Anda di halaman 1dari 4

Bahasa Pergaulan (bahasa prokem)

a. Sejarah
Bahasa prokem atau bahasa pergaulan merupakan salah satu cabang dari bahasa
Indonesia sebagai bahasa dalam pergaulan anak-anak remaja. Istilah ini muncul pada akhir
tahun 1980-an. Pada saat itu ia dikenal sebagai 'bahasanya para bajingan atau anak jalanan'
disebabkan arti kata prokem dalam pergaulan sebagai preman.
Saat ini bahasa prokem telah banyak terasimilasi dan menjadi umum digunakan
sebagai bentuk percakapan sehari-hari dalam pergaulan di lingkungan sosial bahkan dalam
media-media populer seperti TV, radio, dunia perfilman nasional, dan seringkali pula
digunakan dalam bentuk pengumuman-pengumuman yang ditujukan untuk kalangan remaja
oleh majalah-majalah remaja populer. Karena jamaknya, kadang-kadang dapat disimpulkan
bahasa prokem adalah bahasa utama yang digunakan untuk komunikasi verbal oleh setiap
orang dalam kehidupan sehari-hari, kecuali untuk keperluan formal. Karenanya akan menjadi
terasa 'aneh' untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain menggunakan bahasa
Indonesia formal.
Bahasa prokem senantiasa berkembang. Banyak sekali kata-kata yang menjadi kuno
atau pun usang disebabkan kecenderungan dan perkembangan zaman.

b. Pengertian
Bahasa prokem atau Bahasa gaul adalah ragam bahasa Indonesia nonstandar yang
lazim digunakan di Jakarta pada tahun 1970-an yang kemudian digantikan oleh ragam yang
disebut sebagai bahasa gaul. Bahasa prokem ditandai oleh kata-kata Indonesia atau kata
dialek Betawi yang dipotong dua fonemnya yang paling akhir kemudian disisipi bentuk -ok-
di depan fonem terakhir yang tersisa. Misalnya, kata bapak dipotong menjadi bap, kemudian
disisipi -ok- menjadi bokap. Diperkirakan ragam ini berasal dari bahasa khusus yang
digunakan oleh para narapidana. Seperti bahasa gaul, sintaksis dan morfologi ragam ini
memanfaatkan sintaksis dan morfologi bahasa Indonesia dan dialek Betawi.
Bahasa prokem Indonesia atau bahasa gaul atau bahasa prokem yang
khas Indonesia dan jarang dijumpai di negara-negara lain kecuali di komunitas-komunitas
Indonesia. Bahasa prokem yang berkembang di Indonesia lebih dominan dipengaruhi oleh
bahasa Betawi yang mengalami penyimpangan/ pengubahsuaian pemakaian kata oleh kaum
remaja Indonesia yang menetap di Jakarta.
Kata prokem sendiri merupakan bahasa pergaulan dari preman. Bahasa ini awalnya
digunakan oleh kalangan preman untuk berkomunikasi satu sama lain secara rahasia. Agar
kalimat mereka tidak diketahui oleh kebanyakan orang, mereka merancang kata-kata baru
dengan cara antara lain mengganti kata ke lawan kata, mencari kata sepadan, menentukan
angka-angka, penggantian fonem, distribusi fonem, penambahan awalan, sisipan, atau
akhiran. Masing-masing komunitas (daerah) memiliki rumusan sendiri-sendiri. Pada dasarnya
bahasa ini untuk memberkan kode kepada lawan bicara (kalangan militer dan kepolisian juga
menggunakan).
Contoh yang sangat mudah dikenali adalah dagadu yang artinya matamu. Perubahan
kata ini menggunakan rumusan penggantian fonem, dimana huruf M diganti dengan huruf D,
sedangkan huruf T diubah menjadi G. Sementara huruf vokal sama sekali tidak mengalami
perubahan. Rumusan ini didasarkan pada susunan huruf pada aksara jawa yang dibalik
dengan melompati satu baris untuk masing-masing huruf. Bahasa ini dapat kita jumpai di
daerah Yogyakarta dan sekitarnya.
Belakangan ini bahasa prokem mengalami pergeseran fungsi dari bahasa rahasia
menjadi bahasa pergaulan anak-anak remaja. Dalam konteks kekinian, bahasa pergaulan
anak-anak remaja ini merupakan dialek bahasa Indonesia non-formal yang terutama
digunakan di suatu daerah atau komunitas tertentu (kalangan homo seksual atau waria).
Penggunaan bahasa gaul menjadi lebih dikenal khalayak ramai setelah Debby Sahertian
mengumpulkan kosa-kata yang digunakan dalam komunitas tersebut dan menerbitkan kamus
yang bernama Kamus Bahasa Gaul pada tahun 1999

c. Cara pengucapan
Cara pengucapan bahasa gaul dilafalkan secara sama seperti halnya bahasa Indonesia.
Kosakata-kosakata yang meminjam dari bahasa lain seperti bahasa Inggris ataupun Belanda
diterjemahkan pengucapannya, contohnya, 'Please' ditulis sebagai Plis, dan 'Married'
sebagai Merit.

d. Struktur bahasa
Struktur dan tatabahasa dari bahasa prokem tidak terlalu jauh berbeda dari bahasa
formalnya (bahasa Indonesia), dalam banyak kasus kosakata yang dimilikinya hanya
merupakan singkatan dari bahasa formalnya. Perbedaan utama antara bahasa formal dengan
bahasa prokem ada dalam perbendaharaan kata.
Banyak orang asing yang belajar Bahasa Indonesia merasa bingung saat mereka
berbicara langsung dengan orang Indonesia asli, karena Bahasa yang mereka pakai adalah
formal, sedangkan kebanyakan orang Indonesia berbicara dengan bahasa daerahnya masing-
masing atau juga menggunakan bahasa prokem.
Contoh

Bahasa
Bahasa prokem (informal)
Indonesia

Aku, saya Gue, gua (ditulis pula gw)

Kamu Lu, lo (ditulis pula lw)

Penatlah! Capek deh!

Benarkah? Emangnya bener?, Beneran?

Tidak Enggak,Gk,Ga

Emang gue pikirin! (singkatnya


Tidak peduli
EGP),Peduli amat!

Norak/Udik Kamseupay

e. Partikel yang sering di pakai


Sih, nih, tuh, dong, merupakan sebagian dari partikel-partikel bahasa prokem yang
membuatnya terasa lebih "hidup" dan membumi, menghubungkan satu anak muda dengan
anak muda lain dan membuat mereka merasa berbeda dengan orang-orang tua yang
berbahasa baku. Partikel-partikel ini walaupun pendek-pendek namun memiliki arti yang jauh
melebihi jumlah huruf yang menyusunnya. Kebanyakan partikel mampu memberikan
informasi tambahan kepada orang lain yang tidak dapat dilakukan oleh bahasa Indonesia
baku seperti tingkat keakraban antara pembicara dan pendengar, suasana hati/ekspresi
pembicara, dan suasana pada kalimat tersebut diucapkan.
f. Ciri-ciri
1. Kosakata khas: berkata bilang, berbicara ngomong, cantik kece, dia doi,
doski, kaya tajir, bahaya berabe, ayah bokap, ibu nyokap, cinta
cintrong, aku gua, gue, gwa, kamu lu, lo, elu, kita kite dll.
2. Penghilangan huruf (fonem) awal: sudah udah, saja aja, sama ama, memang
emang, dll.
3. Penghilangan huruf h: habis abis, hitung itung, hujan ujan, hilang ilang,
hati ati, hangat anget, tahu tau, lihat liat, pahit pait, tahun taon,
bohong boong, dll.
4. Penggantian huruf "a" dengan "e": benar bener, cepat cepet, teman temen,
cakap cakep, sebal sebel, senang seneng, putar puter, seram serem.
5. Penggantian diftong "au", "ai" dengan "o" dan "e": kalau kalo, sampai sampe,
satai sate, gulai gule, capai cape, kerbau kebo, pakai pake, mau
(bukan diftong) mo, dll.
6. Pemendekan kata atau kontraksi dari kata/frasa yang panjang: terima kasih
makasi/trims, bagaimana gimana, begini gini, begitu gitu, ini nih, itu
tuh.
Imbuhan

1. Peluluhan sufiks me-, pe- seperti: membaca baca, bermain main, berbelanja
belanja, membeli beli, membawa bawa, pekerjaan kerjaan, permainan
mainan, dst.
2. Penggunaan akhiran "-in" untuk menggantikan akhiran "-kan": bacakan bacain,
mainkan mainin, belikan beliin, bawakan bawain,hidupkan hidupin , dst.
3. Nasalisasi kata kerja dengan kata dasar berawalan 'c': mencuci nyuci, mencari
nyari, mencium nyium, menceletuk nyeletuk, mencolok nyolok[1]
4. Untuk membentuk kata kerja transitif, cenderung menggunakan proses nasalisasi.
Awalan "me-", akhiran "-kan" dan "-i" yang cukup rumit dihindarkan.
Proses nasalisasi kata kerja aktif+ in untuk membentuk kata kerja transitif aktif:
memikirkan mikirin, menanyakan nanyain, merepotkan ngerepotin,
mengambilkan ngambilin
Bentuk pasif 1: di + kata dasar + in: diduakan diduain, ditunggui
ditungguin, diajari diajarin, ditinggalkan ditinggalin
Bentuk pasif 2: ke + kata dasar yang merupakan padanan bentuk pasif "ter-"
dalam bahasa Indonesia baku: tergaet kegaet, tertimpa ketimpa, terpeleset
kepeleset, tercantol kecantol, tertipu ketipu, tertabrak ketabrak
Dalam percakapan biasanya hanya kalimat pertama yang menggunakan subyek,sedangkan
sisanya bahkan tidak menggunakan kata ganti orang (pronomina) sama sekali. Contoh
percakapan berikut antara Budi dan Aida dalam cerpen "Atas Nama Cinta": [Majalah
Kawanku, No.08, 20-08-2000] Bahasanya singkat tetapi komunikatif.
Budi: "Kamu anak baru, ya?" Aida: "Iya."
Budi: "Jurusan apa?" Aida: "Sastra Inggris."
Budi: "Pantesan cantik" Aida: "Makasih."
Budi: "Eh,mau ini?" Aida: "Apa tuh? Obat,ya?"
Budi: "Iya, kalo mau ambil aja." Aida: "Nggak, ah..."

Anda mungkin juga menyukai