KECAMATAN AMBALAWI
OLEH
NURFAIDAH
(E1C015047)
ABSTRAK
Pada penelitian ini, penulis mengkaji tentang “ Partikel Lingual Penegas Dalam
Teks Bahasa Bima Di Desa Kole Kecamatan Ambalawi”. Tujuan dari penelitian ini
untuk mendeskripsikan bentuk dan penggunaan setiap bentuk partikel penegas dalam
teks Bahasa Bima Di Desa Kole Kecamatan Ambalawi. Teori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sintaksis dan partikel. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan deskriptif. Data dikumpulkan menggunakan metode instropeksi dan metode
simak dengan teknik lanjutan simak bebas libat cakap.
Berdasarkan analisis data, ada lima bentuk partikel lingual penegas dalam teks
bahasa bima di desa kole kecamatan ambalawi yaitu pu, re, ni, e, ra. Penggunaan setiap
bentuk berbeda-beda. Partikel penegas “pu” digunakan untuk mengeraskan arti kata
yang diiringinya. Partikel penegas “re” digunakan dalam kalimat deklaratif. Penggunaan
partikel penegas “ni” juga digunakan dalam kalimat deklaratif. Penggunaan partikel
penegas “e” digunakan sebagai pengungkap rasa pembicara. Partikel penegas “ra”
digunakan sebagai ungkapan persetujuan seseorang.
Kata Kunci: Partikel lingual penegas, bentuk partikel penegas, bahasa bima.
PEMBAHASAN
Dalam bahasa bima terdapat beberapa partikel penegas yang sering digunakan dalam
bertutur. Partikel dapat mempengaruhi intonasi dari kalimat yang diiringanya. Peneliti
menemukan beberapa bentuk partikel penegas yang memiliki arti masing-masing,
diantaranya (1) Partikel penegas “pu” digunakan untuk mengeraskan arti kata yang
diiringinya, (2) Partikel penegas “re” digunakan dalam kalimat deklaratif, (3) Partikel
penegas “ni” digunakan sebagai penegasan perinta, (4) partikel penegas “e” digunakan
sebagai pengungkap rasa pembicara, (5) Partikel penegas “ra” digunakan sebagai
ungkapan persetujuan seseorang.
3.5.2 Makna Partikel Penegas Dalam Bahasa Bima
Partikel penegas pu, re, ni, e, ra, merupakan partikel yang menunjukkan makna
penegasan suatu unsur di dalam kalimat. Pembahasan mengenai partikel penegas tidak
terlepas dari makna spesifik yang membuat pendengar berasumsi bahwa adanya hal lain
yang ditambahkan terhadap topik pembicaraan yang sedang ditegaskan atau dengan
kata lain memunculkan keberadaan makna bayangan dari makna sesungguhnya yang
terdapat dalam kalimat tersebut.
a. Partikel penegas “pu” digunakan untuk mengeraskan arti kata yang diiringinya.
Ibu : Rija, mai wa’u ana
Anak : Bune kaina?
Ibu : Ede mai wa’u pu samporo, bune ndei bade kaim.