Anda di halaman 1dari 16

RELASI MAKNA (ANTONIM/TADLAD)

A. Pendahuluan
Bahasa merupakan media komunikasi yang paling efektif yang
dipergunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan individu lainnya. Bahasa
yang digunakan dalam berinteraksi pada keseharian kita sangat bervariasi
bentuknya, baik dilihat dari fungsi maupun bentuknya. Tataran penggunaan
bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat dalam berinteraksi tentunya tidak
lepas dari penggunaan kata atau kalimat yang bermuara pada makna, yang
merupakan ruang lingkup dari semantik.
Para peneliti semantik mencatat bahwa leksem dalam suatu leksikon
tidak berdiri sendiri akan tetapi, laksem tersebut ada dalam relasi dengan
laksem-laksem lain. Leksikon dianggap sebagai suatu sistem yang terjadi dari
banyak subsistem. Dalam setiap subsistem tersebut, laksem dihubungkan satu
sama lain dengan relasi makna. Salah satu yang kurang disadari oleh banyak
orang adalah bahwa relasi makana itu merupakan refleksi konsep yang
disimpan oleh penutur bahasa dalam sistem sarafnya. Penyadaran akan peran
relasi makna merupakan upaya memperkaya konsep.
Chaer mengemukakan bahwa relasi makna atau hubungan makna
adalah hubungan kemaknaan antara sebuah kata atau satuan bahasa (frase,
klausa, kalimat) dengan kata atau satuan bahasa lainnya termasuk bahasa
Indonesia. Hubungan ini dapat berupa kesmaan makna (sinonimi) kebalikan
makna (antonimi), kegandaan makna (polisemi), kelainan makna (homonimi),
ketercakupan makna (hiponimi), dan ambiguitas.1
Adanya fenomena tersebut, maka perlu dilakukan suatu pengkajian
mengenai relasi-relasi makna agar dapat diperoleh dan diketahui berbagai
hubungan (relasi) makna dengan kata lainnya. Dengan pemahaman terhadap
berbagai relasi-relasi makna, maka dalam menyampaikan suatu informasi
kepada lawan tutur dapat menggunakan dengan tepat serta sesuai dengan
keadaan. Berdasarkan hal tersebut, penulis merasa tertarik ingin meneliti
tentang “Relasi-relasi makna dalam bahasa Indonesia”.
Ada beberapa relasi makna menurut Moh Ainin (dalam bukunya
simantik bahasa arab) yakni mencakup: (1) sinonimi; (2) antonim (3)
homonim; (4) polisemi; (5) hoponim-hipernim; dan (6) Musytarak Muhdah.2
Namun Pada makalah ini fokus permasalahan hanya pada persoalan antonimi.

B. Pengertian Antonimi
1 Chaer, A, Pengantar Semantic Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta 2002), hlm.,
23.
2 Moh Ainin, dan imam Asrari, Semantic Bahasa Arab, (Surabaya: Hilal pustaka,
2008), hlm., 51.

1
Istilah antonimi (Inggris: antonymy berasal dari bahasa Yunani Kuno
onama = nama, dan anti = melawan). Makna harfiahnya, nama lain untuk
benda yang lain. Verhaar mengatakan: “Antonimi adalah ungkapan (biasanya
kata, tetapi dapat juga frase atau kalimat) yang dianggap bermakna kebalikan
dari ungkapan alain.”3 Sedangkan menurut Al- Khammas (dalam H.R
taufiqurrahman M.A) antonimi (Al-Tadhad) adalah dua buah kata atau lebih
yang maknaya dianggap berlawanan. Disebut dianggap karena sifat berlawanan
dari dua kata yang berantonim ini sangat relative. 4
Istilah antonym mulai dikenal ketika C.J. Smith menggunakanya
sebagai pasangan sinonim dalam kamus bahasa inggris yang disusunya pada
tahun 1867 dengan judul synonym and antonym, meskipun untuk
menggunakan maksud sebagai lawan kata ia lebih menyukai istilah
countertrem. Sementara Geoffrey Leech mengusulkan istilah incompability
atau meaning exlusion daripada istilah antonym. Ai mencotohkan bahwa
pertanyaan What is the antonymy of women? Dapat dijawab dengan gril atau
man.5
Abu Thayyib mengemukakan: 6 "‫"الضداد جمع ضيد كل شئ مانافاه‬
“Adhad jamak dari dhidd dan lawan dari sesuatu yang menafikanya”, misalnya
‫ البياض‬dan ‫السواد‬. Lebih lanjut dikemukakan bahwa tidak semua yang berbeda
merupakan lawan atau kebalikan. Sebagai contoh, al-quwwah dan al-jahl
merupakan dua kat yang berbeda, tetapi tidak berlawanan. Adapun lawan al-
quwwah adalah adh-dha’f dan lawan al-jahl adalah al-‘ilm. Berbeda lebih luas
daripada berlawanan, karena yang berlawanan pasti berbeda dan setiap yang
berbeda itu berlawanan.
Dengan kata lain, Istilah antonimi digunakan untuk makna yang
bertentangan. mengemukakan antonimi adalah kata yang mengandung makna
yang berkebalikan atau berlawanan dengan kata lain.

C. Tujuan dan Fungsi Antonim


Cruse mengatakan bahwa antonimi tidak sama dengan pertentangan
sebab antonimi merupakan bagian pertentangan. Pertentangan dapat mencakup
kekomplementeran, keantoniman, kesebalikan, dan arah.7 Kekomplementeran
merupakan perihal pertentangan yang ditandai dengan adanya perangkat
leksem yang hanya memiliki dua anggota. Jika satu leksem menyatakan satu
anggota, berarti leksem itu mengingkari anggota yang lain, misalnya, laki-
3 J. W. M. Verhaar, Pengantar Linguistik, jilid I (Yogyakarta: Gadja mada University
Press, 1981), hlm., 133.
4 Taufiqurrahman, Leksikoligi Bahasa Arab, (UIN Malang Press, 2008), hlm, 75.
5 J.D. Perara, Teori Semantic, ed ke 2 (Jakarta: erlangga, t, th), hlm., 70.
6 Moh Ainin dan imam, Semantic…., hlm., 62.
7Cruse, D.A. Lexical Semantics. (New York: Cambridge University,1987). Hal, 86.
laki:perempuan, hidup:mati, dan kawin:lajang. Bentuk-bentuk semacam itu
tidak termasuk antonim, tetapi hanya sebatas oposisi komplementer.
Keantoniman adalah hal pertentangan yang ditandai dengan adanya penarafan
(gradable). Pada umumnya kata yang berantonim dapat bersanding dengan
kata sangat, agak, dan sekali. Misalnya, besar: kecil, panjang: pendek, baik:
buruk, dan tinggi: rendah dapat diubah menjadi sangat besar, agak besar, besar
sekali; sangat kecil, agak kecil dan kecil sekali; sangat panjang, agak panjang,
dan panjang sekali. Kesebalikan adalah hal pertentangan yang ditandai
dengan pemunculan leksem yang satu mensyaratkan adanya leksem yang lain,
misalnya, suami:istri, penjual:pembeli, dokter:pasien.
Berdasarkan pendapat Cruce tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak
semua bentuk yang beroposisi adalah antonim sebab keantoniman hanya
merupakan salah satu bagian dari oposisi makna leksikal di samping tiga
konsep yang lain, yaitu komplemen (complementaries), tentangan direksional
(directional opposities), dan tentangan relasional (relational opposities).
Keantoniman yang biasanya dimaknai sebagai istilah yang mencakupi semua
tipe oposisi makna, tidak diikuti dalain tulisan ini.

D. Pandangan Antonim dalam Keilmuan Linguistik Arab


1. Menurut Lingistik Tradisional
Pertentangan makna ( ‫ الضد‬, jamaknya ‫ الضداد‬, kerap juga disebut al-
tadhad, adapula istilah lainya yaitu mudhadad) menurut para linguistic arab
tradisional adalah satu kata yang mempunyai dua makna yang saling
bertentangan.8 Untuk mewakili pendapat mereka, kami kutip pendapat
mukhar umar dalam bukunya ‘ilm al-dalalah menyatakan bahwa:9
“ yang kami maksud dengan pertentangan makna bukanlah seperti yang
dimaksud oleh para lingistis modern dengan adanya dua kata yang
pengucapanya berbeda dan maknya berkebalikan, seperti pendek kebalikan
makna dengan panjang dan indah berkebalikan makna dengan buruk, tetapi
yang kami maksud adalah pengertianya yang terdahulu, yaitu al-lafdzu al
musta’malu fi ma’naini mutadhadaini (suatu kata yang digunakan untuk dua
makna yang saling bertentangan).”
Kaitanya dengan hal tersebut, adapun para ahli bahasa arab
tradisional yang menulis tentang al-dhid ialah: ibn al-anbari (328 H),
al-‘asma’iy (216 H), abu hatim (255 H), quthrub (206 H), Aqdu al-Thayyib
(351 H), ibnu Duhhan (569 H), al tauwzy (230 H), dan ibn Fariz (395 H). 10
para lingis diatas termasuk kelompok yang menetapkan adanya al-tadhad.
Sedangkan kelompok pengingkar adanya al-tadhad tokoh utamanya adalah

8 Marjiko Idris, Semantic al-Quran: Pertentangan Dan Perbedaan Makna, cet ke 1


(Yogyakarta: Teras, 2008), hlm., 31.
9 Ahmad Mukhtar Umar, ‘Ilm Al-Dilalah, (Beirut: Alam al-Kutub, t. th), hlm., 191
10 Marjoko Idris, Semantic,. Hlm. 10.

3
ibnu Darastawaih (w. 347 H) yang menulis buku “ fi ibthali al adhdad” .
mereka gigih dalam menta’wilkan contoh-contoh yang “dianggap”
bertentangan hingga gugur nilai pertentanganya.11 Misalnya kata ‫ طرب‬yang
bias berarti sesudah atau senang, telah disangkal bahwa kata tersebut
mempunyai arti ganda, tetapi bermakna pasti sebagai “bingung”, yaitu rasa
berdebar yang dijumpai seorang dikala susah atau gembira.12
Adapun sebab munculnya pertentangan makna ini umar mencatat ada
dua bentuk, yaitu pertama: asbab dakhiiliyyah (sebab-sebab dari dalam)
contohnya kata ‫ ضاع‬yang bias berarti “menyembunyikan” (bila huruf kedua
alif) dan bias berarti “menampakan” (bila huruf keduanya ya). Kedua: asbab
kharijiyyah (sebab-sebab dari luar) contohnya kata ‫ جليل‬yang bias berarti
“besar” sekaligus “kecil”. Dalam bahasa araab standar, jalil berarti “kecil”
sedangkan dialek Kuwait ketika mengucapkan kata ‫ قليييل‬berbunyi jalil
sehingga artinya “kecil”.13 Tanpa mengemukakan contoh secara rinci, Dr.
M. M Daud mencatat sebab-sebab pertentangan makna menurut para
linguis, yaitu perbedaan dialek, majaz, isti’arah, bentuk morfologis yang
mengandung lebih dari satu makna, dan sebagai factor-factor social.14
2. Menurut Lingistik Modern
Dalam istilah linguistic modern, pertentangn makna dikenal dengan
makan antonim atau dalam bahasa arab sisebut al-tadhad. Chaer dalam
bukunya linguistik umum mendefinisikan antonim dengan hubungan
semantik antara dua buah satuan ujaran yang maknanya menyatakan
kelebihan, pertentangan, atau kontras yang satu dengan yang lainya.15
Dalam bukunya yang lain, chaer menentukan definisi praktisnya bahwa
antonym adalah dua buah kata yang maknanya “dianggap” berlawanan.16
Misalnya tinggi berantonim dengan rendah, dan baik berantonim dengan
buruk, artinya kurang lebih sama dengan yang telah disebutkan dalam
antonim. Definisi inilah yang dijadikan acuan dalam pembahasan makalah
ini.

E. Pertentangan Makna dalam Balaghah


Pertentangan makna dalam ilmu balaghah disebut al-thibaq. Istilah al-

11 M. M Daud, Al-Arabiyyah Wa ‘Ilm Al-Lughah Al-Hadist, (kairo: Dar


Gharibah,2001), hlm., 194.
12 Abd al-Qadir ‘Abd al-Jalil, Al-Tanawwu At Al-Lughawiyyah (t,tp., Dar al-Shafa, t,
tp), hlm., 393-394.
13 Marjoko Idris, Semantic, hlm., 7.
14 M daud, Al-Arabiyyah,. Hlm., 194.
15 Marjiko idris, Semantic., hlm., 31
16 Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonedia, cet ke 1 (Jakarta:rineka
cipta,1998), hlm., 309.
Tibaq oleh Majdi Wahbah dan Kamil Muhandis dipadankan dengan
antithesis.17 Pengertian al-Thibaq dalam termenologi ilmu al-Badi’ antara lain
‫ “ الجمييع بييين الضييدين او المعنييين المتقييابلين فييي الجمليية‬mengumpulakan dua kata yang
berlawanan atau dua arti yang berkebalikan dalam satu kalimat”. Ali Jarim
mengartikanya dengan ‫ “ الجع بين الفظين متقبلين في الجملة‬mengumpulkan dua kata
yang bertentangan makna dalam satu kalimat”.18
Dua kata yang bertentangan itu adakalanya berupa:
1. Isim dengan isim.
Contoh: ‫هو الول والخر والظاهروالباطن‬.... (Q.S. al Hadid:3)
“dai-lah yang awal dan yang akhir, yang dharir dan yang bathin…”
2. Fi’il dengan fi’il.
Contoh: ‫وانه هو‬... (Q.S. al-Najm:42)
“dia-lah yang menjadikan orang tertawa dan menagis”
3. Huruf dengan huruf.
Contoh: ‫( ولهن مثل الذي عليهن بالمعروف‬Q.S. al-Baqarah:228)
“Dan bagi para istri ada hak yang seimbang dan kewajibanya menurut cara
yang ma’ruf.”
4. Dua unsur yang berbeda.
Contoh: ‫( ومن يضلل ال فما له من هاد‬Q.S. al-Ra’du: 33)
“barang siapa disesatkan allah, dia akan petunjuk jalan”19

F. Antonim dalam Tataran Sistematis


Dalam tartan sistematis, antonim dapat dibagi dalam bebrapa jenis
sebagai berikut: 20
1. Antar-morfem, contoh: thankful dan tankless (inggr), api dan air.
2. Antar-kata, contoh: sukar dan mudah, hidup dan mati.
3. Antar-frase, contoh: secara teratur dan secara tidak teratur
4. Antar-kalimat, contoh dia sakit dan dia tidak sakit.

G. Karekteristik Keantoniman
Menurut Cruse relasi keantoniman mempunyai karakteristik berikut:21

1) Anggota pasangan antonim sepenuhnya bertaraf (umumnya adjektiva,


ada juga yang verba).

17 Madji Wahbah dan Kamil Muhandis, Mu’jam Mushthalahat Al-Arabiyyah Fi Al-


Lughati Wa Al-Adabi (Bairut: Maktabah Lubnan,1984), hlm., 232.
18 Marjoko Idris, Semantic, hlm., 9.
19 Ibid., hlm., 10-11.
20 Verhaar, Pengantar, hlm.134.
21 Cruse, D. Alan,. Lexical Semantics, hlm., 204.

5
2) Anggota pasangan menunjukkan derajat/tingkat dari beberapa ciri
variabel, seperti panjang. kecepatan, berat, dan ketepatan.

3) Jika diintensifklan, anggota pasangan bergerak dalam arah yang


berlawan sepanjang skala yang merepresentasikan derajat dari ciri
variabel yang relevan itu. Jadi, very heavy ‘sangat berat’ dan very
light ‘sangat ringan’, misalnya, lebih luas dipisahkan pada skala berat
daripada fairly heavy dan fairly light.

4) Anggota pasangan tidak membagi dua suatu ranah secara tegas: ada
ranah nilai dari sifat variabel, yang terletak di antara anggota yang
bertentangan, yang tidak dapat diacu dengan tepat oleh keduanya.
Hasilnya, pernyataan yang berisi satu anggota pasangan antonim
terletak dalam relasi kekontreran dengan pernyaataan paralel yang
berisi anggota yang lain. Jadi, It’s long dan It’s short adalah
pernyataan kontrer (contrary), bukan pernyataan kontradiktif
(contradictory). Oleh karena itu, It’s neither long nor short bukan
paradoks karena ada wilayah pada skala panjang yang dengan tepat
memenuhi deskripsi ini.
Saeed, sejalan dengan Cruse, menambahkan tiga karakteristik berikut.22
1) Firstly, there are usually intermediate terms so that between the gradable
antonyms hot and cold we can find: hot (warm tepid cool) cold.

2) Secondly, the term are usually relative, so a thick pencil is likely to be


thinner than a thin girl; and a late dinosaur fossil is earlier than an early
Elvis record.

3) A third characteristic is that in some pairs one term is more basic and
common, so for example of the pair long/short, it is more natural to ask of
something How long is it? than How short is it?.
Dalam pada itu, salah satu karakteristik yang disebutkan Fromkin
dan Rodman yang sama dengan pandangan Saeed, adalah bahwa pasangan
tertentu antonim salah satu bermarkah dan yang satu lagi tak bermarkah.
Anggota yang tak bermarkah dipakai untuk menanyakan derajat. Kita lazim
bertanya, “seberapa tinggi gunung itu?”, bukan: “seberapa rendah gunung
itu?”. 23

H. jenis-jenis Antonim
Dalam tabel berikut ini diperlihatkan beberapa pembagian antonim

22 Saeed, John I.,. Semantics. ( Oxford: Blackwell, 1997), hlm., 67.


23 Fromkin, Victoria dan Robert Rodman,. An Introduction to Language. Edisi
Keenam. (Orlando, Florida: Hartcourt Brace College Publishers, 1998)., hlm 167.
menurut para linguis adalah sebagai berikut:

No Nama Jumlah Rincian jenis antonym Contoh


linguis jenis
antoni
m
1. Chaer 5 1. Mutlak Hidup><mati
2. Kutub Jauh><dekat
(bergradasi) Suami><istri
3. Hubungan Kilometer><meter
4. Hierarkis Berdiri><duduk,
5. majemuk Berlari,tiduran.24
2. Soedjito 3 1. kembar laki-laki><wanita
2. bertingkat besar><kecil
3. kebalikan guru><murid.25

3. Kempson 3 1. biner Hidup><mati


2. berderajat Besarnya pesawat
><besarnya
3. timbal-balik mobil
Penjual><pembeli26
4. Ali jarim 2 1. positif Menagis><tertawa
2. negatif Mengerti><tidak
mengerti.27
5. A.mukhtar 5 1. terbatas Pria><wanita
umar 2. bertingkat Panas><dingin
3. berkebalikan Suami><istri
4. direksional Pulang><pergi
5. orthogonal dan Utara><barat
antipodal Utara><selatan28

24 Moh. Ainin, Semantic, hlm.73-75.


25 Ibid., hlm., 75-76.
26 Marjoko Idris, Semantic, hlm., 39.
27 Parera, Teori, hlm., 74.
28 Muhtar Umar, ‘Ilm, hlm., 120-104.

7
6. Parera 5 1. kenasabahan Orang tua><anak
2. berbalasan Tanya><tawab
3. tempat Atas><bawah
4. jenjang Senin><selasa,rabu
5. khas Menyewa><menyew
akan29
7. Saeed 5 1. sederhana Lulus><gagal
2. bertingkat Panas><dingin
3. referesif(berbalik Kanan><kiri
) Suami><istri
4. konfersif (yang
satu haruskan
adanya yang lain) Hitam><putih
5. kerabat Km><hm30
taksonomi
8. Lyons 5 1. bergradasi Panas><dingin
2. tak bergradasi Pria><wanita
3. direksional Naik><turun
4. ortopodal Timur,utara,barat,><
selatan
5. antipodal Utara><selatan.31

9. Al- 5 1. mutlaq Mati><hidup


Khammas 2. bertingkat Mudah><sulit
3. berlawanan Ayah><ibu
4. garis samping Utara><timur
5. garis lurus Atas><bawah32
10. Ali al- 9 1. terbatas Hidup><mati
khuly 2. berkebalikan Menjual><membeli
3. bergradasi Mudah><sulit
4. arah Atas><bawah
5. bagian Sampul><isi buku
6. siklus Kemarau><hujan,
Senin><selasa
7. hirarkis Rector><dekan

29 Perara, Teori, hlm., 74.


30 Ibid., hlm. 38-39.
31 Marjoko Idris, Semantic, hlm., 38
32 Taufiqurrahman, Leksikologi, hlm 74-78.
8. kkerabat Kerbau><sapi
9. dua dan multi Antonym 1 dan
VIII33
11. Hurford dan 3 1. biner Tua><muda
Heasly 2. Konversi(Conver orang tua><anak
ses) rajin><malas
3. Gradabel
(Gradable
antonyms),
13 Fromkin 4 1. Komplementer Suamu><istri
dan 2. Gradabe Rajin><malas
Rodman 3. Relasional Guru><murid
4. Resiprokal membeli >< menjual

Tabel diatas terlihat bahwa adakalanya para ahli berbeda pendapat


memasukan satu kata gori yang sama pada jenis antonym yang berbeda.
Sebagai contoh perara memasukan senin-selasa dalam jenis antonym jenjang,
sedangkan al-khuly menamainya antonym siklus, suami istri di masukan saeed
dalam antonym konversif, tetapi digolongkan chaer dalam antonym hubungan.
Pualang pergi dan naik turun.
Dalam makalah ini penulis menjelaskan sebagian dari teori yang telah
disebutkan diatas, dengan harapan dapat mewakili sebagian besar teori yang
lainya. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Chaer
Menurut Chaer antonim sering juga disebut dengan istilah oposisi
makna, seperti pada uraian berikut ini:34
a. Oposisi mutlak
Kata-kata yang memiliki pertentangan makna secra mutlak termasuk
dalam jenis ini. Misalnya: hidup dengan mati. Orang yang hidup sudah pasti
tidak mati, sedangkan orang yang mati pasti tidak hidup. Contoh lain diam
dan gerak. Sesuatu yang diam pasti tidak bergerak, begitu pula sebaliknya
sesuatu yang bergerak pasti tidak diam.
b. Oposisi kutub
Ada kata-kata yang pertentangannya tidak mutla, tetapi
berjenjang/bertingkat. Contoh: kata kaya dengan miskin. Kaya dengan
miskin tidak memiliki pertentangan yang mutlak. Orang yang kaya
kadangkala masih merasa miskin, sebaliknya orang yang miskin mungkin
33 Ali al khuly, ‘Ilm Al-Dalalah (‘Ilm Al-Ma’na) (Oman: Dar la-Falah li al-Nasyri wa
al-Tauzi’i, 2001). Hlm. 116-127.
34 Abdul chaer, Tata Bahasa., hlm. 27.

9
ada yang merasa tidak miskin.
Kata-kata yang beroposisi kutub umumnya berkelas kata adjektif.
Contoh: cantik dengan jelek, periangdengan pendiam, pintar dengan bodoh,
dan sebagainya.

c. Oposisi hubungan
Oposisi hubungan ditujukan untuk kata-kata yang saling
berhubungan. Kehadiran suatu kata mengakibatkan kehadiran kata yang
lain. Contoh, kata penjual ada karena adanya kata pembeli. Kata guru
bersamaan hadir dengan kata murid, jika tidak ada kata guru maka tidak
akan muncul kata murid. Kata-kata tersebut timbul secara serempak dan
saling melengkapi.
Kata-kata yang beroposisi hubungan ini dapat berupa kata kerja dan
kata benda. Contoh kata-kata yang berupa kata kerja antara lain adalah:
pulang-pergi, maju-mundur, belajar-mengajar, dan sebagainya. Sedangkan
contoh kata yang beroposisi hubungan berupa kata benda antara lain adalah:
guru-murid, buruh-majikan, dan pimpinan-bawahan.
d. Oposisi Hierarkial
Kata-kata yang beroposisi hierarkial adalah kata-kata yang berupa
nama satuan ukuran (berat, panjang, dan isi), satuan hitungan, penanggalan,
dan jenjang kepangkatan. Kata centimeter dan kilometer merupakan contoh
kata yang beroposisi secara hierarkial karena keduanya berada dalam
deretan ukuran panajang. Begitu pula kata sersan dengan jenderal, karena
berada dalam jenjang kepangkatan.
e. Oposisi majemuk
Adalah kata-kata yang tidak hanya beroposisi dengan satu kata saja,
melainkan dengan dua buah kata atau lebih. Contoh, kata ramah dapat
beroposisi dengan judes, galak, bengis, dan kejam.
2. Fromkin dan Rodman
Sedangkan Fromkin dan Rodman (dalam Tarigan, 1986:41)
mengemukakan bahwa antonim-antonim yang beraneka ragam itu dapat
diklasifikasikan atas beberapa pasangan, yakni :
a. Antonim Komplementer
Antonim Komplementer, yaitu pasangan yang saling melengkapi.
Yang satu tidaklah lengkap atau tidak sempurna bila tidak dibarengi oleh
yang satu lagi.
Sebagai contoh, kata suami berantonim dengan kata istri.
b. Antonim Gradabe
Suatu antonim disebut pasangan gradabel apabila penegatifan suatu
kata tidaklah bersinonim dengan kata yang lain. Ciri lain sejumlah pasangan
gradabel ialah bahwa yang berciri atau bertanda dan yang satu lagi tidak
berciri atau tidak bertanda. Anggota pasangan yang tidak berciri atau tidak
bertanda itu biasanya dipakai dalam pertanyaan-pertanyaan yang ada
kaitannya dengan kadar atau tingkat. Sebagai contoh dalam suasana pasar,
rajin x malas, berat x ringan.

c. Antonim Relasional
Antonim relasional adalah antonim yang memperlihatkan
kesimetrisan dalam makna anggota pasangannya, karena anggota pasangan
antonim itu terdapat hubungan yang erat. Sebagai contoh, kata guru dan
murid. Kalau si A adalah atasan si B, maka si B adalah bawahan si A.
d. Antonim Resiprokal
Antonim resiprokal adalah antonim yang mengandung pasangan
yang berlawanan atau bertentangan dalam makna tetapi juga secara
fungsional berhubungan erat, hubungan itu justru hubungan timbal balik.
Sebagai contoh, pasangan kata, membeli >< menjual .
3. Al-khammas
Al-khammas mengklasifikasikan antonym menjadi 5 (lima) macam yaitu:35
1. Antonim Mutlaq
Yaitu, di antara medan makna pada dua kata yang berlawanan tidak
terdapat tingkat atau level. Artinya, kedua kata yang maknaya
berlawanan itu benar-benar mutlaq.Contoh:
Betina/perempuan><jantan/laki-laki
Menikah><bujang
Mati><hidup
Salah><benar
Wanita><pria
2. Antonim Bertingkat
Yaitu, diantara medan makna pada dua kata yang berlawanan masih
terdapat tingkatan/level. Artinya, makna dari kata-kata yang saling
berlawanan masih relative. Contoh:
 ‫( سهل‬mudah) lawan kata ‫( صعب‬sulit); namun antara
muda dan sulit masih tinggkat kemudahan/kesulitan
tertentu.
 ‫( بارد‬dingin) lawan kata ‫( حار‬panas); diantara dingin
dan panas masih ada level tertentu. Misalnya: ‫فيياتر‬
(hangat kuku), ‫( دافئ‬hangat), ‫( ساخن‬paling hangat).
3. Berlawanan
Yaitu, diantara medan makna pada dua kata yang berlawanan bersifat

35 Taufiqurrahman, Leksikologi., hlm., 75-78.

11
lazim/lumrah. Contoh:
‫<> ام‬ ‫اب‬ ‫<> زوجه‬ ‫زوج‬
Ayah >< ibu suami >< istri

‫<> اشتري‬ ‫باع‬ ‫اخد‬ >< ‫اعطي‬


Menjual >< membeli member >< mengambil

4. Antonim garis samping


Yaitu, apabila kata-kata yang antonym (berlawanan) tersebut terdiri
dari kosakata yang bersifat arah (direction). Kosakata yang berlawanan
menurut garis menyimpang disebut antonym garis samping, misalnya,
‫( شمال‬utara) lawan kata ‫( شرق‬timur), ‫( جنييوب‬selatan) lawan kata ‫غييرب‬
(barat), ‫( غرب‬barat) lawan kata ‫( شمال‬utara)
5. Antonim garis lurus
Yaitu, apabila kosakata yang berlawanan (antonim) berdasarkan garis
lurus (melawan arah). Misalnya, ‫( شمال‬utara) lawan kata ‫( جنوب‬selatan),
‫( شرق‬timur) lawan kata ‫( غرب‬barat), ‫( فوق‬atas) lawan kata ‫( تحت‬bawah).

Sejalan dengan hal tersebut, Ali al-Khuly telah mendeskripsikan


pembagian antonim dalam bagan dibawah ini. 36

‫التضاد‬

‫تضاد متعدد )تنافر‬ ‫)تضاد ثنانى‬

‫تضاد انتسابي‬ ‫تضاد دائري‬ ‫تضاد رتبى‬

‫تضاد غير اتحاهى‬ ‫تضاد اتجاه‬

36 Ali al-Khuly, ‘Ilm, hlm. 116-126.


‫تضاد امتدادي‬ ‫تضاد عمودي‬

‫تضاد جزئي‬ ‫تضادعكسي‬ ‫تضاد متدرج‬ ‫تضاد حاد‬

I. Antonim dengan Pendekatan Paradigmatik dan Sintagmatik


Relasi-relasi makna dalam suatu bahasa ada yang bersifat sintagmatis
dan ada yang bersifat paaradigmatis. Relasi makana yang bersifat sintagmatis
adalah kolokasi, biasanya berhubungan dengan penggunaan beberapa kata di
dalam lingkungan yang sama. Sedangkan relasi makna yang bersifat
paradignatis adalah sinonimi, antonimi. Lyons mengemukakan bahwa
hubungan paradigmatis merupakan hubungan yang ada atau tidak ada di antara
unsur yang terdapat dalam konteks yang sama dalam tipe kalimat yang sama.
Sebagi contoh dalam makalah ini, penulis akan mencoba sedikit
mengupas perihal thaghut ini, berdasarkan ayat 256 dalam al-Qur’an, pada
surat al-Baqarah, yakni;
‫ك ِبيياْلُعْرَوةِ اْل يُوْثَقى‬
َ ‫سي‬
َ ‫سَتْم‬
ْ ‫ل َفَقِد ا‬
ِّ ‫ن ِبا‬
ْ ‫ت َوُيْؤِم‬
ِ ‫غو‬
ُ ‫طا‬
ّ ‫ن َيْكُفْر ِبال‬
ْ ‫ي َفَم‬
ّ ‫ن اْلَغ‬
َ ‫شُد ِم‬
ْ ‫ن الّر‬
َ ‫ن َقْد َتَبّي‬ِ ‫ل ِإْكَراَه ِفي الّدي‬
(256) ‫عِليٌم‬ َ ‫سِميٌع‬ َ ‫ل‬ ُّ ‫صاَم َلَها َوا‬
َ ‫ل اْنِف‬
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya
telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa
yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya
ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus.
dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS.[2]:256).
1) Analisis Antonim Pendekatan Paragdimatik
Pokok ayat dalam pembahasan QS. Al-Baqarah [2] : 256 di atas,
yang bermuatan aqidah, atau keyakinan/keimanan, secara jelas terlihat di
sana bahwa, ath-Thaghut diposisikan berseberangan secara diametral
dengan Allah swt., dengan segala atribut ke-Ilahi-an-Nya, termasuk di
dalamnya adalah, tentu saja, “aparat” Allah secara de facto dan de jure di
bumi ini, para Nabi dan Rasul.

Dengan demikian, antonim dari kata ath-thaghut adalah Allah, ar-


Rasul, dan segala hal yang merujuk kepada ke-Ilahi-an.
2) Analisis Antonim Pendekatan Sintagmatik
Pokok ayat dalam pembahasan QS. Al-Baqarah [2] : 256 di atas, jika
kita perhatikan , ternyata sebelum menyebut kalimat prasyarat , yakni ‫ن‬ ْ ‫َفَم‬
ِ ‫غو‬
‫ت‬ ُ ‫طا‬
ّ ‫َيْكُفْر ِبال‬, ada dua kata yang menjadi perhatian kita, yaitu ( ‫ ) رشد‬rusyd
yang mengandung makna jalan lurus, dan kata ( ‫ي‬ ّ ‫ ) الغ ي‬al-ghayy yang
terjemahannya adalah jalan sesat. Dua kondisi yang juga mengandung

13
pertentangan, berlawanan satu dengan lainnya.

Kata ( ‫ ) رشد‬rusyd, pada akhirnya bermakna ketepatan mengelola


sesuatu serta kemantapan dan kesinambungan dalam ketepatan itu. Dengan
demikian, seseorang yang menapaki dan menetapi jalan lurus itu, pada
akhirnya ia melakukan segala sesuatu dengan tepat, mantap, dan
berkesinambungan.37 Tidak demikian halnya dengan mereka yang
menjatuhkan pilihan kepada ( ‫ي‬ ّ ‫ ) الغ‬al-ghayy, jalan sesat, bahkan pilihan
itupun adalah sebentuk kesesatan, karena antara ( ‫ ) رشد‬rusyd dan ( ‫ي‬ ّ ‫ ) الغ‬al-
ghayy, telah sungguh nyata (‫ن‬
َ ‫ ) َقْد َتَبّي‬bedanya.

J. Kesimpulan
Pembahasan mengenai relasi makna dengan memfokuskan pada satu
bahasa menghasilkan pembahasan yang lebih menyeluruh dan temuan baru.
makalah ini membahas mengenai antonim dan menemukan 13 jenis antonym.
Antonim adalah dua buah kata atau lebih yang maknaya dianggap berlawanan.
istilah tersebut menghasilkan pemahaman yang lebih lengkap mengenai
definisi setiap jenis antonim.
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan. Kami sadar dan tahu
betul dalam makalah ini masih banyak kekurangannya. Maka dari itu, sangat
mengharapkan kritik dan sarannya yang konstruktif demi kesempurnaan
makalah ini.

37 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an: Vol.
1 (Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2006), hlm.552.
DAFTAR PUSTAKA

Ainin, Moh, dan Imam Asrari, Semantic Bahasa Arab, Surabaya: Hilal Pustaka,
2008.
Chaer, Abdul, Pengantar Semantic Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta 2002.
Chaer, Abdul, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonedia, cet ke 1, Jakarta:Rineka
cipta,1998.
Cruse, D. Alan,. Lexical Semantics. New York: Cambridge University Press,
1987.
Daud, M. M, Al-Arabiyyah Wa ‘Ilm Al-Lughah Al-Hadist, Kairo: Dar
Gharibah,2001.
Idris, Marjiko, semantic al-quran: Pertentangan Dan Perbedaan Makna, cet ke 1
Yogyakarta: Teras, 2008.
Khuly, Ali al, ‘Ilm Al-Dalalah (‘Ilm Al-Ma’na), Oman: Dar la-Falah li al-Nasyri
wa al-Tauzi’i, 2001.
Perara , J.D., Teori Semantic, ed ke 2 (Jakarta: Erlangga, t, th),
Qadir, Abd al- ‘Abd al-Jalil, Al-Tanawwu At Al-Lughawiyyah, t,tp., Dar al-Shafa,
t, tp.
Quraish Shihab, M., Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an:
Vol. 1 (Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2006.
Saeed, John I.,. Semantics. Oxford: Blackwell, 1997.

Taufiqurrahman, Leksikoligi Bahasa Arab, UIN Malang Press, 2008.

Umar, Ahmad Mukhtar, ‘Ilm Al-Dilalah, (Beirut: Alam al-Kutub, t. th)


Verhaar, J. W. M., Pengantar Linguistik, jilid I, Yogyakarta: Gadja Mada
University Press, 1981,
Victoria, Fromkin, dan Robert Rodman,. An Introduction to Language. Edisi
Keenam. Orlando, Florida: Hartcourt Brace College Publishers, 1998.

15
Wahbah, Madji dan Kamil Muhandis, Mu’jam Mushthalahat Al-Arabiyyah Fi Al-
Lughati Wa Al-Adabi ,bairut: maktabah lubnan,1984.

Anda mungkin juga menyukai