Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TUGAS INDIVIDU

“ SINONIMI ”

DISUSUN OLEH :

APRILIA DWI YUSTIKA

1951041021

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Individu  Mata Kuliah Semantik

Dosen Pengampu : Dr. Idawati S.Pd.,M.Pd.

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2020


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah berkenan memberi petunjuk dan kekuatan kepada penulis sehingga
makalah individu, “Sinonimi” ini dapat diselesaikan.

Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi – materi yang ada.
Materi – materi bertujuan agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita
semua sebagai calon pendidik.

Mudah-mudahan dengan mempelajari makalah ini, kita selaku calon


pendidik akan mampu menghadapi masalah-masalah atau kesulitan-kesulitan
yang timbul dalam belajar.

Makassar, 23 Maret 2020

Penulis

Aprilia Dwi Yustika

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Pengertian Sinonimi...............................................................................................3
B. Kemunculan Sinonimi............................................................................................3
C. Faktor Penyebab Ketidakmungkinan Menukar Sebuah Kata yang Bersinonim......6
D. Perbedaan antara Makna Sinonimi.........................................................................8
BAB III............................................................................................................................11
PENUTUP.......................................................................................................................11
A. Kesimpulan..........................................................................................................11
B. Saran....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum hubungan antara satu makna dan makna yang lain secara
leksikal dibedakan atas sinonim/sinonimi, antonym/antonimi, penjaminan
makna, hipernimi dan hiponim, homonimi, dan polisemi . Selama ini
pembahasan dan analisis tentang makna kurang dikaitkan dengan perpikiran
dan pemikiran manusia pemakai bahasa. Bahasa merupakan sarana
perpikiran manusia secara empiris. Kaitan antara perpikiran dan perbahasaan
atau berbahasa dan berpikir sangat erat atau sama sekali tidak dapat
dilepaskan (Parera 1991). Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia,
sering kali kita temui adanya hubungan kemaknaan atau relasi semantik
antara sebuah kata atau satuan bahasa lainya dengan kata atau satuan bahasa
lainnya lagi (Chaer, 2009: 83). Dalam makalah ini akan dibicarakan
mengenai hubungan atau relasi makna yang menyangkut hal kesamaan
makna (sinonimi) dengan tujuan dapat mendiskripsikan hubungan relasi
makna dalam hal kesamaan makna (sinonimi).

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas dapat kita rumuskan masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud sinonimi?
2. Bagaimanakah kemunculan sinonimi dalam analisis semantik?
3. Apa sajakah faktor penyebab ketidakmungkinan menukar sebuah kata
yang bersinonim?
4. Bagaimana perbedaan antara makna sinonimi?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Semantik, mengenai salah satu materi relasi makna yaitu sinonimi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sinonimi
Istilah sinonimi (Inggris: synonomy berasal dari bahasa Yunani Kuno ;
onoma = nama dan syn = dengan). Makna harfiahnya adalah nama lain utuk
benda yang sama. Untuk mendefinisikan sinonim, ada tiga batasan yang dapat
di kemukakan (Masduki 2013). Batasan atau definisi itu ialah: (i) kata-kata
dengan acuan ekstra linguistik yang sama, misalnya
kata mati dan mampus; (ii) kata-kata yang mengandung makna yang sama,
misalnya kata memberitahukan dan kata menyampaikan; dan (iii) kata-kata
yang dapat disubtitusikan dalam konteks yang sama misalnya
“kami berusaha agar pembangunan berjalan terus.“, “kami berupaya agar
pembangunan berjalan terus.” Kata berupaya bersinonim dengan
kata berusaha (Pateda, 2010: 222-223). Sering dikatakan bahwa kata-kata
yang sinonim memiliki makna yang “sama”, dengan hanya bentuk-bentuk
yang berbeda (Verhaar, 2010 : 394). Sinonim adalah kata-kata yang
mengandung makna pusat yang sama tetapi berbeda dalam nilai rasa. Atau
secara singkat sinonim adalah kata-kata yang mempunyai denotasi yang sama
tetapi berbeda dalam konotasi . Sinonim tidak hanya menolong kita untuk
menyampaikan gagasan-gagasan umum tetapi juga membantu kita untuk
membuat pembedaan-pembedaan yang tajam dan tepat antara makna kata-kata
itu ( Tarigan,1993:17).

B. Kemunculan Sinonimi
Bagaimanapun juga kehadiran sinonimi perlu diakui dalam analisis
semantik. Ini berarti tidak terdapat dua kata yang maknanya memang merujuk
kepada ide atau referen yang sama persis. Akan teteapi dalam pemakaian
bahasa sering dijumpai pula keinginan pemakai bahasa untuk mengganti satu
kata yang lain yang maknanya kurang lebih mirip sama sebagai variasi atau

3
juga sebagai ciri kebebasan berbahasa. Pertanyaan yang masih perlu dijawab
ialah mengapa muncul sinonimi?

1. Sinonimi Muncul antara Kata Asli dan Kata Serapan

Salah satu ciri serapan ialah serapan kata yang bermakna sama dengan kata
bahasa penyerap. Bahasa Indonesia mengalami proses serapan dengan ciri
sinonimi. Misalnya kata serapan aktifitas  bersinonim dengan kegiatan, kata
serapan kompetensi bersinonim dengan kemampuan. Kata-kata serapan
tersebut dipakai secara bergantian dengan kata-kata asli tanpa membawa
perbedaan makna bergantung kepada selera dan pengetahuan pemakai bahasa.
Secara semantik kata-kata tersebut tidak berbeda.

2. Sinonimi Muncul antara Bahasa Umum dan Dialek

Serapan intrabahasa terjadi antara dialek dan bahasa-bahasa umum dan bahasa
standar. Bahasa Indonesia yang mengenal beberapa dialek mengalami
penyerapan makna sinonimi intrabahasa. Misalnya, sinonimi
antara cabe dan lombok, kayak dan seperti.

3. Sinonimi Muncul untuk Membedakan Kata Umum dan Kata Ilmiah

Pemunculan sinonim antara kata umum dan istilah ditunjukan untuk


memebrikan pembatasan yang jelas atau definisi terhadap sebuah kata. Kata-
kata dalam ilmu teknik/teknologi dan ilmu kedokteran pada umumnya
menghadirkan sinonimi antara kata umum dan kata istilah. Kata
umum contoh disinonimkan secara istilah sampel.

4. Sinonimi Muncul antara Bahasa Kekanak-kanakan dan Bahasa Orang


Dewasa.

Untuk memudahkan pemahaman munculah penyinoniman bahasa anak-anak


dengan bahasa orang dewasa. Salah satu ciri bahasa anak-anak ialah
pengulangan suku kata. Misalnya papa, mama, mamam, mimi.

5. Sinonimi Muncul untuk Kerahasiaan

4
Untuk kerahasiaan dapat saja dimunculkan kata-kata rahasia untuk instansi
pengamanan tertentu (intel), dalam profesi, antargeng, dan antar
remaja.Misalnya kata bokap, nyokap,  bersinonim dengan kata ayah, ibu.

6. Sinonim Muncul karena Kolokasi

Sinonimi muncul karena kolokasi yang terbatas. Suara yang dikeluarkan oleh
binatang dikatakan dengan kata yang berbeda untuk merujuk “bersuara….”.
Misalnya kuda meringkik, kucing mengeong. Kata indah dan cantik  bahasa
Indonesia sinonimi, tetapi dibatasi kolokasinya. Kata indah sudah
dihubungkan dengan keadaan alam. Sedangkan kata cantik  dihubungkan
dengan manusia perempuan (Parera,2004 : 66-67).

Menurut Aminuddin, (2008: 116-117) ada lima cara yang dapat digunakan


dalam menentukan kemungkinan adanya sinonim. Kelima cara yang dimaksud
adalah:

1) Seperangkat sinonim itu mungkin saja merupakan kata-kata yang


digunakan dalam dialek yang berbeda-beda. Kata pena dan rika dalam
bahasa Jawa dialek Surabaya memiliki terjemahan kedalam bahasa
Indonesia yang persis sama dengan koen atau kowe dalam bahasa Jawa
dialek Malang. Akan tetapi, apabila dalam setiap dialek masing-
masing kata tersebut memiliki makna dasar berbeda-beda, kata-kata
tersebut tidak dapat ditentukan sebagai sinonim.
2) Suatu kata yang semula dianggap memiliki kemiripan atau kesamaan
makna, setelah berada dalam berbagai pemakaian ada kemungkinan
membuahkan makna yang berbeda-beda.
Kata bisa dan dapat, misalnya, meskipun secara leksikal merupakan
sinonim, dalam konteks pemakaian Saya nanti bisa datang dan Saya
nanti dapat datang tetap pula dapat dianggap sinonom. Sewaktu berada
dalam konteks pemakaian Bisa ular itu berbahaya, kedua kata tersebut
tidak dapat lagi disebut sinonim.

5
3) Suatu kata, apabila ditinjau berdasarkan makna kognitif, makna
emotif, maupun makna evaluatif, mungkin aja akhirnya menunjukkan
adaya karakteristik tersendiri meskipun dalam pemakaian sehari-hari
semula dianggap memiliki kesinoniman dengan kata lainnya. Bentuk
demikian misalnya dapat ditemukan dalam pasangan
kata ilmu dan pengetahuan, menamati, meneliti serta
antara mengusap dengan membelai. Apabila hal itu terjadi, maka kata-
kata yang semula dianggap sinonim itu harus dianggap sebagai kata
yang berdiri sendiri-sendiri.
4) Suatu kata yang semula memiliki kolokasi sangat ketat, misalnya
antara kopi dengan minuman, kencup dengan kembang,
maupun pohon dengan batang, seringkali dipakai secara tumpang
tindih karena masing-masingya dianggap memiliki kesinoniman. Hal
itu tentu saja tidak benar karena masing-masing kata tersebut jelas
masih memiliki ciri makna sendiri-sendiri. Sebab itu, pemakaian yang
tumpang tindih dapat mengakibatkan adanya salah pengertian.
5) Akibat kekurangtahuan terhadap nilai makna suatu kata maupun
kelompok kata, seringkali bentuk kebahasaan yang berbeda-beda
begitu saja dianggap sinonim, misalnya antara bentuk kembali ke
pangkuan iahi dengan meninggalkan dunia kehidupan
,antara merencanakan dengan menginginkan, serta
antara gambaran dengan bayangan.

            Cara lain untuk membeda-bedakan kata-kata yang bersinonim adalah


dengan menatanya dalam sebuah jajaran, di mana makna dan overtone
pembedaannya akan tampak dengan kontras. Misalnya deretan kata yang
berarti “keluar”, yakni : terbit, timbul, muncul, menyembul, keluar, nonggol,
lahir (Ullman, 2009 :179).

6
C. Faktor Penyebab Ketidakmungkinan Menukar Sebuah Kata yang
Bersinonim
Kesinoniman makna atau kesinoniman simetris memang tidak ada dalam
pembendaharaan kata bahasa Indonesia. Oleh karena itu, kata-kata yang dapat
dipertukarkan begitu saja pun jarang ada. Pada suatu tempat kita mungkin
dapat menukar kata kata mati dan kata meninggal; tetapi ditempat lain tidak
dapat.

Ketidakmungkinan kita untuk menukar sebuah kata dengan kata lain yang
bersinonim adalah banyak sebabnya. Antara lain, karena ;

1.      Faktor waktu

Misalnya hulubalang bersinonim dengan kata komandan. Namun, keduanya


tidak mudah dipertukarkan karena kata hulubalang hanya cocok untuk situasi
kuno, klasik, atau arkais. Sedangkan kata komanda hanya cocok untuk situasi
masa kini (modern).

2.      Faktor tempat atau daerah

Misalnya kata saya dan beta adalah bersinonim. Tetapi kata beta hanya cocok


untuk digunakan dalam konteks pemakaian bahasa Indonesia Timur (Maluku);
sedangkan kata saya dapat digunakan secara umum di mana saja.

3.      Faktor sosial

Misalnya kata aku dan saya adalah dua buah kata yang bersinonim; tetapi


kata aku hanya dapat di gunakan untuk teman sebaya dan tidak dapat di
gunakan kepada orang yang lebih tua atau yang status sosialnya lebih tinggi.

4.      Faktor bidang kegiatan

Misalnya kata tasawuf, kebatinan, dan mistik adalah tiga buah kata yang


bersinonim. Namun, kata tasawuf hanya lazim dalam agama islam;
kata kebatinan untuk yang bukan islam; dan kata mistik untuk semua agama.

7
5.      Faktor nuansa makna

Misalnya kata melihat, melirik, melotot, meninjau, dan mengintip adalah kata


yang bersinonim. Kata melihat memang bisa digunakan secara umum; tetapi
kata melirik hanya digunakan untuk menyatakan melihat dengan sudut mata;
kata melotot hanya digunakan untuk melihat dengan mata terbuka lebar;
kata meninjau hanya digunakan untuk melihat dari tempat jauh atau tempat
tinggi; dan kata mengintip hanya cocok digunaka untuk melihat dari celah
yang sempit (Chaer, 2009: 86-87).(Chaer 1990)

D. Perbedaan antara Makna Sinonimi


Ada beberapa perbedaan yang dapat diidentifikasi antara kata-kata yang
bersinonimi.

a.       Perbedaan Makna Sinonimi Diakibatkan oleh Perbedaan Implikasi


(Webster, dalam buku Parera, 2004:68)

Perbedan makna sinonimi dapat diakibatkan oleh perbedaan suatu


implikasi  dapat dilihat dari kata remeh dan  sepele yang merujuk kepada
“sesuatu yang tidak penting”. Namun kedua kata tersebut memiliki perbedaan
yaitu kata sepele yang berimplikasi positif, sedangkan makna remeh yang
berimplikasi negatif.

b.      Perbedaan Makna Sinonimi Diakibatkan oleh Perbedaan Aplikasi


((Webster, dalam buku Parera, 2004:68)

Perbedaan makna tersebut dapat dilihat dari perbedaan aplikasi antara


kata nikmat, enak dan lezat. Kata nikmat dikenakan pada makanan, minuman ,
kehidupan, atau semua yang dapat memberikan kesenangan. Sedangkan
kata enak dan lezat  hanya dikenakan pada makanan dan minuman.

8
c.       Perbedaan antara Makna Sinonimi Didasarkan pada Kelebihluasan
Cakupan Makna yang Satu dari yang Lain (Webster, dalam buku Parera,
2004:69)

Perbedaan makna tersebut dapat dilihat pada


kata mengerti dan memahami. Perbedaan ini dapat diuji bahwa seseorang
dapat mengerti perkataan orang, tetapi belum tentu dia dapat memahami
perkataan orang tersebut.

d.      Perbedaan antara Makna Sinonimi Didasarkan pada Asosiasi yang


Bersifat Konotasi (Webster, dalam buku Parera, 2004:69)

Ciri perbedaan antara dua atau lebih kata yang bersinonimi yang didasarkan
pada asosiasi konotatif terletak pada ciri konotasi posotif dan negatif. Makna
kata rekam, merekam, rekaman, dan sadap, menyadap, sadapan (pengambilan
suara atau bunyi dengan bantuan pita dan alat elektronik) terletak pada
konotasi positif dan negatif. Rekam, merekam, rekaman bersifat positif dan
lebih netral, sedangkan sadap, menyadap, sadapan cenderung bersifat negatif.

e.       Perbedaan antara Sinonimi Berdasarkan Sudut Pandang (Webster,


dalam buku Parera, 2004:69)

Perbedaan antara makna sinonimi sudut dan segi didasarkan pada sudut


pandang, Bentuk sudut dan segi yang dirujuk sama, tetapi bentuk sudut dilihat
dari dalam dan segi dilihat dari luar. Penyebutan segi tiga didasarkan pada
pandangan dari luar, sedangkan sudut dipandang dari dalam. Misalnya
sebuah segi tiga  mempunyai tiga sudut.

Di dalam beberapa buku pelajaran bahasa sering dikatakan bahwa sinonim


adalah persamaan kata atau kata-kata yang sama maknanya. Pernyataan ini
jelas kurang tepat sebab selain yang sama bukan maknanya, yang
bersinonimpun bukan hanya kata dengan kata, tetapi juga banyak terjadi
antara satuan-satuan bahasa lainnya. Perhatikan contoh berikut!

9
a. Sinonim antara morfem (bebas) dengan morfem (terikat), seperti
antara dia dengan nya, antara saya dengan ku dalam kalimat

1.    Minta bantuan dia

Minta bantuannya

2.    Bukan teman saya

Bukan temanku

b. Sinonim antara kata dengan kata seperti antara mati dengan meninggal;


antara buruk dengan jelek; antara bunga dengan puspa, dan sebagainya.
c. Sinonim antara kata dengan frase atau sebaliknya. Misalnya
antara meninggal dengan tutup usia; antara hamil dengan duduk perut;
antara pencuri dengan tamu yang tidak diundang; antara tidak boleh
tidak dengan harus.
d. Sinonim antara frase dengan frase. Misalnya, antara ayah
ibu dengan orang tua; antara meninggal dunia dengan berpulang ke
rahmatullah; antara mobil baru dengan mobil yang baru. Malah juga
antara baju hangat dengan baju dingin.
e. Sinonim antara kalimat dengan kalimat. Seperti adik menendang
bola dengan Bola ditendang adik. Kedua kalimat ini pun dianggap
bersinonim, meskipun yang pertama kalimat aktif dan yang kedua kalimat
pasif (Chaer,2009 : 87-88).

Akhirnya, mengenai sinonim ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.


Pertama, tidak semua kata dalam bahasa Indonesia mempunyai sinonim.
Misalnya kata beras, salju, batu, dan kuning, tidak mempunyai sinonim.
Kedua, ada kata-kata yang bersinonim pada bentuk dasar tetapi tidak dalam
bentuk jadian. Misalnya kata benar dengan kata betul, tatapi kata kebenaran
tidak bersinonim dengan kata kebetulan (Pateda 1986). Ketiga, ada kata-kata
yang tidak mempunyai sinonim pada entuk dasar tetapi memiliki sinonim pada
bentuk jadian. Misalnya kata jemur tidak mempunyai sinonim tetapi kata

10
menjemur ada sinonimnya, yaitu mengeringkan; dan berjemur bersinonim
dengan panas. Keempat, ada kata-kata yang dalam arti “sebenarnya” tidak
mempunyai sinonim, tetapi dalam, arti “kiasan” justu mempunyai sinonim.
Misalnya kata hitam dalam makna “sebenarnya” tidak ada sinonimnya, tapi
dalam arti “kiasan” ada sinonimnya, yaitu gelap, mesum, buruk, jahat, dan
tidak menentu (Chaer, 2009: 88).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sering dikatakan bahwa kata-kata yang sinonim memiliki makna yang
“sama”, dengan hanya bentuk-bentuk yang berbeda (Verhaar,2010 : 394).
Munculnya sinonimi disebabkan oleh beberapa hal yaitu sinonimi muncul
antara kata asli dan kata serapan,sinonimi muncul antara bahasa umum dan
dialek,sinonimi muncul untuk membedakan kata umum dan kata
ilmiah,sinonim muncul antara bahasa kekanak-kanakan dan bahasa orang
dewasa., sinonimi muncul untuk kerahasiaan, sinonim muncul karena kolokasi
(Parera,2004 : 66-67).

Menurut Aminuddin, (2008: 116-117) ada lima cara yang dapat digunakan


dalam menentukan kemungkinan adanya sinonim. Kelima cara yang dimaksud
adalah: (1) Seperangkat sinonim itu mungkin saja merupakan kata-kata yang
digunakan dalam dialek yang berbeda-beda, (2) Suatu kata yang semula
dianggap memiliki kemiripan atau kesamaan makna, setelah berada dalam
berbagai pemakaian ada kemungkinan membuahkan makna yang berbeda-
beda,(3) Suatu kata, apabila ditinjau berdasarkan makna kognitif, makna
emotif, maupun makna evaluatif, mungkin aja akhirnya menunjukkan adaya
karakteristik tersendiri meskipun dalam pemakaian sehari-hari semula
dianggap memiliki kesinoniman dengan kata lainnya,(4) Suatu kata yang
semula memiliki kolokasi sangat ketat, misalnya

11
antara kopi dengan minuman, kencup dengan kembang,
maupun pohon dengan batang, seringkali dipakai secara tumpang tindih
karena masing-masingya dianggap memiliki kesinoniman, (5) Akibat
kekurangtahuan terhadap nilai makna suatu kata maupun kelompok kata,
seringkali bentuk kebahasaan yang berbeda-beda begitu saja dianggap sinonim
(Kurniawati 2010).

Ketidakmungkinan kita untuk menukar sebuah kata dengan kata lain yang
bersinonim adalah banyak sebabnya. Antara lain, karena faktor waktu,faktor
tempat atau daerah, faktor sosial, faktor bidang kegiatan, faktor nuansa
makna (Chaer, 2009: 86-87). Ada beberapa perbedaan yang dapat
diidentifikasi antara kata-kata yang bersinonimi yaitu Perbedaan Makna
Sinonimi Diakibatkan oleh Perbedaan Implikasi , Perbedaan Makna Sinonimi
Diakibatkan oleh Perbedaan Aplikasi , Perbedaan antara Makna Sinonimi
Didasarkan pada Kelebihluasan Cakupan Makna yang Satu dari yang Lain,
Perbedaan antara Makna Sinonimi Didasarkan pada Asosiasi yang Bersifat
Konotasi , dan Perbedaan antara Sinonimi Berdasarkan Sudut Pandang
(Webster, dalam buku Parera, 2004 :68-69).

B. Saran

Sebagai penerus tongkat estafet bangsa dengan di dorong oleh semangat


sebagai pecinta bahasa persatuan. Mari kita tanamkan dalam diri kita untuk
senantiasa bersahaja dan turut andil dalam perkembangan bahasa bangsa,
dengan tetap mempelajari dan mendalami bahasa kesatuan Negara kita
tercinta. Dan sebagai pengguggah muda jangan hanya diam jika ada sesuatu
yang mengganjal dipikiran mengenai tulisan ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1990. Pengantar semantik bahasa Indonesia. Rineka Cipta.

Kurniawati, Dwi. 2010. “Relasi Makna Kata Sebentar dengan Sinonimnya


dalam Bahasa Indonesia.” PhD Thesis. Fakultas Ilmu Budaya.

Masduki, Masduki. 2013. “Relasi Makna (Sinonimi, Antonimi, dan


Hiponimi) dan Seluk Beluknya.” Prosodi 7(1).

Parera, J. D. 1991. “Teori Semantik: Penerbit Erlangga.” Jl. Kramat IV


(11).

Pateda, Mansoer. 1986. Semantik leksikal. Nusa Indah.

Nur, Andri Astuti. 2013. “Makalah Sinonimi Semantik”. (internet) di


http://andriastutinur.blogspot.com/2013/07/sinonimi-semantik.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai