Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KARAKTERISKTIK

PERKEMBANGANKEPRIBADIAN MASA REMAJA SERTA


IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah Perkembangan Peserta Didik

Disusun oleh :

Della Putri Kandilla 162122076

Irham Insani M 162122106

Irma Estri Purwasih 162122031

Sinta Sri Meliana 162122060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SILIWANGI

TASIKMALAYA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya hatyurkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“karakter perkembangan kepribadian masa remaja serta implikasinya dalam
pendidikan”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan
dalam mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih


yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen saya yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada saya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Permasalahan1
1.2 Rumusan dan Pertanyaan 2
1.3 Tujuan dan Manfaat Pembahasan 2
1.4 Metode Pembahasan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Pengertian Kepribadian 3
2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian 5
2.3 Perubahan Kepribadian 6
2.4 Karakteristik Kepribadian 6
2.5 Implikasi Perkembangan Kepribadian Pada Remaja Dalam Pendidikan
9
BAB III KESIMPULAN 11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self identity).
Usaha pencarian identitas banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-
coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas
dirinya, dia akan mengalami krisis identitas atau identity confusion, sehingga
mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian yang bukan menggambarkan
keadaan diri yang sebenarnya. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih
labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan
pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan dan bermuram
durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan
perkelahian seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya.

Remaja yang berkembang baik kepribadiannya, salah satu tugas


perkembangan yang harus dikuasainya adalah membina hubungan sosial dengan
teman sebaya maupun dengan orang dewasa selain dari guru dan orang tua.
Remaja dapat berprestasi maksimal dalam belajar jika ia diterima dan dikagumi
dalam kelompok sebayanya dan mampu memecahkan masalah sosial secara baik
dengan orang dewasa terutama orang tua dan orang-orang dewasa lainnya. Perlu
disadari bahwa perkembangan kepribadian remaja perlu dipahami oleh para guru
maupun orang-orang yang bertugas mendidik remaja, karena perkembangan
kepribadian sangat penting untuk mengembangkan prestasi belajar remaja.

Dalam makalah ini kami melakukan studi kasus mengenai perkembangan


kepribadian yang menyimpang. Penyimpangan tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor, termasuk faktor diri, keluarga, dan lingkungan. Studi kasus tersebut
didasarkan kepada perkembangan kepribadian dan implikasi perkembangan
kepribadian masa remaja dalam pendidikan.

Karena latar belakang masalah di ataslah kami mengangkat judul makalah


kami “ Karakteristik Perkembangan Kepribadian Masa Remaja serta Implikasinya
dalam Pendidikan. “ 

1.2. RUMUSAN DAN PERTANYAAN


1. Bagaimanakah karakteristik perkembangan kepribadian masa remaja?
2. Apakah implikasi perkembangan kepribadian masa remaja dalam
pendidikan ?

1.3. TUJUAN DAN MANFAAT PEMBAHASAN

1. Untuk mengetahui karakteristik perkembangan kepribadian pada remaja.


2. Untuk mengetahui implikasi perkembangan kepribadian masa remaja
dalam pendidikan.

1.4. METODE PEMBAHASAN

Dalam penyusunan makalah ini kami melakukan metode pembahasan dengan


cara studi pustaka, studi literatur, dan dengan melakukan kegiatan wawancara.
Untuk media pembahasan kami yaitu dengan membuat makalah, kemudian
mempresentasikannya dengan Microsoft Power Point.
BAB II

PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN

2.1 PENGERTIAN KEPRIBADIAN

a. Pengertian secara etimologis

Istilah kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa inggris


‘’personality’’ sedangkan istilah personality secara etimologis berasal dari
bahasa latin ‘’person’’ (kedok) dan ‘’personare’’ (menembus). Persona
biasanya dipakai oleh para pemain sandiwara pada zaman kuno untuk
memerankan satu bentuk tingkah laku dan karakter pribadi tertentu.
Sedangkan yang dimaksud dengan personare adalah bahwa para pemain
sandiwara itu dengan melalui kedoknya berusaha menembus keluar untuk
mengekspresikan satu bentuk gambaran manusia tertentu. Misalnya; seorang
pemurung, pendiam, periang, peramahm, pemarah dan sebagainya. Jadi,
persona itu buka pribadi pemain itu sendiri, tetapi gambaran pribadi dari tipe
manusia tertentu dengan melalui kedok yang dipakainya.

b. Pengertian secara terminologis


1) MAY mengartikan kepribadian sebagai ‘’a sosial stimus value’’. Jadi
menurutnya cara orang lain mereaksi, itulah kepribadian individu. Dalam
kata lain, pendapat orang lainlah yang menentukan kepribadian individu
itu.
2) McDougal dan kawan-kawannya berpendapat, bahwa kepribadian adalah
‘’tingkatan sifat-sifat dimana biasanya sifat yang tinggi tingkatannya
mempunyai pengaruh yang menentukan’’.
3) Gordon W. Allport mengemukakan, ‘’personality is dynamic organization
within the individual of those psychophysycal system, then determines his
unique adjusment this environment’’ . (kepribadian adalah organisasi
dinamis dalam diri individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan
caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan).

Dari definisi tersebut ada beberapa unsur yang perlu dijelaskan, yaitu
sebagai berikut.

1) Organisasi dinamis, maksudnya adalah bahwa kepribadian itu selalu


berkembang dan berubah walaupun ada organisasi sistem yang
mengikat dan menghubungkan sebagai komponen kepribadian.
2) Psikofisis, ini menunjukan bahwa kepribadian bukanlah semata-mata
neural (fisik), tetapi merupakan perpaduan kerja antara aspek psikis
dan fisik dalam kesatuan kepribadian.
3) Istilah menentukan, berati bahwa kepribadian mengandung
kecenderungan-kecenderungan menentukan (determinasi) yang
memainkan peranan aktif dalam tingkah laku individu. Kepribadian
adalah sesuatu dan melakukan sesuatu. Kepribadian terletak di
belakang perbuatan-perbuatan khusus dan di dalam individu. Dalam
arti kepribadian itu bukan hanya ada selama ada orang lain bereaksi
terhadapnya, tetapi lebih jauh dari itu mempunyai eksistensi real
(keadaan nyata), yang termasuk juga segi-segi neural da fisiologis.
4) Unique (khas), ini menunjukan bahwa tidak ada dua orang yang
mempunyai kepribadian yang sama.
5) Menyesuaikan diri terhadap lingkungan, ini menunjukan bahwa
kepribadian mengantarai individu dengan lingkungan fisik dan
lingkungan psikologinya, kadang-kadang menguasainya. Jadi
kepribadian adalah sesuatu yang mempunyai fungsi atau arti adaptasi
dan menentukan.

Kepribadian dapat juga diartikan sebagai ‘’kualitas perilaku individu


yang tampak dala melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan
secara unik’’ (Abin Syamsuddin Makmun, 1996). Keunikan penyesuaian
tersebut sangat berkaitan dengan aspek-aspek kepribadia itu sendiri, yaitu
meliputi hal-hal berikut.

1) Karakter, yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku


konsisten atau teguh tidaknya dalam memegang pendirian atau
pendapat.
2) Temperamen, yaitu disposisis reaktif seseorang, atau cepat/lambatnya
mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari
lingkungan.
3) Sikap, sambutan terhadap objek (orang, benda, peristiwa, norma dan
sebagainya) yang bersifat positif, negatif atau ambivalen (ragu-ragu).
4) Stabilitas emosional, yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap
rangsangan dari lingkungan. Seperti: mudah tidaknya tersinggung,
marah, sedih atau putus asa.
5) Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima risiko
dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima
risiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari risiko yang
dihadapi.
6) Sosiabilitas, yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan
interpersonal. Disposisi ini seperti tampak dalam sifat pribadi yang
tertutup atau terbuka dan kemampuan berkomunikasi dengan orang
lain.

2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPRIBADIAN

Kepribadian dipengaruhi oleh berbagai faktor , baik hereditas


(pembawaan) maupun lingkungan (seperti: fisik, sosial, kebudayaan,
spiritual).

a) Fisik. Faktor fisik yang dipandang mempengaruhi perkembangan


kepribadian adalah postur tubuh (langsing, gemuk, pendek atau
tinggi), kecantikan (cantik atau tidak cantik), kesehatan (sehat atau
sakit-sakitan), keutuhan tubuh (utuh atau cacat), dan keberfungsian
organ tubuh.
b) Inteligensi. Tingkat inteligensi individu dapat mempengaruhi
perkembangan kepribadiannya. Individu yang inteligensinya tinggi
atau normal biasa mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya
secara wajar, sedangkan yang rendah biasanya sering mengalami
hambatan atau kendala dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
c) Keluarga. Suasana atau iklim keluarga sangat penting bagi
perkembangan kepribadian anak. Seorang anak yang dibesarkan
dalam lingkungan keluarga yang harmonis dan agamis; dalam arti,
orangtua memberikan curahat kasih sayang, perhatian serta bimbingan
dalam kehidupan berkeluarga, maka perkembangan kepribadian anak
tersebut cenderung positif. Adapun anak yang dikembangkan dalam
lingkungan keluarga yang broken home, kurang harmonis, orangtua
bersikap keras terhadap anak atau tidak memperhatikan nilai-nilai
agama dalam keluarga, maka perkembangan kepribadian anak
cenderung akan mengalami distorsi atau mengalami kelainan dalam
penyesuaian dirinya (maladjusment).
d) Teman sebaya (peer group). Setelah masuk sekolah, anak mulai
bergaul dengan teman sebayanya dan menjadi anggota dari
kelompoknya. Pada saat inilah dia mulai mengalihkan perhatiannya
untuk mengembangkan sifat-sifat atau perilaku yang cocok atau
dikagumi oleh teman-temannya, walaupun mungkin tidak sesuai
dengan harapan orangtuanya. Melalui hubungan nterpersonal dengan
teman sebaya, anak belajar menilai dirinya sendiri dan kedudukannya
dalam kelompok. Bagi anak yang kurang mendapat kasih sayang dan
bimbingan keagamaan atau etika dari orangtuanya, biasanya kurang
memiliki kemampuan selektif dalam memilih teman dan mudah sekali
terpengaruh oleh sifat dan perilaku kelompoknya. Berdasarkan
pengamatan di lapangan, peminum minuman keras atau bergaul
bebas, karena pengaruh perilaku teman sebaya.
e) Kebudayaan. Setiap kelompok masyarakat (bangsa, ras, atau suku
bangsa) memiliki tradisi, adat, atau kebudayaan yang khas. Tradisi
atau kebudayaan suatu masyarakat memberikan pengaruh terhadap
kepribadian setiap anggotanya, baik yang menyangkut cara berpikir
(seperti cara memandang sesuatu), bersikap atau cara berperilaku.
Pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian itu, dapat dilihat dari
adanya perbedaan antara masyarakat modern yang budayanya relatif
maju (khususnya IPTEK) dengan masyarakat primitif yang budayanya
masih relatif sederhana seperti dalam cara makan, berpakaian,
hubungan interpersonal atau cara memandang waktu.

2.3 PERUBAHAN KEPRIBADIAN

Meskipun kepribadian seseorang itu relatif konstan, namun dalam


kenyataan sering ditemukan bahwa perubahan kepribadian itu dapat dan
mungkin terjadi. Perubahan itu terjadi pada umumnya lebih dipengaruhi
oleh faktor lingkungan daripada faktor fisik. Disamping itu, perubahan
ini lebih sering dialami oleh anak daripada orang dewasa.

Fenton (E. Hurlock, 1956) mengklasifikasikan faktor-faktor yang


menyebabkan terjadinya perubahan kepribadian ke dalam tiga kategori,
yaitu:

a. Faktor organik, seperti: makanan, obat, infeksi, dan gangguan


oraganik.
b. Faktor lingkungan sosial budaya, seperti: pendidikan, rekreasi dan
partisipasi sosial.
c. Faktor dari dalam individu itu sendiri, seperti: tekanan emosional,
identifikasi terhadap orang lain, dan imitasi.

2.4 KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN

Salah satu kata kunci dari definisi kepribadian adalah ‘’penyesuaian


(adjusment)’’. Menurut Alexander A. Schneiders (1964), penyesuaian itu
dapat diartikan sebagai ‘’suatu proses respons individu baik yang bersifat
behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan
dari dalam diri, tegangan emosional, frustasi dan konflik dan memelihara
keharmonisan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan
(normal) lingkungan’’.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan atau memecahkan masalah


yang dihadapi, ternyata tidak semua individu mampu menampilkannya
secara wajar, normal atau sehat (well adjusment); diantara mereka banyak
juga yang mengalami tidak sehat (maladjusment).

E.B. Hurlock (1986) mengemukakan bahwa penyesuaian yang


sehat atau kepribadian yang sehat (healthy personality) ditandai dengan
karakteristik sebagai berikut.

a. Mampu menilai diri secara realistik. Individu yang kepribadiannya


sehat mampu menilai dirinya sebagaimana apa adany, baik kelebihan
maupun kekurangan/kelemahannya, yang menyangkut fisik (postur
tubuh, wajah, keutuhan dan kesehatan) dan kemampuan.
b. Mampu menilai situasi secara realistik. Individu dapat menghadapi
situasi atau kondisi kehidupan yang dihadapi secara realistik dan mau
menerimanya secara wajar. Dia tidak mengharapkan kondisi
kehidupan itu sebagai sesuatu yang harus sempurna.
c. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik. Individu
dapat menilai prestasinya (keberhasilan yang diperolehnya) secara
realistik dan mereaksinya secara rasional. Dia tidak menjadi sombong,
angkuh atau mengalami “superiority complex”, apabila memperoleh
prestasi yang tinggi, atau kesuksesan dalam hidupnya. Apabila
mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustasi, tetapi
dengan sikap optimistik (penuh harapan).
d. Menerima tanggung jawab. Individu yang sehat adalah individu yang
bertanggung jawab. Dia mempunyai keyakinan terhadap
kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang
dihadapinya.
e. Kemandirian (autonomi). Individu memiliki sikap mandiri dalam cara
berpikir dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan
dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri secara konstruktif
dengan norma yang berlaku dilingkungannya.
f. Dapat mengontrol emosi. Individu merasa nyaman dengan emosinya.
Dia dapat menghadapi situasi frustasi, depresi atau stres secara positif
atau konstruktif, tidak destruktif (merusak).
g. Berorientasi tujuan. Setiap orang mempunyai tujuan yang ingin
dicapainya. Namun, dalam merumuskan tujuan itu ada yang realistik
dan ada yang tidak realistik. Individu yang sehat kepribadiannya dapat
merumuskan tujuannnya berdasarkan pertimbangan sevara matang
(rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar. Dia berupaya untuk
mencapai tujuan tersebut dengan cara mengembangkan kepribadian
(wawasan) dan keterampilan.
h. Berorientasi keluar. Individu yang sehat memiliki orientasi keluar
(ekstrovert). Dia bersikap respek, empati terhadap orang lain
mempunyai kepedulian terhadap situasi, atau masalah-masalah
lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berpikirnya. Barret
Leonard mengemukakan sifat-sifat individu yang berorientasi keluar,
yaitu (a) menghargai dan menilai orang lain seperti sendirinya (b)
merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain (c) tidak membiarkan
dirinya dimanfaatkan orang lain dan tidak mengorbankan orang lain
karena kekecewaan dirinya
i. Penerimaan sosial. Individu dinilai positif oleh orang lain, mau
bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
j. Memiliki filsafat hidup. Dia mengarahkan hidupnya berdasarkan
filsafat hidupnya yang berakar dari keyakinan agama.
k. Berbahagia. Individu yang sehat,situasi kehidupannya diwarnai
achievement (pencapaian prestasi), acceptance (penerimaan dari orang
lain), dan affection (perasaan dicintai atau disayangi orang lain)

Adapun kepribadian yang tidak sehat itu ditandai dengan karakteristik


seperti berikut.

a. Mudah marah (tersinggung).


b. Menunjukan kekhawatiran dan kecemasan.
c. Sering merasa tertekan (stress atau depresi).
d. Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya
lebih muda atau terhadap binatang (hewan).
e. Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang
meskipun sudah diperingati atau di hukum.
f. Mempunyai kebiasaan berbohong.
g. Hyperactive.
h. Bersikap memusuhi semua otoritas.
i. Senang mengkritik/mencemooh orang lain.
j. Sulit tidur.
k. Kurang memiliki rasa tanggung jawab.
l. Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebab bukan bersifat
organis).
m. Kurang memiliki kesadaran untuk menaati ajaran agama.
n. Bersikap pesimis dalam menghadapi kehidupan.
o. Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan.

Kelainan tingkahlaku di atas berkembang. Apabila anak hidup dalam


lingkungan yang tidak kondusif dalam perkembangannya. Seperti
lingkungan keluarga yang tidak berfungsi (dysfuction family) yang
bercirikan “broken home”, berhubungan antar anggota keluarga kurang
harmonis, kurang memperlihakan nilai-nilai agam dan orangtua bersikap
keras atau kurang memberikan curahan kasih sayang terhadap anak.

Oleh karena kelainan kepribadian itu berkembang pada umumnya


disebabkan oleh Faktor lingkungannya yang kurang baik, maka sebagai
upaya pencegahan (preventif), seyogianya pihak keluarga (orang tua),
sekolah (guru dan staf sekolah lainnya) dan pemerintah perlu senantiasa
bekerja sama untuk menciptakan iklim lingkungan yang memfasilitasi atayu
memberi kemudahan kepada anak untuk mengembangkan potensi atau
tugas-tugas perkembangan secara optimal.

2.5 Implikasi Perkembangan Kepribadian Pada Remaja Dalam


Pendidikan

Kenyataan psikologi yang selalu dipegang oleh Kurt Lewin ialah


bahwa pribadi itu selalu ada dalam lingkungannya, pribadi tak dapat
dipikirkan lepas dari lingkungannya. Oleh karena itu, implikasi
perkembangan kepribadian masa remaja dalam pendidikan pun tidak dapat
terlepas dari lingkungan remaja tersebut. Dimulai dari lingkungan
keluarga sampai lingkungan masyarakat sangat memberikan andil besar
dalam implikasi perkembangan kepribadian masa remaja dalam
pendidikan. Jadi, apabila dalam kenyataannya terdapat ketidak selarasan
dalam perkembangan kepribadian remaja yang akhirnya menjadi suatu
permasalahan lingkungan pun memberikan pengaruhnya pada saat itu.

Conger (dalam Abin, 1975: 11) menegaskan bahwa pemahaman dan


pemecahan masalah yang timbul pada masa remaja harus dilakukan secara
interdisipliner dan antar lembaga. Meskipun demikian, pendekatan dan
pemecahannya dari pendidikan merupakan salah satu jalan yang paling
efektif dan strategis, karena bagi sebagian besar remaja bersekolah dengan
para pendidik, khususnya para guru, banyak mempunyai kesempatan
berkomunikasi dan bergaul.

Diantara usaha-usaha pembinaan yang perlu di perhatikan, sekurang-


kurangnya untuk mengurangi kemungkinan tumbuhnya permasalahan
yang timbul pada masa remaja, dalam rangka kegiatan pendidikan yang
dapat dilakukan para pendidik umumnya dan para guru khususnya:

1. Hendaknya seorang guru mengadakan program dan perlakuan


layanan khusus bagi siswa remaja pria dan siswa remaja wanita
(misalnya dalam pelajaran anatomi, fisi-ologi dan pendidikan
olahraga) yang diberikan pula oleh para guru yang dapat me-
nyelenggarakan penjelasannya dengan penuh dignity. Tujuan dari
usaha tersebut ada-lah untuk memahami dan mengurangi masalah-
masalah yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan
fisik dan psikomotorik remaja.
2. Memperhitungkan segala aspek selengkap mungkin dengan data
atau informasi secermat mungkin yang menyangkut kemampuan
dasar intelektual (IQ), bakat khusus (aptitudes), disamping aspirasi
atau keinginan orangtuanya dan siswa yang bersang-kutan.
Terutama pada masa penjurusan atau pemilihan dan penentuan
program studi. Upaya tersebut bertujuan untuk memahami dan
mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian
dengan perkembangan bahasa dan perilaku kognitif.
3. Seharusnya seorang guru bisa mengaktifkan dan mengkaitkan
hubungan rumah dengan sekolah (parent teacher association) untuk
saling mendekatkan dan menyela-raskan system nilai yang
dikembangkan dan cara pendekatan terhadap siswa remaja serta
sikap dan tindakan perlakuan layanan yang diberikan dalam
pembinaannya. Tujuannya adalah untuk memahami dan
mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian
dengan perkembangan perilaku social, moralitas dan kesadaran
hidup atau penghayatan keagamaan.
4. Seorang guru atau pendidik untuk memahami dan mengurangi
masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan
perkembangan fungsi-fungsi konatif, afektif dan kepribadian,
seyogyanya seorang guru memberikan tugas-tugas yang dapat
menumbuhkan rasa tanggung jawab, belajar menimbang, memilih
dan mengambil ke-putusan /tindakan yang tepat akan sangat
menunjang bagi pembinaan kepribadiannya.
BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian bab sebelumnya penulis dapat mengemukakan simpulan


sebagai berikut.

1. Perkembangan social adalah berkembangnya tingkat hubungan


antarmanusia sehubungan dengan meningkatnya kenutuhan hidup
manusia.
2. Perhatian remaja mulai tertuju pada pergaulan di dalam masyarakat
dan mereka membutuhkan pemahaman tentang norma kehidupan yang
kompleks. Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk
kehidupan kelompok terutama kelompok sebaya.
3. Perkembangan anak remaja dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu :
kondisi keluarga, kematangan anak, status social ekonomi keluarga,
pendidikan, dan kapasitas mental terutama intelek dan emosi.
4. Hubungan sosial remaja terutama yang berkaitan dengan proses
penyesuaian diri berpengaruh terhadap tingkah laku, seperti remaja
keras, remaja yang mengisolasi diri, remaja yang bersifat egois dan
sebagainya.
5. Pertumbuhan dan perkembangan manusia dimulai sejak terjadinya
konsepsi yaitu pertemuan antara ovum dan sperma, pertumbuhan dan
perkembangan berlangsung terus dalam kandungan kemudian lahir
sampai usia tua dan akhirnya berjhenti pada kematian.
6. Dari lahir sampai tua perkembangan dibagi dalam empat periode yaitu
periode anak, periode remaja, periode dewasa dan periode tua dimana
masing-masing periode tidak berdiri sendiri secara terpisah melainkan
saling berkaitan. Periode yang mendahului merupakan dasar bagi
periode berikutnya dan masing-masing periode memiliki karakteristik
sendiri-sendiri.

Anda mungkin juga menyukai