Anda di halaman 1dari 22

Pertalian makna

Peyorasi-Ameliorasi dan Perluasan-Penyempitan Makna

Kata yang sering digunakan dalam bahasa Indonesia seringkali mengalamiperubahan makna, di
antara adalah perluasan, penyempitan, peninggian,perendahan, dan sebagainya.

a. Peyorasi, maksudnya adalah perubahan makna kata yang nilai rasanya lebih rendah daripada
kata sebelumnya.
Contoh:
- kroni
Kata sebelumnya bermakna sahabat, sedangkan makna baru berarti kawandari seorang penjahat.

b. Ameliorasi, yaitu perubahan makna kata yang nilai rasanya lebih tinggidaripada asalnya.
Contoh:
- wanita
Kata asalnya lebih rendah daripada perempuan, tetapi makna baru menjadilebih tinggi daripada
perempuan.

c. Perluasan Makna
Hal ini terjadi apabila cakupan makna suatu kata lebih luas dari maknaasalnya.
Contoh:
- ibu
Makna asalnya berarti emak, sedangkan makna baru berarti setiapperempuan dewasa.

d. Penyempitan Makna
Hal ini terjadi apabila makna suatu kata lebih sempit cakupannya daripadamakna asalnya.

Contoh:
-sarjana
Makna asalnya berarti cendekiawan, sedangkan makna bari berarti gelar dari lulusan sebuah
universitas.

3. Menentukan Makna Asosiasi dan Sinestesia


Selain keempat perubahan makna kata yang telah disebutkan di atas, masih
ada lagi jenis perubahan makna kata yang lain, yaitu sebagai berikut.

a. Asosiasi, yaitu perubahan makna kata yang terjadi karena persamaan sifat
Contoh:
- kata amplop
Makna kata asalnya berarti tempat untuk memberi uang, sedangkan makna
baru berarti suap.

b. Sinestesia, yaitu perubahan makna kata akibat pertukaran tanggapan


antara dua indra yang berlainan.
Contoh:
- berwajah manis
Makna asalnya berarti indra perasa, sedangkan makna baru berarti indra
penglihatan.
Pengertian Homograf
Homograf terdiri dari kata homo yang berarti sama dan graf (graph) berarti tulisan. Homograf
ditandai
oleh
kesamaan
tulisan,
berbeda
bunyi,
dan
berbeda
makna.
Contoh kata homograf bisa kamu lihat pada kalimat di bawah ini :
2. Pejabat teras (pejabat utama) itu duduk santai di teras (lantai depan rumah) sambil membaca
berita di koran tentang pertanian di daerah teras(bidang tanah datar yang miring di perbukitan)

Pengertian homonim
Kata homonim berasal dari kata homo yang berarti sama dan nym berarti nama, homo dapat
diartikan
sama
nama,
sama
bunyu,
sebunyi,
tetapi
berbeda
makna.
Sebagai
contoh
:
Syah =
Raja
Syah =
kepala
(pemimpin)
- buku =
ruas
buku =
kitab
- bandar =
pelabuhan
bandar =
parit
bandar = pemegang uang dalam perjudian
Pengertian Hipernim
Hipernim adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain. Kata hipernim dapat menjadi kata
umum dari penyebutan kata-kata lainnya. Sedangkan hiponim adalah kata-kata yang terwakili
artinya oleh kata hipernim. Umumnya kata-kata hipernim adalah suatu kategori dan hiponim
merupakan
anggota
dari
kata
hipernim.
Contoh
:
Hipernim : Hantu. Hiponim : Pocong, kantong wewe, sundel bolong, kuntilanak, pastur
buntung,
tuyul,
genderuwo,
suster
ngesot,
dan
lain-lain.
Hipernim : Ikan. Hiponim : Lumba-lumba, tenggiri, hiu, betok, mujaer, sepat, cere, gapih
singapur,
teri,
sarden,
pari,
mas,
nila,
dan
sebagainya.
Hipernim : Odol. Hiponim : Pepsodent, ciptadent, siwak f, kodomo, smile up, close up, maxam,
formula,
sensodyne,
dll.
Hipernim : Kue. Hiponim : Bolu, apem, nastar nenas, biskuit, bika ambon, serabi, tete, cucur,
lapis, bolu kukus, bronis, sus, dsb.
Polisemi
adalah
Satu
kata
yang
mempunyai
makna
lebih
dari
satu.
Contoh
:
a.
Saya
masih
punya
hubungan
darah
dengan
keluarga
Bu
Rani.
b.
Tubuhnya
berlumuran
darah
setelah
kepalanya
terbentur
tiang
listrik.
c. Aku harus mengerjakan pekerjaan rumah yang ditugaskan oleh dosen dosenku, tentu saja
diselingi dengan pekerjaan membantu ibu di dapur sebagai tanda cintaku padanya.
HIPERNIM

&

HOMONIM

Hipernim adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain. Kata hipernim dapat menjadi kata
umum
dari
penyebutan
kata-kata
lainnya
Hiponim adalah kata-kata yang terwakili artinya oleh kata hipernim. Umumnya kata-kata
hipernim adalah suatu kategori dan hiponim merupakan anggota dari kata hipernim. Contoh :

Hipernim
=
Sepatu

Hiponim
=
High
Heels,
Wedges,
Stilleto,
Sneakers,
Boot,
Skate

Hipernim
=
Mobil
Hiponim = SedanHomonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafal
atau
ejaan
sama.
Contoh
:

Hak
Dia harus menyelesaikan kewajibannya terlebih dahulu sebelum menuntut hak nya
(Hak
di
sini
bermakna
sesuatu
yang
wajib
diterima)
Hak
sepatunya
patah
ketika
ia
berjalan
(Hak di sini bermakna telapak sepatu pd bagian tumit yg relatif tinggi), Chooper, SUV, Jeep,
Minibus, Bus
Hiponim
Dalam semantik, hiponim adalah suatu kata atau frasa yang maknanya tercakup dalam kata atau
frasa lain yang lebih umum, yang disebut hiperonim atau hipernim. Suatu hiponim adalah
anggota kelompok dari hiperonimnya dan beberapa hiponim yang memiliki hiperonim yang
sama
disebut
dengan kohiponim. Kucing, serangga,
dan merpati adalah
hiponim
dari hewan;hewan adalah
hiperonim
dari kucing, serangga,
dan merpati; serangga dan merpati adalah kohiponim dari kucing sebagai hewan.Hubungan
makna hiponim-hiperonim dibedakan dengan hubungan makna meronim-holonim yang
merupakan hubungan antara bagian dengan kesatuan.
Perubahan Makna
1.

Pengertian

Dalam perkembangan penggunaannya, kata sering mengalami perubahan makna. Perubahan


tersebut terjadi karena pergeseran konotasi, rentang masa penggunaan, jarak, dan lain-lain.
Namun yang jelas, perubahan-perubahan tersebut ada bermacam-macam yaitu: menyempit,
meluas, amelioratif, peyoratif, dan asosiasi. Untuk lebih jelasnya, perhatikan penjelasan dibawah
ini
:
2.

Macam-macam

Perubahan

Makna

a.
menyempit/spesialisasi
Kata yang tergolog kedalam perubahan makna ini adalah kata yang pada awal penggunaannya
bisa dipakai untuk berbagai hal umum, tetapi penggunaannya saat ini hanya terbatas untuk satu
keadaan
saja.
Contoh
:
Sastra dulu dipakai untuk pengertian tulisan dalma arti luas atau umum, sedangkan sekarang
hanya dimaknakan dengan tulisan yang berbau seni. Begitu pula kata sarjana (dulu orang yang
pandai,
berilmu
tinggi,
sekarang
bermakna
lulusan
perguruan
tinggi).

b.
meluas/generalisasi
Penggunaan
kata
ini
berkebalikan
dengan
pengertian
menyempit.
Contoh
:
Petani dulu dipai untuk seseorang yang bekerja dan menggantungkan hidupnya dari mengerjakan
sawah, tetapi sekarang kata tersebut dipakai untuk keadaan yang lebih luas. Penggunaan
pengertian petani ikan, petani tambak, petani lele merupakan bukti bahwa kata petani meluas
penggunaannya.
c.
amelioratif
Pada awalnya, kata ini memiliki makna kurang baik, kurang positif, tidak menguntungkan, akan
tetapi, pada akhirnya mengandung pengertian makna yang baik, positif, dan menguntungkan.
Contoh
:
Wanita, pramunikmat, dan warakawuri merupakan kata-kata yang dipakai untuk lebih
menghaluskan, menyopankan pengertian yang terkandung dalam kata-kata tersebut.
d.
peyoratif
Makna kata sekarang mengalami penurunan nilai rasa kata daripada makna kata pada awal
pemakaiannya.
Contoh
:
Kawin, gerombolan, oknum, dan perempuan terasa memiliki konotasi menurun atau negatif.
e.
asosiasi
Yang tegolong kedalam perubahan makna ini adalah kata-kata dengan makna-makna yang
muncul karena persamaan sifat. Sering kita mendengar kalimat hati-hati dengan tukang catut
itu.
Tukang catut dalam kalimat diatas tergolong kata-kata dengan makna asosiatif. Begitu pula
dengan kata kacamata dalam : menurut kacamata saya, perbuatan anda tidak benar
f.
sinestesia
Perubahan makna terjadi karena pertukaran tanggapan antara dua indera, misalnya dari indera
pengecap
ke
indera
penglihatan.
Contoh:
Gadis itu berwajah manis. Kata manis mengandung makna enak, biasanya dirasakan oleh alat
pengecap, berubah menjadi bagus, dirasakan oleh indera penglihatan. Demikian juga kata panas,
kasar, sejuk, dan sebagainya.
Bentuk-bentuk Pertalian Makna
1. Kata-kata yang Bersinonim

Sinonim mengkaji kata-kata yang sama atau hampir sama maknanya, tetapi bentuk katanya
berbeda. Misalnya, makna kata saham sama denganandil, kata pintar bersinonim dengan pandai,
meminang bersinonim denganmelamar.
a. Menggunakan Kata yang Berkonotasi Sopan
Faktor-faktor nonkebahasaan, seperti lingkungan sosial budaya, sangat perlu kita memilih katakata bersinonim.
Perhatikan pasangan kata dibawah ini!
istri = bini
meninggal = mati
hamil = bunting
b. Kata-kata yang Berkonotasi Baik dan Kurang Baik
Pemakaian kata babi misalnya, kata kata ini ditafsirkan sebagai suatu yang sangat buruk (najis)
oleh umat Islam. Babi berkonotasi jelek daripada kata lainnya yang sejenis, seperti sapi atau
pun kedelai. Sementara itu, bagi umat Hindu, kata sapi memiliki konotasi baik (suci)
dibandingkan, misalnya, dengan unta.
2. Kata-kata yang Berantonim
Antonim adalah pertalian antara dua kata atau lebih yang maknanya saling berlawanan atau
bertentangan.
Ada tiga jenis antonim.
a. Jenis I, sebagaimana yang diperlihatkan oleh pasangan hidup-mati. Cirinya, bila salah satu
disangkal, artinya sama dengan pasangannya itu.
b. Jenis II, sebagaimana diperlihatkan oleh pasangan kata pintar-bodoh. Cirinya, bila salah satu
disangkal, belum tentu artinya sama dengan yang lain.
c. Jenis III, sebagaimana diperlihatkan oleh pasangan suami-istri. Ciri-cirinya, yang satu menjadi
syarat bagi yang lainnya.
3. Kata-kata yang Berhomonim
Homonim adalah kata-kata yang bentuk dan cara pelafalannya sama, tetapi memiliki makna yang
berbeda. Contohnya, kata genting dan jarak.
1) genting

a) Karena perang, kota itu tampak sangat genting. (genting = gawat)


b) Kakak sedang memperbaiki genting yang bocor. (genting = atap).
2) jarak
a) Ayah sedang menanam pohon jarak di belakang rumah. (jarak = pohon)
b) Jarak dari rumah ke sekolah cukup jauh. (jarak = pohon)

Homonim
1. Suling :- Saya dapat main suling.- Zat tersebut disuling sehingga menjadi minyak kayu
putih.2. Selang :- Ayah mencuci mobil menggunakan selang.- Tina mengerjakan PR Mat dalam
selang waktu 2 jam.3. Kerah :- Kerajaan Fu mengerahkan pasukan ke Kerajaan La.- Saya
membetulkan kerah baju saya.4. Palu :- Nenek berlibur ke palu.- Ayah memukul menggunakan
palu.5. Sumbang :- Suara anak itu sumbang.- Saya menyumbang untuk dana bakti social.6.
Peri :- Saya bermimpi bertemu peri yang cantik.- Penjajahan harus dihapuskan karena tidak
sesuai dengan perikemanusiaan.7. Tabung :- Saya menabung uang di celengan.- Benda itu
berbentuk tabung.8. Dodol :- Doni sangat dodol.- Saya suka makan dodol Garut.9. Malang :Nenek berlibur ke Malang- Nasib anak itu sungguh malang.

10. Kali :- Adik suka membuang sampah di kali.- Adik mengali 2 dengan 2.12. Sari :- Nenek
membeli kain sari di India.- Sari : Sari jeruk sangat baik untuk kesehatan.13. Bidang :- Persegi
termasuk bidang datar.- Dada anak itu bidang.14. Sedang :- Saya sedang menyanyi.- Ukurannya
sedang-sedang saja.15. Tanggal :- Giginya tanggal 2- Saya ulang tahun tanggal 12 Januari.16.
Bulan :- Saya suka melihat bulan purnama.- Saya ulang tahun bulan Januari.17. Hak :- Saya
memakai hak 10 cm.- Perbuatan Doni melanggar hak asasi manusia.18. Timbal :- Salah satu
nama logam adalah timbal.- Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
manusia denganlingkungan.

19. Arak :- Arak-arakan itu sungguh ramai.- Saya suka minum arak.20. Lima :- Nenek berlibur
ke Lima, ibukota Peru.- Saya mempunyai lima permen.21. Paling :- Saya berpaling dari
narkoba.- Dia paling suka menari22. Tambang :- Saya suka lomba tarik tambang.- Di Jawa
terdapat banyak tambang logam.23. Seri :- Aku mempunyai komik Conan seri ke 20- Wajah anak
kecil itu berseri-seri.24. Bisa :- Ular itu mengeluarkan bisa.- Saya bisa menari.25. Apel- Budi
sangat suka makan buah apel.- Bila murid terlambat masuk sekolah harus melakukan apel pagi

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Pelajaran Bahasa Indonesia sangat penting dikuasai dalam seluruh tingkatan pendidikan
termasuk di perguruan tinggi. Tujuan dari adanya pelajaran ini adalah agar para rakyat khususnya
para pelajar dapat terampil berbahasa Indonesia yang meliputi terampil menyimak, berbahasa,
membaca dan menulis. Agar dapat mencapapi tujuan itu, kosa kata yang cukup sangatlah
dibutuhkan. Selain mempunyai banyak kosakata, makna kata kata tersebut juga harus dikuasai
untuk lebih memperkaya kosa kata yang dimiliki. Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan para pembaca mengenai makna kata.
B.

Rumusan Masalah

1.

Apa pengertian makna kata?

2.

Apa saja relasi makna kata?

3.

Apa saja perubahan makna kata?

4.

Apa saja jenis makna kata?

C. Tujuan

1.

Mengetahui pengertian makna kata.

2.

Mengetahui relasi makna kata.

3.

Mengetahui perubahan perubahan makna kata.

4.

Mengetahui jenis jenis makna kata.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Makna Kata

Makna adalah denotasi. Kadang kadang Makna itu selaras dengan Arti dan kadak tidak
selaras. Apabila makna sesuatu itu sama dengan arti sesuatu itu, maka makna tersebut disebut
Makna Laras (Explicit Meaning). Apabila maknanya tidak selaras dengan Arti, maka sesuatu
itu disebut memiliki Makna Kandungan (Implicit Meaning) atau Makna Lazim (Necessary
Meaning).

Sebagai contoh kata Sapi, ia memiliki arti dan makna. Sapi sudah memiliki arti sebelum
kata tersebut dimasukan ke dalam kalimat, tapi ia belum memiliki makna, karena makna hanya
akan terbentuk apabila kata itu sudah dimasukan kedalam kalimat.

Contoh Makna Laras:

Gara memukul sapi.

Kalimat ini memiliki makna yang sama dengan artinya, yaitu sapi. Pengertian yang menyeluruh
tentang sapi tersebut itulah yang disebut dengan Makna Laras (Explicit Meaning). Ketika Gara

membeli sapi, tentu yang dibeli adalah keseluruhan tubuh sapi. Oleh karena itu, makna Sapi
dalam kalimat tersebut adalah sama dengan arti Sapi, sehingga disebut memiliki Makna Laras.

Contoh Makna Kandungan:

Gara memukul sapi.

Yang dipukul oleh Gara adalah sebagian tubuh sapi itu, oleh karena itu Sapi dalam kalimat
tersebut tidak selaras dengan artinya, melainkan hanya kandungan arti tersebut. Oleh karena itu
Sapi dalam kalimat tersebut memiliki Makna Kandungan.

Contoh Makna Kata Lazim:

Gara Menarik sapi.

Kata Sapi dalam kalimat tersebut adalah memiliki Makna Lazim, karena ketika Gara menarik
sapi, sebenarnya yang dipegang adalah talinya. Dia menarik tali itu secara tidak langsung
menarik tubuh sapi. Kendatipun yang gara pegang dan dia tarik secara langsung adalah tali
kedali sapi dan bukan sapinya secara langsung, tetapi sudah lazim dikatakan bahwa hal itu
disebut menarik sapi. Itulah mengapa disebut Makna Lazim.

B. Relasi Makna Kata

Di dalam Bahasa Indonesia, banyak ditemukan suatu kata yang memiliki hubungan atau relasi
semantik dengan kata lain, seperti kesamaan makna, lawan kata, kegandaan kata, ketercakupan
makna, kelainan makna, dan sebagainya. Di bawah ini akan dijelaskan macam-macam relasi
makna tersebut.
1.

Sinonim

Secara etimologi kata sinonimi berasal dari bahasa Yunani kuno , yaitu onoma yang berarti
Nama, dan syn yang berarti Dengan. Maka secara harfiah kata sinonim berarti Nama lain
untuk benda atau hal yang sama (Chaer, 1990:85). Sinonim atau bisa disebut kegandan makna
dapat diartikan sebagai dua kata atau lebih yang memiliki makna yang sama atau hampir sama.
Dikatakan hampir sama karena meskipun dua kata tersebut sama, kata tersebut tidak dapat atau
kurag tepat bila menggantikan kata yang lain dalam sebuah kalimat. Contohnya seperti di bawah
ini :
Tikus itu mati diterkam kucing.
Tikus itu meninggal diterkam kucing.
Dalam dua kalimat di atas, kita dapat menemukan dua kata yang bersinonim, yaitu mati dan
meninggal. Namun kata Meninggal pada kalimat kedua tidak dapat menggantikan kata Mati
pada kalimat pertama. Hal ini karena kata Mati dapat digunakan pada semua makhluk hidup
seperti manusia, hewan, dan tumbuhan, sedangkan kata Meninggal hanya digunakan pada
manusia.
2. Antonim
Kata antonimi berasal dari kata Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti Nama, dan anti yang
berarti Melawan. Maka secara harfiah antonim berarti nama lain untuk benda lain
pula(Chaer, 1990:85). Kata antonim atau sering disebut lawan kata dapat diartikan sebagai dua
kata yang memiliki makna yang berlawanan atau bertentangan. Misalnya, hidup-mati, diamgerak dan sebagainya.
3.

Homonim, homofon, homograf

Kata homonimi berasal dari bahasa Yunani kuno onoma yang berarti Nama dan homo yang
artinya Sama. Secara harfiah homonimi dapat diartikan sebagai Nama sama untuk benda atau
hal lain (Chaer, 1990:85). Homonim adalah dua kata atau lebih yang memiliki ejaan dan lafal
yang sama namun memiliki makna yang berbeda. Misalnya, kata Bisa dapat diartikan dua
makna, yakni Bisa yang berarti Dapat dan Bisa yang berarti Racun.
Homofon (homo berarti sama, fon berarti bunyi ) adalah dua kata atau lebih yang memiliki lafal
yang sama walaupun ejaan dan maknanya berbeda. Misalnya, kata Bang dan Bank.
Homograf (homo berarti sama, grafi berarti tulisan) adalah dua kata atau lebih yang memiliki
ejaan yang sama namun memiliki lafal dan makna yang berbeda. Misalnya, Tahu (baca
Tahu) bermakna salah satu produk makanan yang berasal dari kedelai, sedangkan kata Tahu
(baca Tau) bermakna mengetahui.
4.

Hiponim dan hipernim

Kata hiponimi berasal dari bahasa Yunani kuno , yaitu onoma berarti Nama dan hypo berarti
Di bawah. Jadi, secara harfiah berarti Nama yang termasuk di bawah nama lain (Chaer,
1990:85). Hipomimi dan hipermimi berhubungan satu sama lain, hipomimi merujuk pada kata
yang lebih khusus yang merupakan subordinat dari hipermimi. Misalnya, kata Tongkol dan
Ikan, kata Tongkol merupakan hiponim dari kata Ikan sedangkan kata Ikan merupakan
hipernim dari kata Tongkol.
5.

Polisemi

Polisemi adalah satuan bahasa (bisa kata atau frase) yang memiliki makna lebih dari satu.
Misalnya pada kalimat di bawah ini :
Kepalaku sakit sejak kemarin.
Kepala sekolah menemui para murid di kelas
Kata Kepala yang pertama bermakna bagian tubuh yang berada di atas leher sedangkan kata
Kepala yang kedua bermakna pemimpin.

C.

Perubahan Makna Kata

Pengertian
Dalam perkembangan penggunaannya, kata sering mengalami perubahan makna. Perubahan
tersebut terjadi karena pergeseran konotasi, rentang masa penggunaan, jarak, dan lain-lain.
Namun yang jelas, perubahan-perubahan tersebut ada bermacam-macam yaitu: menyempit,
meluas, amelioratif, peyoratif, dan asosiasi. Untuk lebih jelasnya, perhatikan penjelasan dibawah
ini :
Macam-macam Perubahan Makna

a. Menyempit/spesialisasi
Kata yang tergolog kedalam perubahan makna ini adalah kata yang pada awal penggunaannya
bisa dipakai untuk berbagai hal umum, tetapi penggunaannya saat ini hanya terbatas untuk satu
keadaan saja.
Contoh :

Sastra dulu dipakai untuk pengertian tulisan dalma arti luas atau umum, sedangkan sekarang
hanya dimaknakan dengan tulisan yang berbau seni. Begitu pula kata sarjana (dulu orang yang
pandai, berilmu tinggi, sekarang bermakna Lulusan perguruan tinggi).

b. Meluas/generalisasi
Penggunaan kata ini berkebalikan dengan pengertian menyempit.
Contoh :
Petani dulu dipai untuk seseorang yang bekerja dan menggantungkan hidupnya dari mengerjakan
sawah, tetapi sekarang kata tersebut dipakai untuk keadaan yang lebih luas. Penggunaan
pengertian petani ikan, petani tambak, petani lele merupakan bukti bahwa kata petani meluas
penggunaannya.

c. Amelioratif
Pada awalnya, kata ini memiliki makna kurang baik, kurang positif, tidak menguntungkan, akan
tetapi, pada akhirnya mengandung pengertian makna yang baik, positif, dan menguntungkan.
Contoh :
Wanita, pramunikmat, dan warakawuri merupakan kata-kata yang dipakai untuk lebih
menghaluskan, menyopankan pengertian yang terkandung dalam kata-kata tersebut.

d. Peyoratif
Makna kata sekarang mengalami penurunan nilai rasa kata daripada makna kata pada awal
pemakaiannya.
Contoh :
Kawin, gerombolan, oknum, dan perempuan terasa memiliki konotasi menurun atau negatif.

e. Asosiasi
Yang tegolong kedalam perubahan makna ini adalah kata-kata dengan makna-makna yang
muncul karena persamaan sifat. Sering kita mendengar kalimat hati-hati dengan tukang catut
itu.

Tukang catut dalam kalimat diatas tergolong kata-kata dengan makna asosiatif. Begitu pula
dengan kata kacamata dalam : menurut kacamata saya, perbuatan anda tidak benar

f. Sinestesia
Perubahan makna terjadi karena pertukaran tanggapan antara dua indera, misalnya dari indera
pengecap ke indera penglihatan.
Contoh:
Gadis itu berwajah manis. Kata manis mengandung makna enak, biasanya dirasakan oleh alat
pengecap, berubah menjadi bagus, dirasakan oleh indera penglihatan. Demikian juga kata panas,
kasar, sejuk, dan sebagainya.
D.

Jenis Makna Kata

Makna di dalam sastra Bahasa Indonesia ditentukan dalam beberapa kriteria atau jenis dan juga
sudut pandang. Jenis makna dalam Bahasa Indonesia sangat banyak diantaranya: Berdasarkan
jenis semantiknya, dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal, berdasarkan
ada atau tidaknya referen pada sebuah kata atau leksem dapat dibedakan adanya makna
referensial dan makna nonreferensial, berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah
kata/leksem dapat dibedakan adanya makna denotatif dan makna konotatif, berdasarkan
ketepatan maknanya dikenal makna kata dan makna istilah atau makna umum dan makna
khusus. Lalu berdasarkan kriteri lain atau sudut pandang lain dapat disebutkan adanya maknamakna asosiatif, kolokatif, reflektif, idiomatik dan sebagainya.
1.

Makna Lesikal dan Makna Gramatikal

Leksikal merupakan bentuk adjektif yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon. Satuan dari
leksikon adalah leksem, yaitu satuan bentuk bahasa yang bermakna. Dengan kata lain makna
lesikal adalah makna unsur-unsur bahasa (leksem) sebagai lambang benda, peristiwa, obyek, dan
lain-lain. Seperti kata tikus makna leksikalnya adalah sebangsa binatang pengerat yang dapat
menyebabkan timbulnya penyakit tifus. Makna ini tampak jelas dalam kalimat Tikus itu mati
diterkam kucing, atau Panen kali ini gagal akibat serangan hama tikus.

Biasanya makna leksikal dipertentangkan dengan makna gramatikal. Jika makna leksikal
berkenaan dengan makna leksem, maka makna gramatikal ini adalah makna yang hadir sebagai
akibat adanya proses gramatika seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi.
Proses afiksasi awalan ter- pada kata angkat dalam kalimat Batu seberat itu terangkat juga oleh

adik, melahirkan makna Dapat, dan dalam kalimat Ketika balok itu ditarik, papan itu terangkat
ke atas melahirkan makna gramatikal Tidak sengaja.
2.

Makna Referensial dan Makna Nonreferensial

Perbedaan makna referensial dan makna nonreferensial berdasarkan ada tidak adanya referen
dari kata-kata itu. Bila kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu
oleh kata itu, maka kata tersebut disebut kata bermakna referensial. Kalau kata-kata itu tidak
mempunyai referen, maka kata itu disebut kata bermakna nonreferensial. Kata meja termasuk
kata yang bermakna referensial karena mempunyai referen, yaitu sejenis perabot rumah tangga
yang disebut Meja. Sebaliknya kata karena tidak mempunyai referen, jadi kata karena
termasuk kata yang bermakna nonreferensial.
3.

Makna Denotatif dan Konotatif

Makna denotatif atau konseptual adalah makna kata yang didasarkan atas penunjukkan yang
langsung (lugas) pada suatu hal atau obyek di luar bahasa. Makna langsung atau makna lugas
bersifat obyektif, karena langsung menunjuk obyeknya. Jadi, makna denotatif ini menyangkut
informasi-informasi faktual objektif. Oleh karena itu, makna denotasi sering disebut sebagai
makna sebenarnya.
Seperti dalam kata perempuan dan wanita kedua kata itu mempunyai dua makna yang sama,
yaitu Manusia dewasa bukan laki-laki.
Makna konotatif merupakan lawan dari makna denotatif. Jika makna denotatif mencakup arti
kata yang sebenarnya, maka makna konotatif sebaliknya, yang juga disebut sebagai makna
kiasan. Lebih lanjut, makna konotasi dapat dijabarkan sebagai makna yang diberikan pada kata
atau kelompok kata sebagai perbandingan agar apa yang dimaksudkan menjadi jelas dan
menarik. Seperti dalam kalimat Rumah itu dilalap si jago merah. Kata Si jago merah dalam
kalimat tersebut bukanlah arti yang sebenarnya, melainkan kata kiasan yang bermakna
Kebakaran. Makna konotatif dapat juga berubah dari waktu ke waktu. Misalnya kata ceramah
dulu kata ini berkonotasi negatif karena berarti Cerewet, tetapi sekarang konotasinya positif.
4.

Makna Kata dan Makna Istilah

Setiap kata atau leksem memiliki makna, namun dalam penggunaannya makna kata itu baru
menjadi jelas kalau kata itu sudah berada di dalam konteks kalimatnya atau konteks situasinya.
Berbeda dengan kata, istilah mempunyai makna yang jelas, yang pasti, yang tidak meragukan,
meskipun tanpa konteks kalimat. Oleh karena itu sering dikatakan bahwa istilah itu bebas
konteks. Hanya perlu diingat bahwa sebuah istilah hanya digunakan pada bidang keilmuan atau
kegiatan tertentu. Perbedaan antara makna kata dan istilah dapat dilihat dari contoh berikut
(1) Tangannya luka kena pecahan kaca.

(2) Lengannya luka kena pecahan kaca.


Kata tangan dan lengan pada kedua kalimat di atas adalah bersinonim atau bermakna sama.
Namun dalam bidang kedokteran kedua kata itu memiliki makna yang berbeda. Tangan
bermakna bagian dari pergelangan sampai ke jari tangan; sedangkan lengan adalah bagian dari
pergelangan sampai ke pangkal bahu.
5.

Makna Konseptual dan Makna Asosiatif

Yang dimaksud dengan makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem
terlepas dari konteks atau asosiasi apa pun. Kata kuda memiliki makna konseptual sejenis
binatang berkaki empat yang biasa dikendarai. Jadi makna konseptual sesungguhnya sama saja
dengan makna leksikal, makna denotatif, dan makna referensial.
Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya
hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa. Misalnya, kata melati berasosiasi
dengan sesuatu yang suci atau kesucian.

6.

Makna Idiomitikal dan Peribahasa

Idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat Diramalkan dari makna unsurunsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal. Contoh dari idiom adalah bentuk
membanting tulang dengan makna Bekerja keras, meja hijau dengan makna Pengadilan.
Berbeda dengan idiom, peribahasa memiliki makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari
makna unsur-unsurnya karena adanya Asosiasi antara makna asli dengan maknanya sebagai
peribahasa. Umpamanya peribahasa Seperti anjing dengan kucing yang bermakna Dikatakan
ihwal dua orang yang tidak pernah akur. Makna ini memiliki asosiasi, bahwa binatang yang
namanya anjing dan kucing jika bersama memang selalu berkelahi, tidak pernah damai.
7.

Makna Kias

Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan istilah arti kiasan digunakan sebagai oposisi
dari arti sebenarnya. Oleh karena itu, semua bentuk bahasa (baik kata, frase, atau kalimat) yang
tidak merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual, atau arti denotatif) disebut
mempunyai arti kiasan. Jadi, bentuk-bentuk seperti puteri malam dalam arti Bulan, raja siang
dalam arti Matahari.

BAB III
KESIMPULAN

Di dalam Bahasa Indonesia, makna kata sangat penting dipelajari. Pengetahuan tentang makna
kata mempengaruhi pemahaman terhadap suatu kalimat. Dalam makna kata, dipelajari
pengertian makna kata, relasi makna kata, jenis makna kata dan perubahan makna kata. Ada
beberapa kata yang memiliki makna yang berhubungan atau memiliki relasi, seperti sinonim,
antonim, dan lain sebagainya. Ada pula satu kata yang makna dulunya berbeda dari makna
sekarang, seperti spesialisasi, ameliorasi dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

-----------------------. 1998. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta :


Rineka Cipta.
Chaer, Drs. Abdul. 1990. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka
Cipta.
(Eneng Herniti, M. Hum dkk). 2005. Bahasa Indonesia. Yogyakarta : Pokja
Akademik UIN Sunan Kalijaga.
Keraf, Dr. Gorys. 1991. Tata Bahasa Indonesia untuk Sekolah Lanjutan Atas.
Flores : Nusa Indah.
Parera, J. D. 2004. Teori Semantik Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga.
Tarigan, Prof. Dr. Henry Guntur. 2009. Pengajaran Semantik. Bandung :
Angkasa.
Tim Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah
Malang. 2010. Bahasa Indonesia untuk Karangan Ilmiah. Malang : UMM
Press.
Widyamartaya. 1995. Seni Menggayakan Kalimat. Yogyakarta : Kanisius

PERUBAHAN MAKNA

Pernyataa tentang makna sebuah kata secara sinkronis data berubah menyiratkan pula egertian
bahwa tidak setiap tata maknanya harus atau berubah secara diakronis. Berikut ini akan
dibcarakan sebab sebab perubahan itu serta wujud atau macam perubahannya.

Sebab sebab perubahan


Banyak factor yang menyebabkan terjadinya erubah makna sebuah kata, diantaranya ada

Perkembangan Dalam Ilmu dan Teknologi


Pekembangan dalam bidang IPTEK menyebabkan terjadinya perubahan makna sebuah
kata.Disini sebuah kata yang tadinya mengandung konsep makna mengenai sesuatu yang
sederhana , tetap digunakan walaupun konsep yan dikandung telah berubah sebagai akibat dari
pandangan baru atau teori dalam satu bidang ilmu atau sebagai akibat perkembangan teknologi.

Contoh pada kata perahu , walaupun kini sebaga akibat perkembangan teknologi, sudah
berganti atau mnggunakan istilah kapal memang masih ada orang ysng masih menggunakan
perahu tapi khususnya di desa- desa.Contoh lain kata telepon sekarang sudah berganti menjadi
HP ( hand phond ) sebagai akibat dari perkembangan teknologi tapi juga masih ada tersedia
telepon umum biasanya digunakan untuk umum yang disebut wartel atau telepon rumah.

Kata computer sekarang sudah diganti dengan laptop atau notebook sbagai akibat dari
perkembangan teknologi ,tapi masih ada juga yang menggunakan computer misalnya saja jasa
warnet.

Perkembangan Sosial dan Budaya


Perkembangan dalam bidang social kemasyarakatan dapat menyebabkan terjadinya perubahan
makna sama seperti yang terjadi sebagai akiba dari erkembangan teknologi.

Contoh

Perbedaan Bidang Pemakaian


Dalam setiap bidang kehidupan atau kegiatan memiliki kosa kata tersndiri yang hanya dan
digunakan dengan makna tertentu dalam bidang tersebut.Contoh dalam bidang kesehatan ada
kata kata dokter , suster, perawat , apotik, obat, opnam diagnosa, infus, koma,penyakit, rumah
sakit , pasien. Dalam bidang olah raga ada kata kata alit, renang, berlari , melempar, senam
lantai, erobik, fitnes, bulu tangkis, sepak bola, Voli, basket, melompat ,

Adanya Asosiasi
Kata kata yan digunakan diluar bidangnya,seperti yang sudah dibicarakan diatas masih
behubungan maknanan dengan makna yang diguakan dalam bidang asalnya. Ada perbedaan
dengan perubahan aknayan terjadi sebagai akbat penggunaan dalam bidang yang lain,disini
makna baru yang muncul adalah bekaitan dengan hal/ peristiwa yang lain yan berkeaan dengan
kata tersebut.Contoh asosiasi antara dompet dengan uang inidimaksud adalah isinya yaitu uang,

Contoh lain ada pula asosiasi yang berkanaan dengan waktu, misalnya perayaan 21 april
maksudnya tentu perayaan hari kartini. Karena hari kartini jatuh pada tanggal 21 april. Dengan
kata lain di sini yang disebut waktunya, namun yang di maksud ialah peristiwanya.

Ada pula perbedaan makna akibat asosiasi yang berkenaan dengan tempat, contoh ayo kita
bertamasya ke curug ceheng. Maksud dari kata curug ceheng, adalah mengasosiasikan tempat
yang ada di desa ceheng.

Pertukaran tanggapan indra


Alat indra yang kita miliki ada lima dan sudah mempunyai tugasnya masing-masing. Akan
tetapi yang kita bahas ialah tentang pertukaran antar indra. Misalnya : Suaranya sangat merdu
dan enak didengar. Pada contoh ini, pertukaran yang terjadi ialah antara inda pendengaran
dengan perasa.

Contoh lain yaitu : kue ini terlihat sangat enak sekali. Ini terjadi perubahan dari indra penglihatan
dengan perasa. Kedengarannya gadis itu terlihat sangat cantik. Ini mengalami perubahan dari
indra pendengaran menjadi penglihatan.

Dalam pemakaian bahasa Indonesia, banyak sekali terjadi senestisi ini seperti dalam frase coklat
tua dengan merah muda yang menggabungkan secara warna (merah dengan coklat) dengan usia
(tua dan muda) yang terjadi b ukan gejala sinestesia melainkan gejala perbandingan.

Perbedaan tanggapan
Setiap unsure leksikal atau kata sebenarnya secara sinkrons telah mempunyai makna leksikal
yang tetap. Namun karena pandangan hidup dari masyrakat, maka banya kata yang memiliki
nilai rasa yang rendah maupun nilai rasa yang tinggi. Hal ini sering di sebut juga peyoratif dan
amelioratif.

Contoh kata bunting, dewasa ini dianggap peyoratif. Namun kata hamil adalah amelioratif. Kata
mati dianggap peyoratif namun kata meninggal dunia sebagai amelioratif.

Adanya penyingkatan
Dalam bahasa Indonesia banyak sekali kata, baik yang diucapkan maupun di tulis. Namun tanpa
disadari secara keseluruhan, setiap orang pasti memiliki paham atau maksud tersendiri tentang
sebuah kata.

Contoh kata ortu, setiap orang pasti sudah mengetahui bahwa yang dimaksud ialah orang tua.
Kata puskesmas, maksudnya ialah pos pelayanan masyarakat.

Proses gramatikal
Proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi, dan komposisi yang memiliki makna perubahan
kata dapat berpengaruh dengan perubahan makna. Akan tetapi bukan perubahan makna yang
menjadikan hal seperti itu, melainkan bentuk kata yang sudah menjadi hasil proses gramatikal.

Perkembangan istilah
Upaya dalam membentuk atau mengembangkan istilah baru ialah dengan memnfaatkan kosakata
bahasa Indonesia yang ada dengan jalan memberi makna baru.contoh kata bahan yang semula
bermakna kain, kini menjadi bermakna baju.

Jenis perubahan
Perubahan kata ada yang bersifat halus maupun kasar yang bertujuan baik menyempitkan
ataupun memperluas. Hal ini akan diperjelas lagi sebagai berikut.

a)

Meluas

Adalah perubahan makna secara meluas, misalnya : kata beliau yang semula digunakan untuk
orang yang memiliki jabatan tinggi, kini juga bisa digunakan untuk orang yang lebih tua atau
orang yang lebihtinggi derajatnya.

b)

Menyempit

Adalah sebuah kata yang mengalami penyempitan makna, misalnya kata ilmuan yang biasanya
digunakan untuk orang yang pandai atau cendekiawan. Namun kini digunakan untuk penemu
atau professor.

c)

Perubahan secara total

Terjadi perubahan makna secara total. Misalnya kata pandai dan pintar. Kini menjadi kata cerdas.
Kata sigapdan rajin kini menjadi terampil.

d)

Penghalusan (ufemia)

Kata yang bermakna kasar berubah menjadi halus dalam penggunaan kata. Misal kata maling
kini menjadi pencuri, tua menjadi lanjut usia dan lain sebagainya.

e)

Pengkasaran

Kata yang mengalami perubahan makna dari halus ke kasar. Misalnya kata menendang yang
sebenarnya mengeluarkan.

Link:
http://tspartanm.blogspot.co.id/2015/02/pertalian-makna.html
http://arismunandar2012.blogspot.co.id/2012/12/makalah-makna-kata-dalam-bahasa.html
https://khaerulsobar.wordpress.com/makalah/makalah-tentang-perubahan-makna-semantik/

Anda mungkin juga menyukai