanya mengungkap gagasan, pendapat atau isi pikiran.
Tetapi juga mengungkapakan emosi-emosi tertentu. Mungkin saja kata-kata yang dipakai sama,
akan tetapi karena adanya kandungan emosi yang dimuatnya menyebabkan kata-kata yang
diucapkan mengandung makna konotatif disamping mkna denotatif.
Makna konotatif adalah makna yang berupa kiasan atau yang disertai nilai rasa, tambahan-
tambahan sikap sosial, sikap pribadi sikap dari suatu zaman, dan criteria-kriteria tambahan yang
dikenakan pada sebuah makna konseptual.

Seperti kata kursi, kursi disini bukan lagi tempat duduk, melaikan suatu jabatan atau kedudukan
yang ditempati oleh seseorang. Kursi diartikan sebagai tempat duduk mengandung makna lugas
atau makna denotatif. Kursi yang diartikan suatu jabatan atau kedudukan yang diperoleh seseorang
mengandung makna kiasan atau makna konotatif.

3. Makna Leksikal

Makna Leksikal ialah makna kata seperti yang terdapat dalam kamus, istilah leksikal berasal dari
leksikon yang berarti kamus. Makna kata yang sesuai dengan kamus inilah kata yang bermakna
leksikal. Misalnya : Batin (hati), Belai (usap), Cela (cacat).

4. Makna Gramatikal

Makna gramatikal adalah makna kata yang diperoleh dari hasil perstiwa tata bahasa, istilah
gramatikal dari kata grammar yang artinya tata bahasa. Makna gramatikal sebagau hasil peristiwa
tata bahasa ini sering disebut juga nosi. Misalnya : Nosi-an pada kata gantungan adalah alat.

5. Makna Asosiatif

Makna asosiatif mencakup keseluruhan hubungan makna dengan nalar diluar bahasa. Ia
berhubungan dengan masyarakat pemakai bahasa, pribadi memakai bahasa, perasaan pemakai
bahasa, nilai-nilai masyarakat pemakai bahasa dan perkembangan kata sesuai kehendak pemakai
bahasa. Makna asositif dibagi menjadi beberapa macam, seperti makna kolokatif, makna reflektif,
makna stilistik, makna afektif, dan makna interpretatif.

a. Makna Kolokatif

Makna kolokatif lebih berhubungan dengan penempatan makna dalam frase sebuah bahasa. Kata
kaya dan miskin terbatas pada kelompok farase. Makna kolokatif adalah makna kata yang
ditentukan oleh penggunaannya dalam kalimat. Kata yang bermakna kolokatif memiliki makna
yang sebenarnya.
b. Makna Reflektif

Makna reflektif adalah makna yang mengandung satu makna konseptual dengan konseptual yang
lain, dan cenderung kepada sesuatu yang bersifat sacral, suci/tabu terlarang, kurang sopan, atau
haram serta diperoleh berdasarkan pengalaman pribadi atau pengalaman sejarah.

c. Makna Stilistika

Makna stilistika adalah makna kata yang digunakan berdasarkan keadaan atau situasi dan
lingkungan masyarakat pemakai bahasa itu. Sedangkan bahasa itu sendiri merupakan salah satu
cirri pembeda utama dari mahluk lain didunia ini. Mengenai bahasa secara tidak langsung akan
berbicara mempelajari kosa kata yang terdapat dalam bahasa yang digunakan pada eaktu
komunikasi itu.

d. Makna Afektif

Makna ini biasanya dipakai oleh pembicara berdasarkan perasaan yang digunakan dalam
berbahasa.

e. Makna Interpretatif

Makna interpretatif adalah makna yang berhubungan dengan penafsiran dan tanggapan dari
pembaca atau pendengar, menulis atau berbicara, membaca atau mendengarkan (parera,1991:72).

6. Amelioratif
Amelioratif adalah perubahan makna kata menjadi lebih baik. Amelioratif terjadi ketika makna
suatu kata yang awalnya dirasakan rendah nilainya kemudian berubah menjadi lebih tinggi atau
lebih baik nilainya. Contoh: Makna ‘wanita’ dan ‘istri’ nilainya dirasakan lebih tinggi dari kata
‘perempuan’ atau ‘bini’, padahal pada awalnya memiliki nilai yang sama

7. Peyoratif
Peyoratif adalah perubahan makna kata menjadi lebih rendah. Peyoratif terjadi ketika suatu kata
yang awalnya memiliki makna yang nilainya baik menjadi lebih rendah atau kurang baik nilainya.
Peyoratif dapat dikatakan sebagai kebalikan dari amelioratif.
Contoh : Kata ‘kaki tangan’ pada awalnya memiliki makna ‘pembantu (umum)’ namun karena
mengalami perkembangan, kata ‘kaki tangan’ berubah maknanya menjadi ‘kaki tangan penjahat’
atau ‘mata-mata musuh’, yang berarti lebih rendah maknanya.

8. Makna yang Meluas


Makna yang meluas terjadi ketika suatu kata yang semula maknanya dan penggunaanya terbatas
mengalami perubahan sehingga makna dan penggunaan kata tersebut menjadi lebih luas
cakupannya.

Contoh : Kata ‘saudara, kakak dan adik’ awalnya digunakan terbatas untuk orang yang memiliki
hubungan darah atau keluarga, tetapi makna kata ini meluas sehingga bisa juga digunakan sebagai
kata ganti atau sapaan yang tidak hanya diperuntukkan bagi keluarga yang memiliki hubungan
darah saja.

9. Makna yang Menyempit


Makna yang menyempit terjadi ketika suatu kata yang awalnya digunakan dan bermakna luas
kemudian mengalami pembatasan atau penyempitan makna. Makna kaya menyempit ini adalah
kebalikan dari makna kata meluas.

Contoh: Kata ‘madrasah’ (bahasa arab) pada awalnya memiliki arti ‘sekolah’ (umum). namun
dalam bahasa Indonesia sekarang, kata ‘madrasah’ hanya diperuntukkan untuk menyatakan
sekolah agama islam.

Kata ‘sarjana’ pada awalnya diperuntukan untuk semua orang yang dianggap pandai. Tapi kata ini
mengalami penyempitan makna sehingga sekarang hanya digunakan untuk menyebut para lulusan
perguruan tinggi.

10. Sinestesia
Sinestesia adalah perubahan makna yang terjadi karena adanya pertukaran tanggapan dari dua
indera. Misalnya, suatu kata yang maknanya ditujukan untuk indera penglihatan menjadi ditujukan
untuk indera perasa.

Contoh : ‘Mukanya masam’; ‘Senyumannya manis’ kata ‘masam’ dan ‘manis’ seharusnya untuk
menyatakan indera perasa atau pengecap, tetapi mengalami pergeseran atau pertukaran makna
untuk digunakan pada indera penglihatan.
DAFTAR PUSTAKA

Rahayu, Minto (2009). Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta:PT Grasindo. Hal 73

Kridalaksana. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia

Maskurun, 1984. Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta Yudistira.

Parera. 1991. Sintaksis. Jakarta. Garamadia Utama.

Tjiptadi, Bambang.1984. Tata Bahasa Indonesia. Cetakan II. Jakarta: Yudistira.

Anda mungkin juga menyukai