A. Pendahuluan
Bahasa merupakan media komunikasi yang paling efektif yang
dipergunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan individu lainnya. Bahasa
yang digunakan dalam berinteraksi pada keseharian kita sangat bervariasi
bentuknya, baik dilihat dari fungsi maupun bentuknya. Tataran penggunaan
bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat dalam berinteraksi tentunya tidak
lepas dari penggunaan kata atau kalimat yang bermuara pada makna, yang
merupakan ruang lingkup dari semantik.
Para peneliti semantik mencatat bahwa leksem dalam suatu leksikon
tidak berdiri sendiri akan tetapi, laksem tersebut ada dalam relasi dengan
laksem-laksem lain. Leksikon dianggap sebagai suatu sistem yang terjadi dari
banyak subsistem. Dalam setiap subsistem tersebut, laksem dihubungkan satu
sama lain dengan relasi makna. Salah satu yang kurang disadari oleh banyak
orang adalah bahwa relasi makana itu merupakan refleksi konsep yang
disimpan oleh penutur bahasa dalam sistem sarafnya. Penyadaran akan peran
relasi makna merupakan upaya memperkaya konsep.
Chaer mengemukakan bahwa relasi makna atau hubungan makna
adalah hubungan kemaknaan antara sebuah kata atau satuan bahasa (frase,
klausa, kalimat) dengan kata atau satuan bahasa lainnya termasuk bahasa
Indonesia. Hubungan ini dapat berupa kesmaan makna (sinonimi) kebalikan
makna (antonimi), kegandaan makna (polisemi), kelainan makna (homonimi),
ketercakupan makna (hiponimi), dan ambiguitas.1
Adanya fenomena tersebut, maka perlu dilakukan suatu pengkajian
mengenai relasi-relasi makna agar dapat diperoleh dan diketahui berbagai
hubungan (relasi) makna dengan kata lainnya. Dengan pemahaman terhadap
berbagai relasi-relasi makna, maka dalam menyampaikan suatu informasi
kepada lawan tutur dapat menggunakan dengan tepat serta sesuai dengan
keadaan. Berdasarkan hal tersebut, penulis merasa tertarik ingin meneliti
tentang “Relasi-relasi makna dalam bahasa Indonesia”.
Ada beberapa relasi makna menurut Moh Ainin (dalam bukunya
simantik bahasa arab) yakni mencakup: (1) sinonimi; (2) antonim (3)
homonim; (4) polisemi; (5) hoponim-hipernim; dan (6) Musytarak Muhdah.2
Namun Pada makalah ini fokus permasalahan hanya pada persoalan antonimi.
B. Pengertian Antonimi
1 Chaer, A, Pengantar Semantic Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta 2002), hlm.,
23.
2 Moh Ainin, dan imam Asrari, Semantic Bahasa Arab, (Surabaya: Hilal pustaka,
2008), hlm., 51.
1
Istilah antonimi (Inggris: antonymy berasal dari bahasa Yunani Kuno
onama = nama, dan anti = melawan). Makna harfiahnya, nama lain untuk
benda yang lain. Verhaar mengatakan: “Antonimi adalah ungkapan (biasanya
kata, tetapi dapat juga frase atau kalimat) yang dianggap bermakna kebalikan
dari ungkapan alain.”3 Sedangkan menurut Al- Khammas (dalam H.R
taufiqurrahman M.A) antonimi (Al-Tadhad) adalah dua buah kata atau lebih
yang maknaya dianggap berlawanan. Disebut dianggap karena sifat berlawanan
dari dua kata yang berantonim ini sangat relative. 4
Istilah antonym mulai dikenal ketika C.J. Smith menggunakanya
sebagai pasangan sinonim dalam kamus bahasa inggris yang disusunya pada
tahun 1867 dengan judul synonym and antonym, meskipun untuk
menggunakan maksud sebagai lawan kata ia lebih menyukai istilah
countertrem. Sementara Geoffrey Leech mengusulkan istilah incompability
atau meaning exlusion daripada istilah antonym. Ai mencotohkan bahwa
pertanyaan What is the antonymy of women? Dapat dijawab dengan gril atau
man.5
Abu Thayyib mengemukakan: 6 ""الضداد جمع ضيد كل شئ مانافاه
“Adhad jamak dari dhidd dan lawan dari sesuatu yang menafikanya”, misalnya
البياضdan السواد. Lebih lanjut dikemukakan bahwa tidak semua yang berbeda
merupakan lawan atau kebalikan. Sebagai contoh, al-quwwah dan al-jahl
merupakan dua kat yang berbeda, tetapi tidak berlawanan. Adapun lawan al-
quwwah adalah adh-dha’f dan lawan al-jahl adalah al-‘ilm. Berbeda lebih luas
daripada berlawanan, karena yang berlawanan pasti berbeda dan setiap yang
berbeda itu berlawanan.
Dengan kata lain, Istilah antonimi digunakan untuk makna yang
bertentangan. mengemukakan antonimi adalah kata yang mengandung makna
yang berkebalikan atau berlawanan dengan kata lain.
3
ibnu Darastawaih (w. 347 H) yang menulis buku “ fi ibthali al adhdad” .
mereka gigih dalam menta’wilkan contoh-contoh yang “dianggap”
bertentangan hingga gugur nilai pertentanganya.11 Misalnya kata طربyang
bias berarti sesudah atau senang, telah disangkal bahwa kata tersebut
mempunyai arti ganda, tetapi bermakna pasti sebagai “bingung”, yaitu rasa
berdebar yang dijumpai seorang dikala susah atau gembira.12
Adapun sebab munculnya pertentangan makna ini umar mencatat ada
dua bentuk, yaitu pertama: asbab dakhiiliyyah (sebab-sebab dari dalam)
contohnya kata ضاعyang bias berarti “menyembunyikan” (bila huruf kedua
alif) dan bias berarti “menampakan” (bila huruf keduanya ya). Kedua: asbab
kharijiyyah (sebab-sebab dari luar) contohnya kata جليلyang bias berarti
“besar” sekaligus “kecil”. Dalam bahasa araab standar, jalil berarti “kecil”
sedangkan dialek Kuwait ketika mengucapkan kata قليييلberbunyi jalil
sehingga artinya “kecil”.13 Tanpa mengemukakan contoh secara rinci, Dr.
M. M Daud mencatat sebab-sebab pertentangan makna menurut para
linguis, yaitu perbedaan dialek, majaz, isti’arah, bentuk morfologis yang
mengandung lebih dari satu makna, dan sebagai factor-factor social.14
2. Menurut Lingistik Modern
Dalam istilah linguistic modern, pertentangn makna dikenal dengan
makan antonim atau dalam bahasa arab sisebut al-tadhad. Chaer dalam
bukunya linguistik umum mendefinisikan antonim dengan hubungan
semantik antara dua buah satuan ujaran yang maknanya menyatakan
kelebihan, pertentangan, atau kontras yang satu dengan yang lainya.15
Dalam bukunya yang lain, chaer menentukan definisi praktisnya bahwa
antonym adalah dua buah kata yang maknanya “dianggap” berlawanan.16
Misalnya tinggi berantonim dengan rendah, dan baik berantonim dengan
buruk, artinya kurang lebih sama dengan yang telah disebutkan dalam
antonim. Definisi inilah yang dijadikan acuan dalam pembahasan makalah
ini.
G. Karekteristik Keantoniman
Menurut Cruse relasi keantoniman mempunyai karakteristik berikut:21
5
2) Anggota pasangan menunjukkan derajat/tingkat dari beberapa ciri
variabel, seperti panjang. kecepatan, berat, dan ketepatan.
4) Anggota pasangan tidak membagi dua suatu ranah secara tegas: ada
ranah nilai dari sifat variabel, yang terletak di antara anggota yang
bertentangan, yang tidak dapat diacu dengan tepat oleh keduanya.
Hasilnya, pernyataan yang berisi satu anggota pasangan antonim
terletak dalam relasi kekontreran dengan pernyaataan paralel yang
berisi anggota yang lain. Jadi, It’s long dan It’s short adalah
pernyataan kontrer (contrary), bukan pernyataan kontradiktif
(contradictory). Oleh karena itu, It’s neither long nor short bukan
paradoks karena ada wilayah pada skala panjang yang dengan tepat
memenuhi deskripsi ini.
Saeed, sejalan dengan Cruse, menambahkan tiga karakteristik berikut.22
1) Firstly, there are usually intermediate terms so that between the gradable
antonyms hot and cold we can find: hot (warm tepid cool) cold.
3) A third characteristic is that in some pairs one term is more basic and
common, so for example of the pair long/short, it is more natural to ask of
something How long is it? than How short is it?.
Dalam pada itu, salah satu karakteristik yang disebutkan Fromkin
dan Rodman yang sama dengan pandangan Saeed, adalah bahwa pasangan
tertentu antonim salah satu bermarkah dan yang satu lagi tak bermarkah.
Anggota yang tak bermarkah dipakai untuk menanyakan derajat. Kita lazim
bertanya, “seberapa tinggi gunung itu?”, bukan: “seberapa rendah gunung
itu?”. 23
H. jenis-jenis Antonim
Dalam tabel berikut ini diperlihatkan beberapa pembagian antonim
7
6. Parera 5 1. kenasabahan Orang tua><anak
2. berbalasan Tanya><tawab
3. tempat Atas><bawah
4. jenjang Senin><selasa,rabu
5. khas Menyewa><menyew
akan29
7. Saeed 5 1. sederhana Lulus><gagal
2. bertingkat Panas><dingin
3. referesif(berbalik Kanan><kiri
) Suami><istri
4. konfersif (yang
satu haruskan
adanya yang lain) Hitam><putih
5. kerabat Km><hm30
taksonomi
8. Lyons 5 1. bergradasi Panas><dingin
2. tak bergradasi Pria><wanita
3. direksional Naik><turun
4. ortopodal Timur,utara,barat,><
selatan
5. antipodal Utara><selatan.31
9
ada yang merasa tidak miskin.
Kata-kata yang beroposisi kutub umumnya berkelas kata adjektif.
Contoh: cantik dengan jelek, periangdengan pendiam, pintar dengan bodoh,
dan sebagainya.
c. Oposisi hubungan
Oposisi hubungan ditujukan untuk kata-kata yang saling
berhubungan. Kehadiran suatu kata mengakibatkan kehadiran kata yang
lain. Contoh, kata penjual ada karena adanya kata pembeli. Kata guru
bersamaan hadir dengan kata murid, jika tidak ada kata guru maka tidak
akan muncul kata murid. Kata-kata tersebut timbul secara serempak dan
saling melengkapi.
Kata-kata yang beroposisi hubungan ini dapat berupa kata kerja dan
kata benda. Contoh kata-kata yang berupa kata kerja antara lain adalah:
pulang-pergi, maju-mundur, belajar-mengajar, dan sebagainya. Sedangkan
contoh kata yang beroposisi hubungan berupa kata benda antara lain adalah:
guru-murid, buruh-majikan, dan pimpinan-bawahan.
d. Oposisi Hierarkial
Kata-kata yang beroposisi hierarkial adalah kata-kata yang berupa
nama satuan ukuran (berat, panjang, dan isi), satuan hitungan, penanggalan,
dan jenjang kepangkatan. Kata centimeter dan kilometer merupakan contoh
kata yang beroposisi secara hierarkial karena keduanya berada dalam
deretan ukuran panajang. Begitu pula kata sersan dengan jenderal, karena
berada dalam jenjang kepangkatan.
e. Oposisi majemuk
Adalah kata-kata yang tidak hanya beroposisi dengan satu kata saja,
melainkan dengan dua buah kata atau lebih. Contoh, kata ramah dapat
beroposisi dengan judes, galak, bengis, dan kejam.
2. Fromkin dan Rodman
Sedangkan Fromkin dan Rodman (dalam Tarigan, 1986:41)
mengemukakan bahwa antonim-antonim yang beraneka ragam itu dapat
diklasifikasikan atas beberapa pasangan, yakni :
a. Antonim Komplementer
Antonim Komplementer, yaitu pasangan yang saling melengkapi.
Yang satu tidaklah lengkap atau tidak sempurna bila tidak dibarengi oleh
yang satu lagi.
Sebagai contoh, kata suami berantonim dengan kata istri.
b. Antonim Gradabe
Suatu antonim disebut pasangan gradabel apabila penegatifan suatu
kata tidaklah bersinonim dengan kata yang lain. Ciri lain sejumlah pasangan
gradabel ialah bahwa yang berciri atau bertanda dan yang satu lagi tidak
berciri atau tidak bertanda. Anggota pasangan yang tidak berciri atau tidak
bertanda itu biasanya dipakai dalam pertanyaan-pertanyaan yang ada
kaitannya dengan kadar atau tingkat. Sebagai contoh dalam suasana pasar,
rajin x malas, berat x ringan.
c. Antonim Relasional
Antonim relasional adalah antonim yang memperlihatkan
kesimetrisan dalam makna anggota pasangannya, karena anggota pasangan
antonim itu terdapat hubungan yang erat. Sebagai contoh, kata guru dan
murid. Kalau si A adalah atasan si B, maka si B adalah bawahan si A.
d. Antonim Resiprokal
Antonim resiprokal adalah antonim yang mengandung pasangan
yang berlawanan atau bertentangan dalam makna tetapi juga secara
fungsional berhubungan erat, hubungan itu justru hubungan timbal balik.
Sebagai contoh, pasangan kata, membeli >< menjual .
3. Al-khammas
Al-khammas mengklasifikasikan antonym menjadi 5 (lima) macam yaitu:35
1. Antonim Mutlaq
Yaitu, di antara medan makna pada dua kata yang berlawanan tidak
terdapat tingkat atau level. Artinya, kedua kata yang maknaya
berlawanan itu benar-benar mutlaq.Contoh:
Betina/perempuan><jantan/laki-laki
Menikah><bujang
Mati><hidup
Salah><benar
Wanita><pria
2. Antonim Bertingkat
Yaitu, diantara medan makna pada dua kata yang berlawanan masih
terdapat tingkatan/level. Artinya, makna dari kata-kata yang saling
berlawanan masih relative. Contoh:
( سهلmudah) lawan kata ( صعبsulit); namun antara
muda dan sulit masih tinggkat kemudahan/kesulitan
tertentu.
( باردdingin) lawan kata ( حارpanas); diantara dingin
dan panas masih ada level tertentu. Misalnya: فيياتر
(hangat kuku), ( دافئhangat), ( ساخنpaling hangat).
3. Berlawanan
Yaitu, diantara medan makna pada dua kata yang berlawanan bersifat
11
lazim/lumrah. Contoh:
<> ام اب <> زوجه زوج
Ayah >< ibu suami >< istri
التضاد
13
pertentangan, berlawanan satu dengan lainnya.
J. Kesimpulan
Pembahasan mengenai relasi makna dengan memfokuskan pada satu
bahasa menghasilkan pembahasan yang lebih menyeluruh dan temuan baru.
makalah ini membahas mengenai antonim dan menemukan 13 jenis antonym.
Antonim adalah dua buah kata atau lebih yang maknaya dianggap berlawanan.
istilah tersebut menghasilkan pemahaman yang lebih lengkap mengenai
definisi setiap jenis antonim.
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan. Kami sadar dan tahu
betul dalam makalah ini masih banyak kekurangannya. Maka dari itu, sangat
mengharapkan kritik dan sarannya yang konstruktif demi kesempurnaan
makalah ini.
37 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an: Vol.
1 (Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2006), hlm.552.
DAFTAR PUSTAKA
Ainin, Moh, dan Imam Asrari, Semantic Bahasa Arab, Surabaya: Hilal Pustaka,
2008.
Chaer, Abdul, Pengantar Semantic Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta 2002.
Chaer, Abdul, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonedia, cet ke 1, Jakarta:Rineka
cipta,1998.
Cruse, D. Alan,. Lexical Semantics. New York: Cambridge University Press,
1987.
Daud, M. M, Al-Arabiyyah Wa ‘Ilm Al-Lughah Al-Hadist, Kairo: Dar
Gharibah,2001.
Idris, Marjiko, semantic al-quran: Pertentangan Dan Perbedaan Makna, cet ke 1
Yogyakarta: Teras, 2008.
Khuly, Ali al, ‘Ilm Al-Dalalah (‘Ilm Al-Ma’na), Oman: Dar la-Falah li al-Nasyri
wa al-Tauzi’i, 2001.
Perara , J.D., Teori Semantic, ed ke 2 (Jakarta: Erlangga, t, th),
Qadir, Abd al- ‘Abd al-Jalil, Al-Tanawwu At Al-Lughawiyyah, t,tp., Dar al-Shafa,
t, tp.
Quraish Shihab, M., Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an:
Vol. 1 (Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2006.
Saeed, John I.,. Semantics. Oxford: Blackwell, 1997.
15
Wahbah, Madji dan Kamil Muhandis, Mu’jam Mushthalahat Al-Arabiyyah Fi Al-
Lughati Wa Al-Adabi ,bairut: maktabah lubnan,1984.