SINONIMI
Contoh:
1. Pintar, pandai, cakap, cerdik, cerdas, banyak akal, mahir
2. Gagah, kuat, tegap, perkasa, berani, megah
3. Mati, meninggal, berpulang, mangkat, wafat, mampus
4. Bodoh, tolol, dungu, goblok, otak udang
5. Cantik, molek, baik, bagus, indah, permai
6. senang=suka
7. Nasihat=petuah
Menurut VERHAR
a. Sinonim antara morfem (bebas) dengan morfem (terikat), seperti antara dia
dengan nya, antara saya dengan ku dalam kalimat.
1.) Minta bantuan dia
Minta bantuannya
2.) Bukan teman saya
Bukan temanku
b. Sinonim antara kata dengan kata seperti antara mati dengan meninggal; antara
buruk dengan jelek; antara bunga dengan puspa, dan sebagainya.
c Sinonim antara kata dengan frase atau sebaliknya. Mislnya antara meninggal
dengan tutup usia; antara hamil dengan duduk perut; antara pencuri dengan tamu yang
tidak diundang; antara tidak boleh tidak dengan harus.
d. Sinonim antara frase dengan frase. Misalnya, antara ayah ibu dengan orang tua;
antara meninggal dunia dengan berpulang ke rahmatullah; dan antara mobil baru dengan
mobil yang baru. Malah juga antara baju hangat dan baju dingin.
e. Sinonim antara kalimat dengan kalimat. Seperti adik menendang bola dengan bola
ditendang adik. Kedua kalimat inipun dianggap bersinonim, meskipun pertama kalimat
aktif dan yang kedua kalimat pasif.
HIPONIMI
Misalnya, antara kata merpati dan kata burung, makna kata merpati tercakup
dalam makna burung, dapat dikatakan merpati adalah burung tetapi burung bukan hanya
merpati, bisa saja perkutut, beo dan cendrawasih.
HOMONIM
Contoh:
• Saya masih punya hubungan darah dengan keluarga Bu Rani. (darah=kesaudaraan)
• Tubuhnya berlumuran darah setelah kepalanya terbentur tiang listrik. (darah=yang
beradadalamtubuh)
Perhatikan kata darah pada kalimat a berarti keluarga (makna konotasi), sedangkan darah
pada kalimat b berarti zat merah dalam tubuh kita (makna denotasi).
bila dua buah makna atau lebih dinyatakan dengan sebuah bentuk yang sama.
AMBIGUITAS
Ada tiga faktor yang dapat menyebakan terjadinya keambiguitas baik pada komunikasi
lisan maupun tulisan. Hal itu adalah :
1. Faktor morfologi, faktor ini muncul diakibatkan oleh pembentukan kata atau kalimat
itu sendiri. Contoh :
o Pensil Andi terbawa Iwan. Kalimat ini dapat berarti :
Pensil milik Andi tidak sengaja terbawa Irwan
Pensil milik Andi sengaja dibawa Irwan
o Masuk angin, dapat menimbulkan makna yang berbeda dalam sebuah kalimat.
Karena kehujanan semalam, Ayah merasa tidak enak badan karena
masuk angin.
Saat Iman Membuka pintu masuklah angin yang sangat kencang ke
dalam rumah.
2. Faktor sintaksis, faktor ini muncul diakibatkan masalah sintak atau penyusunan pada
kata atau frasa itu sendiri. Contoh :
o Gigit jari, perhatikan kalimat berikut :
Tim bola basket itu harus gigit jari karena kalah.
Adik kecilku kini senang menggigit jari tangannya.
o Keras kepala
Iwan adalah anak yang keras kepala.
Pemain sirkus tadi memiliki kepala yang keras.
3. Faktor Struktural, faktor ini muncul karena diakibatkan oleh struktur pada kalimat
itu sendiri. Contoh :
o Irwan anak Pak Bambang terjatuh dari sepeda. Struktur kalimat seperti ini
bisa menyebabkan ambigu. Perhatikan kalimat dibawah ini :
Irwan anak Pak Bambang terjatuh dari sepeda (Irwan yang terjatuh
dari sepeda)
Irwan, anak Pak Bambang terjatuh dari sepeda (anak Pak bambang
yang terjatuh dari sepeda)
o Aldi, Iwan, Doni dimarahi Bu guru. Perhatikan kalimat berikut :
Aldi. Iwan, Doni dimarahi Bu guru (Iwan dan Doni yang dimarahi Bu
guru)
Aldi, Iwan. Doni dimarahi Bu guru (Doni yang dimarahi Bu guru)
Aldi, Iwan, Doni dimarahi Bu guru (Aldi, Iwan, dan Doni yang
dimarahi Bu guru)
Dari faktor-faktor tersebut kalimat ambiguitas pun terbagi menjadi beberapa macam,
diantaranya :
1. Ambiguitas Fonetik
Ambiguitas jenis ini muncul karena adanya persamaan bunyi antara kedua kata
saat diucapkan. Keambigutas ini sering muncul dalam percakapan. Contoh :
Pada kata memberi tahu akan muncul dua makna yaitu memberi makanan berupa
tahu (makanan yang terbuat dari kacang kedelai) atau memberi suatu informasi.
Pada kata rapat akan muncul dua makna yang berbeda yaitu rapat yang berarti
berdempetan atau rapat yang berarti pertemuan.
2. Ambiguitas Gramatikal
Ambiguitas ini terjadi karena proses pada pembentukan tata bahasa baik itu pada
sebuah kata ataupun frasa. Ambiguitas ini biasanya akan hilang apabila kata atau frasa
tersebut sudah diterapkan pada seuatu kalimat. Contoh :
a. Orang tua
Kata ini akan memiliki dua makna yaitu : Ibu dan Bapak atau Orang yang sudah
tua. Perbedaan ini menjadi jelas apabila dimasukan ke dalam kalimat seperti dibawah ini
:
Aldi pergi ke sekolah dengan kedua orang tuanya. (Pada kalimat ini orang tua berarti
Ibu dan Bapak)
Aldi membantu orang tua itu menyeberang jalan. (Pada kalimat ini orang tua berarti
orang yang sudah tua).
b. Tangan kanan
Kata ini akan memiliki dua makna yaitu : orang kepercayaan atau tangan sebelah
kanan. Perbedaan ini akan menjadi jelas apabila dimasukan pada kalimat seperti berikut :
Karena rajin Pak Irwan kini menjadi tangan kanan atasannya. ( Pada kalimat ini
tangan kanan berarti orang kepercayaan)
Tangan kanan budi terluka saat maen sepak bola kemarin. (Pada kalimat ini tangan
kanan berarti tangan sebelah kanan)
3. Ambiguitas Leksikal
Ambiguitas ini muncul karena faktor kata itu sendiri. Pada dasarnya setiap kata
memang memiliki beberapa arti. Contoh :
Darah
o Kaki Budi berlumuran darah karena jatuh dari sepeda. (Darah disini berate zat
dalam tubuh)
o Ilham memiliki hubungan darah dengan Iwan. (Darah disini berarti saudara)
Lari
o Semua pemain berlari mengejar bola. (Lari pada kalimat ini berarti
melakukan kegiatan berlari)
o Karena tidak sanggup, Iman memilih lari dari kenyataan. (lari pada kalimat
ini berarti putus asa).
Adapun contoh – contoh kalimat ambiguitas yang lain seperti di bawah ini.
(Kalimat ambigu dicetak miring)
1. Sumbangan keempat desa sudah sampai kepada para pengungsi. Kalimat ini dapat
berarti :
o Ada desa yang menyumbang empat kali.
o Ada empat desa yang menyumbang.
2. Aldi membeli sepatu seperti Iwan. Kalimat ini dapat berarti :
o Aldi pergi membeli sepatu seperti yang dilakukan oleh Iwan.
o Sepatu yang dibeli Aldi sama seperti sepatu Iwan.
3. Pengusaha baru membangun pabrik di desa. Kalimat ini dapat berarti :
o Ada seseorang pengusaha baru.
o Ada pabrik yang baru dibangun oleh seorang pengusaha.
4. Mayat yang tergeletak di jalanan itu diloncati kucing hidup. Kalimat ini dapat berarti:
o Ada mayat yang diloncati kucing.
o Ada mayat yang hidupkembali setelah diloncati kucing.
5. Andi anak Pak Iwan memiliki wajah yang tampan. Kalimat itu dapat berarti :
o Andi yang memiliki wajah tampan adalah anak Pak Iwan.
o Seseorang memberi tahu Andi bahwa anak Pak Iwan memiliki wajah yang
tampan.
6. Teman Aldi yang pintar itu meraih juara satu. Kalimat itu dapat berarti :
o Temannya Aldi yang pintar.
o Seseorang memberitahu temannya, bahwa Aldi yang pintar itu juara satu.
7. Film baru tayang besok. Kalimat ini dapat berarti :
o Filmnya baru akan tayang besok.
o Ada film baru yang akan tayang besok.
8. Istri pegawai yang gemuk itu datang ke kantor tadi pagi. Kalimat itu dapat berarti :
o Istri pegawai tersebut gemuk.
o Seseorang memberitahu istrinya bahwa pegawai yang gemuk itu akan datang.
9. Turis itu sedang berenang di laut mati. Kalimat itu dapat berarti :
o Laut yang merupakan tempat berenang turis tersebut bernama laut mati.
o Ada turis yang sedang berenang di laut lalu mati.
10. Saya membeli buku sejarah baru. Kalimat itu dapat berarti :
o Bukunya yang baru.
o Sejarahnya yang baru.
ASPEK-ASPEK MAKNA
6. Makna Konstruksi.
Makna konstruksi adalah makna yang terdapat di dalam konstruksi, misalnya
makna milik yang diungkapkan melalui enklitik sebagai akhiran yang menunjukkan
kepunyaan. Contoh :
1) Itu adik saya.
(2) Saya baca buku kamu
(3) Bapak itu bapak saya.
7. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
Makna leksikal adalah makna unsur-unsur bahasa sebagai lambang benda,
peristiwa, dan lain-lain. Makna leksikal memiliki unsur-unsur bahasa secara tersendiri,
dan lepas dari konteks. Contoh :
Dalam KLBI terdapat kata cabut (mencabut) yang memiliki arti :
(1) Menganggkat sesuatu yang tertancap sehingga terpisah.
(2) Menarik agar lepas.
(3) Menarik keluar dari sarungnya ( tentang keris ).
Kuda = sejenis binatang
Pensil = alat untuk menulis
Makna gramtikal adalah makna yang menyangkut hubungan intra bahasa, atau makna
yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata di dalam kalimat.
Contoh makna gramatikal :
(1) Berhadapan = saling berhadapan
(2) Berdua = sekumpulan dua orang
(3) Berlari = melakukan aktivitas lari.
(4) Bersapaan = saling menyapa.
(5) Berduka = dalam keadaan duka(bersedih).
(6) Langit-langit = seperti langit
(7) Makanan = sesuatu yang dimakan.
8. Makna Idesional
Makna idesional adalah makna yang muncul sebagai akibat penggunaan kata yang
berkonsep.
Contoh makna ideasional:
Dalam BI terdapat kata demokrasi . konsep makna kata demokrasi adalah
persamaan hak dan kewajiban seluruh rakyat. Makna ideasionalnya, yakni rakyat turut
memerintah melalui wakil – wakil yang akan memimpin mereka. Rakyat berhak
mengawasi jalannya pemerintahan, tetapi rakyat berkewajiban pula untuk bersama –sama
menanggung biaya pembangunan yang mereka harapkan.
9. Makna Proposisi
Makna proposisi adalah makna yang muncul bila kita membatasi pengertian
tentang sesuatu. Contoh :
(1) Satu tahun sama dengan
(2) Makhluk hidup akan mati
(3) Satu hari sama dengan dua belas jam
(4) Matahari terbit di ufuk timu
(5) Sudut siku-siku adalah 90 º derajat.
10. Makna Pusat
Makna pusat adalah makna yang dimiliki setiap kata yang menjadi inti ujaran.
Contoh :
Kata melihat :
dilihat dari segi kegiatan melihat= melaksanakan kegiatan….
Dilihat dari segi objek makna melihat dipusatkan kepada….
Dilihat dari segi hasil makna melihat yakni untuk mengethui…
11. Makna Piktorial
Makna piktorial adalah makna suatu kata yang berhubungan dengan perasaan
pendengar atau pembaca. Contoh :
Kaktus itu kotor sekali.
Makna kata : kaktus = kondisi yang berbau kotoran, rasa jijik, bahkan timbul rasa mual
karenanya.
12. Makna Idiomatik
Makna idiomatik adalah makna leksikal yang terbentuk dari beberapa kata.
Contoh :
Abang menjadi tulang punggung keluarga setelah ayah meninggal 2 tahun yang lalu.
Makna kata tulang pulung = orang yang menafkahi keluarga
Anak itu memiliki hati seperti baling-baling yang tidak jelas.
Makna kata baling-baling = tidak tetap pendirian.
PERUBAHAN MAKNA
1. Perubahan Makna Akibat Pertukaran Tanggapan Indra
Contoh pertukaran tersebut dapat dicermati melalui kalimat-kalimat di bawah ini.
(i) Kata-katanya terlalu pedas.
(ii) Gadis itu sangat manis sekali.
(iii) Kata-katanya sangat menyejukkan hati.
(iv) Wajahnya sangat sedap dipandang mata.
2. Perubahan Makna dari Bahasa daerah ke Bahasa Indonesia
TELE dalam bahasa bima adalah ngeyel sedangkan dalam bahasa indonesia bertele-tele
adalah berbelit belit.
3. Perubahan makna akibat gabungan kata
4. Perubahan Makna Akibat Gabungan Leksem atau Kata
Gabungan kata dapat mengakibatkan perubahan pada makna. Contoh gabungan kata
tersebut dapat dilihat di bawah ini:
(i) Daya juang
(ii) Unjuk rasa
(iii) Serah terima
5. Perubahan Makna Akibat Tanggapan Pemakai Bahasa
Contoh:
(i) Urutan kata kaki tangan dahulu bermakna anggota badan, yakni kaki dan tangan.
Maknanya bersifat menyenangkan atau amelioratif. Dengan munculnya urutan kata
kaki tangan musuh, kaki tangan Belanda, kaki tangan Jepang, maka maknanya
menjurus ke hal yang tidak menyenangkan, peioratif. Kaki tangan musuh bermakna
orang yang berperan aktif membantu musuh.
(ii) Kata juara dahulu bermakna kepada penyabungan ayam, jadi bermakna peioratif.
Dikatakan bermakna peioratif sebab perbuatan penyabung ayam adalah perbuatan
yang tidak menyenangkan. Kini muncul urutan kata juara lomba MTQ, juara renang,
juara I, juara dunia. Makna kata juara, yakni menduduki peringkat baik dalam
perlombaan atau pertandingan. Maknanya menyenangkan, jadi amelioratif.
6. Perubahan makna Akibat Asosiasi
Contoh makna asosiasi yang berhubungan dengan waktu atau peristiwa. Tanggal 17
Agustus adalah hari bersejarah bagi bangsa Indonesia. Namun, kadang-kadang kita
berkata, “Mari kita bertujuh belasan di Bandung.” Di sini yang dimaksud bukan
peristiwanya, tetapi bergembira, merayakan peristiwa tersebut.
HUBUNGAN SINTAGMATIK
Contoh:
a. Pada tataran fonemik
Urutan fonem dalam kata umumnya tidak dapat diubah. Di sini ada hubungan
sintagmatik tertentu antara fonem dalam setiap kata, misalnya: amal, alam, lama,
mala.
b. Pada tataran morfologi
Urutan morfem dalam kata pada umumnya tidak dapat diubah, misalnya: me-
lukis tidak dapat diubah urutannya menjadi lukis-me.
c. Pada tataran sintaksis
Urutan kata dalam kalimat kadang-kadang boleh diubah tanpa mengubah arti,
bergantung pada adanya hubungan sintagmatik, misalnya:
1. Kemarin dia datang
2. Dia datang kemarin
3. Dia kemarin datang
Sebaliknya pada kalimat Santi memanggil Indra tidak sama artinya dengan Indra
memanggil Santi.