Terdapat kata ganti orang pertama yang bisa digunakan dalam Bahasa Minang.
contohnya Ambo, Awak, Denai, Aden. Namun masing-masing penggunaan dari kata ganti orang
pertama tersebut memiliki fungsinya masing-masing
Empat kata ganti orang pertama di atas sudah diurut dari yang paling sopan hingga paling kasar.
Kata “ambo” berasal dari kata “hamba”, kata ganti orang pertama yang paling sopan dan lembut
yang mencerminkan sifat rendah hati seseorang. Kata “awak” adalah kata ganti yang umum
digunakan untuk semua kalangan. Kata “denai” biasanya digunakan untuk berkomunikasi
dengan orang-orang yang sudah dekat dengan kita. Kata “denai” sendiri lebih sering muncul di
karya seni seperti sastra dan lagu. Yang lebih umum digunakan dari “denai” adalah kata terakhir
yaitu “aden”, namun tidak dianjurkan bagi dunsanak untuk menggunakan kata ini karena nanti
akan dinilai kasar, apalagi bagi dunsanak yang bukan orang Minang.
Untuk kata ganti orang pertama jamak tidak banyak mengalami perubahan, kata “kami” tetap
menjadi “kami” dalam bahasa Minang. Kata “kita” hanya berubah sedikit menjadi “kito”.
Angku
"Angku" adalah kata ganti subjek orang kedua yang biasa dipakai untuk teman sejawat. Biasanya
kata ini digunakan untuk percapakapan antar lelaki. Kata panggil ini tidak boleh dipakai kepada
orang yang lebih tua atau orang yang dihormati, termasuk untuk orang yang baru dikenal.
Contoh kalimat menggunakan kata ini adalah: kama se angku tadi? Yang berarti: kemana saja
kamu tadi?
Ang
Hampir sama dengan "angku" kata ini juga digunakan untuk teman sejawat yang dekat secara
personal, ingat ya teman dekat dan ditujukan kepada lelaki (meskipun dalam konteks kekinian
anak-anak perempuan bahkan ibuk-ibuk juga menggunakan kata ini sesama mereka agar
dianggap gehol). Kata panggil "ang" ini juga kerap digunakan untuk memanggil lelaki yang lebih
muda. Perbedaan "ang" dengan "angku" terletak pada tingkat kekasarannya. Penyebutan "ang"
dinilai lebih kasar dari "angku". Contoh kalimat dengan kata ini adalah: lah makan ang? Yang
berarti: kamu sudah makan?
Kau
Jika dalam bahasa Indonesia kata “kau” dipakai untuk semua gender dan terkesan nyastra,
dalam bahasa Minang sama sekali tidak, makna “kau” lebih dipersempit sebagai kata panggil
bagi perempuan seumuran atau lebih kecil (meskipun dalam konteks kekinian anak-anak laki-
laki malah memakai kata “kau” untuk sesama mereka, dunia udah kebalik). Contoh kalimat
untuk kata ini adalah: bara kau bali hape tu? Yang berarti: berapa kamu beli hape itu?
Awak
Sebagaimana penggunaan kata “awak” dalam bahasa Melayu untuk menyebutkan lawan bicara,
dalam bahasa Minang hal itu juga dapat dilakukan. Kata ini adalah kata teraman untuk
digunakan untuk orang yang baru dikenal. Namun kata “awak” lebih lumrah digunakan untuk
memanggil diri sendiri. Contoh kalimat dengan kata ini adalah: dima rumah wak? Yang artinya:
di mana rumah kamu?
Kalimat-kalimat lain dengan menggunakan kata ganti ini adalah sebagai berikut:
Inyo alun tau kalau ambo suka ka inyo lai
(Dia belum tau kalau aku suka padanya)
Inyo anak pak kapalo desa nan bakumis tu ha
(Dia anak pak kepala desa yang berkumis itu)
Dima inyo tingga? Lai indak jauah?
Kata “we e” berbentuk untuh ketika berada di awal kalimat, namun akan terdeformasi menjadi
“e” saja ketika ia berada di tengah kalimat, seperti:
Ndak ka nyangko gai e doh, aden basuo pitih 100ribu di jalan
(Tidak bakal menyangka dia, aku menemukan uang 100 di jalan)
Selain itu kata (mungkin lebih tepatnya dikatakan huruf) “e” juga bisa berarti “nya”, seperti
“nya” dari “kepunyaannya” atau “nya” lainnya, contoh:
Baju e (Bajunya)
Rumah e (Rumahnya)
Caro e (Caranya)
Kiro e (Kiranya)