Anda di halaman 1dari 9

Perubahan Makna

A. Sebab-sebab Perubahan Makna

1. Perkembangan Dalam Ilmu dan Teknologi

Perkembangan dalam bidang ilmu dan kemajuan dalam bidang teknologi dapat menyebabkan
terjadinya perubahan makna sebuah kata. Di sini sebuah kata yang tadinya mengandung
konsep makna mengenai sesuatu yang sederhana, tetap digunakan walaupun konsep makna
yang dikandung telah berubah sebagai akibat dari pandangan baru, atau teori baru dalam satu
bidang ilmu atau sebagai akibat dalam perkembangan teknologi. Perubahan makna kata sastra
dan makna tulisan sampai pada makna karya imajinatif adalah salah satu contoh perkembangan
bidang keilmuan. Pandangan-pandangan baru atau teori baru mengenai sastra menyebabkan
makna kata sastra itu berubah. Pandangan baru atau teori baru yang menyebabkan angkatan
sastra yang tadinya bermakna buku yang baik isinya dan baik bahasanya menjadi berarti karya
yang bersifat imajinatif kreatif.

Sebagai akibat perkembangan teknologi kita lihat kata berlayar pada awalnya bermakna
perjalanan di laut atau di air dengan menggunakan perahu atau kapal yang digerakkan dengan
tenaga layar. Walaupun kini kapal-kapal besar tidak lagi menggunakan layar, tetapi sudah
menggunakan tenaga mesin, malah juga tenaga nuklir, Namun kata berlayar masih digunakan.

2. Perkembangan Sosial dan Budaya

Perkembangan dalam bidang sosial kemasyarakatan dapat menyebabkan terjadinya perubahan


makna. misalnya kata saudara dalam bahasa Sansekerta bermakna perut atau satu kandungan
titik kini kata saudara, walaupun masih juga digunakan dalam arti orang yang lahir dari
kandungan yang sama seperti dengan kalimat Saya mempunyai seorang saudara di sana, tetapi
digunakan juga untuk menyebut atau menyapa siapa saja yang dianggap sederajat atau bersatu
sosial yang sama. Misalnya dalam kalimat surat saudara Sudah saya terima.

Selain kata saudara hampir semua kata atau istilah perkerabatan seperti bapak, ibu, kakak, adik
dan nenek telah pula digunakan sebagai kata sapaan untuk menyebut atau menyapa siapa saja
yang pantas disebut adik, dan pantas disebut nenek. Malah kata bapak dan Ibu tidak hanya
digunakan untuk menyebut atau menyapa orang yang menurut usianya pantas disebut bapak
atau ibu, tetapi juga untuk menyebut atau menyapa orang yang mempunyai kedudukan atau
status sosial yang lebih tinggi walaupun usianya mungkin jauh lebih muda daripada usia orang
yang menyapa atau menyebutnya.
3. Perbedaan Bidang Pemakaian

Dalam bagian yang lalu sudah dibicarakan bahwa setiap bidang kehidupan atau kegiatan
memiliki kosakata tersendiri yang hanya dikenal dan digunakan dengan makna tertentu dalam
bidang tersebut. umpamanya dalam bidang pertanian ada kata-kata benih, menuai panen,
menggarap membajak, menabur, menanam, pupuk, dan hama. dalam bidang pendidikan
formal di sekolah ada kata-kata murid, ujian, guru, nyalin membaca menulis dan menghafal.

Kata-kata yang menjadi kosakata dalam bidang-bidang tertentu itu dalam kehidupan dan
pemakaian sehari-hari dapat terbantu dari bidangnya: dan digunakan dalam bidang lain atau
menjadi kosakata umum. Oleh karena itu, kata-kata tersebut menjadi memiliki makna baru
atau makna lain disamping makna aslinya (makna yang berlaku dalam bidangnya).

4. Adanya Asosiasi

Agak berbeda dengan perubahan makna yang terjadi sebagai akibat penggunaan dalam bidang
yang lain, di sini makna baru yang muncul adalah berkaitan dengan hal atau peristiwa lain yang
berkenaan dengan kata tersebut. Umpamanya kata amplop yang berasal dari bidang
administrasi atau surat-menyurat makna asalnya adalah sampul surat titik ke dalam amplop itu
selain biasa dimasukkan surat tetapi bisa pula dimasukkan benda lain, misalnya uang. Oleh
karena itu, dalam kalimat beri saja amplop maka urusan pasti beres kata amplop disitu
bermakna uang sebab amplop yang dimaksud bukan berisi surat atau tidak berisi apa-apa
melainkan berisi uang sebagai sogokan. asosiasi antara amplop dengan uang ini adalah
berkenaan dengan wadah titik jadi, menyebut wadahnya yaitu a tetapi yang dimaksud adalah
isinya, yaitu uang.

Selain asosiasi yang berkenaan dengan wadah ada pula asosiasi yang berkenaan dengan waktu.
Misalnya, perayaan 17 Agustus maksudnya tentu perayaan hari proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia karena proklamasi tersebut terjadi pada tanggal 17 Agustus tersebut. Jadi
disini, yang disebut waktunya tapi dimaksud adalah peristiwanya.

Ada pula perubahan makna akibat asosiasi yang berkenaan dengan tempat titik yang disebut
nama tempat tetapi yang dimaksud adalah hal lain yang berkenaan dengan tempat itu titik
umpamanya peristiwa Madiun, tentu yang dimaksud adalah peristiwa pemberontakan PKI pada
Tahun 1948 di Madiun

5. Pertukaran Tanggapan Indra


Alat indra kita yang lima sebenarnya sudah mempunyai tugas-tugas tertentu untuk menangkap
gejala-gejala yang terjadi di dunia ini titik umpamanya rasa pahit getir, dan manis harus tanggap
oleh alat perasa lidah. Rasa panas dingin dan sejuk harus ditangkap oleh alat perasa pada titik
gejala yang berkenaan dengan cahaya seperti terang gelap komandan remang-remang harus
ditangkap dengan alat indra mata, sedangkan yang berkenaan dengan bau harus ditangkap
dengan alat indra penciumannya itu hidung.

Namun, dalam penggunaan bahasa banyak terjadi kasus pertukaran tanggapan antara indera
yang satu dengan indra yang lain. Rasa pedas, misalnya yang seharusnya ditanggapi dengan alat
indra perasa pada lidah, tertukar menjadi tanggap oleh alat indra pendengaran seperti tampak
dengan ujaran kata-katanya cukup pedas. Keadaan ini, pertukaran alat indra penanggap biasa
disebut dengan istilah sinestesia istilah ini berasal dari bahasa Yunani sun artinya sama dan
aisthetikas artinya tampak.

6.Perbedaan Tanggapan

Setiap unsur leksikal atau kata sebenarnya secara sinkronis telah mempunyai makna leksikal
yang tetap. Namun karena pandangan hidup dan ukuran dalam norma kehidupan di dalam
masyarakat maka banyak kata yang menjadi memiliki nilai rasa yang rendah, kurang
menyenangkan.sebagai contoh kata bini dewasa ini dianggap peyoratif, sedangkan kata istri
dianggap amelioratif kata laki-laki dianggap berbeda dengan suami yang dianggap amelioratif.

7. Adanya penyingkatan

Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata atau ungkapan yang karena sering digunakan maka
kemudian tanpa diucapkan atau dituliskan secara keseluruhan orang sudah mengerti
maksudnya. Oleh karena itu maka kemudian orang lebih banyak menggunakan singkatan nya
saja daripada menggunakan bentuk. Misalnya, kalau dikatakan ayahnya meninggal tentu saja
maksudnya adalah meninggal dunia. Jadi, meninggal adalah bentuk singkat dari ungkapan
meninggal dunia. Begitu juga dengan kata berpulang tentu saja berpulang ke
Rahmatullah.Contoh lain kalau dikatakan ke Surabaya dengan Garuda tentu maksudnya adalah
" naik pesawat terbang dari perusahaan Garuda penerbangan Garuda". Di beberapa sekolah di
Jakarta kata perpus sudah lazim digunakan untuk menyebut perpustakaan, dan kata lab untuk
mengganti laburatorium.

8.Proses Gramatikal
Proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi, dan komposisi (penggabungan kata) akan
menyebabkan pula terjadinya perubahan makna.

9. Pengembangan Istilah

Salah satu upaya dalam pengembangan atau pembentukan istilah baru adalah dengan
memanfaatkan kosakata bahasa Indonesia yang ada dengan jalan memberi makna baru, entah
dengan menyempitkan makna kata tersebut, meluaskan, maupun memberi arti sama sekali

B. Jenis Perubahan

1. Meluas

Yang dimaksud dengan perubahan makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata
atau leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah 'makna' , tetapi kemudian karena
berbagai faktor menjadi memiliki makna makna lain. Umpamanya kata saudara yang sudah di
singgung di depan, pada mulanya hanya bermakna seperut atau kandungan kemudian
maknanya berkembang menjadi siapa saja yang pertalian darah akibatnya anak paman pun
disebut saudara lebih jauh lagi selanjutnya siapapun yang masih mempunyai kesamaan asal
usul disebut juga saudara malah kini siapapun dapat disebut saudara

2. Menyempit

Yang dimaksud dengan perubahan menyempit adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata
yang pada mulanya mempunyai makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi terbatas
hanya pada sebuah makna saja.Misalnya kata sarjana yang pada mulanya berarti ' Orang
pandai' atau 'Cendikiawan' , kemudian hanya berarti 'orang yang lulus perguruan tinggi' ,
seperti tampak pada sarjana sastra, sarjana ekonomi,dan sarjana hukum

3. Perubahan Total.

Misalnya, kata ceramah pada mulanya berarti 'cerewet' atau' Banyak cakap' topik ini berarti
'pidato atau uraian' mengenai suatu hal yang disampaikan di depan orang banyak. ( Bandingkan
makna kata ceramah itu yang terdapat dalam kamus minta dengan yang terdapat dalam kamus
pusat bahasa) .

4 Penghalusan (Eufemia)

Misalnya kata penjara atau bui diganti dengan kata ungkapan yang maknanya dianggap lebih
halus yaitu lembaga pemasyarakatan; di penjara atau di bui diganti menjadi dimasukkan ke
lembaga pemasyarakatan. Kata korupsi diganti dengan menyalahgunakan jabatan.
5. Pengasaran

Kebalikan dari penghalusan adalah pemasaran di kimia yaitu usaha untuk mengganti kata yang
maknanya halus atau bermakna biasa dengan kata yang maknanya kasar.

C. Hakikat Perubahan Makna

Aksioma Leibniz yang menyatakan "Natura non facit saltus", yang berarti "Alam itu tidak
membuat loncatan" (artinya, alam itu berubah secara perlahan-lahan), sepenuhnya cocok
untuk perubahan makna. Tidak peduli apa pun yang menyebabkan perubahan itu, selalu saja
ada hubungan, ada asosiasi, antara makna lama dan makna baru. Dalam beberapa hal asosiasi.

a.kesamaan antara makna dalam ( metafora)

Pengertian metafora sebagai suatu kekuatan kreatif dalam bahasa yang telah kita kenal dan
banyak tuntutan ( klaim) dikemukakan orang atas nama metafora. Menurut Aristoteles, hal
tersebut selama ini adalah menguasai metafora. Metafora sendiri tidak dapat dipisahkan oleh
orang lain; ia merupakan tanda kejeniusan,. Pada masa kini chesterton malah lebih jauh
mengemukakan bahwa "semua metafora adalah puisi" sir Herbert read berkilah bahwa "kita
harus selalu siap untuk menghakimi penyair-penyair"dengan kekuatan dan keorisinalan
metafora metafora nya.

Di antara sekian banyak metafora yang diekspresikan oleh manusia, ada Empat kelompok
utama yang terjadi dalam berbagai bahasa dan gaya bahasa:

(i) metafora antropomorfis


Salah seorang pemikir yang memperhatikan metafora jenis ini adalah filosof Italia abad ke
18,Giambattista vico. Dalam tulisannya berjudul Scienza nouva, yang dikutip oleh Gombocz
(Jelentestan,pecs,1926), ia mengatakan, "dalam semua bahasa sebagian besar ekspresi yang
mengacu kepada benda benda tidak bernyawa dibandingkan dengan cara pengalihan (transfer)
dari tubuh dan anggota badan manusia, dari Indra dan perasaan manusia." Kecenderungan ini
dibuktikan dalam berbagai bahasa dan peradaban, dan terletak pada akarnya ekspresi yang tak
terhitung jumlahnya dalam pemakaian titik pada bab tentang Polisemi kita melihat sejumlah
kecil metafora yang membandingkan benda benda tidak bernyawa dengan mata manusia Kita
juga bisa berbicara tentang punggung Bukit mulut Sungai jantung kota dan masih banyak lagi
ekspresi yang menggunakan kaki dan tangan. Sebenarnya ada juga banyak transfer yang
menjadi kebalikan dari yang di atas itu, yaitu Bagian dari tubuh kita dinamakan dengan binatang
atau benda tak bernyawa titik dalam bahasa Inggris kita mengenal muscle 'otot', dari kata latin
musculus 'tikus kecil', Adam's apple 'jakun' (secara harafiah berarti 'apelnya adam', terambil
dari cerita kitab Injil tentang Adam yang memakan buah larangan). Dalam bahasa Indonesia kita
mengenal istilah bola mata, gendang telinga, buah dada, tali pusar. Dalam termonologi sperber,
tubuh manusia itu adalah pusat perluasan metafora dan pusat atraksi yang kuat. Tetapi secara
keseluruhan dapat dikatakan bahwa metafora yang berasal dari cara ini (yaitu dari manusia ke
benda tak bernyawa) tampaknya lebih umum dibandingkan dengan sebaliknya (ke arah
manusia).

(ii) metafora binatang


Sumber utama imajinasi atau metafora yang lain adalah dunia binatang. Metafora jenis ini
bergerak dalam dua arah utama. Sebagian diterapkan untuk binatang atau benda tak
bernyawa. Banyak tumbuhan menggunakan bahasa binatang, sering juga kocak atau lucu,
misalnya dalam bahasa Inggris ada tumbuhan dengan nama goats-beard 'jenggot kambing',
dog's tail 'ekor anjing', cock's foot 'kaki jago'. Dalam bahasa Indonesia dari lidah buaya, kumis
kucing, jambu monyet, kuping gajah, cocor bebek. Banyak juga benda benda tidak bernyawa
menggunakan nama binatang titik dalam bahasa Inggris alat berat untuk mengangkut dan
memindahkan barang disebut crane 'nama jenis burung bangau' , yang di Indonesia disebut
derek. Ada makanan yang disebut hot dog, secara harafiah berarti anjing panas di Indonesia
kita mengenal telur mata sapi,mata kucing (instrumen pada radio atau televisi )cakar ayam,
rambut ekor kuda,si jago merah (untuk api).

Kelompok lain dari imajinasi terhadap binatang ini ditransfer kepada manusia di mana ada
konotasi humor, ironis, pejorative melemahkan nilai atau fantastic. Seseorang dapat
diserupakan dengan berbagai binatang:, sebelum Toko Mas kerbau kau masih jago ayam
jantan, si beo si kucing, dan sebagainya. Seseorang dapat disebut membeo, pembebek,
pengekor, karena Watak atau perilakunya seperti binatang atau bagian dari tubuh binatang
tersebut. Tindakan orang juga bisa diserupakan tindakan binatang titik dalam bahasa Indonesia
ada istilah membeo, membabibuta, membebek awalan me- dalam arti berbuat atau bertingkah
laku seperti.

Benda-benda tak bernyawa juga ada yang bisa bertingkah, dan tingkah ini di metafora kan
dengan sumber binatang: truk itu menyeruduk mobil dari belakang, panas matahari yang
menyengat, generasi muda telah mengeluarkan kreativitasnya.
(iii) dari konkret ke abstrak

Salah satu kecenderungan dasar dalam metafora dalam menjabarkan pengalaman-pengalaman


abstrak ke dalam hal yang konkret dalam banyak hal pengalihan atau transfer itu masih jelas
tetapi sebagian lagi masih memerlukan penelitian etimologis untuk melacak Citra konkret yang
mendasari kata yang abstrak itu,misalnya menemukan hubungan kata latin finis 'batas akhir', di
balik difine 'menentukan' dan finance 'keuangan' , limen 'ambang batas' dibalik eliminate
'memindahkan,menyisihkan, sidus 'binatang' dinalik desire 'keinginan' . Transfer semacam ini
terjadi sepanjang waktu dan Rasanya tak akan mungkin membicarakan hal yang abstrak tanpa
menjamah transfer transfer dari yang konkret tersebut.

(iv) metafora "sinaestetik"

Suatu jenis metafora yang sangat umum di dasarkan kepala transfer dari satu indra ke Indra
yang lain. 2 dari bunyi dengan Indra dengar ke penglihatan, dari sentuhan ke bunyi dan sebagai
titik jika kita berbicara tentang suara yang hangat atau dingin maka kita menyadari adanya
sejenis kesamaan antara temperatur yang hangat atau dingin dan kualitas suara-suara tertentu.
Begitu pula kalau kita berbicara tentang warna yang keras, bahwa yang manis, pandangan yang
tajam, bicaranya manis. Hubungan sinaestetik ini juga mempunyai nilai etimologis, misalnya
dalam bahasa Jerman , adjektivia hell 'terang jelas' dihubungkan dwngan verba hallen
'bergema'. Kata yunani barytone 'bariton' ( jenis suara laki-laki diantara tenor dan bass, bass
adalah jenis suara yang terbesar) didasarkan kepada sebuah kata yang berarti berarti
penjelajahan yang sistematis terhadap sumber-sumber metafora ini di dalam karya sastra mulai
dengan kebangkitan simbolisme.

D. Konsekuensi atas perubahan makna

1) pembatasan makna
MemKanisme pembatasan atau penyimpitan makna itu dapat dikemukakan dengan contoh
sederhana demikian titik kata Inggris voyage "berlayar" semula berarti "bertamasya"(arti ini
masih ada dalam bahasa Perancis). Karena perjalanan waktu, wilayah manakah yang
menyempit dan hanya menunjukkan kepada bertamasya lewat laut atau air ".
2) perluasan makna
Beberapa linguistik mengemukakan bahwa perluasan itu merupakan suatu proses yang kurang
umum dibandingkan dengan penyempitan, dan hal itu baru-baru ini dimunculkan oleh
percobaan percobaan yang dilakukan oleh ahli psikologi Heinz Werner. Menurut werner sendiri,
ada dua alasan utama kecenderungan ini. pertama , bahwa kecenderungan perkembangan
yang besar adalah arah yang lebih banyak menunjukkan pemilihan ( diferensiasi) daripada
penyatuan ( sintesis).
Dapus

Chaer Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta

Ulman Stephen. 2014. Pengantar Semantik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai