Relasi
Makna
makna
Makna dapat dibagi menjadi beberapa
kelompok:
1. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
2. Makna Referensial dan Nonreferensial
3. Makna Denotatif dan Konotatif
4. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif
5. Makna Kata dan Makna Istilah
6. Makna Idiomatikal dan Peribahasa
7. Makna Kias dan Lugas
Makna Leksikal & Makna Gramatikal
• Makna Leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, sesuai
dengan hasil observasi alat indera, makna yang sungguh-sungguh
nyata dalam kehidupan kita.
• Contoh: Kata tikus, makna leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan
timbulnya penyakit (Tikus itu mati diterkam kucing).
• Makna Gramatikal adalah untuk menyatakan makna-makna atau
nuansa-nuansa makna gramatikal,
• Untuk menyatakan makna jamak bahasa Indonesia, menggunakan proses
reduplikasi seperti kata: buku yang bermakna “sebuah buku,” menjadi buku-
buku yang bermakna “banyak buku”.
Makna Referensial dan Nonreferensial
• Kata bermakna referensial apabila kata tersebut mempunyai
referen
• Kata bermakna nonreferensial apabila kata tersebut tidak
memiliki referen
• Contoh:
• Kata meja dan kursi (bermakna referen)
• Kata karena dan tetapi (bermakna nonreferensial)
Makna Denotatif dan Konotatif
• Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya
yang dimiliki sebuah kata.
• Contoh: Kata kurus, bermakna denotatif keadaan tubuhnya yang lebih kecil dari
ukuran badannya normal.
• Makna konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna
denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa orang/kelompok orang
yang menggunakan kata tersebut.
• Contoh:
• Kata kurus pada contoh tersebut bermakna konotatif netral, artinya tidak memiliki
nilai rasa yang mengenakkan,
• Kata ramping bersinonim dengan kata kurus tetapi memiliki konotatif positif, nilai
yang mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan ramping.
Makna Konseptual dan Makna Asosiatif
• Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah kata
terlepas dari konteks atau asosiasi apapun.
• Contoh: Kata kuda memiliki makna konseptual "sejenis binatang berkaki
empat yang bisa dikendarai".
• Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah kata berkenaan
dengan adanya hubungan kata itu dengan suatu yang berada diluar
bahasa.
• Contoh:
• Kata melati berasosiasi dengan suatu yang suci/kesucian.
• Kata merah berasosiasi berani.
Makna Kata dan Makna Istilah
• Makna kata, walaupun secara sinkronis tidak berubah, tetapi karena
berbagai faktor dalam kehidupan dapat menjadi bersifat umum. Makna
kata itu baru menjadi jelas kalau sudah digunakan dalam suatu kalimat.
• Contoh: Kata tahanan, bermakna orang yang ditahan, tapi bisa juga hasil
perbuatan menahan. Kata air, bermakna air yang berada di sumur, di gelas, di
bak mandi atau air hujan.
• Makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Ketetapan dan
kepastian makna istilah itu karena istilah itu hanya digunakan dalam
bidang kegiatan atau keilmuan tertentu.
• Contoh: Kata tahanan di atas masih bersifat umum, istilah di bidang hukum,
kata tahanan itu sudah pasti orang yang ditahan sehubungan suatu perkara.
Makna Idiomatikal dan Peribahasa
• Yang dimaksud dengan idiom adalah satuan-satuan bahasa (ada
berupa baik kata, frase, maupun kalimat) maknanya tidak dapat
diramalkan dari makna leksikal, baik unsur-unsurnya maupun makna
gramatikal satuan-satuan tersebut.
• Contoh: Kata ketakutan, kesedihan, keberanian, dan kebimbangan memiliki
makna hal yang disebut makna dasar, Kata rumah kayu bermakna, rumah
yang terbuat dari kayu.
• Makna peribahasa bersifat memperbandingkan atau
mengumpamakan, maka lazim juga disebut dengan nama
perumpamaan.
• Contoh: Bagai, bak, laksana dan umpama lazim digunakan dalam peribahasa.
Makna Kiasan dan Makna Lugas
• Makna lugas (makna • Makna Kiasan (makna figuratif) adalah
sebenarnya) adalah, makna yang makna yang referen atau acuannya tidak
sesuai dengan makna yang
acuannya cocok dengan makna bersangkutan.
kata yang bersangkutan. • Contoh:
• Contoh : • Kaki gunung (lereng gunung)
• Kaki langit (batas pandangan secara
• Kaki : Kaki Budi (kakinya Budi
horizontal yg seolah-olah langit bagian bawah
• Kapala : Kepala Wahyu (kepalanya berbatas dengan permukaan bumi)
Wahyu) • Mulut gua (pintu masuk gua)
• Makan : Makan nasi (memakan nasi) • Mulut sungai (muara sungai)
• Kepala desa (pemimpin desa)
• Mulut : Mulut buaya (mulutnya
• Kepala sekolah (pemimpin sekolah)
buaya)
• Kepala batu (keras kepala)
Syarat-Syarat Diksi
• Tulisan Kedua:
Liburan kali ini Aku dan teman-teman berencana untuk pergi ke pantai. Kami
sangat senang ketika hari itu tiba. Begitu sampai disana kami sudah disambut
oleh semilir angin yang tak henti-hentinya bertiup. Ombak yang berkejar-kejaran
juga seolah tak mau kalah untuk menyambut kedatangan kami. Kami
menghabiskan waktu sepanjang hari disana, kami pulang dengan hati senang.
MENJAGA KETEPATAN
DIKSI
1. Dapat membedakan denotasi dan
konotasi dengan benar
• Denotatif adalah suatu pengertian yang terkandung sebuah kata secara
objektif, wajar, apa adanya. Sering juga makna denotatif disebut makna
konseptual.
• Kata makan misalnya, bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah, dan
ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah makna denotatif.
• Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat
dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada
sebuah makna konseptual.
• Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau pukul.
• Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. Ia tidak tetap. Kata kamar kecil
mengacu kepada kamar yang kecil (denotatif) tetapi kamar kecil berarti juga
jamban (konotatif).
2. Dapat membedakan kata umum dan
kata khusus dengan benar
• Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang-lingkupnya.
• Makin luas ruang lingkup suatu kata, maka makin umum sifatnya. Makin umum suatu kata, maka
semakin terbuka kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaannya.
• Makin sempit ruang lingkupnya, makin khusus sifatnya sehingga makin sedikit kemungkinan
terjadinya salah paham dalam pemaknaannya, dan makin mendekatkan penulis pada pilihan kata
secara tepat.
• Misalnya:
• Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau tawes. Ikan tidak hanya mujair
atau tidak seperti gurame, lele, sepat, tuna, baronang, nila, ikan koki dan ikan mas.
• Sebaliknya, tawes pasti tergolong jenis ikan demikian juga gurame, lele, sepat, tuna, dan baronang
pasti merupakan jenis ikan.
• Dalam hal ini kata acuannya lebih luas disebut kata umum, seperti ikan, sedangkan kata
yang acuannya lebih khusus disebut kata khusus, seperti gurame, lele, tawes, dan ikan
mas.
3. Dapat memahami dengan tepat makna
kata abstrak dan kata konkret
• Kata yang acuannya semakin mudah diserap panca-indra disebut kata
konkret, seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara.
• Jika acuan sebuah kata tidak mudah diserap panca indra, kata itu
disebut kata abstrak, seperti gagasan dan perdamaian. Kata abstrak
digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit.
• Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang sifat
teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau
dihambur-hamburkan dalam suatu karangan. Karangan tersebut
dapat menjadi samar dan tidak cermat.
4. Dapat membedakan kata-kata yang
hampir bersinonim
• Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya
mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan.
• Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau
kemiripan.
• Kita ambil contoh cermat dan cerdik kedua kata itu
bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama
benar.
• Kesinoniman kata masih berhubungan dengan masalah makna
denotatif dan makna konotatif suatu kata.
5. Dapat membedakan kata ilmiah dan
kata popular dengan benar
• Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang bisa
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
• Kata-kata ilmiah biasa digunakan oleh kaum terpelajar, terutama dalam
tulisan-tulisan ilmiah, pertemuan-pertemuan resmi, serta diskusi-diskusi
khusus.
• Populer digunakan dalam komunikasi sehari-hari.
• Kata-kata ilmiah digunakan pada tulisan-tulisan yang formal, misalnya
pada penulisan artikel, karya tulis ilmiah, laporan ilmiah, skripsi, tesis
maupun desertasi.
CONTOH KATA ILMIAH DAN KATA
POPULER
KATA ILMIAH KATA POPULER
Analogi Kiasan
Final Akhir
Diskriminasi Perbedaan perlakuan
Prediksi Ramalan
Kontradiksi Pertentangan
Format Ukuran
Anarki Kekacauan
Biodata Biografi singkat
Bibliografi Daftar pustaka
KALIMAT EFEKTIF
DALAM KARYA TULIS
DR. SUPRIYADI, SE., M.SI
KALIMAT EFEKTIF DALAM
KARANGAN
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan
gagasan pembicara/penulis secara singkat, jelas, dan tepat
serta dapat diterima maksud dan tujuannya sehingga mudah
dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula.
• Jelas berarti mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
• Singkat berarti hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-
kata.
• Tepat berarti sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.
Faktor Situasi Komunikasi Dalam Kalimat
Efektif
• Perlu dipahami pula bahwa situasi terjadinya komunikasi juga sangat
berpengaruh terhadap penggunaan kalimat efektif.
• Kalimat yang dipandang cukup efektif dalam pergaulan, belum tentu
dipandang efektif jika dipakai dalam situasi resmi, demikian pula sebaliknya.
• Contoh :
• Misalnya kalimat yang diucapkan kepada tukang becak: "Berapa, bang, ke
pasar Rebo?"
• Kalimat tersebut lebih efektif daripada kalimat lengkap: "Berapa saya harus
membayar, bang, bila saya menumpang becak Abang ke pasar Rebo?”
SYARAT-SYARAT
KALIMAT EFEKTIF
1. Kesepadanan Struktur
Tidak boleh menempatkan kata depan di awal subjek
Caranya yaitu:
Menghilangkan subjek yang berulang
Para peserta tampil penuh semangat karena mereka ingin memenangkan lomba.
Para peserta tampil penuh semangat karena ingin memenangkan lomba.
Kalimat dihemat dengan menghilangkan subjek mereka yang merupakan kata pengganti
dari subjek para peserta.
4. Kehematan Kata (lanjutan-1)
Menghilangkan salah satu dari dua kata yang berdampingan karena
maknanya sudah tercakup.
batu kerikil >> kerikil (makna batu sudah tercakup dalam kata kerikil)
besi baja >> baja (makna baja sudah tercakup dalam kata baja)
bara panas >> bara (makna panas sudah tercakup dalam kata bara)
Contoh kalimat :
Perbaikan:
Kami menunggu kabar lebih lanjut. Terima kasih atas perhatian yang Saudara berikan.
Karena jumlah peserta tidak memenuhi persyaratan minimal, acara ini terpaksa kami
tunda.
Penyebab-Penyebab Kalimat
Menjadi Tidak Efektif
1. Penggunaan dua kata yang sama artinya
dalam sebuah kalimat
Sejak dari usia delapan tahun ia telah ditinggalkan ayahnya.
(Sejak usia delapan tahun ia telah ditinggalkan ayahnya)
Hal itu disebabkan karena perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.
(Hal itu disebabkan perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan)
Ayahku rajin bekerja agar supaya dapat mencukupi kebutuhan hidup.
(Ayahku rajin bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidup)
Pada era zaman modern ini teknologi berkembang sangat pesat.
(Pada zaman modern ini teknologi berkembang sangat pesat)
Berbuat baik kepada orang lain adalah merupakan tindakan terpuji.
(Berbuat baik kepada orang lain merupakan tindakan terpuji)
2. Penggunaan kata berlebih (Pleonastis)
yang mengganggu struktur kalimat
Menurut berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan
segera diubah.
(Berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera
diubah).
(Menurut berita yang saya dengar, kurikulum akan segera diubah)
Kepada yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal.
(Yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal)
3. Penggunaan Imbuhan Yang Kacau
Yang meminjam buku di perpustakaan harap dikembalikan.
(Yang meminjam buku di perpustakaan harap mengembalikan).
(Buku yang dipinjam dari perpustakaan harap dikembalikan)
Ia diperingati oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya.
(Ia diperingatkan oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya)
Operasi yang dijalankan Reagan memberi dampak buruk.
(Oparasi yang dijalani Reagan berdampak buruk)
Dalam pelajaran Bahasa Indonesia mengajarkan juga teori apresiasi puisi.
(Dalam pelajaran Bahasa Indonesia diajarkan juga teori apresiasi puisi)
(Pelajaran Bahasa Indonesia mengajarkan juga apresiasi puisi)
4. Kalimat tak selesai
Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial yang selalu ingin
berinteraksi.
(Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial, selalu ingin
berinteraksi.)