Anda di halaman 1dari 13

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam
karena atas izin dan kehendakNya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul ~1enis-jenis Perubahan Makna beserta Sebab-sebab Perubahannya
tepat pada waktunya.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain untuk
memenuhi kewajiban mata kuliah semantik serta merupakan bentuk langsung
tanggung jawab penulis pada tugas yang diberikan.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada dosen pembimbing yaitu Harsono S.pd serta semua pihak yang
telah membantu penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Penulis menyadari penulisan dan penyusunan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan juga kritik
membangun agar lebih maju di masa yang akan datang.
Akhirnya penulis hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidak sempurnaan
penulisan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang dapat
memberikan manIaat atau bahkan hikmah bagi penulis, pembaca, dan bagi seluruh
mahasiswa-mahasiswi Universitas Madura. Amien ya Rabbal alamin.
A I
PENDAHULUAN
A. Latar elakang

Dalam pembicaraan terdahulu sudah disebutkan bahwa makna sebuah kata secara
sinkronis tidak akan berubah. Akan tetapi secara diakronis ada kemungkinan
untuk berubah. Jadi, sebuah kata yang pada waktu dulu bermakna A, misalnya,
maka sekarang bisa bermakna ,dan pada suatu waktu kelak akan bermakna C
atau bermakna D. sebagai contoh kita lihat sastra yang telah mengalami
perubahan makna. Pada mulanya kata sastra ini ermakna tulisan` atau huruI`,
lalu berubah menjadi buku`, kemudian berubah lagi menjadi bermakna buku
yang baik isinya dan baik bahasanya`, dan sekarang yang disebut karya sastra
adalah karya yang bersiIat imajinatiI, kreatiI. Karya-karya yang bikan imajinatiI
kreatiI seperti buku agama, buku sejarah, da matematika, bukan buku karya sastra.
Pernyataan bahwa makna sebuah kata secara sinkronis dapat berubah menyiratkan
pada pengertian bahwa tidak setiap kata maknanya harus atau akan berubah secara
diakronis. anyak kata yang sejak dulu maknanya tidak pernah berubah. Malah
jumlahnya lebih banyak daripada yang berubah atau pernah berubah.
Persoalan kita sekarang adalah mengapa makna kata itu dapat berubah; apa yang
menyebabkan terjadinya perubahan itu; dan apa sajakah jenis-jenis perubahan
tersebut.
. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah jenis-jenis perubahan makna yang terdapat dalam bab
pembahasan ini?
2. Apa yang menjadi sebab-sebab perubahan?
C. Tujuan Masalah
erdasarkan rumusan masalah di atas pembahsan dalam makalah ini
bertujuan untuk mengetahui apa sajakah jenis-jenis perubahan makna dan
apa penyebab perubahan tersebut.
A II
PEMAHASAN

1. Pengertian

Perubahan makna kata meliputi perluasan makna, merupakan
perubahan yang siIatnya meluas, penyempitan makna adalah
perubahan yang siIatnya menyempit atau mengkhusus, perubahan
makna total, pengalusan, dan pengasaran.

2. Jenis-jenis perubahan makna

a.Perluasan makna adalah suatu proses perubahan makna dari makna
yang lebih khusus ke makna yang lebih umum.
Contoh:
Kata Makna dulu (lebih khusus) Makna sekarang (lebih umum)
aju
Pakaian yang dikenakan dari
pinggang ke atas sampai ke
bahu dengan bahan kain bukan
kaos
Satu set pakaian yang dikenakan
erlayar
Mengarungi lautan dengan
kapal layar
Mengarungi lautan dengan alat apapun
apak Ayah biologis
Sapaan untuk orang yang sudah
berkeluarga, orang yang berusia dewasa,
atau orang yang dihormati, meskipun
bukan ayah biologis.
Odol Suatu merek pasta gigi Pasta gigi
Kakak
Saudara kandung yang lebih
tua
Sapaan sopan untuk siapa saja yang
sedikit lebih tua
Adik Saudara kandung yang lebih Sapaan sopan untuk siapa saja yang
muda lebih muda
Rinso Suatu merek deterjen Deterjen
Perluasan makna ditandai dengan 7:ang lingk:5 makna saat ini lebih luas
daripada 7:ang lingk:5 makna saat sebelumnya.
b. Penyempitan makna adalah suatu proses perubahan makna dari
makna yang lebih umum ke makna yang lebih khusus.
Contoh:


Kata Makna dulu (lebih khusus) Makna sekarang (lebih
umum)
Kyai Orang atau benda yang dianggap sakti
atau berilmu tinggi
Ahli agama dan punya pengikut
Sarjana Orang yang berilmu Lulusan pendidikan perguruan
tinggi strata 1
Gereja Umat beragama Kristen Rumah Ibadah agama Kristen
dan jemaatnya.
Perluasan makna ditandai dengan 7:ang lingk:5 makna saat ini lebih sempit
daripada 7:ang lingk:5 makna saat sebelumnya.
c. Perubahan makna total adalah suatu proses perubahan makna
dimana makna yang sekarang sudah sangat berbeda jauh dengan
makna semula.
Contoh:
Kata Makna dulu (lebih Makna sekarang (lebih umum)
khusus)
Acuh Peduli Tak peduli
Percuma Gratis, cuma-cuma Sia-sia, tidak ada manIaatnya
Pena ulu erbagai jenis alat tulis yang menggunakan
tinta
Perluasan makna ditandai dengan 7:ang lingk:5 makna saat ini sama sekali
berbeda dengan 7:ang lingk:5 makna saat sebelumnya.

d. Penghalusan adalah penggantian suatu ujaran yang bernulai rasa
netral atau kasar dengan ujaran lain yang mempunyai makna sama
tapi dianggap mempunyai nilai rasa lebih halus. Makna ujarannya
sama, hanya saja diungkapkan dengan kata yang bernilai rasa lebih
halus. Gejala bahasa ini umum ada dalam berbagai bahasa,
termasuk bahasa Indonesia.
Contoh:
Kata bernuansa rasa netral atau
kasar
Kata yang bernilai rasa lebih halus
Mati
Tadi pagi kakek mati.
Meninggal dunia waIat
Tadi pagi kakek meninggal d:nia.
Pemecatan
Pemecatan yang dilakukan
perusahaan itu disebabkan krisis
keuangan.
Pemutusan Hubungan Kerja
Pem:t:san h:b:ngan ke7a yang dilakukan
perusahaan itu disebabkan krisis keuangan.
Kecelakaan
Tadi malam Pak Adi mengalami
kecelakaan.
Tertimpa musibah
Tadi malam Pak Adi te7tim5a m:sibah.
Yang berubah dari euIemia bukanlah makna kata atau makna ujaran, melainkan
nilai rasa. Makna ujaran dipertahankan tetap. EuIemia adalah kebalikan disIemia.
e. Pengasaran atau disIemia adalah penggantian suatu ujaran yang
bernuansa makna netral atau halus dengan ujaran lain yang
mempunyai makna sama tapi dianggap mempunyai nilai rasa lebih
kasar. Makna ujarannya tetap dipertahankan sama, hanya saja
diungkapkan dengan kata yang bernilai 7asa lebih halus. Gejala
bahasa ini umum ada dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa
Indonesia.
Contoh:
4 Kata bernuansa rasa netral atau
kasar
Kata yang bernilai rasa lebih halus
1 Memasukkan
Tendangannya berhasil memas:kkan
bola ke gawang lawan.
Menjebloskan
Tendangannya berhasil menebloskan
bola ke gawang lawan.
2 Mati
Penjahat itu mati dikeroyok masa.
Modar
Penjahat itu moda7 dikeroyok masa.
3 Mengambil
Pencuri mengambil televisi u Mirah.
Menggondol
Pencuri menggondol televisi u
Mirah.
Yang berubah dari disIemia bukanlah makna kata atau makna ujaran, melainkan
nilai rasa. Makna ujaran dipertahankan tetap.
DisIemia digunakan untuk:
- menunjukkan sikap tidak suka, tidak ramah, atau jengkel (lihat
kalimat 2 dan 3 pada contoh di atas)
- memberikan penekanan yang kuat pada suatu tindakan (lihat
kalimat1)
Nilai rasa kasar terkadang tidak terasa bila digunakan untuk
memberi penekanan kuat

3. Sebab-sebab Perubahan
a. Sinestesia adalah perubahan atau pertukaran tanggapan indera yang
berbeda saat menangkap Ienomena sekitar.
Contoh :
- $eda5 sekali 5emandangan di depan jendela kamarmu ini!
- Perkataannya te7denga7 sangat 5ahit.
- $:a7anya menye:kkan hati.
Rasa sedap seharusnya ditangkap oleh indra pengecap, tapi dalam contoh 1 di
atas, rasa sedap ditangkap dengan menggunakan mata. Rasa pahit seharusnya
ditangkap oleh indra pengecap, tapi dalam contoh 2 di atas, rasa pahit ditangkap
dengan menggunakan telinga. Rasa sejuk seharusnya ditangkap oleh indra peraba
di kulit, tapi dalam contoh 3 di atas, rasa sejuk ditangkap dengan menggunakan
telinga.
Sinestesia menjadi salah satu penyebab perubahan makna kata. Pada contoh di
atas kita dapat melihat bagaimana kata "pahit" mengalami perluasan makna
sebagai akibat dari sinestesia.
b. Asosiasi adalah hubungan antara suatu bentuk ujaran dengan obyek
lain yang bukan reIeren bentuk ujaran itu, sehingga bila bentuk
ujaran itu disebutkan, maka yang dimaksudkan bukan reIeren
melainkan obyek lain yang berhubungan dengan bentuk ujaran
tersebut.
Contoh :
- Partai-partai politik memperebutkan k:7si di DPR.
ReIeren dari bentuk ujaran kursi adalah benda yang digunakan
untuk duduk dan yang biasanya ada kakinya.
Tapi maksud dari bentuk ujaran kursi pada contoh tersebut
bukanlah reIeren, melainkan obyek lain yang berhubungan dengan
bentuk ujaran kursi, yaitu "kekuasaan". Dengan demikian, bentuk
ujaran "kursi" pada contoh tersebut berasosiasi dengan kekuasaan.
Asosiasi dapat berupa hubungan:
1. wadah dengan isi
Contoh:
Pejabat negara dilarang menerima 5a7sel.
entuk ujaran "parsel" pada contoh kalimat tersebut berasosiasi dengan
kolusi dan suap yang dikemas dalam wujud parsel.
2. waktu dengan kejadian
Contoh:
Jalan ke Pantai Ancol macet total karena sekarang tanggal Jan:a7i.
entuk ujaran "1 Januari" berasosiasi dengan tahun baru dan pada tahun
baru masyarakat berbondong-bondong ke obyek wisata.
3. tempat dengan peristiwa
Contoh:
Aliansi masa melakukan tabur bunga di :ningan,Jakarta.
entuk ujaran "Kuningan" berasosiasi dengan peristiwa ledakan bom yang
dilakukan oleh kelompok teroris.
4. tempat dengan lembaga
Contoh:
Para wakil rakyat bertemu di $enayan.
entuk ujaran "Senayan" berasosiasi dengan lembaga Dewan Perwakilan
Rakyat.
Asosiasi dapat menyebabkan perubahan makna kata.
Contoh:
Kata "tajir" semula bermakna pedagang, khususnya pedagang Arab. Pedagang
Arab di Indonesia pada jaman dulu banyak yang kaya. Lalu, kata "tajir"
berasosiasi dengan kata "kaya raya". Seiring dengan waktu, makna kata "tajir"
berubah, sehingga, pada saat ini, kata "tajir" bermakna "kaya raya", dan tidak lagi
bermakna "pedagang".
c. Majas metaIora adalah ungkapan pemahaman mengenai suatu
konsep dalam perbandingannya dengan konsep lain dimana di
antara dua konsep itu terdapat kemiripan, keserupaan, atau korelasi
dalam hal tertentu. Kemiripan, persamaan, atau korelasi di antara
dua hal yang diperbandingkan tidak perlu semuanya, melainkan
hanya sebagian kecil saja.
Contoh:
- Ayah adalah t:lang 5:ngg:ng keluarga.
Ayah dan tulang punggung adalah dua hal yang sama sekali berbeda. Titik
persamaan antara ayah dan tulang punggung adalah sama-sama punya Iungsi
menopang. Tulang punggung menopang agar badan manusia tegak berdiri, ayah
menopang keluarga agar tegak berdiri. Inilah sebabnya kata 'tulang punggung
digunakan sebagai metaIora untuk menyebut Iungsi ayah selaku kepala keluarga
yang menopang tegaknya keluarga.
Majas metaIora sering digunakan untuk memahami konsep suatu entitas dengan
cara memahami entitas yang lain dan untuk mendeskripsikan sesuatu secara indah
karena mengandung muatan nilai rasa tertentu. Dalam contoh berikut kita dapat
merasakan nilai rasa yang tersirat dalam majas metaIora matahari, tulang
punggung, dan tikus.
Contoh:
1. Kamu adalah mataha7iku.
2. Sebagai t:lang 5:ngg:ng negara, generasi muda hendaknya mempunyai
ambisi untuk maju.
3. Di negara ini, tik:s bukan hanya berkeliaran di dalam got, di dalam tanah,
dan di dalam rumah rakyat jelata, melainkan juga di
dalam lembaga-lembaga terhormat.
Majas metaIora menggunakan perbandingan implisit (tersirat) antara dua hal yang
berbeda, sehingga tidak mempergunakan kata-kata pembanding semisal 'bagai,
'seperti, 'ibarat, 'bagaikan, 'umpama, 'seumpama,dan yang sejenisnya.
Kelas kata yang umumnya digunakan dalam majas metaIora
adalah kelas kata benda (no:n) dan kelas kata ganti (57ono:n).
Penggunaan majas metaIora dalam jangka panjang dapat
mengakibatkan perubahan makna atau pergeseran makna.
Contoh:
semula kata 'ekor hanya bermakna bagian tubuh binatang yg paling belakang,
baik berupa sambungan dari tulang punggung maupun sebagai lekatan. Kemudian,
kata 'ekor digunakan sebagai metaIora untuk akibat dari kejadian atau keadaan
sebelumnya. Lama-lama kata 'ekor mengalami perubahan makna. Jika semula
hanya bermakna 'bagian tubuh binatang dan sebagainya yg paling belakang, baik
berupa sambungan dr tulang punggung maupun sebagai lekatan, kemudian kata
'ekor tersebut mengalami perluasan makna sehingga kemudian mempunyai
makna tambahan 'akibat dari kejadian atau keadaan sebelumnya.
d. Perkembangan Ilmu dan Teknologi
e. Perkembangan Sosial udaya
I. Perbedaan idang Pemakaian
g. Perbedaan Tanggapan
h. Adanya Penyingkatan
i. Proses Gramatikal
j. Pengembangan Istilah
k. Generalisasi
l. Spesialisasi
m. Ameliorasi
n. Peyorasi
A III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembicaraan di atas mengenai jenis-jenis atau sebab-sebab terjadinya
perubahan makna barangkali sudah dapat dilihat bahwa ada perubahan
yang siIatnya meluas, ada perubahan yang siIatnya menyempit, ada pula
perubahan yang siIatnya total maksudnya, perubahannya berbeda sekali
dengan makna semula, dan ada pula perubahan yang siIatnya menghalus
dan mengasar. Sedangkan pada sebab-sebab perubahannya terdiri dari
beberapa sebab di antaranya terdapat perubahan yang di akibatkan karena
perubahan sinestesia(pertukaran tanggapan indera yang berbeda saat
menangkap Ienomena), asosiasi(bentuk ujaran objek lain yang bukan
reIeren ujarannya ), meteIora pemahaman suatu konsep dalam hal
perbandingan) dan sebagainya.

Ketiga hal tersebut mewakili dari sebab-sebab perubahan makna, yang
secara diakronis bahwa, ada kemungkinan sebuah kata akan mengalami
perubahan.

. Saran
Untuk memahami jenis perubahan makna dan sebab-sebab perubahan
sebaiknya pembaca harus memahami dan mempelajari hakekat semantik
dan juga ruang lingkup tentang makna dan masalahnya. Dengan begitu
akan memudahkan pembaca dalam mempelajarinya.
DAFTAR PUSTAKA

Paulus Tukan, S.pd. 2006. Mahir erbahasa Indonesia 3Jakarta. Yudistira
Chaer, Abdul. 1989. Pengantar Semantik ahasa Indonesia. Rineka Cipta:
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai