Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

“SKANDAL MANIPULASI LAPORAN KEUANGAN PT. KIMIA FARMA TBK.”

Mata Kuliah Audit Kecurangan/ Fraud Audit

Dosen : Juhli Edi S,SE., MM.Ak.,CA

DI SUSUN OLEH :

Citra Aprilia 15622208

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN

TANJUNGPINANG

TAHUN AJARAN 2017/2018


1.1. Permasalahan

PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik


pemerintah di Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen
Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan
laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi,
Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu
besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3
Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali
(restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada
laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp
99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba
awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu
kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit
Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar,
pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp
8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.

Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena


nilai yang ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia
Farma, melalui direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga
persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari 2002. Daftar harga
per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar penilaian
persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001.Sedangkan
kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya
pencatatan ganda atas penjualan.Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada
unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi.
Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit
laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku,
namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga
tidak terbukti membantu manajemen melakukan kecurangan tersebut.

Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan di harian Kontan yang


menyatakan bahwa Kementerian BUMN memutuskan penghentian proses
divestasi saham milik Pemerintah di PT KAEF setelah melihat adanya indikasi
penggelembungan keuntungan (overstated) dalam laporan keuangan pada
semester I tahun 2002. Dimana tindakan ini terbukti melanggar Peraturan
Bapepam No.VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan poin 2 –
Khusus huruf m – Perubahan Akuntansi dan Kesalahan Mendasar poin 3)
Kesalahan Mendasar, sebagai berikut:

“Kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis,


kesalahan dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta
dan kecurangan atau kelalaian.

Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan


mendasar harus diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian
kembali (restatement) untuk periode yang telah disajikan sebelumnya dan
melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum periode sajian sebagai suatu
penyesuaian pada saldo laba awal periode. Pengecualian dilakukan apabila
dianggap tidak praktis atau secara khusus diatur lain dalam ketentuan masa
transisi penerapan standar akuntansi keuangan baru”.

1.2. Sanksi dan Denda

Sehubungan dengan temuan tersebut, maka sesuai dengan Pasal 102


Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal jo Pasal 61
Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 jo Pasal 64 Peraturan Pemerintah
Nomor 45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar
Modal maka PT Kimia Farma (Persero) Tbk. dikenakan sanksi administratif
berupa denda yaitu sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

Sesuai Pasal 5 huruf n Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal,
maka:

1. Direksi Lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 – Juni 2002
diwajibkan membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah)
untuk disetor ke Kas Negara, karena melakukan kegiatan praktek
penggelembungan atas laporan keuangan per 31 Desember 2001.
2. Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa
selaku auditor PT Kimia Farma (Persero) Tbk. diwajibkan membayar
sejumlah Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk disetor ke Kas
Negara, karena atas risiko audit yang tidak berhasil mendeteksi adanya
penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT Kimia Farma (Persero)
Tbk. tersebut, meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai dengan
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), dan tidak diketemukan
adanya unsur kesengajaan. Tetapi, KAP HTM tetap diwajibkan
membayar denda karena dianggap telah gagal menerapkan
Persyaratan Profesional yang disyaratkan di SPAP SA Seksi 110 –
Tanggung Jawab & Fungsi Auditor Independen, paragraf 04
Persyaratan Profesional, dimana disebutkan bahwa persyaratan
profesional yang dituntut dari auditor independen adalah orang yang
memiliki pendidikan dan pengalaman berpraktik sebagai auditor
independen.

1.3. Keterkaitan Akuntan Terhadap Skandal PT Kimia Farma Tbk.

Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) melakukan pemeriksaan atau


penyidikan baik atas manajemen lama direksi PT Kimia Farma Tbk. ataupun
terhadap akuntan publik Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Dan akuntan
publik (Hans Tuanakotta dan Mustofa) harus bertanggung jawab, karena
akuntan publik ini juga yang mengaudit Kimia Farma tahun buku 31 Desember
2001 dan dengan yang interim 30 Juni tahun 2002.

Pada saat audit 31 Desember 2001 akuntan belum menemukan kesalahan


pencatatan atas laporan keuangan. Tapi setelah audit interim 2002 akuntan
publik Hans Tuanakotta Mustofa (HTM) menemukan kesalahan pencatatan
alas laporan keuangan. Sehingga Bapepam sebagai lembaga pengawas pasar
modal bekerjasama dengan Direktorat Akuntansi dan Jasa Penilai Direktorat
Jenderal Lembaga Keuangan yang mempunyai kewenangan untuk mengawasi
para akuntan publik untuk mencari bukti-bukti atas keterlibatan akuntan publik
dalam kesalahan pencatatan laporan keuangan pada PT. Kimia Farma Tbk.
untuk tahun buku 2001.

Namun dalam hal ini seharusnya akuntan publik bertindak secara independen
karena mereka adalah pihak yang bertugas memeriksa dan melaporkan adanya
ketidakwajaran dalam pencatatan laporan keuangan.Dalam UU Pasar Modal
1995 disebutkan apabila di temukan adanya kesalahan, selambat-lambamya
dalam tiga hari kerja, akuntan publik harus sudah melaporkannya ke
Bapepam.Dan apabila temuannya tersebut tidak dilaporkan maka auditor
tersebut dapat dikenai pidana, karena ada ketentuan yang mengatur bahwa
setiap profesi akuntan itu wajib melaporkan temuan kalau ada emiten yang
melakukan pelanggaran peraturan pasar modal. Sehingga perlu dilakukan
penyajian kembali laporan keuangan PT. Kimia Farma Tbk. dikarenakan
adanya kesalahan pencatatan yang mendasar, akan tetapi kebanyakan auditor
mengatakan bahwa mereka telah mengaudit sesuai dengan standar profesional
akuntan publik. Akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa ikut bersalah dalam
manipulasi laporan keuangan, karena sebagai auditor independen akuntan
publik Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM) seharusnya mengetahui laporan-
laporan yang diauditnya itu apakah berdasarkan laporan fiktif atau tidak.

1.4. Keterkaitan Manajemen Terhadap Skandal PT Kimia Farma Tbk

Mantan direksi PT Kimia Farma Tbk. Telah terbukti melakukan


pelanggaran dalam kasus dugaan penggelembungan (mark up) laba bersih di
laporan keuangan perusahaan milik negara untuk tahun buku 2001. Kantor
Menteri BUMN meminta agar kantor akuntan itu menyatakan kembali (restated)
hasil sesungguhnya dari laporan keuangan Kimia Farma tahun buku 2001.
Sementara itu, direksi lama yang terlibat akan diminta pertanggungjawabannya.
Seperti diketahui, perusahaan farmasi terbesar di Indonesia itu telah
mencatatkan laba bersih 2001 sebesar Rp 132,3 miliar. Namun kemudian
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menilai, pencatatan tersebut
mengandung unsur rekayasa dan telah terjadi penggelembungan.Terbukti
setelah dilakukan audit ulang, laba bersih 2001 seharusnya hanya sekitar Rp
100 miliar. Sehingga diperlukan lagi audit ulang laporan keuangan per 31
Desember 2001 dan laporan keuangan per 30 Juni 2002 yang nantinya akan
dipublikasikan kepada publik.

Setelah hasil audit selesai dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik Hans
Tuanakotta & Mustafa, akan segera dilaporkan ke Bapepam. Dan Kimia Farma
juga siap melakukan revisi dan menyajikan kembali laporan keuangan 2001,
jika nanti ternyata ditemukan kesalahan dalam pencatatan.Untuk itu, perlu
dilaksanakan rapat umum pemegang saham luar biasa sebagai bentuk
pertanggungjawaban manajemen kepada publik. Meskipun nantinya laba bersih
Kimia Farma hanya tercantum sebesar Rp 100 miliar, investor akan tetap
menilai bagus laporan keuangan. Dalam persoalan Kimia Farma, sudah jelas
yang bertanggung jawab atas terjadinya kesalahan pencatatan laporan
keuangan yang menyebabkan laba terlihat di-mark up ini, merupakan
kesalahan manajemen lama.

Kesalahan Pencatatan Laporan Keuangan Kimia Farma Tahun 2001

Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menilai kesalahan pencatatan


dalam laporan keuangan PT Kimia Farma Tbk. tahun buku 2001 dapat
dikategorikan sebagai tindak pidana di pasar modal.Kesalahan pencatatan itu
terkait dengan adanya rekayasa keuangan dan menimbulkan pernyataan yang
menyesatkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Bukti-bukti tersebut
antara lain adalah kesalahan pencatatan apakah dilakukan secara tidak
sengaja atau memang sengaja diniatkan. Tapi bagaimana pun, pelanggarannya
tetap ada karena laporan keuangan itu telah dipakai investor untuk
bertransaksi.Seperti diketahui, perusahaan farmasi itu sempat melansir laba
bersih sebesar Rp 132 miliar dalam laporan keuangan tahun buku 2001.Namun,
kementerian Badan Usaha Milik Negara selaku pemegang saham mayoritas
mengetahui adanya ketidakberesan laporan keuangan tersebut. Sehingga
meminta akuntan publik Kimia Farma, yaitu Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM)
menyajikan kembali (restated) laporan keuangan Kimia Farma 2001. HTM
sendiri telah mengoreksi laba bersih Kimia Farma tahun buku 2001 menjadi Rp
99 milliar.Koreksi ini dalam bentuk penyajian kembali laporan keuangan itu telah
disepakati para pemegang saham Kimia Farma dalam rapat umum pemegang
saham luar biasa.Dalam rapat tersebut, akhirnya pemegang saham Kimia
Farma secara aklamasi menyetujui tidak memakai lagi jasa HTM sebagai
akuntan publik.
1.5. Pembahasan 5W+2H

Poin-poin penting yg timbul setelah analisis

1.5.1 HOW

Bagaimana Hasil Dari Pemeriksaan Laporan Keuangan Pt. Kimia Farma Tbk
Yang Dilakukan Oleh Hans Tuanakotta & Mustofa?

 PT.kimia farma sebagai perusahaan pemerintah telah terbukti melakukan


rekayasa dalam pelaporan keuanganya,hal ini terindikasi oleh kementrian
terkait serta bapepam dari adanya salah saji yg sangat material pada
laporan keuanganya.Dimana tindakan ini terbukti melanggar Peraturan
Bapepam No.VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan
poin 2.
1.5.2 HOW MUCH

Berapa Besar Denda Yang Di Kenakan PT. Kimia Farma, Direksi Lama PT.
Kimia Farma Dan Auditor KAP HTM Pada Kasus Ini ?

 Untuk sanksi dan denda yg dikenakan menurut undang2 terkait,maka


disebutkan bahwa :
1. PT. Kimia Farma diharuskan membayar denda sebesar 500 juta
rupiah (menurut PP mengenai penyelenggaraan kegiatan di bidang
pasar modal)
2. Direksi lama PT.Kimia Farma diharuskan membayar 1 milyar rupiah
ke kas Negara (menurut UU no.8 th 1995 pasal 5 huruf n)
3. Auditor KAP HTM diharuskan membayar sebesar 100 juta rupiah ke
kas Negara,karena telah dianggap gagal memenuhi dan
menerapkan standar professional yg disyaratkan oleh SPAP seksi
110. (menurut UU no.8 th 1995 pasal 5 huruf n)
1.5.3 WHAT

Apa Yang Menjadi Penyebab Kesalahan Saji Terhadap Laporan Keuangan PT.
Kimia Farma ?
 Kesalahan saji tersebut berasal dari berbagai pos yg overstated,yg
mungkin terjadi karena memang sengaja dilakukan oleh pihak internal
perusahan dengan tujuan tertentu.
1.5.4 WHY

Kenapa Bapepam Menilai Bahwa Akuntan Publik Tetap Harus Ikut Bertanggung
Jawab Dalam Kasus Ini ?

 karena akuntan lah yg bertugas memeriksa,mencari bukti2 dan melporkan


adanya ketidak wajaran dalam pelaporan keuangan suatu entitas.
1.5.5 WHEN

Kapan Akuntan Publik HTM Diwajibkan Untuk Melakukan Restatement Laporan


Keuangan ?

 akuntan publik HTM diwajibkan untuk melakukan restatement laporan


keuangan PT.Kimia farma per 31 Desember 2001 serta audit laporan
keuangan ulang hingga periode 30 juni 2002.
1.5.6 WHO

Siapa Yang Menduga Adanya Unsur Rekayasa Didalam Laporan Keuangan


Tersebut ?

 Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menilai, pencatatan tersebut


mengandung unsur rekayasa dan telah terjadi penggelembungan.Terbukti
setelah dilakukan audit ulang, laba bersih 2001 seharusnya hanya sekitar
Rp 100 miliar. Sehingga diperlukan lagi audit ulang laporan keuangan per
31 Desember 2001 dan laporan keuangan per 30 Juni 2002 yang nantinya
akan dipublikasikan kepada publik.
1.5.7 WHERE

Dimana Letak Pelanggaran Hukum Dari Temuan Atas Manipulasi Laporan


Keuangan Pt. Kimia Farma Tbk ?

 Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut


terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Sehingga dilakukan audit
ulang, pada 3 Oktober 2002.

Anda mungkin juga menyukai

  • Usulan SSH Denny Ketik
    Usulan SSH Denny Ketik
    Dokumen90 halaman
    Usulan SSH Denny Ketik
    Denny Andriyanto Putra
    Belum ada peringkat
  • Terapi Mata
    Terapi Mata
    Dokumen2 halaman
    Terapi Mata
    Denny Andriyanto Putra
    Belum ada peringkat
  • Modul Biaya Standar 2
    Modul Biaya Standar 2
    Dokumen18 halaman
    Modul Biaya Standar 2
    Denny Andriyanto Putra
    Belum ada peringkat
  • Metopel To Citra
    Metopel To Citra
    Dokumen48 halaman
    Metopel To Citra
    Denny Andriyanto Putra
    Belum ada peringkat
  • Book 3
    Book 3
    Dokumen4 halaman
    Book 3
    Denny Andriyanto Putra
    Belum ada peringkat
  • Kib F
    Kib F
    Dokumen32 halaman
    Kib F
    Denny Andriyanto Putra
    Belum ada peringkat