Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Sejak dulu di Negara Indonesia, hukum islam memegang peranan yang


sangat penting dalam pembentukan hukum di Indonesia selain hukum belanda
yang berlaku saat ini. Setelah Indonesia berusia 60 tahun dan telah mengalami 6
kali pergantian presiden, hukum islam tetap di pakai dibeberapa bidang
hukumdisamping hukum belanda tentunya. Seperti yang kita ketahui tentunya,
gelombang reformasi yang menyapu seluruh kawasan Indonesia sejak kejatuhan
suharto banyak memunculkan kembali lembaran sejarah masa lalu Indonesia.
Salah satunya yang hingga hari ini menjadi sorotan adalah tuntutan untuk kembali
kepada syari’at islam, atau hukum islam yang kemudian mrngundang beragam
kontroversi di Indonesia. Kalau kita lihat lembarab sejarah Indonesia, salah satu
faktor pemicunya adalah tuntutan untuk mengembalikan tujuh kata bersejarah
yang tadinya terdapat dalam pembukaan atau mukadimmah konstitusi Indonesia
yang dirumuskan oleh para pendiri Indonesia.
Nilai moral agama bagi bangsa Indonesia adalah segala sesuatu atau
ketentuan yang mengandung petunjuk dan pedoman bagi manusia dalam
hidupnya menurut moral agama. Contohnya petunjuk dan pedoman bagi manusia
dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Sebagai bangsa yang mempunyai
multi agama, keaneragaman perilaku dan adapt istiadat membuat masyarakat
Indonesia mempunyai watak yang dipengaruhi oleh agama yang mereka anut.
Sikap toleransi terus tumbuh dan berkembang dalam jiwa dan perilaku sehari-hari.
Adanya kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran masing-masing,
adalah bukti dan kenyataan yang ada dalam masyarakat.
Mempelajari dan mendalami nilai moral agama dan kerukunan antar umat
beragama merupakan kewajiban setiap pemeluk agama baik laki-laki maupun
perempuan, agar dalam kehidupan dapat melaksanakan perannya sebagai
manusia. Oleh karena itu, manusia manusia dalam hidupnya harus selalu berusaha
untuk menjadikan seluruh hidupnya sebagai wujud ibadah kepada Tuhan YME.
Ibadah dalam arti pengabdian yang bertujuan mencari ridho Allah SWT akan

1
dapat dilaksanakan secara baik dan benar apabila didasari dengan pengetahuan
agama, agar tercipta juga kerukunan antar umat beragama di Negara Indonesia.

Rumusan Masalah
Untuk membicarakan Sejarah Islam di Indonesia mengingat materi
yang sangat luas dan mengingat waktunya yang terbatas maka perkenankan
kami dalam makalah ini hanya menyampaikan pokok-pokok permasahannya
yang meliputi:
1. Kedatangan Islam ke Indonesia dan proses penyebarannya;
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Kesultanan-Kesultanan di Nusantara;
3. Hubungan antara agama Islam, Kristen dan Yahudi
4. Kerukunan antar umat beragama dalam Islam
5. Manfaat kerukunan antar umat beragama

2
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

A. KEDATANGAN DAN PENYEBARAN ISLAM DI INDONESIA


Ada teori yang berpendapat baru abad ke-13 M. yang dikemukakan
oleh Snouck Hurgronje dan lainnya, dan yang berpendapat sudah sejak
abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 Masehi yann antara lain dikemukakan
W.P. Groeneveldt, Syeikh Muhammad Naguib Al-Attas, S.Q. Fatimi,
Hamka,Uka Tjandrasasmitadll. Masing-masing olongan membuat
argumentasinya. Tetapi bagaimanapun kami berpendapat yang benar abad
ke-1 H. atau abad ke-7 M. dan langsung dari Arabia (Kami telah
membicarakan kelemahan- kelemahan teori abad ke-13 M. dalam Sejarah
Nasional Indonesia III, sejak tahun 1975 dan seterusnya serta dalam
berbagai tulisan lainnya. Kedatangan Islam awalnya melalui perdagangan
Internasional dan penyebaran atau penyampaiannya secara lebih mendalam
oleh para da’i dan para wali (Di Jawa Wali Sanga) yang berasal dari luar
atau dari Indonesia sendiri. Waktu kedatangan dan penyebaran Islam di
Indonesia melalui beberapa fase dan yang abad ke-7 M. baru di bagian
Barat Indonesia saja, Penyebaran Islam di Indonesia bahkan di wilayah
Asia Tenggara berjalan dengan damai sesuai dengan prinsip-prinsip konsep
Islam. Proses Islamisasi melalui berbagai jalur : Perdagangan, Pernikahan,
Memasuki birokrasi, Sufisme, Pendidikan (Pesantren), Kesenian.

B. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KESULTANAN-


KESULTANAN DI INDONESIA
Setelah terjadi proses penyebaran Islam lambat laun tumbuh dan
berkembang Keultanan-Kesultanan dengan dinamika sejarahnya dalam
berbagai aspek:social- politik, social ekonomi-perdagangan, social
keagamaan dan kebudayaan. Dalam bidang social- politik biasanya terjadi
pergantian kekuasaan yang mulus tetapi kadang-kadng tidak mulus. Tidak
mulus disebabkan terjadinya perebutan kekuasaan di kalangan keluarga; dan
juga kadang-kadang karena hasutan politik dari luar dari pihak yang

3
menginginkan penjajahan termasuk bidang monopoli perdagangan. Dalam
menjalankan politik pemerintahan Kesultanan mempunyai system birokrasi
yang cukup lengkap, tetapi jika mulai dimasuki system birokrasi Barat (dari
Penjajah) mulai terjadi perlawanan. Tumbuh dan berkembangnya
Kesultanan –Kesultanan di Indonesia tidak menunjukkan persamaan karena
ada yang sejak abad ke-16, 17 dan ke-18 M.mulai memudar bahkan pada
awal abad ke-19 M. mulai di bawah lindungan pemerintahan jajahan
(terutama Belanda sejak VOC –Hindia Belanda) dan ada yang baru awal
abad ke 20 M. contohnya Kesultanan Aceh Darussalam baru dikuasai
Hindia-Belanda. Bahkan pada abad ke-19 M. di mana- mana timbul
gerakan social dan keagamaan misalnya Pemberontakan Cilegon, Perang
Padri, Pemberontakan Antasari, dan di daerah-daerah lainnya.
Pemberontakan atau perlawanan-perlawanan terhadap penjajah tersebut
umumnya dipimpin para Kiai atau Ulama.
Di antara sejumlah Kesultanan di Indonesia yang pada abad ke-17
M. mencapai keemasan dilihat dari berbagai aspek kehidupan: politik,
ekonomi-perdagangan, keagamaan dan kebudayaan: ialah Kesultanan Aceh
Darussalam semasa Sultan Iskandar Muda, Kesultanan Mataram semasa
Sultan Agung Hanyakrasusumo, Kesultanan Banten semasa Sultan Ageng
Tirtayasa, Kesultanan Gowa semasa Sultan Hasan Uddin. Dapat kita catat
tentang kemajuan keagamaan terutama yang memberikan warisan
kesasteraan agama Islam mengenai berbagai hal: Taugid, Tasawuf dan
Tarekatnya, Fikh, Musyah Al- Qur’an, dan lainnya ialah Kesultanan Aceh
Darussalam, kemudian Kesultanan Banaten. Aceh terkenal dengan para
ulama besarnya dan tempat berguru para kiai sebelum pergi menenuaikan
ibadah haj, karena itu sering digelari Aceh Serambi Mekkah. Di Aceh hidup
Hamzah Fansuri (w. 1527 M.), Syamsuddin As-Sumaatrani (abad 17 M.),
Nuruddin Ar-Raniri ( abd-17 M.), Abdurrauf As-Singkili (abd 17 M.)dan
lainnya. Dari Aceh mulai sastra keagamaaan Islam yang ditulis dalam huruf
Jawi berbahasa Melayu dan tersebar ke berbagai daerah Indonesia: di
Sumatara, di Bima, Maluku, Sulawesi- Buton, Kalimantan. Demikian pula
pengaruhnya ke Banten , Cirebon dan lainnya. Pada abad 17 dan 18
4
Masehi hubungan atau jaringan kuat antara ulama-ulama Timur Tengah
dan Melayu-Indonesia. KItab-kitab Fikh yang tersebar sejak masa lampau
di Indonesia telah banyak dibicarakan dan dapat kami catatan pada
umumnya di Kesulatanan- Kesultanan di Indonesia menerapkan Syari’ah
terutama di bidang Ubudiyah, Muamalah dan Hudud, tetapi dalam bidang
Jinayah tidak kecuali satu masa di Kesultanan Aceh Darussalam semasa
pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 tetapi kemudian dihapus
mada masa Iskandar Thani (baca Denys Lombard: Kerajaan Aceh Zaman
Sultan Iskandar Muda (1607-1636), KPG-EFEO 2006, hlm. 118-119)
Hubungan perekonomian dan perdagangan antar Kesultanan di
Indonesia dan antar Bangsa dengan negeri-negeri di Asia Tenggara, Di
Timur Jauh: Cina, Jepang dan lainnya dan juga dengan Timur Tengah:
Arabia, Persi (Iran), Irak, Turki, Mesir dan lainnya berjalan terus sekalipun
penah dirintangi oleh politk monopoli perdagangan Portugis dan Belanda.
Setelah penjajahan VOC dan kemudian Hindia Belanda praktis beberapa
Kesulatanan perekonomian dan perdagangannya beralih kepada penjajah
kecuali Aceh baru pada awal abad ke-20 awal. Hubungan-hubungan
ekonomi pedagangan dengan negeri-negeri Islam diperkuat juga dengan
hubungan persabatan dalam menghadapi penjajahan.
Dapat pula kita catatat bahwa meskipun penjajahan VOC-Hindia
Belanda merupakan factor keruntuhan bagi Kesultanan-Kesultanandi
Indones ia namun perlawanan dengan cara pemberontakan seperti telah
dikatakan di atas berjalan terus. Untuk merintangi atau menghalangi
kegiatan-kegiatan Islam di berbagai bidang Pemerintah Hindia Belanda
misalnya dalam bidang ibadah haji dikeluarkanlah Haji Ordonansi 1922
yang sebanarnya merugikan umat Islam Indonesia. Demikian pula di bidang
pendidikan muncul Ordonnansi Guru, 1925. Politik penjajahan Belanda
untuk merintangi berbagai upaya bagi umat Islam telah diatur pula oleh Het
Kantoor voor Inlandsche Zaken , tetapi anehnya lebih mengatur kehidupan
keagamaan yang dianut bangsa Indonesia yang dapat kita perhatikan dalam
disertasi H. Aqib Suminto “ Politik Islam Hindia Belanda” LP3S, 1986.
Mengenai keberadaan pendidikan zaman Penjajahan Belanda dengan
5
berbagai gerakan pendidikan sebagai lawan perimbangan terhadap system
pendidikan yang diciptakan Penjajahan Belanda misalnya tumbuh dan
berkembangnya pendidikan- pendidikan Islami yang dipelopori oleh Syaikh
Ahmad Khatib, Syaikh Thahir Jalaluddin, Syaikh Mugammad Jamil
Jambek dll di daerah Minangkabau dan di antara lain yang berpengaruh
ialah pendidikan Surau Jembatan Besi. Demikian juga di Jakarta waktu
itu tahun 1905, Muhammadiyah di Yogyakarta, Haji Abdulkarim dengan
Hayatul Qulub di Majlengka, dan gerakan-gerakan pendidikan sebagai
pembaruan untuk pendidikan Islam (Baca: Deliar Noer: Gerakan Modern
Islam di Indonesia 1900-1942.). Demikian pula dibicarakan hal-hal
berhubungan dengan gerakan politik dari tahun tahun tersebut.
Setelah jaman Penjajahan Belanda bagaimana kehidupan politik dan
lainnya dalam Islam di Indonesia pada zaman Pendudukan Jepang, kita
akan mendapat gambaran bagaimana dari salah sebuah buku yang juga
menerangkan tentang segi positif dan sefi negatifnya tindakan Pemerintah
Pendudukan Jepang, terlebih yang diakibatkan tindakan- tindakan Jepang
yang menyebabkan penderitaan rakyat yang juga menimbulkan
pemberontakan-pemberontakan di beberapa tempat (Baca: Harry J. Benda
“Bulan Sabit Dan Matahari Terbit. Islam Indonesia Pada Masa Pendudukan
Jepang.” Pustaka Jaya, 1985). Selanjutnya kita akan sampai pada
pebicaraan tentang Islam sejak Kemerdekaan Indonesia terutama masalah
perjuangan Islam masa modern dari sekitar tahun 1945 sampai 1965 an
setelahnya. B.J. Bolland dalam “ The Struggle Of Islam In Modern
Indonesia” 1971, telah memberikan gambaran gerakan-gerakan politik
Islam di zaman sejarah Indonesia modern itu dan dampaknya terhadap
kehidupan setelah 25 tahun sejak merdeka. Boland dalam kajiannya
melakukan pendekatan sosiologis yaitu dari segi awal idea-idea dunia
Islam dan sejarahnya untuk mengetahui sejauh dan bagaimana fungsi- funsi
Islam sebagai kekuatan yang hidup di Indonesia baru. Sehubungan dengan
itu dikatakan pelunya serta akan berhasil jika dilakukan pendekatan
perkembangannya selama duapuluh limatahun dan dari sudut inilah untuk
memperoleh beberapa bahan tentang kegiatan-kegiatan Islam secara
6
spesifik, problema-problema serta kecenderungan-kecenderungannya.
Menarik perhatian kita bahwa Boland memberikan gambaran kepada kita
kecuali tentang perkembangan Islam 25 tahun juga memberikan gambaran
pembagian gambaran politik tahun 1945-1955, kemudian masa penguatan
kedalam komunitas Islam sendiri sampai peningkatannya (1955-1965), dan
masa setelah 30 September 1965.

C. HUBUNGAN AGAMA ISLAM, NASRANI, DAN YAHUDI


Pengertian Agama
a. Segi etimologis
“Agama” berasal dari bahasa Sansekerta, a = tidak, dan gama =
kacau. Jadi, agama = tidak kacau.
“Agama” dalam bahasa Inggris adalah religion yang berasal dari
bahasa Latin “religere”, yang berarti melakukan perbuatan dengan penuh
penderitaan atau mati-matian. Atau “religare” yang berarti mengikat
menjadi satu.
“Agama” dalam bahasa Arab adalah din dan millah. Din berasal
dari kata dana yang berarti cara, adapt istiadat, peraturan, undang-
undang, menunggalkan tuhan, pembalasan, nasehat, dan agama. Din
bersinonim dengan kata millah.
b. Segi terminologis
Agama adalah hubungan manusia dengan suatu kekuatan suci
yang dianggapnya lebih tinggi untuk dipuja, dimohon pertolongan dalam
mengatasi kesulitan hidupnya. (Endang Saefuddin Anshary)
Agama adalah ajaran-ajaran yang diwujudkan Tuhan kepada
manusia melalui para rasul-Nya. (Harun Nasution)
Agama adalah suatu peraturan Tuhan yang mendorong jiwa
seseorang yang mempunyai akal memegang peraturan dengan
kehendaknya sendiri, untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
kebahagiaan di akherat kelak. (Taib Tahir Abdul Muin)

Di dunia ini agama dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu :


7
1. Agama samawiyah (agama langit atau agama wahyu)
Disebut juga agama tauhid, tauhid = ajaran yang mengakui Allah
SWT sebagai Tuhan Yang Maha Esa dengan hukum dasar yang bersumber
pada wahyu Allah.Agama samawiyah merupakan agama pertama yang
dibawa oleh Nabi Adam as sampai dengan Nabi Muhammad SAW.
Agama samawiyah pada prinsipnya adalah Islam, terbukti dalam Al-Quran
bahwa nabi/rasul sebelum Nabi Muhammad SAW disebut dengan
“Muslim”. Hanya saja sebelum Nabi Muhammad SAW, nama Islam tidak
dipopulerkan , karena ruang lingkupnya masih terlalu terbatas, yakni untuk
satu golongan.
Nama Agama, selain diambil langsung dari nama Nabi/Rasul yang
membawanya, seperti agama Nabi Nuh, agama Nabi Shaleh, dan Agama
Nabi Hud, juga diambil dari nama kaum di mana Nabi/Rasul tersebut
diutus. Misalnya agama Yahudi berasal dari nama keturunan Nabi Ya’cub
yang disebut Yahudi dengan Nabi/Rasul-nya adalah Musa as, Harun as,
dan Daud as. Ada juga yang diambil dari nama tempat kelahiran nabi itu
sendiri, seperti agama Nasrani yang berasal dari Nazerat yaitu tempat
kelahiran Nabi Isa. Agama Nasrani disebut juga Kristen, istilah ini berasal
dari Bani Israel yang menyebut Nabi Isa as dengan Yesus Kritus. Agama
Nasrani dengan Kitab Injil yang diterima oleh Nabi Isa as merupakan salah
satu agama samawiyah yang datangnya dari Allah SWT. Hanya saja telah
datang Islam dengan Al-Quran sebagai penyempurna agama-agama
sebelumnya.
2. Agama ardhiyah (agama bumi atau agama budaya)
Disebut agama ardhiyah karena semua konsep ajarannya dari cipta,
rasa, karsa manusia. Oleh karena itu, walaupun nama agamanya sama
tetapi ada yang berbeda dalam pelaksaan ritualnya, hal ini karena
disesuaikan dengan budaya setempat. Agama ini tidak memiliki
Nabi/Rasul dan juga Kitab suci yang murni. Kitab sucinya hanyalah
rumusan dari para pemimpin atau pendiri agama, kitab itu akan senantiasa
berubah dari waktu ke waktu menyesuaikan perkembangan budaya.
Dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah (2) Ayat 62 :
8
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman (Mukmin), dan orang-
orang Yahudi, dan orang-orang Nasrani, dan orang-orang Shabi'in, siapa
saja (di antara mereka) yang (benar-benar) beriman kepada Allah dan hari
kemudian/akhirat, dan beramal saleh (berbuat kebajikan), maka bagi
mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka. Dan Tidak ada takut
atas mereka dan tidaklah mereka bersedih hati".
Mengenai tafsir ayat tersebut, ada beberapa kelompok pendapat,
yaitu :
• Pendapat ke 1
Dengan landasan berfikir bahwa Allah Maha Mengetahui,
Maha Kuasa, Maha Adil, dsb. Maka pendapat ke 1 ini menyerahkan
sepenuhnya hal itu kepada Allah. Dengan kata lain, menerima dan
percaya apa adanya terhadap ayat tsb.
• Pendapat ke 2
Ungkapan "beriman kepada Allah dan hari akhirat", dipahami
sebagai "beriman kepada seluruh rukun iman", yang otomatis juga
beriman kepada Nabi Muhammad saw. Sehingga ayat tersebut hanya
berlaku bagi yang beriman kepada seluruh rukun iman.
• Pendapat ke 3
Ayat itu berlaku untuk orang2 Yahudi, Nasrani, dan Shabi'in,
yang kemudian masuk Islam. Maka pahala mereka sebelum masuk
Islam tetap dihitung.
• Pendapat ke 4
Ayat itu hanya berlaku untuk orang2 Yahudi, Nasrani, dan
Shabi'in, sebelum diturunkannya Al-Quran.

D. KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA


Kerukunan dalam kehidupan akan dapat melahirkan karya – karya
besar yang bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan hidup. Sebaliknya konflik
pertikaian dapat menimbulkan kerusakan di bumi. Manusia sebagai mahkluk
social membutuhkan keberadaan orang lain dan hal ini akan dapat terpenuhi
jika nilai-nilai kerukunan tumbuh dan berkembang ditengah-tengah
9
masyarakat. Kerukunan dapat diklasifikan menjadi dua yaitu kerukunan antar
umat islam dan kerukunan antar umat baragama atau antar umat manusia
pada umumnya.
Kerukunan antar umat islam didasarkan pada akidah islamnya dan
pemenuhan kebutuhan social yang digambar kan bagaikan satu bangunan,
dimana umat islam satu sama lain saling menguatkan dan juga digambarkan
seperti satu tubuh;jika ada bagian tubuh yang sakit maka seluruh anggota
tuybuh merasakan sakit. Hal ini berbeda dengan kerukunan antar umat
beragama atau umat manusia pada umumnya. Kerukunan antar umat
beragama didasarkan pada kebutuhan social dimana satu sama lain saling
membutuhkan agar kebutuhan-kebutuhan hidup dapat ter penuhi. Kerukunan
antar umat manusia pada umumnya baik seagama maupun luar agama dapat
diwujudkan apabila satu sama lain dapat saling menghormati dan
menghargai.
Dalam ajaran islam seorang muslim tidak dibolehkan mencacimaki
orang tuanya sendiri. Artinya jika seseorang mencacimaki orang tua
saudaranya, maka orang tuanya pun akan dibalas oleh saudaranya untuk
dicaci maki. Demikian pula mencaci maki tuhan atau peribadatan agama lain,
maka akibatnya pemeluk agama lain pun akan mecaci maki tuhan kita.
Sejalan dengan agama ini agar pemeluk agama lain pun menghargai dan
menghormati agama islam.

1. Pengertian Kerukunan Umat Beragama


Kerukunan umat bragama yaitu hubungan sesame umat beragama
yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati,
saling menghargai dalam kesetaraan pengamalan ajaran agamanya dan
kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan bernegara. Umat beragama
dan pemerintah harus melakukan upaya bersama dalam memelihara
kerukunan umat beragama, di bidang pelayanan, pengaturan dan
pemberdayaan. Sebagai contoh yaitu dalam mendirikan rumah ibadah
harus memperhatikan pertimbangan Ormas keagamaan yang berbadan
hukum dan telah terdaftar di pemerintah daerah.
10
Pemeliharaan kerukunan umat beragama baik di tingkat Daerah,
Provinsi, maupun Negara pusat merupakan kewajiban seluruh warga
Negara beserta instansi pemerinth lainnya. Lingkup ketentraman dan
ketertiban termasuk memfalisitasi terwujudnya kerukunan umat
beragama, mengkoordinasi kegiatan instnsi vertical, menumbuh
kembangkan keharmonisan saling pengertian, saling menghormati, saling
percaya diantara umat beragama, bahkan menerbitkan rumah ibadah.
Sesuai dengan tingkatannya Forum Krukunan Umat Beragama
dibentuk di Provinsi dan Kabupaten. Dengan hubungan yang bersifat
konsultatif gengan tugas melakukan dialog dengan pemuka agama dan
tokoh-tokoh masyarakat, menampung aspirasi Ormas keagamaan dan
aspirasi masyarakat, menyalurkan aspirasi dalam bentuk rekomendasi
sebagai bahan kebijakan.

Kerukunan antar umat beragama dapat diwujdkan dengan;


1. Saling tenggang rasa, saling menghargai, toleransi antar umat
beragama
2. Tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu
3. Melaksanakan ibadah sesuai agamanya, dan
4. Mematuhi peraturan keagamaan baik dalam Agamanya maupun
peraturan Negara atau Pemerintah.

Dengan demikian akan dapat tercipta keamanan dan ketertiban


antar umat beragama, ketentraman dan kenyamanan di lingkungan
masyarakat berbangsa dan bernegara.

2. Pengertian Kerukunan Umat Beragama Menurut Islam


Kerukunan umat beragama dalam islam yakni Ukhuwah
Islamiah. Ukhuah islamiah berasl dari kata dasar “Akhu” yang berarti
saudara, teman, sahabat, Kata “Ukhuwah” sebagai kata jadian dan
mempunyai pengertian atau menjadi kata benda abstrak persaudaraan,
persahabatan, dan dapat pula berarti pergaulan. Sedangkan Islaiyah
berasal dari kata Islam yang dalam hal ini menjadi atau memberi sifat
11
Ukhuwah, sehingga jika dipadukan antara kata Ukhuwah dan Islamiyah
akan berarti persaudaraan islam atau pergaulan menurut islam.
Dapat dikatakan bahwa pengertian Ukhuah Islamiyah adalah
gambaran tentang hubungan antara orang-orang islam sebagai satu
persaudaraan, dimana antara yang satu dengan yang lain seakan akan
berada dalam satu ikatan. Ada hadits yang mengatakan bahwa hubungan
persahabatan antara sesame islam dalam menjamin Ukhuwah Islamuah
yang berarti bahwa antara umat islam itu laksana satu tubuh, apabila sakit
salah satu anggota badan itu, maka seluruh badan akan merasakan
sakitnya. Dikatakan juga bahwa umat muslim itu bagaikan sutu bangunan
yang saling menunjang satu sama lain.
Pelaksanaan Ukhuwah Islamiyah menjadi actual, bila
dihubungkan dengan masalah solidaritas social. Bagi umat Islam,
Ukhuwah Islamiyah adalah suatu yang masyru’ artinya diperintahkan
oleh agama. Kata persatuan, kesatuan, dan solidaritas akan terasa lebih
tinggi bobotnya bila disebut dengan Ukhuwah. Apabila bila kata
Ukhuwah dirangkaikan dengan kata Islamiyah, maka ia akan
menggambarkan satu bentuk dasar yakni Persaudaraan Islam merupakan
potensi yang obyektif.
Ibadah seperti zakat, sedekah, dan lain-lain mempunyai hubungan
konseptual dengan cita ukhuwah islamiyah. Ukhuwah islamiyah itu
sendiri bukanlah tujuan, Ukhuwah Islamiyah adalah kesatuan yang
menjelmakan kerukunan hidup umat dan bangs, juga untuk kemajuan
agama, Negara, dan kemanusiaan. “Janganlah bermusuh-musuhan, maka
Allah menjinakan antara hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat
Allah orang-orang yang bersaudara” (QS. Ali Imran: 103)
Artinya: “Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai
dan berselisih sesudah dating keterangan yang jelas kepada mereka.
Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat. (QS. Ali
Imran 105).

E. MANFAAT KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA


12
Umat Beragama Diharapkan Perkuat Kerukunan Jika agama dapat
dikembangkan sebagai faktor pemersatu maka ia akan memberikan stabilitas
dan kemajuan negara
Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni berharap dialog antar-
umat beragama dapat memperkuat kerukunan beragama dan menjadikan
agama sebagai faktor pemersatu dalam kehidupan berbangsa.
"Sebab jika agama dapat dikembangkan sebagai faktor pemersatu
maka ia akan memberikan sumbangan bagi stabilitas dan kemajuan suatu
negara," katanya dalam Pertemuan Besar Umat Beragama Indonesia untuk
Mengantar NKRI di Jakarta, Rabu.
Pada pertemuan yang dihadiri tokoh-tokoh agama Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu itu Maftuh menjelaskan, kerukunan
umat beragama di Indonesia pada dasarnya telah mengalami banyak
kemajuan dalam beberapa dekade terakhir namun beberapa persoalan, baik
yang bersifat internal maupun antar-umat beragama, hingga kini masih sering
muncul.
Menurut dia, kondisi yang demikian menunjukkan bahwa kerukunan
umat beragama tidak bersifat imun melainkan terkait dan terpengaruh
dinamika sosial yang terus berkembang. "Karena itu upaya memelihara
kerukunan harus dilakukan secara komprehensif, terus-menerus, tidak boleh
berhenti," katanya.
Dalam hal ini, Maftuh menjelaskan, tokoh dan umat beragama dapat
memberikan kontribusi dengan berdialog secara jujur, berkolaborasi dan
bersinergi untuk menggalang kekuatan bersama guna mengatasi berbagai
masalah sosial termasuk kemiskinan dan kebodohan.
Ia juga mengutip perspektif pemikiran Pendeta Viktor Tanja yang
menyatakan bahwa misi agama atau dakwah yang kini harus digalakkan
adalah misi dengan tujuan meningkatkan sumber daya insani bangsa, baik
secara ilmu maupun karakter. "Hal itu kemudian perlu dijadikan sebagai titik
temu agenda bersama lintas agama," katanya.
Mengelola kemajemukan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH
Ma'ruf Amin mengatakan masyarakat Indonesia memang majemuk dan
13
kemajemukan itu bisa menjadi ancaman serius bagi integrasi bangsa jika
tidak dikelola secara baik dan benar.
"Kemajemukan adalah realita yang tak dapat dihindari namun itu
bukan untuk dihapuskan. Supaya bisa menjadi pemersatu, kemajemukan
harus dikelola dengan baik dan benar," katanya. Ia menambahkan, untuk
mengelola kemajemukan secara baik dan benar diperlukan dialog
berkejujuran guna mengurai permasalahan yang selama ini mengganjal di
masing-masing kelompok masyarakat.
"Karena mungkin masalah yang selama ini terjadi di antara pemeluk
agama terjadi karena tidak sampainya informasi yang benar dari satu pihak ke
pihak lain. Terputusnya jalinan informasi antar pemeluk agama dapat
menimbulkan prasangka-prasangka yang mengarah pada terbentuknya
penilaian negatif," katanya.
Senada dengan Ma'ruf, Ketua Konferensi Waligereja Indonesia
Mgr.M.D Situmorang, OFM. Cap mengatakan dialog berkejujuran antar umat
beragama merupakan salah satu cara untuk membangun persaudaraan antar-
umat beragama.
Menurut dia, tema dialog antar-umat beragama sebaiknya bukan
mengarah pada masalah theologis, ritus dan cara peribadatan setiap agama
melainkan lebih ke masalah-masalah kemanusiaan. "Dalam hal kebangsaan,
sebaiknya dialog difokuskan ke moralitas, etika dan nilai spiritual," katanya.
Ia juga menambahkan, supaya efektif dialog antar-umat beragama
mesti "sepi" dari latar belakang agama yang eksklusif dan kehendak untuk
mendominasi pihak lain. "Sebab untuk itu butuh relasi harmonis tanpa
apriori, ketakutan dan penilaian yang dimutlakkan. Yang harus dibangun
adalah persaudaraan yang saling menghargai tanpa kehendak untuk
mendominasi dan eksklusif," katanya.
Menurut Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Khonghucu Budi S
Tanuwibowo, agenda agama-agama ke depan sebaiknya difokuskan untuk
menjawab tiga persoalan besar yang selama ini menjadi pangkal masalah
internal dan eksternal umat beragama yakni rasa saling percaya, kesejahteraan
bersama dan penciptaan rasa aman bagi masyarakat. "Energi dan militansi
14
agama seyogyanya diarahkan untuk mewujudkan tiga hal mulia itu,"
demikian Budi S Tanuwibowo.

15
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Kerukunan antar umat beragama dibedakan menjadi dua yaitu: Kerukunan
umat beragama antar sesama manusia dan Kerukunan umat agama menurut islam.
Kerukunan umat beragama antar sesame manusia yaitu Hubungan sesama
umat beragama dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati,
saling menghargai dan kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerja
sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sedangkan,
Kerukunan antar umat beragama menurut islam yaitu Ukhuwah Islamiyah yang
berarti gambaran tentang hubungan antara orang-orang islam sebagai salah satu
ikatan persaudaraan, dimana antara yang satu dengan yang lainnya seakan akan
berada dalam satu ikatan.
Makalah di atas. Semoga bermanfaat bagi kita semua dan terimakasih atas
segala perhatian Bapak-Bapak, serta Saudara-Saudara. Wa billahi taufik wal
hidayah, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

16
DAFTAR PUSTAKA

Uka Tjandrasasmita (ditor Khusus): Jaman Pertumbuhan Dan Perkembangan


Kerajaan-Kerajaan Islam Di Indonesia. Dalam Sejarah Nasional
Indonesia III. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bp Balai
Pustaka, Jakarta
1993.
-------Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-Kota Muslim di Indonesia. PT.
Menara Kudus, Jakarta, 2000.
………Peneliian Arkeologi Islam di Indonesia Dari Masa ke Masa. PT. Menara
Kudus, Jakarta, 2000.
……..Kajian Naskah-Naskah KLasik dan Penerapannya bagi Kajian Sejarah
Islam di Indonesia.Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang dan
Diklat Departemen Agama R.I., Jakarta 2006.
Azyumardi Azra: Jaringan Ulama Timur Tengahdan Kepulauan Nusantara
Melacak Akar-Akar Pembaruan Pemikiran Islam di Indonesia. Penerbit
Mizan, 1994.
Maartin van Bruinessen: Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat. Tradisi=Tradisi
Islam di Indonesia. Mizan, Bandung, 1995.
H.J. de Graaf- Th.G.Th. Pigeaud: Kerajaan-Keraajaan Islam Di JawaPeralihan
Dari Majapahiy Ke Mataram.Seri Terjemahan Javanologi, 1986.
Denys Lombard: Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-
1636).Diterjemahkan oleh Winarsih Arifin. KPG.Kepustakaan Populer
Gramedia- Forum Jakarta- Paris-EFEO, Jakaarta, 2006.
Harry J. Benda:Bulan SabitDan Matahari Terbit Islam Indonesia Pada Masa
Pendu- dukan Jepang Pustaka Jaya, 1985.
H. Aqib Suminto: Politik Islam Hindia Belanda Het Kantoor voor Inlandsche
Zaken.LP3ES, Jakarta 1985.
Deliar Noer: Geraakan Modern Islam di Indonesia. 1900-1942.LP3 ES., Jakarta
198

17
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat
taufik dan hidayah-Nya kami menyusun makalah agama Islam tentang Hubungan
Islam , Yahudi dan Kristen serta Kerukunan Antar Umat Beragama Dalam Islam
ini.

Penyusun makalah ini disajikan dengan bahasa yang komunikatif dan


penjelasannya yang ringkas, padat, serta jelas dimaksud untuk membantu
mempermudah rekan Mahasiswa dalam menelah bahan makalah agama Islam
tentang Kerukunan Antar Umat Beragama

Penyusun sudah berupaya semaksimal mungkin untuk dapat menyajikan makalah


ini agar benar-benar bermanfaat, mudah dipahami dan dapat diterima oleh rekan
Mahasiswa.

Demikian kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna karena itu
yang berupa saran dan kritik membangun sangat kami harapkan.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI................................................................................................. ii
LATAR BELAKANG................................................................................... iii
BABI PENDAHULUAN............................................................................... 1
RUMUSAN MASALAH............................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN MASALAH........................................................... 3
A. KEDATANGAN DAN PENYEBARAN ISLAM.................................... 3
B.PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
KESULTANAN DI INDONESIA............................................................. 3
C.HUBUNGAN AGAMA ISLAM , NASRANI DAN YAHUDI.................. 7
D.KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAM........................................... 10
E.MANFAAT KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA.................... 13
BAB III KESIMPULAN................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 17

ii
Latar Belakang

Tujuan

Kami membuat makalah ini dengan tujuan untuk mengingatkan bahwa pentingnya

menjaga kerukunan antar umat beragama,

Kerukunan umat beragama antar sesama manusia yaitu Hubungan sesama


umat beragama dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati,
saling menghargai dan kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerja
sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sedangkan,
Kerukunan antar umat beragama menurut islam yaitu Ukhuwah Islamiyah yang
berarti gambaran tentang hubungan antara orang-orang islam sebagai salah satu
ikatan persaudaraan, dimana antara yang satu dengan yang lainnya seakan akan
berada dalam satu ikatan.
Demikian yang bisa kami sampaikan. Semoga dengan dibuatnya makalah agama

yang membahas Kerukunan Antar Umat Beragama ini bisa bermanfaat bagi kita

semua. Kami selaku pembuat mengharapkan semua bisa memanfaatkan makalah

ini. Sekian dan terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca makalah
ini.

MAKALAH AGAMA
iii
Hubungan Islam , Yahudi dan Kristen
serta
Kerukunan Antar Umat Beragama Dalam Islam

PENYUSUN :

Mahbubi ( 1415 )

Yayuk Susilowati ( 1459 )

Anik Sulistiawati ( 1460 )

Anik Rozanah ( 1464 )

iv
Dwi Raka Siwi ( 1465 )

Maulana Kuswandi (1466 )

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MADURA

2010

Anda mungkin juga menyukai