Anda di halaman 1dari 27

BAHASA GAUL Pengertian Bahasa Gaul, Bahasa prokem merupakan bahasa pergaulan.

Bahasa ini kadang merupakan bahasa sandi, yang dipahami oleh kalangan tertentu. Bahasa ini konon dimulai dari golongan preman. Bahasa gaul adalah dialek nonformal baik berupa slang atau prokem yang digunakan oleh kalangan tertentu, bersifat sementara, hanya berupa variasi bahasa, penggunaannya meliputi: kosakata, ungkapan, singkatan, intonasi, pelafalan, pola, konteks serta distribusi. Awal Mula Bahasa gaul pada umumnya digunakan sebagai sarana komunikasi di antara remaja sekelompoknya selama kurun tertentu. Hal ini dikarenakan, remaja memiliki bahasa tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi diri. Sarana komunikasi diperlukan oleh kalangan remaja untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok usia lain atau agar pihak lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya. Masa remaja memiliki karakteristik antara lain petualangan, pengelompokan, dan kenakalan. Ciri ini tercermin juga dalam bahasa mereka. Keinginan untuk membuat kelompok eksklusif menyebabkan mereka menciptakan bahasa rahasia (Sumarsana dan Partana, 2002:150). Kosakata bahasa prokem di Indonesia diambil dari kosakata bahasa yang hidup di lingkungan kelompok remaja tertentu. Pembentukan kata dan maknanya sangat beragam dan bergantung pada kreativitas pemakainya. Bahasa prokem berfungsi sebagai ekspresi rasa kebersamaan para pemakainya. Selain itu, dengan menggunakan bahasa prokem, mereka ingin menyatakan diri sebagai anggota kelompok masyarakat yang berbeda dari kelompok masyarakat yang lain. Kehadiran bahasa prokem itu dapat dianggap wajar karena sesuai dengan tuntutan perkembangan nurani anak usia remaja. Masa hidupnya terbatas sesuai dengan perkembangan usia remaja. Selain itu, pemakainnya pun terbatas pula di kalangan remaja kelompok usia tertentu dan bersifat tidak resmi. Jika berada di luar lingkungan kelompoknya, bahasa yang digunakannya beralih ke bahasa lain yang berlaku secara umum di lingkungan masyarakat tempat mereka berada. Jadi, kehadirannya di dalam pertumbuhan bahasa Indonesia ataupun bahasa daerah tidak perlu dirisaukan karena bahasa itu masing-masing akan tumbuh dan berkembang sendiri sesuai dengan fungsi dan keperluannya masing-masing. Contoh Bahasa Gaul 1. ALAY : Singkatan dari Anak Layangan, yaitu orang-orang kampung yang bergaya norak. Alay sering diidentikkan dengan hal-hal yang norak dan narsis.

2. KOOL : Sekilas cara membacanya sama dengan cool (keren), padahal kata ini merupakan singkatan dari KOalitas Orang Lowclass, yang artinya mirip dengan Alay. 3. LEBAY : Merupakan hiperbol dan singkatan dari kata berlebihan. Kata ini populer di tahun 2006an. Kalo tidak salah Ruben Onsu atau Olga yang mempopulerkan kata ini di berbagai kesempatan di acara-acara di televisi yg mereka bawakan, dan biasanya digunakan untuk mencela orang yang berpenampilan norak. 4. JAYUS : Saya tadinya mengira kata ini merupakan singkatan, namun setelah saya telusuri, ternyata bukan. Arti sebenarnya adalah lawakan atau tingkah laku yang maunya melucu tapi tidak lucu. Istilah Jayus populer di tahun 90an dan masih sesekali digunakan di masa kini. Dari cerita mulut ke mulut, konon ada seorang anak di daerah Kemang bernama Herman Setiabudhi yang kerap dipanggil Jayus oleh teman2nya. Jayus sendiri adalah nama ayah dari Herman (lengkapnya Jayus Kelana) yang seorang elukis di kawasan Blok M. Herman alias Jayus terkenal sebagai anak yang sering melawak tapi lawakannya kerap kali tidak lucu. 5. GARING : Kata ini merupakan kata dari bahasa Sunda yang berarti tidak lucu. Awalnya kata-kata ini hanya digunakan di Jawa Barat saja. Namun karena banyaknya mahasiswa luar pulau yang kuliah di Jawa Barat (Bandung) lalu kembali ke kota kelahiran mereka, kata ini kemudian dipakai mereka dalam beberapa kesempatan. Karena seringnya digunakan dalam pembicaraan, akhirnya kata ini pun menjadi populer di beberapa kota besar di luar Jawa Barat. 6. BONYOK : Kata ini merupakan singkatan dari Bokap-Nyokap (orang tua). Tidak jelas siapa yang mempopulerkan kata ini, tapi kata ini mulai sering digunakan diperiode awal 2000an, ketika bahasa sms mulai populer di kalangan remaja. Bokap (Ayah) dan Nyokap (Ibu) sendiri merupakan istilah yang telah populer sejak tahun 80an dan masih digunakan hingga hari ini. 7. LOL : Kata ini belakangan ini sering dipakai, terutama dalam komunikasi chatting, baik di YM, FB, Twitter, atau pun komunitas yang lain. Kata itu merupakan singkatan dari Laugh Out Loud yang berarti Tertawa Terbahak-bahak. 8. GUE :

Adalah bahasa resmi yang kini banyak digunakan oleh kebanyakan orang (terutama orang dari Suku Betawi) untuk menyebut Saya / Aku. Kata ini merupakan bahasa Betawi yang telah digunakan secara luas, jauh sebelum bahasa prokem dikenal orang. 9. LO / LU : Sama seperti Gue kata ini pun sudah digunakan digunakan oleh Suku Betawi sejak bertahun-tahun lalu dan menjadi kata untuk menyebut Anda / Kamu Bahasa sehari hari berikut ini juga termasuk bahasa gaul, namun sudah sering dipakai dalam keseharian masyarakat Indonesia, sehingga masyarakat terkadang kurang sadar bahwa bahasa berikut termasuk bahasa gaul / prokem: Penyengauan kata kerja aktif, pemendekan atau pengguguran awalan dan membubuhkan -in' di akhir kata : 1. memikirkan (pikir) mikirin 2. menanyakan - nanyain (pengguguran "me-") Membubuh -in di akhir kata kerja transitif pasif : 1. diajari - diajarin 2. dipukuli dipukulin Membubuh ke- di awal kata kerja tidak transitif, menggantikan ter- : 1. tertangkap - ketangkep 2. terpeleset (tergelincir) - kepeleset Menggugurkan satu atau beberapa huruf dari kata : 1. habis - abis 2. tahu - tau Menyingkatkan dua atau lebih perkataan menjadi satu : 1. terima kasih - makasih 2. jaga image (jaga maruah diri) jaim Menggantikan a dengan e dalam setengah kata (pengaruh Jawa) : 1. benar - bener 2. pintar - pinter 3. malas - males Menyingkatkan diftong menjadi huruf eka-suku : 1. kalau - kalo 2. pakai - pak Pembubuhan / pengguguran konsonan bisu dan hentian glotis pada awal atau akhir kata: 1. pakai - pak atau pakk 2. enggak - nggak, ngga, gak, ga, kaga, ogah, wegah Menyingkat menjadi tiga huruf pertama sampil menyisip -ok- selepas huruf pertama (berakhir dengan konsonan terdekat jika huruf ketiga adalah vokal) : 1. bapak - bokap

2. jual - jokul 3. brak - Bokr Setengah perkataan dipinjam dan disesuaikan begitu saja dari bahasa Inggris kebahasa Indonesia, contoh : 1. sorry - sori 2. friend - prn 3. swear - suer 4. brother - bruer atau bro 5. sister - suez atau sis Bahasa Gaul hanya digunakan sebagai bahasa komunitas kaum muda usia yang mencoba membangun solidaritas, berbeda dengan Alay. ALAY Alay memiliki arti tentang gaya hidup kampungan atau norak. Istilah alay sendiri menggambarkan kondisi remaja yang tidak memiliki arah tujuan yang jelas dan masih labil. Menurut Bramantio Alay merupakan suatu fenomena yang terjadi pada sekelompok remaja minoritas dan memiliki karakteristik yang unik. Bahasa yang mereka gunakan terkadang menyilaukan mata dan menyakiti telinga bagi masyarakat yang tidak terbiasa. Awal mula : 1. sms yang harus tertulis semua dalam jumlah karakter yg terbatas. 2. ingin mendapat perhatian lebih awal mula di situs pertemana friendster, facebook, sehingga menulis sesuatu (status) dengan gaya dan isi yang berlebihan. Menurut Prof Dr Hj Ratu Wardarita MPd, Guru Besar Universitas PGRI Palembang mengatakan Bahasa Alay bersifat musiman seperti mode pada baju. Bahasa alay akan hilang dengan sendirinya setelah ada mode baru. Selagi tidak merusak bahasa Indonesia dan tidak digunakan dalam forum resmi, penggunaan bahasa alay sah-sah saja.

Gaul Penampilan : mengikuti tren Arti : eksis, friendly, ga kuper

ulisan : hanya disingkat Alay Norak (identik dengan kampungan) Kampungan dan sok tahu Huruf besar kecil angka digabung, tulisan malah dipanjang panjangin. Padahal seharusnya Gaul / Pergaulan itu artinya kita bersosialisasi dengan lingkungan sekitar tanpa pandang bulu. Dan sebenarnya kita itu sama-sama anak yang baru ketemu dunia luar (anak baru bergaul), jadi jangan menjadi kelompok2 tertentu. Dampak negatif : 1. Eksistensi Bahasa Indonesia Terancam Terpinggirkan Oleh Bahasa Gaul Generasi kian tenggelam dalam pembusukan bahasa, dan kritis identitas bangsa. 2. Bahasa Indonesia dianggap miskin karna tidak mampu mendukung ilmu pengetahuan modern (kebanykan dari luar dan harus berbahasa asing, sehingga bisa berbahasa asing jadi tolak ukur derajat seseorang, sehingga menurunkan derajat bahasa kita sendiri) Begitu banyak bahasa yang kita pergunakan dalam percakapan sehari hari kita, namun jangan sampai keragaman bahasa tersebut merusak bahasa asli kita bahasa Indonesia. Berikut cara menanggulangi beragamnya bahasa dalam percakapan kita : 1. Menanamkan kecintaan dalam diri generasi bangsa terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. 2. Diperlukan pembinaan dan pemupukan sejak dini kepada generasi muda agar mereka tidak mengikuti pembusukan itu. 3. Kita sebagai generasi muda sudah saatnya mengembalikan Bahasa Indonesia ke bahasa yang seharusnya (mulai dari keluarga dan sms) Bahasa gaul itu bahasa yang lambat laun, makin menguasai dan mambuat menurunnya bahasa Indonesia asli, bahkan bahasa gaul sudah hampir setiap hari dan hampir menjadi bahasa wajib anak muda zaman sekarang, mari kita lestarikan bahasa Indonesia asli dan menggunakan bahasa baik dan benar sesuai EYD. DAFTAR PUSTAKA http://en.wikipedia.org/wiki/Emoticon http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_common_emoticons http://teknologi.vivanews.com/news/read/63-simbol_ekspresi_dari_ujung_jari http://messenger.msn.com/Resource/Emoticons.aspx http://google.com/hakikat_bahasa Tags: Bahasa Indonesia, Bahasa SMS, Makalah Bahasa Indonesia | Permalink.

1.2 Permasalahan

1.2.1 Ruang Lingkup Masalah Untuk memperjelas ruang lingkup permasalahan, maka dalam penelitian ini hanya meliputi pemakaian bahasa gaul remaja yang terbatas pada percakapan yang dilakukan antartokoh film remaja Indonesia. Adapun permasalah pokok yang diteliti meliputi kosakata, ungkapan, intonasi, pelafalan, pola, konteks serta distribusi bahasa gaul. Mengingat semakin berkembangnya arus komunikasi, maka siswa telah mengesahkan pemakaian bahasa gaul di setiap situasi dan tidak memperhatikan keadaan dengan siapa dan dimana mereka menggunakan bahasa tersebut. Kalau hal itu sampai dibiarkan terus terjadi, maka sikap kesopanan berbahasa sebagai bentuk kesopanan terhadap orang yang lebih tua sudah terabaikan. 1.2.2 Rumusan Masalah Dari ruang lingkup permasalahan tersebut di atas, dapatlah dirumuskan permasalahan pada penelitian ini sebagai berikut: 1) bagaimana karakteristik kosakata bahasa gaul sebagai tutur remaja di Indonesia yang tercermin dari dialog-dialog antartokoh film remaja Indonesia? 2) bagaimana bentukan kata bahasa gaul sebagai tutur remaja di Indonesia yang tercermin dari dialog-dialog antartokoh film remaja Indonesia? 3) bagaimana struktur bahasa gaul sebagai tutur remaja di Indonesia yang tercermin dari dialog-dialog antartokoh film remaja Indonesia? 4) bagaimana bentuk ungkapan, intonasi, dan pelafalan bahasa gaul sebagai tutur remaja di Indonesia yang tercermin dari dialog-dialog antartokoh film remaja Indonesia? 5) bagaimana distribusi bahasa gaul sebagai tutur remaja di Indonesia yang tercermin dari dialog-dialog antartokoh film remaja Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk memeriksa pemakaian bahasa gaul dalam dialog antartokoh film remaja Indonesia. Secara khusus, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1) mendiskripsikan karakteristik kosakata bahasa gaul sebagai tutur remaja di Indonesia yang tercermin dari dialog-dialog antartokoh film remaja Indonesia? 2) mendiskripsikan bentukan kata bahasa gaul sebagai tutur remaja di Indonesia yang tercermin dari dialog-dialog antartokoh film remaja Indonesia? 3) mendiskripsikan struktur bahasa gaul sebagai tutur remaja di Indonesia yang tercermin dari dialog-dialog antartokoh film remaja Indonesia? 4) mendiskripsikan bentuk ungkapan, intonasi, dan pelafalan bahasa gaul sebagai tutur remaja di Indonesia yang tercermin dari dialog-dialog antartokoh film remaja Indonesia? 5) mendiskripsikan distribusi bahasa gaul sebagai tutur remaja di Indonesia yang tercermin dari dialog-dialog antartokoh film remaja Indonesia? 1.4 Manfaat penelitian Secara operasional, manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoristis yang diharapkan adalah memperkaya kajian sosiolinguistik khususnya tentang variasai bahasa, serta dapat menghasilkan deskripsi mengenai bahasa gaul sebagai bahasa remaja. Manfaat prakatis yang dapat diharapkan dari penelitian ini adalah bagi guru khususnya yaitu untuk bahan pengajaran, bagi pembaca, penelitian ini dapat menambah pemahaman berbagai bahasa di dalam masyarakat, dan bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi awal dalam penelitian lain khususnya bidang sosiolinguistik. 1.5 Definisi Operasional Definisi opersional penting ada dalam setiap penelitian agar tidak terjadi kesalahpahaman penafsiran terhadap istilah-istilah yang ada dalam sebuah penelitian. Adapun definisi operaional yang terdapat penelitain berjudul Pemakaian Bahasa Gaul

Antartokoh dalam Film Remaja IndonesiaAda Apa Denagn Cinta dan Heart adalah : 1) Bahasa gaul adalah dialek nonformal baik berupa slang atau prokem yang digunakan oleh kalangan remaja (khususnya perkotaan), bersifat sementara, hanya berupa variasi bahasa, penggunaannya meliputi: kosakata, ungkapan, intonasi, pelafalan, pola, konteks serta distribusi. 2) Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat.Menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun.Sedangkan dari segi program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin.Sementara itu, menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia remaja adalah 10 sampai 21 tahun. 3) Film merupakan karya budaya yang di dalamnya mencangkup berbagai bidang kesenian yang lainnya sebagai perwujudan rasa, cipta, dan karsa manusia serta dapat berperan sebagai pembangunan pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, serta persebaran informasi. 4) Film Remaja adalah karya seni yang menitikberatkan tema, tokoh, dan suasana remaja yang diangkat dalam sebuah film sekaligus remaja sebagai sasaran utamanya 5) Dialog antartokoh adalah bentuk komunikasi antartokoh dalam sebuah film yang ditulis oleh penulis scenario.

2.3 Bahasa Gaul, Slang, dan Prokem Terdapat dua situasi yang menggolongkan pemakaian bahasa di dalam masyarakat, yaitu situasi resmi dan tidak resmi. Bahasa yang digunakan pada situasi resmi menuntut penutur untuk menggunakan bahasa baku, bahasa formal. Penggunaan bahasa resmi terutama disebabkan oleh keresmian suasana pembicaraan atau

komunikasi tulis yang menuntut adanya bahasa resmi. Contoh suasana pembicaraan resmi adalah pidato, kuliah, rapat, ceramah umum, dan lain-lain. Dalam bahasa tulis bahasa resmi banyak digunakan dalam surat dinas, perundang-undangan, dokumentasi resmi, dan dan lain-lain. Situasi tidak resmi akan memunculkan suasana penggunaan bahasa tidak resmi juga. Kuantitas pemakian bahasa tidak resmi banyak tergantung pada tingkat keakraban pelaku yang terlibat dalam komunikasi. Dalam situasi tidak resmi, penutur bahasa tidak resmi mengesampingkan pemakaian bahasa baku atau formal. Kaidah dan aturan dalam bahasa bahasa baku tidak lagi menjadi perhatian. Prinsip yang dipakai dalam bahasa tidak resmi adalah asal orang yang diajak bicara bisa mengerti. Situasi semacam ini dapat terjadi pada situasi komunikasi remaja di sebuah mal, interaksi penjual dan pembeli, dan lain-lain. Dari ragam tidak resmi tersebut, selanjutnya memunculkan istilah yang disebut dengan istilah bahasa gaul. Ismail Kusmayadi (Pikiran Rakyat, 2006) mengkawatirkan terkikisnya bahasa Indonesia yang baik dan benar di tengah arus globalisasi. Kecenderungan masyarakat ataupun para pelajar menggunakan bahasa asing dalam percakapan sehari-hari semakin tinggi. Dan yang lebih parah makin berkembangnya bahasa slank atau bahasa gaul yang mencampuradukkan bahasa daerah, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris. Saat ini bahasa gaul telah banyak terasimilasi dan menjadi umum. Bahasa gaul sering digunakan sebagai bentuk percakapan sehari-hari dalam pergaulan di lingkungan sosial bahkan dalam media-media populer serperti TV, radio, dunia perfilman nasional, dan digunakan sebagai publikasi yang ditujukan untuk kalangan remaja oleh majalah-majalah remaja populer. Oleh sebab itu, bahasa gaul dapat disimpulkan sebagai bahasa utama yang digunakan untuk komunikasi verbal oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Seperti halnya bahasa lain, bahasa gaul juga mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut dapat berupa penambahan dan pengurangan kosakata. Tidak sedikit kata-kata yang akan menjadi kuno (usang) yang disebabkan oleh tren dan perkembangan zaman. Maka dari itu, setiap generasi akan memiliki ciri tersendiri sebagai identitas yang membedakan dari kelompok lain. Dalam hal ini, bahasalah sebagai representatifnya.

Dari segi fungsinya, bahasa gaul memiliki persamaan anatara slang, dan prokem. Kosa kata bahasa remaja banyak diwarnai oleh bahasa prokem, bahasa gaul, dan istilah yang pada tahun 1970-an banyak digunakan oleh para pemakai narkoba (narkotika, obat-obatan dan zat adiktif). Hampir semua istilah yang digunakan bahasa rahasia di antara mereka yang bertujuan untuk menghindari campur tangan orang lain. Bahasa gaul remaja merupakan bentuk bahasa tidak resmi (Nyoman Riasa, 2006) Oleh karenanya bahasa gaul remaja berkembang seiring dengan perkembangan zaman, maka bahasa gaul dari masa ke masa berbeda. Tidak mengherankan apabila bahasa gaul remaja digunakan dalam lingkungan dan kelompok sosial terbatas, yaitu kelompok remaja. Hal ini berarti bahwa bahasa gaul hanya digunakan pada kelompok sosial yang menciptakannya. Anggota di luar kelompok sosial tersebut sulit untuk memahami makna bahasa tersebut. Fathuddin (1999: i) mengungkapkan bahwa slang merupakan bahasa gaul yang hidup dalam masyarakat petutur asli dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam obrolan antar teman, atau dalam media seperti teve, film dan besar kemungkinan dalam novel saat memaparkan suasana sosial tertentu. Selanjutnya, Alwasilah (1993: 47) menyatakan bahwa penggunaan slang adalah memperkaya kosa kata bahasa dengan mengkomunikasikan kata-kata lama dengan makna baru. Pemakaian slang dengan kosakata yang sama sekali baru sangat jarang ditemui. Slang merupakan kawasan kosakata, bukan gramar atau pengucapan. Bahasa Slang oleh Kridalaksana (1982:156) dirumuskan sebagai ragam bahasa yang tidak resmi dipakai oleh kaum remaja atau kelompok sosial tertentu untuk komunikasi intern sebagai usaha orang di luar kelompoknya tidak mengerti, berupa kosa kata yang serba baru dan berubah-ubah. Hal ini sejalan dengan pendapat Alwasilah (1985:57) bahwa slang adalah variasi ujaran yang bercirikan dengan kosa kata yang baru ditemukan dan cepat berubah, dipakai oleh kaum muda atau kelompok sosial dan profesional untuk komunikasi di dalamnya. Slang digunakan sebagai bahasa pergaulan. Kosakata slang dapat berupa pemendekan kata, penggunaan kata alam diberi arti baru atau kosakata yang serba baru dan berubah-ubah. Disamping itu slang juga dapat berupa pembalikan tata bunyi, kosakata yang lazim diapakai di masyarakat menjadi aneh, lucu, bahkan ada yang berbeda makna sebenarnya.

Bahasa prokem biasa juga disebut sebagai bahasa sandi, yaitu bahasa yang dipakai dan digemari oleh kalangan remaja tertentu (Laman Pusat Bahasa dan Sastra, 2004). Sarana komunikasi seperti ini diperlukan oleh kalangan remaja untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok lain atau agar pihak lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya. Bahasa prokem itu tumbuh dan berkembang sesuai dengan latar belakang sosial budaya pemakainya. Tumbuhkembang bahasa seperti itu selanjutnya disebut sebagai perilaku bahasa dan bersifat universal. Artinya bahasa-bahasa seperti itu akan ada pada kurun waktu tertentu (temporal) dan di dunia mamapun sifatnya akan sama (universal). Kosakata bahasa prokem di Indonesia diambil dari kosakata bahasa yang hidup di lingkungan kelompok remaja tertentu. Pembentukan kata dan maknanya sangat beragam dan bergantung pada kreativitas pemakainya. Bahasa prokem berfungsi sebagai ekspresi rasa kebersamaan para pemakainya. Selain itu, dengan menggunakan bahasa prokem, mereka ingin menyatakan diri sebagai anggota kelompok masyarakat yang berbeda dari kelompok masyarakat yang lain. Kehadiran bahasa prokem itu dapat dianggap wajar karena sesuai dengan tuntutan perkembangan nurani anak usia remaja. Masa hidupnya terbatas sesuai dengan perkembangan usia remaja. Selain itu, pemakainnya pun terbatas pula di kalangan remaja kelompok usia tertentu dan bersifat tidak resmi. Jika berada di luar lingkungan kelompoknya, bahasa yang digunakannya beralih ke bahasa lain yang berlaku secara umum di lingkungan masyarakat tempat mereka berada. Jadi, kehadirannya di dalam pertumbuhan bahasa Indonesia ataupun bahasa daerah tidak perlu dirisaukan karena bahasa itu masing-masing akan tumbuh dan berkembang sendiri sesuai dengan fungsi dan keperluannya masing-masing. 2.5 Sejarah Pemakaian Bahasa Gaul Bahasa prokem awalnya digunakan para preman yang kehidupannya dekat dengan kekerasan, kejahatan, narkoba, dan minuman keras. Istilah-istilah baru mereka ciptakan agar orang-orang di luar komunitas tidak mengerti. Dengan begitu, mereka tidak perlu lagi sembunyi-sembunyi untuk membicarakan hal negatif yang akan maupun yang telah mereka lakukan (Laman Wilkipedia Indonesia, 2005). Para preman tersebut menggunakan bahasa prokem di berbagai tempat. Pemakaian bahasa tersebut tidak lagi pada tempat-tempat khusus, melainkan di tempat

umum. Lambat laun, bahasa tersebut menjadi bahasa yang akrab di lingkungan seharihari, termasuk orang awam sekalipun dapat menggunakan bahasa sandi terebut. Karena begitu seringnya mereka menggunakan bahasa sandi tersebut di berbagai tempat, lama-lama orang awam pun mengerti maksud bahasa tersebut. Akhirnya mereka yang bukan preman pun ikut-ikutan menggunakan bahasa ini dalam obrolan sehari-hari sehingga bahasa prokem tidak lagi menjadi bahasa rahasia. Sebuah artikel di Kompas berjudul So What Gitu Loch.(2006: 15) menyatakan bahwa bahasa prokem atau bahasa okemsebenarnya sudah ada sejak 1970-an. Awalnya istilah-istilah dalam bahasa gaul itu untuk merahasiakan isi obrolan dalam komunitas tertentu. Oleh karena sering digunakan di luar komunitasnya, lama-lama istilah-istilah tersebut jadi bahasa sehari-hari. Lebih lanjut, dalam artikel tersebut juga disebutkan bahwa pada tahun 1970-an, kaum waria juga menciptakan bahasa rahasia mereka. Pada perkembangannya, para waria atau banci lebih rajin berkreasi menciptakan istilah-istilah baru yang kemudian ikut memperkaya khasanah perbendaharaan bahasa gaul. Kosakata bahasa gaul yang berkembang belakangan ini sering tidak beraturan dan cenderung tidak terumuskan. Bahkan kita tidak dapat mempredeksi bahasa apakah yang berikutnya akan menjadi bahasa gaul. Pada mulanya pembentukan bahasa slang, prokem, cant, argot, jargon dan colloquial di dunia ini adalah berawal dari sebuah komunitas atau kelompok sosial tertentu yang berada di kelas atau golongan bawah (Alwasilah, 2006:29). Lambat laun oleh masyarakat akhirnya bahasa tersebut digunakan untuk komunikasi sehari-hari. Terdapat berbagai alasan kenapa masyarakat tersebut menggunakan bahasabahasa yang sulit dimengerti oleh kelompok atau golongan sosial lainnya. Alasan esensialnya adalah sebagai identitas sosial dan merahasiakan sesuatu dengan maksud orang lain atau kelompok luar tidak memahami. Kompas (2006: 50) menyebutkan bahwa bahasa gaul sebenarnya sudah ada sejak tahun 1970an. Awalnya istilah-istilah dalam bahasa gaul itu digunakan untuk merahasiakan isi obrolan dalam komunitas tertentu. Tapi karena intensitas pemakaian tinggi, maka istilah-istilah tersebut menjadi bahasa sehari-hari.

Hal ini sejalan dengan laman Wilimedia Ensiklopedi Indonesia (2006), yang menyatakan bahwa bahasa gaul merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan. Istilah ini mulai muncul pada akhir ahun 1980-an. Pada saat itu bahasa gaul dikenal sebagai bahasa para bajingan atau anak jalanandisebabkan arti kata prokem dalam pergaulan sebagai preman. Lebih lanjut dalam Pikiran Rakyat, tercatat bahwa bahasa gaul pada awalnya merupakan bahasa yang banyak digunakan oleh kalangan sosial tertentu di Jakarta, kemudian secara perlahan merambah kalangan remaja terutama di kota-kota besar. Dalam sebuah milis (2006) disebutkan bahwa bahasa gaul memiliki sejarah sebelum penggunaannya popular seperti sekarang ini. Sebagai bahan teori, berikut adalah sejarah kata bahasa gaul tersebut: 1). Nih Yee... Ucapan ini terkenal di tahun 1980-an, tepatnya November 1985. pertama kali yang mengucapkan kata tersebut adalah seorang pelawak bernama Diran. Selanjutnya dijadikan bahan lelucon oleh Euis Darliah dan popular hingga saat ini. 2) Memble dan Kece Dalam milis tersebut dinyatakan bahwa kata memble dan kece merupakan katakata ciptaan khas Jaja Mihardja. Pada tahun 1986, muncul sebuah film berjudul Memble tapi Kece yang diperankan oleh Jaja Mihardja ditemani oleh Dorce Gamalama. 3) Booo.... Kata ini popular pada pertengahan awal 1990-an. Penutur pertama kata Booadalah grup GSP yang beranggotakan Hennyta Tarigan dan Rina Gunawan. Kemudian kata-kata dilanjutkan oleh Lenong Rumpi dan menjadi popular di lingkungan pergaulan kalangan artis. Salah seorang artis bernama Titi DJ kemudian disebut sebagai artis yang benar-benar mempopulerkan kata ini. 4) Nek... Setelah kata Boo... popular, tak lama kemudian muncul kata-kata Nek... yang dipopulerkan anak-anak SMA di pertengahan 90-an. Kata Nek... pertama kali di ucapkan oleh Budi Hartadi seorang remaja di kawasan kebayoran yang tinggal bersama neneknya. Oleh karena itu, lelaki yang latah tersebut sering mengucapkan kata Nek... 5) Jayus Di akhir dekade 90-an dan di awal abad 21, ucapan jayus sangat popular. Kata ini dapat berarti sebagai lawakan yang tidak lucu, atau tingkah laku yang disengaca untuk menarik perhatian, tetapi justru membosankan. Kelompomk yang pertama kali mengucapkan kata ini adalah kelompok anak SMU yang bergaul di kitaran Kemang. Asal mula kata ini dari Herman Setiabudhi. Dirinya dipanggil oleh temantemannya Jayus. Hal ini karena ayahnya bernama Jayus Kelana, seorang pelukis di kawasan Blok M. Herman atau Jayus selalu melakukan hal-hal yang aneh-aneh dengan maksud mencari perhatian, tetapi justru menjadikan bosan teman-temannya. Salah satu temannya bernama Sonny Hassan atau Oni Acan sering memberi komentar jayus

kepada Herman. Ucapan Oni Acan inilah yang kemudian diikuti teman-temannya di daerah Sajam, Kemang lalu kemudian merambat populer di lingkungan anak-anak SMU sekitar. 6. Jaim Ucapan jaim ini di populerkan oleh Bapak Drs. Sutoko Purwosasmito, seorang pejabat di sebuah departemen, yang selalu mengucapkan kepada anak buahnya untuk menjaga tingkah laku atau menjaga image. itu 7. Gitu Loh...(GL) Kata GL pertama kali diucapin oleh Gina Natasha seorang remaja SMP di kawasan Kebayoran. Gina mempunyai seorang kakak bernama Ronny Baskara seorang pekerja event organizer. Sedangkan Ronny punya teman kantor bernama Siska Utami. Suatu hari Siska bertandang ke rumah Ronny. Ketika dia bertemu Gina, Siska bertanya dimana kakaknya, lantas Gina ngejawab di kamar, Gitu Loh. Esoknya si Siska di kantor ikut-ikutan latah dia ngucapin kata Gitu Loh...di tiap akhir pembicaraan. 2.4 Ciri- ciri Bahasa Gaul Ragam bahasa ABG memiliki ciri khusus, singkat, lincah dan kreatif. Kata-kata yang digunakan cenderung pendek, sementara kata yang agak panjang akan diperpendek melalui proses morfologi atau menggantinya dengan kata yang lebih pendek seperti permainan mainan, pekerjaan kerjaan. Kalimat-kalimat yang digunakan kebanyakan berstruktur kalimat tunggal. Bentukbentuk elip juga banyak digunakan untuk membuat susunan kalimat menjadi lebih pendek sehingga seringkali dijumpai kalimat-kalimat yang tidak lengkap. Dengan menggunakan struktur yang pendek, pengungkapan makna menjadi lebih cepat yang sering membuat pendengar yang bukan penutur asli bahasa Indonesia mengalami kesulitan untuk memahaminya. (Nyoman Riasa) 1. Tambahan awalan ko. Awalan ko bisa dibilang sebagai dasar pembentukan kata dalam bahasa okem. Caranya, setiap kata dasar, yang diambil hanya suku kata pertamanya. Tapi suku kata pertama ini huruf terakhirnya harus konsonan. Misalnya kata preman, yang diambil bukannya pre tapi prem. Setelah itu tambahi awalan ko, maka jadi koprem. Kata koprem ini kemudian dimodifikasi dengan menggonta-ganti posisi konsonan sehingga prokem. Dengan gaya bicara anak kecil yang baru bisa bicara, kata prokem lalu mengalami perubahan bunyi jadi okem. (komasp)

2. Kombinasi e + ong Kata bencong itu bentukan dari kata banci yang disisipi bunyi e dan ditambah akhiran ong. Huruf vokal pada suku kata pertama diganti dengan e. Huruf vokal pada suku kata kedua diganti ong. 3. Tambahan sisipan Pa/pi/pu/pe/po Setiap kata dimodifikasi dengan penambahan pa/pi/pu/pe/po pada setiap suku katanya. Maksudnya bila suku kata itu bervokal a, maka ditambahi pa, bila bervokal i ditambahi pi, begitu seterusnya. 2.5 Distribusi Geografis Bahasa Gaul Bahasa gaul umumnya digunakan di lingkungan perkotaan. Terdapat cukup banyak variasi dan perbedaan dari bahasa gaul bergantung pada kota tempat seseorang tinggal, utamanya dipengaruhi oleh bahasa daerah yang berbeda dari etnisetnis yang menjadi penduduk mayoritas dalam kota tersebut. Sebagai contoh, di Bandung, Jawa Barat, perbendaharaan kata dalam bahasa gaulnya banyak mengandung kosakata-kosakata yang berasal dari bahasa sunda. BAB III 3. 1 Jenis Penelitian Penelitian tentang Pemakaian bahasa gaul antartokoh film remaja Indonesia ini berkaitan dengan suatu gejala kebahasaan yang sifatnya alamiah. Artinya data yang dikumpulkan berasal dari lingkungan nyata dan situasi apa adanya, yaitu dialog antartokoh film. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Hal ini disebabkan oleh karena data yang terkumpul dan dianalisis dipaparkan secara deskriptif . Metode penelitian deskriptif berbeda dengan metode perskriptif. Metode penelitian deskriptif memiliki beberapa ciri, antara lain (1) tidak mempermasalahkan benar atau salah objek yang dikaji, (2) penekanan pada gejala aktual atau pada yang terjadi pada saat penelitian dilakukan, dan (3) biasanya tidak diarahkan untuk menguji hipotesis. Begitu sebaliknya dengan metode penelitian perspkriptif.

Hal ini sejalan dengan pendapat Arikunto (1990: 194) yang menyatakan bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Dalam penelitian ini, data yang terkumpul berupa kata-kata dan dalam bukan dalam bentuk angka. Maka dari itu, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Alasan lain bahwa penelitian ini merupakan pendekatan kualitatif adalah (1) penyajian hasil penelitian ini berupa penjabaran tentang objek, (2) pengumpulan data dengan latar alamiah, (3) peneliti menjadi instrument utama. 3. 2 Subjek Penelitian Berkaitan dengan hal di atas, yang dikaji dalam penelitian ini adalah pemakaian bahasa gaul remaja dalam dialog antartokoh film remaja Indonesia. Hal tersebut meliputi pola bentuk morfologis dan pola makna bahasa gaul tersebut. Sedangkan subjek dari penelitian ini adalah tokoh-tokoh film remaja ketika berdialog 3. 3. Data Penelitian dan Sumber Data Data dari penelitian ini berupa kata yang digunakan dalam berkomunikasi antarsatu tokoh dengan tokoh yang lainnya. Sumber data dari penelitian ini adalah percakapan antartokoh sebagai interaksi komunikasi. 3. 4 Instrumen Penelitian Peneliti disebut sebagai human interest mana kala peneliti tersebut berperan sebagai sebagai instrument utama. Di dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai peneliti utama. Sebagai instrument tambahan atau pelengkapnya, peneliti dibantu dengan perlengkapan computer dan CD atau DVD film remaja Indonesia. 3. 5 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik observasi sebagai teknik utama. Observasi dilakukan dengan cara simak-catat, yaitu peneliti mencatat data bahasa dan konteksnya yang meliputi (1) topiknya, (2) suasananya, (3) tempat pembicaraan, serta (4) lawan bicaranya.

Melalui teknik observasi, dengan cara pengamatan partisipan oleh peneliti sendiri, maka akan diperoleh data yang wajar dan alami. Berikut adalah hal-hal yang diperlukan dalam observasi (1) gambaran keadaan tempat dan ruang berlangsungnya pembicaraan, (2) pelaku-pelaku yang terlibat, (3) aktivitas atau kegiatan saat berlangsungnya percakapan, dan (4) topik dari isi pembicaraan. Selanjutnya, observasi dalam penelitian ini meliputi a) Persiapan Persiapan ini adalah tahap paling awal dari observasi. Tahap persiapan ini dimulai dari mempersiapkan peralatan dan perlengkapan untuk mencatat situasi atau keadaan percakapan yang tengah berlangsung. Peralatan dan perlengkapan yang dimaksud berupa alat-alat tulis untuk mencatat. b) pelaksanaan Tahap pelaksanaan dalam penelitian ini dilakukan secara bertahap. Artinya, data yang berhasil tercatat pada tahap pertama, akan diulangi lagi pada tahap berikutnya untuk menentukan informasi tambahan. Tahap pertama dalam pelaksanaan ini selanjutnya disebut sebagai tahap eksplorasi, yaitu proses pencatatan data penelitian dari dialog antartokoh dalam filmremaja. Tahap kedua disebut sebagai tahap terseleksi. Tahap ini dilakukan pemutaran ulang film untuk mendapatkan informasi yang khusus serta pengecekan dalam kamus bahasa gaul. c) pemantapan observasi Langkah terakhir dari pengumpulan data ini adalah pemantapan observasi. Pemantapan observasi ini berupa pengecekan ulang data-data yang sudah berhasil terekam. Kegiatan pemantapan ini dilaksanakan beberapa kali sampai benar-benar memperoleh data yang memadai. 3.6 Teknik Analisa Data Teknik deskriptif yang dipakai dalam penelitian ini menghasilkan tiga macam analisis data, yaitu sebagai berikut: 1. Menganalisis pemakaian bahasa gaul dalam film remaja Indonesia

Pemakaian bahasa gaul tersebut meliputi: a) bahasa yang digunakan b) konteks yang terdapat dalam komunikasi tersebut c) hubungan antara unsur-unsur linguistik 2. Pengklasifikasian bahasa gaul remaja berdasarkan bentuk dan kelasnya a) bentuk verbal kebahasaannya b) proses pembentukannya Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu teori. Penelitian kualitatif jauh lebih subyektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus. Sifat dari jenis penelitian ini adalah penelitian dan penjelajahan terbuka berakhir dilakukan dalam jumlah relatif kelompok kecil yang diwawancarai secara mendalam. Peserta diminta untuk menjawab pertanyaan umum, dan interviewer atau moderator group periset menjelajah dengan tanggapan mereka untuk mengidentifikasi dan menentukan persepsi, pendapat dan perasaan tentang gagasan atau topik yang dibahas dan untuk menentukan derajat kesepakatan yang ada dalam grup. Kualitas hasil temuan dari penelitian kualitatif secara langsung tergantung pada kemampuan, pengalaman dan kepekaan dari interviewer atau moderator group. Jenis penelitian yang sering kurang dilakukan dari survei karena mahal dan sangat efektif dalam memperoleh informasi tentang kebutuhan komunikasi dan tanggapan dan pandangan tentang komunikasi tertentu. Dalam hal ini sering metode pilihan dalam kasus di mana pengukuran atau survei kuantitatif tidak diperlukan.

Dalam penelitian kualitatif, identitas dan peran informan serta informasi-informasi yang disampaikan menjadi hal-hal yang berharga sehingga peneliti harus memiliki tanggungjawab untuk memperlakukan identitas diri dan informasi yang disampaikan oleh informan. Identitas dan informasi tersebut dapat dibuka atau tertutup untuk khalayak, tergantung dari kesepakatan antara peneliti dan informan yang tertulis dalam formulir kesepakatan (consent form). Peneliti boleh membuka identitas selama informan sepakat dan peneliti juga harus menghargai keputusan apabila informan ingin identitasnya dilindungi. Dalam pengambilan data penelitian kualitatif, sebaiknya peneliti mendapatkan izin baik secara tertulis ataupun lisan sehingga penelitian tidak melanggar norma-norma yang mungkin dianut oleh informan atau objek penelitian.

Mine Girl your heart, girl your face is so different from them others I say, you're the only one that I'll adore Cos everytime you're by my side My blood rushes through my veins And my geeky face, blushed so silly oo yeah, oyeah And I want to make you mine Reff : Oh baby I'll take you to the sky Forever you and I, you and I And we'll be together till we die Our love will last forever and forever you'll be mine, you'll be mine Girl your smile and your charm Lingers always on my mind I'll say, you're the only one that I've waited for

Penyingkatan Kata dan Frasa Dalam Berbahasa Oleh Endang Wahyuningsi

Gw benci banget ama loe! Ciyus? Contoh di atas merupakan salah satu penyingkatan kata dan frasa dalam berbahasa. Gw berasal dari gue yang merupakan bahasa betawi, sedangkan benci merupakan singkatan dari frasa benar-benar cinta dan ama berasal dari kata sama, loe berasal dari bahasa betawi, serta ciyus berasal dari kata serius. Di sebuah kos-kosan, seorang mahasiswi mengucapkan kata dan frasa yang disingkat, namun dipahami oleh anggota atau genknya, misalnya kata kuak dan kusal. Kuak yang merupakan penyingkatan dari kata kurang akal, sedangkankusal merupakan penyingkatan dari kata kurang salai. Singkatan lain misalnya, ababil (ABG labil), brownies (brondong manis), barbuk (barang bukti), CDMA (capek dech malas ah), 3G (gagah, ganteng, gaul), jadul (jaman dulu), dan lain sebagainya. Penyingkatan kata dan frasa tidak hanya dilakukan dalam berkomunikasi langsung, namun juga dalam komunikasi tidak langung. Misalnya, melalui handphone, seseorang bisa mengirimkan pesan kepada sahabatnya dengan menggunakan singkatan kata dan frasa, seperti mat mlm, cpt, GPL. Kata mat berasal dari kata selamat, sedangkan kata mlm berasal dari kata malam, cpt berasal dari katacepat, dan singkatan GPL berasal dari frasa nggak pake lama.Singkatan lain yang digunakan dalam pesan yang dikirim melaluihandphone, misalnya macama (samasama), prg (pergi), tw (tau), udh(sudah), mkn (makan), ge pain (lagi ngapain), mikum(assalamualaikum), boong (bohong), dan lain sebagainya. Dengan demikian, hampir semua kata yang digunakan dalam pesan yang dikirim melalui media handphone umumnya disingkat. Penyingkatan kata dan frasa tidak hanya dari bahasa Indonesia, tetapi juga berasal dari bahasa lain (bahasa Inggris). Misalnya, OMG (Oh, My God), BTW (By The Way), TMA (Take My Advice). Kata oh, my godberarti oh tuhan, sedangkan kata by the way memiliki arti ngomong-ngomong dan kata take my advice memiliki arti ambil nasihat saya. Singkatan kata atau frasa lain yang berasal dari bahasa Inggris, misalnya TBYB (Try Before You Buy) yang berarti coba sebelum membeli, ASAP (As Soon As Possible) yang berarti sesegera mungkin,TIA (Thanks In Advance) yang berarti terima kasih sebelumnya, TFIT (Thanks For The Thought) yang berarti terima kasih pendapatnya,TYVM (Thanks You Very Much) yang berarti terima kasih banyak. Penyingkatan kata dan frasa tidak hanya berasal dari bahasa Indonesia atau bahasa asing (bahasa Inggris) saja, tetapi juga berasal dari gabungan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Misalnya, sorulaz, sortel, dan bohay. Kata sorulaz merupakan gabungan dari kata bahasa Inggris dan bahasa Indonesia yang

membentuk frasa baru, yaitu sorry baru balas, sedangkan kata sortel merupakan gabungan kata bahasa Ingris dan bahasa Indonesia yang membentuk frasa baru, yaitu sorry telat, dan kata bohay merupakan gabungan dari kata bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, yaitu body aduhay. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penyingkatan kata dan frasa tidak hanya berasal dari bahasa Indonesia atau bahasa asing (Inggris) saja, akan tetapi juga merupakan gabungan dari kedua kata atau frasa dari bahasa tersebut. Pemaparan di atas merupakan penyingkatan kata dan frasa dalam bahasa gaul yang digunakan oleh banyak remaja di Tanah Air, namun tidak hanya remaja yang menggunakan dan memproduksi singkatan-singkatan kata dan frasa, bahkan orang dewasa dan anak-anak pun menggunakan singkatan bahasa tersebut. Hal ini dapat kita lihat dari jejaring sosial seperti facebook, twitter, friendster, dan iklan di televisi pun menggunakan singkatan tersebut. Lalu, terbersit dibenak kita apa sebenarnya singkatan itu? Bagaimanakah proses-proses peyingkatan itu? Kemudian, bagaimanakah efek singkatan-singkatan yang telah terbentuk terhadap perkembangan bahasa Indonesia? Pertama, kita maknai dulu apa itu singkatan? Menurut Kridalaksana (1996:162), singkatan merupakan salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf, seperti: UNP (Universitas Negeri Padang), DKI (Daerah Khusus Ibukota), dan KKN (Kuliah Kerja Nyata); maupun yang tidak dieja huruf demi huruf, seperti: dll (dan lain-lain), dng (dengan), dst (dan seterusnya). Adapun jenis-jensi singkatan, yaitu sebagai berikut. 1. 2. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan nada titik, misalnya: Prof. Dr. Harris Efendi Thahar, M.Pd. Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya, MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat).

3. 4.

Singkatan umum yang terdiri dari tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Akan tetapi, singkatan umum yang terdiri hanya dari dua huruf diberi tanda titik setelah masing-masing huruf. Misalnya, s.d. (sampai dengan). Lambang kimia, singkatan satuan ukur, takaran, timbangan, dan mata uang asing tidak diikuti tanda titik, misalnya: kg (kilogram).

Kedua, proses-proses penyingkatan kata dan frasa menurut (Kridalaksana, 1996:165-169), yaitu sebagai berikut. 1. Pengekalan huruf pertama tiap komponen, misalnya:

A= agama B= barat, bin, binti F= Fiat, Fokker G= gunung, gusti H= haji, hijrah AA= Asia Afrika, Ayah Angkat GWR= Gerakan Wisata Remaja PAPFIAS= Panitia Aksi Pemboikotan Film Imperialis Amerika Serikat Dll= dan lain-lain. 1. Pengekalan huruf pertama dengan pelesapan konjungsi, preposisi, reduplikasi dan preposisi, artikulasi, dan kata, misalnya: ABKJ= Akademi Bahasa dan Kebudayaan Jepang BASUKI= Badan Asuhan Sekolah dan Usaha Kebudayaan Indonesia BDB= Bebas dari Bea BHTI= Biro Hak Cipta di Indonesia DGI= Dewan Gereja-Gereja di Indonesia MAWI= Majelis Agung para Wali Gereja Indonesia.

Catatan: unsur yang dimiringkan dilesapkan. 1. Pengekalan huruf pertama dengan bilangan, bila berulang, misalnya:

D3= Dinas Dermawan Darah 4K= Kecerdasan, Kerajinan, Kesetiaan, dan Kesehatan BBN-A3= Bea Balik Nama Alat Angkutan Air P3AB= Proyek Percepatan Pengadaan Air Bersih 1. Pengekalan huruf pertama dari kata, misalnya:

Aj= ajudan As= asisten Ay= ayat Ka= karet, Kalimantan 1. Pengekalan 3 huruf pertama dari sebuah kata, misalnya:

Acc= accord Ant= antara Obl= obligasi Okt= Oktober 1. Pengekalan 4 huruf pertama dari suatu kata, misalnya:

Purn= purnawirawan Sekr= sekretaris Sept= September 1. Pengekalan huruf pertama dan huruf terakhir kata, misalnya:

BA= bintara

DI= divisi Fa= Firma Ir= Insinyur 1. Pengekalan huruf pertama dan huruf ketiga, misalnya:

Bb= bijblad Gn= gunung 1. Pengekalan huruf pertama dan terakhir dari suku kata pertama dan huruf pertama dari suku kata kedua, misalnya:

Kpt= kapten Ltn= letnan Kel= keluarga Lab= laboratorium 1. Pengekalan huruf pertama kata pertama dan huruf pertama kata kedua dari gabungan kata, misalnya:

a.d.= antedium VW= Volkswagen 1. 2. 3. Pengekalan huruf pertama dan diftong terakhir dari kata, misalnya sei= sungai. Pengekalan dua huruf pertama dari kata pertama dan huruf pertama kata kedua dalam suatu gabungan kata, misalnya: Swt= swatantra Pengekalan huruf pertama suku kata pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kata kedua dari suatu kata, misalnya: Bdg= bandung dgn= dengan 1. Pengekalan huruf pertama dari tiap suku kata, misalnya:

hlm= halaman ttg= tertanggal

1. 2.

Pengekalan huruf pertama dan huruf keempat dari suatu kata, misalnya DO= depot. Pengekalan huruf yang tidak beraturan, misalnya:

Ops= operasi KMD= komandan Hat= kejahatan Daft= didaftarkan. Ketentuan yang dikemukakan oleh pakar di atas, bisa kita kaitkan denga contoh-contoh yang telah dipaparkan pada awal paragraf tulisan ini. Misalnya, 3G (Gagah Ganteng, Gaul) merupakan salah satu contoh proses penyingkatan kata yang ke 3, yaitu pengekalan huruf pertama dengan bilangan, bila berulang. Memang benar penyingkatan kata dan frasa yang kita gunakan sekarang masih mengikuti proses yang telah dikemukan tersebut. Namun, apabila penyingkatan kata dan frasa ini semakin marak terutama singkatan bahasa gaul yang terus berkembang dan digunakan oleh kalangan baik itu siswa TK, SD, SLTP, SLTA, mahasiswi, bahkan guru dan dosen, serta masyarakat umum. Hal ini, menyentakkan kita pada efek dari singkatan-singkatan bahasa gaul yang merajalela. Terpikir oleh kita apa efek dari singkatan bahasa gaul terhadap perkembangan bahasa Indonesia ke depannya? Kita harus mengingat kembali akan sumpah pemuda, yang salah satu intinya Berbahasa satu bahasa Indonesia. Memang kita masih menggunakan bahasa Indonesia walaupun disingkat penggunaannya. Seandainya, kegiatan penyingkatan bahasa ini terus mendarah daging dalam diri remaja kita, kemudian bagaimana dengan perkembangan bahasa Indonesia ke depannya. Sebagai mana ungkapan Jika kebiasaan dipupuk lama kelamaan kebiasaan tersebut akan menjadi kebutuhan, untuk itu hendaknya para penerus bangsa mengingat pentingnya bahasa persatuan dan meminimalkan penggunaan singkatan-singkatan bahasa gaul yang akan berefek negatif terhadap perkembangan bahasa Indonesia dan cara berpikir bangsa ini ke depannya. Hal ini sesuai dengan falsafah bahwa bahasa merupakan lambang suatu bangsa!

Nama belakang, nama depan. Judul Buku. Kota Terbit: Penerbit, Tahun Terbit. Sedang Publikasi. Gleick, James. Chaos: Membuat Ilmu Baru. New York: Penguin, 1987. Cetak. Quinn, George. Kamus pelajar dari Indonesia saat ini. St Leonards, NSW, Australia: Allen & Unwin, 2001. Cetak.
Advertisement

Cara penulisan daftar pustaka - daftar pustaka atau bibliografi yaitu daftar buku-buku serta artikel sebagai acuan atau refrensi dalam penulisan karya ilmiah. daftar pustaka umumnya diikutkan pada akhir catatan serta berperan untuk pembaca supaya bisa lihat kembali sumber asli dari refrensi karya ilmiah yang ditulis.

berikut Cara Penulisan Daftar Pustaka

1. penyusunan urutan daftar pustaka menurut alfabet yang dengan berturut-turut dari atas ke bawah, tanpa memakai angka ( , 2, 3, dan sebagainya ) 2. dalam penulisan daftar pustaka butuh di perhatikan banyak hal di bawah ini : menulis nama pengarang ( nama pengarang sisi belakang terlebih dulu ditulis, lantas diikuti dengan nama depan ) catat tahun terbit buku, sesudah itu diberi sinyal titik (. ) catat tahun terbit buku memberikan garis bawah atau cetak miring. sesudah judul buku lantas diberikan sinyal titik (. ) catat kota terbit serta nama penerbitnya. pada ke-2 sisi tersebut diberi sinyal titik dua ( : ), setelah nama penerbit diberikan sinyal titik (. ) 3. apabila dapat dipakai dua sumber pustaka atau lebih dengan pengarang yang sama, maka sumber dirilis dari buku yang terlebih dulu terbit, lantas diikuti dengan buku yang baru terbit. pada ke-2 sumber pustaka itu dibubuhkan sinyal garis panjang. 4. apabila daftar pustaka datang dari sumber internet, maka bisa ditulis layaknya yang dianjurkan oleh sophia ( 2002 ), di mana komponen bibliografi online tersebut ditulis seperti berikut : nama pengarang tanggal revisi terakhhir judul makalah media yang memuat url yang terdiri dari protocol/situs/path/file tanggal akses 5. penulisan daftar pustaka dalam pengambilan data dari buku, pertama ; penulisan nama untuk awal memakai huruf besar terlebih dulu sesudah nama belakang ditulis beri ( sinyal koma ), diawali dari nama belakang lantas beri ( sinyal koma ) serta dilanjutkan dengan nama depan, ke-2 ; tahun pembuatan atau penerbitan buku, ketiga ; judul bukunya ingat ditulis unakan huruf miring sesudah judul pakai ( sinyal titik ), keempat ; area diterbitkannya sesudah area penerbitan pakai ( sinyal titik dua ), serta kelima ; penerbit buku tersebut diakhiri dengan ( sinyal titik ). layaknya perumpamaan di bawah ini :

peranginangin, kasiman ( 2006 ). aplikasi situs dengan php serta mysql. yogyakarta : penerbit andi offset. soekirno, harimurti ( 2005 ). langkah gampang menginstall situs server berbasis windows server 2003. jakarta : elex media komputindo. 6. penulisan daftar pustaka yang kian lebih satu/dua orang penulis dalam buku yang sama. pertama catat nama belakang dari penulis yang pertama sesudah nama belakang beri ( sinyal koma ) lantas catat nama depan bila nama depan berbentuk singkatan catat saja singkatan itu sesudah nama pertama selesai beri ( sinyal titik ) lantas beri ( sinyal koma ) untuk nama ke-2 / ketiga ditulis sama layaknya nama sali alis tak ada pergantian, yang beralih penulisannya cuma orang pertama namun orang ke-2 serta ketiga terus. sesudah penulisan nama ke-2 selesai, nah bila tiga penulis pakai sinyal serta ( & ) pada nama paling akhir begitupula bila penulisnya cuma dua orang saja, sesudah penulisan nama selesai, ke-2 ; tahun pembuatan atau cetakan buku tersebut dengan dimulai sinyal kurung buka serta kurung tutup/ ( ) sesudah itu beri ( sinyal titik ). ketiga ; judul buku atau karangan sesudah itu beri ( sinyal koma ) serta ditulis dengan huruf miring ok. keempat ; yakni penulisan area penerbitan/cetakan sesudah itu beri ( sinyal titik dua : ) serta paling akhir kelima ; nama perusahaan penerbit buku atau catatan tersebut serta diakhiri ( sinyal titik ) ok. untuk gelar akademik tidak ditulis dalam penulisan daftar pustaka. nah ini perumpamaannya layaknya di bawah ini : suteja, b. r., sarapung, j. a, & handaya, w. b. t. ( 2008 ). memasuki dunia e-learning, bandung : penerbit informatika.

Anda mungkin juga menyukai