Anda di halaman 1dari 12

1.

bahasa alay dan gaul


Senin, 12 Mei 2014
Dampak Positif dan Negatif, Cocok untuk debat bahasa Indonesia

Asalamualaikum waroh matulohiwabarokatu


awalnya dari belajar dan mencari materi mengenai bahasa alay dan gaul untuk
persiapan lomba debat bahasa Indonesia.. yang akan di adakan pada tanggal 24
Mai 2014 yang akan datang.. semoga bermanfaat..

Tema bahasa alay dan gaul memperbanyak bahasa Indonesia

Negatif [***]
Komunikasi merupakan salah satu cara kita untuk saling berinteraksi.. tanpa
komunikasi pastinya seseorang akan mengalami kesulitan,.. dan di dalam komunikasi
faktor yang paling penting yang harus kita perhatikan adalah penggunaan bahasa.
Mengingat bahwa negara indonesia memiliki beranekaragam bahasa ., sebaiknya
bahasa alay tidak perlu di gunakan dalam komunikasi karena akan merusak tatanan
bahasa indonesia, di perkuat dengan pernyataan dari Koentjaraningrat, Alay adalah
gejala yang dialami pemuda dan pemudi bangsa Indonesia, yang ingin diakui statusnya
di antara teman-temannya. Gejala ini akan mengubah gaya tulisan, dan gaya
berpakaian, sekaligus meningkatkan kenarsissan yang cukup mengganggu masyarakat
pada umumnya. Sedangkan menurut salah satu dosen Fakultas Jurnalistik Universitas
Padjajaran,bahsa alay merupakan bahasa sandi yang hanya berlaku dalam komunitas
mereka. Tentu saja itu tidak mungkin digunakan ke pihak di luar komunitas mereka
misalnya guru dan orangtua. Penggunaan bahasa sandi itu menjadi masalah bila
digunakan dalam komunikasi massa karena bahasa yang mereka pakai tidak dapat
dipahami oleh segenap khayalak . Intinya bahasa alay hanya mementingkan bahasa
secara kelompok saja,.. tidak secara menyeluruh.. Dampak negatif lainnya, dapat
mengganggu siapa pun yang membaca dan mendengar kata-kata yang termaksud di
dalamnya, karena tidak semua orang mengerti akan maksud dari kata-kataalay tersebut.
Terlebih lagi dalam bentuk tulisan, sangat memusingkan dan memerlukan waktu yang
lebih banyak untuk memahaminya.penggunaan bahasa alay yang demikian akan
membuat Masyarakat Indonesia tidak mengenal lagi bahasa baku.
Masyarakat Indonesia tidak memakai lagi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
Dulu anak – anak kecil bisa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tapi
sekarang anak kecil lebih menggunakan bahasa alay. Misalnya dulu kita memanggil
orang tua dengan sebutan ayah atau ibu, tapi sekarang anak kecil memanggil ayah atau
ibu dengan sebutan bokap atau nyokap.
Di tambah pula Penulisan bahasa indonesia menjadi tidak benar. Yang mana pada
penulisan bahasa indonesia yang baik, hanya huruf awal saja yang diberi huruf kapital,
dan tidak ada penggantian huruf menjadi angka dalam sebuah kata ataupun kalimat.

Bahasa alay dapat mengancam bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia sendiri.
Sumpah pemuda yang baru kita peringati bisa dengan tidak sadar telah di khianati oleh
generasi muda saat ini. Sumpah pemuda menjunjung tinggi bahasa persatuan yaitu
bahasa Indonesia, tetapi apa yang terjadi sekarang? Yang dijunjung tinggi oleh generasi
muda adalah bahasa Indonesia yang tidak sesuai lagi yaitu bahasa alay. Apa namanya
ini kalau bukan mengingkari dari sumpah pemuda.
Anak-anak akan terbiasa menulis dan membaca menggunakan bahasa Alay yang
disingkat dan mengkombinasikan angka dan huruf . Dampaknya mereka akan merasa
bosan ketika dihadapkan untuk membaca kalimat yang panjang dan ditulis lengkap.
Yang mengerikan lagi meraka dapat membenci membaca buku. Banyak siswa yang
mengeluh ketika menghadapai ujian bahasa Indonesia. Dikarenakan soal-soal bahasa
Indonesia siswa harus membaca paragraf atau cerita yang panjang terlebih dahulu
sebelum menjawab soal. Siswa yang terbiasa membaca bahasa alay pasti akan merasa
malas untuk membacanya . Bahasa alay juga membuat lunturnya norma sopan santun.
Kata seperti truss gua suruh bilang wow gitu , kalimat ini biasanya digunakan untuk
menghina tau mengejek orang lain. Kalimat ini sama sekali tidak mempunyai manfaat .
Malah banyak dampak negatif didalamnya. Bahasa alay yang sok imut dan lucu juga
akan membentuk karakter yang cengeng dan mellow. Padahal generasi muda
membutuhkan karakter-karakter yang kuat dan tangguh untuk bisa membangun bangsa
ini.

Seseorang yang mengunakan bahasa alay/gaul berarti mereka sudah tidak lagi
memperdulikan pembinaan bahasa indonesia padahal pemakai bahasa indonesia yang
baik dan benar akan memberi kemudahan serta persatuan yang erat . Penggunaan
bahasa alay justru akan mempersulit penggunanya untuk berbahasa Indonesia dengan
baik dan benar. Padahal, di sekolah atau di tempat kerja, kita diharuskan untuk selalu
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dengan dibiasakannya
seseorang menggunakan bahasa alay, maka dapat menyulitkan diri sendiri, misalnya
dalam membuat tulisan ilmiah seseorang akan kesulitan menulis karena telah terbiasa
menggunakan bahasa alay, dan yang lebih memprihatinkan lagi sampai saat ini belum
ada yang pernah mencapai nilai sempurna dalam UN (Ujian Nasional) untuk mata
pelajaran bahasa Indonesia. Tata bahasa Indonesia pada saat ini sudah banyak
mengalami perubahan. Masyarakat Indonesia khususnya para remaja, sudah banyak
kesulitan dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Perubahan tersebut terjadi dikarenakan adanya penggunaan bahasa baru yang
mereka anggap sebagai kreativitas.
Bahasa Alay secara langsung maupun tidak telah mengubah masyarakat Indonesia
untuk tidak mempergunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Sebaiknya
bahasa Alay tidak usah di dipergunakan karena akan mendorong hilangnya budaya
berbahasa Indonesia.
Kurangnya kesadaran untuk mencintai bahasa di negeri sendiri berdampak pada
tergilasnya atau lunturnya bahasa Indonesia dalam pemakaiannya dalam masyarakat.
Salah satu kebijakan untuk tetap melestarikan bahasa nasional adalah pemerintah
bersama segenap lapisan masyarakat menjunjung tinggi bahasa Indonesia agar tetap
menjadi bahasa yang dapat dibanggakan dan sejajar dengan bahasa-bahasa di seluruh
dunia. Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara kita dan juga sebagai
identitas bangsa. Untuk itulah, kita sebagai generasi muda, harus cermat dalam memilih
serta mengikuti trend yang ada. Jangan sampai merusak budaya bahasa kita sendiri.
Cintailah bahasa Indonesia !

POSITIF[$$$]
Kekreatifitasan merupakan hak setiap manusia untuk berkarya maupun
menciptakan hal hal baru. Di jaman modern ini orang orang di tuntut untuk mencari
serta menciptakan hal-hal yang baru agar tidak tertinggal serta memiliki tantangan.
Berbahasa dalam berkomunikasi juga tak luput dari yang namanya kreatifitas, contohnya
dengan kemunculan bahasa bahasa alay dan gaul. Terlepas dari menganggu atau
tidaknya bahasa Alay ini, tidak ada salahnya kita menikmati tiap perubahan atau inovasi
bahasa yang muncul. Asalkan dipakai pada situasi yang tepat, media yang tepat dan
komunikan yang tepat juga. Dampak positif dengan digunakannya bahasa Alay adalah
remaja menjadi lebih kreatif. Pesatnya perkembangan jumlah pengguna bahasa alay
menunjukkan semakin akrabnya genersai muda Indonesia denga dunia teknologi
terutama internet. Munculnya bahasa alay juga menunjukkan adanya perkembangan
zaman yang dinamis, karena suatu bahasa harus menyesuaikan dengan masyarakat
penggunanya agar tetap eksis. Fenomena kebahasaan yang paling hangat terjadi
adalah maraknya penggunaan kata-kata gaul dan alay oleh anak remaja.. khususnya
remaja yang berada pada perkotaan, remaja yang berada pada bangku sekolah ,
maupun yang tidak . Sejatinya bahasa-bahasa gaul yang di ikuti mereka berawal dari
iklan, yang ada di televisi.. filem dan sejenisnya yang Kata-kata yang merujuk pada
bahasa gaul yang booming kini seperti ciyus ‘serius’, miapah ‘demi
apa’, enelan ‘beneran’ dan masih banyak lagi. Sepintas, kata-kata seperti itu terkesan
lumrah terdengar sehari-hari. Penggunaannya marak digunakan oleh berbagai kalangan
khususnya para remaja. Banyak yang menganggap jika penggunaan kata-kata terebut
dianggap wajar dan lucu atau bahkan mencirikan identitas dari sekelompok tertentu ..

Dalam bidang komunikasi Bahasa alay ini bukan hanya sebagai alat komunikasi,
namun juga alat identifikasi. Para remaja menggunakan bahasa alay ini bisa jadi untuk
mengidentifikasikan diri mereka. Pengunaan bahasa alay juga dapat berguna untuk
menumbuhkan eksistensi diri. Bahasa ini digunakan oleh kalangan remaja sebagai
bahasa kode atau singkatan agar kata-kata menjadi unik, lucu dan menarik. Tidak
dipungkiri hingga sekarang bahasa alay semakin luas pemakaiannya dan semakin
banyak para remaja bahkan orang dewasa menggunkan penulisan atau pengucapan
bahasa alay karena adanya unsur daya tarik yang membuat orang-orang yang
sebelumnya kurang paham akan bahasa alay ini menjadi ingin tahu dan akhirnya
mengikuti menggucapkan atau menulis dengan bahasa alay. Bahasa alay merupakan
fenomena tersendiri di kalangan masyarakat khususnya remaja di indonesia. Bahasa
alay biasanya digunakan dalam penulisan-penulisan pada obrolan yang informal seperti
tulisan dan kalimat-kalimat yang di tulis di media facebook. yang sifatnya menghibur,
menjalin keakraban, atau untuk mencairkan suasana, karena menurut para alayers (
sebutan untuk anak alay ) apabila memakai bahasa atau penulisan baku suasana yang
terjadi cenderung formal dan tidak akrab.
Pada dasarnya, ada dua hal utama yang menjadi perhatian remaja, yaitu identitas dan
pengakuan. Penggunaan dan penulisan bahasa dengan ciri khasnya bisa menjadi
pembentukan kedua hal tersebut di atas. Terdapat dua alasan utama mengapa remaja
menggunakan bahasa tulis dengan ciri tersendiri; pertama, mereka mengukuhkan diri
sebagai kelompok sosial tertentu, yaitu remaja. Kedua, merupakan sebuah bentuk
perlawanan terhadap dominasi bahasa baku atau kaidah bahasa yang telah mapan.
Remaja merasa menciptakan identitas dari bahasa yang mereka ciptakan sendiri pula.
Remaja sebagai kelompok usia yang sedang mencari identitas diri memiliki kekhasan
dalam menggunakan bahasa lisan maupu tulis. Terdapat semacam keseragaman gaya
yang kemudian menjadi gaya hidup mereka. sehingga mereka yang tidak
menggunakannya akan dianggap ketinggalan jaman atau kuno.

Dari hasil pengamatan, bahasa alay dapat memberikan manfaat dan efek positif
khususnya bagi alayers itu sendri:
1. Sebagai sarana komunikasi yang menarik bagi alayers karena menurut mereka
dengan menggunakan bahasa alay berarti mereka telah menganekaragamkan bahasa
khususnya pada remaja yang semula hanya menggunakan bahasa daerah atau bahasa
Indonesia.

2. Sebagai sarana penuangan kreativitas dalam penulisan-penulisan yang non formal


agar terlihat unik, karena dengan penulisan bahasa alay yang berbeda dengan penulisan
bahasa pada umumnya yang berupa penggabungan huruf dan angka maupun
penambahan komponen huruf di setiap kata mereka (alayers) dianggap kreatif karena
bisa menciptakan tulisan tulisan yang unik dan menarik pada penulisan non formal.
Apabila dilihat dari segi usahanya, Pembinaan bahasa Indonesia ditujukan pada
pemakai bahasa Indonesia, sedangkan pengembangan bahasa Indonesia ditujukan
pada bahasa Indonesia itu sendiri. Jadi, pembinaan bahasa Indonesia berurusan dengan
bagaimana pemakai bahasa Indonesia harus menggunakan bahasa Indonesia dengan
baik dan benar serta dapat menggunakan sesuai dengan kedudukan dan fungsinya;
sedangkan pengembangan bahasa Indonesia berurusan dengan bagaimana bahasa
Indonesia dapat menjalankan kedudukannya sebagai bahasa nasional dan bahasa
Negara serta dapat menjalankan fungsinya sebagai bahasa pemersatu, bahasa
pemerintahan, bahasa pengantar kependidikan, bahasa perhubungan resmi, dan bahasa
pendukung ilmu pengetahuan dan teknologi .
Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa pembinaan bahasa Indonesia berurusan
dengan bagaimana pemakai bahasa Indonesia harus menggunakan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar serta dapat menggunakan sesuai dengan kedudukan dan
fungsinya. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kehadiran bahasa alay sebagai
sebuah variasi nuansa baru bahasa yang semakin diminati oleh kalangan remaja
tentunya sangat memiliki efek besar terhadap pembinaan bahasa Indonesia. Bahasa
alay yang tergolong sebagai bahasa informal yang banyak digunakan sebagai alat untuk
berkomunikasi
Begitupun dengan pengembangan bahasa Indonesia. Kehairan bahasa alay yang
semakin diminati oleh remaja menghasilkan kata-kata baru meskipun maknanya sama
dengan kata baku bahasa Indonesia. Kata-kata dalam bahasa alay sering
mencmpuradukkan bahasa Indonesia,bahasa asing ataupun bahasa daerah . Itu semua
bisa memperbanyak tiap suku bahasa indonesia.

Pro-kontra mengenai penggunaan kosakata bahasa alay dan bahasa gaul sebagai salah satu media
komunikasi terus terjadi dan menjadi hal yang berkelanjutan. Secara pribadi, saya pun mengakui
bahwa saya masih sangat sering menggunakan kosakata bahasa alay dan bahasa gaul, namun di
sisi lain saya juga sering mengkritisi pemakaiannya. Para pemerhati penggunaan bahasa dan isu-
isu kebahasaan tentu memantau perkembangan kosakata bahasa alay dan bahasa gaul, tidak
terkecuali seorang mahasiswa seperti saya. Secara pribadi, saya membedakan bahasa alay dan
bahasa gaul tidak hanya berdasarkan cara penulisan atau pengetikan. Banyak yang membedakan
bahasa alay dan bahasa gaul sebatas pada cara penulisan atau pengetikan. Bahasa alay memiliki
gaya pengetikan yang unik, seperti dicampur angka, atau diketik dengan huruf besar di tengah
kata, dipersingkat secara bebas, dan lain-lain. Saya mengidentifikasi kosakata bahasa alay dari
sifat atau nilai di dalam kosakata bahasa alay. Menurut saya, kosakata bahasa alay memiliki sifat
lebih unyu, menye-menye, dan lebay dibandingkan dengan bahasa gaul, contohnya: bingits,
iyuwh, malez, kezel,, ciyus miapah, dan lain-lain. Sedangkan kosakata bahasa gaul tidak seperti
itu, contohnya: jomblo, keren, nggak, jiper, baper, bokap, nyokap, dan lain-lain. Fakta bahwa
bahasa gaul tidak hanya ada di Indonesia mungkin belum banyak diketahui. Slang dalam bahasa
Inggris merupakan jenis bahasa gaul dengan salah satu kosakatanya yang sangat populer yaitu
‘selfie’. Di Wikipedia juga terdapat ‘slang’ dalam bahasa lainnya seperti bahasa Perancis, Jerman,
Belanda, dan lain-lain. Bahasa alay dan bahasa gaul kebanyakan digunakan oleh kaum muda-
mudi dan remaja masa kini. Kondisi banyaknya remaja yang belum mampu menggunakan bahasa
secara proporsionalitas dianggap mampu merusak eksistensi bahasa Indonesia maupun bahasa
daerah. Remaja yang beru mengenal hal baru dan menyukainya memang sering cenderung akan
mengulangi dan melakukan hal tersebut secara terus menerus. Hal ini lah yang menjadi kontra di
masyarakat. Banyak dari masyarakat yang bersikap menyalahkan bahkan menghujat mereka yang
berbahasa alay dan gaul sebagai orang-orang yang tidak mengerti cara berbahasa tanpa tahu
kemampuan mereka sebenarnya. Saya adalah orang yang kerap kali menyisipkan kosakata bahasa
alay dan bahasa gaul dalam komunikasi verbal dan non-verbal yang informal. Tidak sedikit orang
yang sempat mencemooh saya sebagai orang yang merusak tatanan bahasa Indonesia yang baik
dan benar. Padahal saya tidak bermaksud seperti itu. Dengan menggunakan kosakata bahasa alay
dan bahasa gaul, saya bermaksud mengapresiasi eksistensi bahasa-bahasa tersebut seperti yang
orang-orang lain lakukan. Bahasa alay dan bahasa gaul hadir sebagai buah kreatifitas yang
diapresiasi dan digunakan oleh banyak masyarakat, khususnya kalangan muda-mudi dan remaja.
Saya memakai bahasa alay dan gaul dengan memperhatikan proporsinya. Saya hanya
menggunakannya sebagai media komunikasi yang bersifat tidak resmi/tidak formal saja. Saya
tidak pernah mencampurkan kosakata bahasa alay dan gaul ke dalam komunikasi formal. Ini
karena saya menyadari bagaimana porsi bahasa tersebut dalam kegiatan komunikasi. Bahasa alay
dan bahasa gaul dianggap merusak ketika para penggunanya belum dapat menggunakan bahasa
ini sesuai dengan proporsinya, seringnya berlebihan. Kebanyakan remaja juga mungkin hanya
diberikan materi pembelajaran yang teoritis ketika mata pelajaran bahasa. Mereka belum
mendapatkan pengetahuan mengenai cara dan proporsi yang tepat untuk penggunaan setiap
bahasa yang mereka gunakan sehari-hari. Hal inilah yang seharusnya menjadi kepedulian kita,
sehingga kita yang sudah paham seharusnya dapat berbagi pengetahuan bersama mereka yang
belum mengerti. Nantinyapun, tidak ada yang saling mencemooh apabila mendapati kasus-kasus
yang berhubungan dengan proporsionalitas bahasa terjadi, malahan akan saling mengingatkan.
Sudah seharusnya, kita tidak sembarang mencela bahwa seseorang memiliki kemampuan bahasa
Indonesia yang buruk apabila dia menggunakan bahasa alaya tanpa tahu skor UKBI (Uji
Kemahiran Berbahasa Indonesia)nya, bukan? J Tria Agda Marenty S. /tria-agda A college student,
stay in Sumatera. A food taster. An alive young women in an unpredictable world.
instagram.com/ms_agda; twitter.com/ms_agda; ask.fm/agdagda Selengkapnya...

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/tria-agda/bahasa-alay-dan-bahasa-gaul-merusak-
atau-memperkaya_56080038b89373b024da845f

Bahasa prokem
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Artikel ini perlu dirapikan atau ditulis ulang karena artikel ini bersifat umum sedangkan
isinya ditulis dalam konteks yang terlalu spesifik/sempit.

Bahasa prokem atau Bahasa gaul adalah ragam bahasa Indonesia nonstandar yang lazim
digunakan di Jakarta pada tahun 1970-an yang kemudian digantikan oleh ragam yang disebut
sebagai bahasa gaul. Bahasa prokem ditandai oleh kata-kata Indonesia atau kata dialek Betawi
yang dipotong dua fonemnya yang paling akhir kemudian disisipi bentuk -ok- di depan fonem
terakhir yang tersisa. Misalnya, kata bapak dipotong menjadi bap, kemudian disisipi -ok- menjadi
bokap. Diperkirakan ragam ini berasal dari bahasa khusus yang digunakan oleh para narapidana.
Seperti bahasa gaul, sintaksis dan morfologi ragam ini memanfaatkan sintaksis dan morfologi
bahasa Indonesia dan dialek Betawi.

Bahasa prokem Indonesia atau bahasa gaul atau bahasa prokem yang khas Indonesia dan
jarang dijumpai di negara-negara lain kecuali di komunitas-komunitas Indonesia. Bahasa prokem
yang berkembang di Indonesia lebih dominan dipengaruhi oleh bahasa Betawi yang mengalami
penyimpangan/ pengubahsuaian pemakaian kata oleh kaum remaja Indonesia yang menetap di
Jakarta.

Kata prokem sendiri merupakan bahasa pergaulan dari preman. Bahasa ini awalnya digunakan
oleh kalangan preman untuk berkomunikasi satu sama lain secara rahasia. Agar kalimat mereka
tidak diketahui oleh kebanyakan orang, mereka merancang kata-kata baru dengan cara antara lain
mengganti kata ke lawan kata, mencari kata sepadan, menentukan angka-angka, penggantian
fonem, distribusi fonem, penambahan awalan, sisipan, atau akhiran. Masing-masing komunitas
(daerah) memiliki rumusan sendiri-sendiri. Pada dasarnya bahasa ini untuk memberkan kode
kepada lawan bicara (kalangan militer dan kepolisian juga menggunakan).

Contoh yang sangat mudah dikenali adalah dagadu yang artinya matamu. Perubahan kata ini
menggunakan rumusan penggantian fonem, dimana huruf M diganti dengan huruf D, sedangkan
huruf T diubah menjadi G. Sementara huruf vokal sama sekali tidak mengalami perubahan.
Rumusan ini didasarkan pada susunan huruf pada aksara jawa yang dibalik dengan melompati
satu baris untuk masing-masing huruf. Bahasa ini dapat kita jumpai di daerah Yogyakarta dan
sekitarnya.
Belakangan ini bahasa prokem mengalami pergeseran fungsi dari bahasa rahasia menjadi bahasa
pergaulan anak-anak remaja. Dalam konteks kekinian, bahasa pergaulan anak-anak remaja ini
merupakan dialek bahasa Indonesia non-formal yang terutama digunakan di suatu daerah atau
komunitas tertentu (kalangan homo seksual atau waria). Penggunaan bahasa gaul menjadi lebih
dikenal khalayak ramai setelah Debby Sahertian mengumpulkan kosa-kata yang digunakan dalam
komunitas tersebut dan menerbitkan kamus yang bernama Kamus Bahasa Gaul pada tahun 1999.

Daftar isi
 1 Sejarah
 2 Penggolongan
 3 Distribusi geografis
 4 Pemakaian resmi
 5 Pengucapan
 6 Tata bahasa
 7 Bahasa prokem Tegal
 8 Partikel yang sering dipakai
o 8.1 Deh/ dah
o 8.2 Dong
o 8.3 Eh
o 8.4 Kan
o 8.5 Kok
o 8.6 Lo/Loh
o 8.7 Nih/ ni
o 8.8 Sih
o 8.9 Tuh/ tu
o 8.10 Ya
o 8.11 Yah
 9 Lihat pula
 10 Referensi
 11 Pranala luar

Sejarah
Bahasa prokem merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa dalam
pergaulan anak-anak remaja. Istilah ini muncul pada akhir tahun 1980-an. Pada saat itu ia dikenal
sebagai 'bahasanya para bajingan atau anak jalanan' disebabkan arti kata prokem dalam pergaulan
sebagai preman.

Saat ini bahasa prokem telah banyak terasimilasi dan menjadi umum digunakan sebagai bentuk
percakapan sehari-hari dalam pergaulan di lingkungan sosial bahkan dalam media-media populer
seperti TV, radio, dunia perfilman nasional, dan seringkali pula digunakan dalam bentuk
pengumuman-pengumuman yang ditujukan untuk kalangan remaja oleh majalah-majalah remaja
populer. Karena jamaknya, kadang-kadang dapat disimpulkan bahasa prokem adalah bahasa
utama yang digunakan untuk komunikasi verbal oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari,
kecuali untuk keperluan formal. Karenanya akan menjadi terasa 'aneh' untuk berkomunikasi
secara verbal dengan orang lain menggunakan bahasa Indonesia formal.

Bahasa prokem senantiasa berkembang. Banyak sekali kata-kata yang menjadi kuno atau pun
usang disebabkan kecenderungan dan perkembangan zaman.

Penggolongan
Tiada penggolongan formal dari bahasa prokem, kecuali barangkali bahasa tersebut termasuk
sebagai bagian ataupun cabang dari bahasa Indonesia.
Distribusi geografis
Bahasa prokem umumnya digunakan di lingkungan perkotaan. Terdapat cukup banyak variasi dan
perbedaan dari bahasa prokem bergantung pada kota tempat seseorang tinggal, utamanya
dipengaruhi oleh bahasa daerah yang berbeda dari etnis-etnis yang menjadi penduduk mayoritas
dalam kota tersebut. Sebagai contoh, di Bandung, Jawa Barat, perbendaharaan kata dalam bahasa
prokemnya banyak mengandung kosakata-kosakata yang berasal dari bahasa Sunda.

Pemakaian resmi
Bahasa prokem bukanlah bahasa Indonesia resmi meskipun bahasa ini digunakan secara luas
dalam percakapan verbal dalam kehidupan sehari-hari.contoh bahasa : dulu menggunakan bahasa
baku kalau sekarang memakai bahasa elu gua

Pengucapan
Cara pengucapan bahasa gaul dilafalkan secara sama seperti halnya bahasa Indonesia. Kosakata-
kosakata yang meminjam dari bahasa lain seperti bahasa Inggris ataupun Belanda diterjemahkan
pengucapannya, contohnya, 'Please' ditulis sebagai Plis, dan 'Married' sebagai Merit.

Untuk contoh lainnya, lihat juga (Inggris) SEASite guide to pronunciation of Indonesian.

Tata bahasa
Struktur dan tatabahasa dari bahasa prokem tidak terlalu jauh berbeda dari bahasa formalnya
(bahasa Indonesia), dalam banyak kasus kosakata yang dimilikinya hanya merupakan singkatan
dari bahasa formalnya. Perbedaan utama antara bahasa formal dengan bahasa prokem ada dalam
perbendaharaan kata.

Banyak orang asing yang belajar Bahasa Indonesia merasa bingung saat mereka berbicara
langsung dengan orang Indonesia asli, karena Bahasa yang mereka pakai adalah formal,
sedangkan kebanyakan orang Indonesia berbicara dengan bahasa daerahnya masing-masing atau
juga menggunakan bahasa prokem.

Contoh
Bahasa Indonesia Bahasa prokem (informal)
Aku, saya Gue, gua (ditulis pula gw)
Kamu Lu, lo (ditulis pula lw)
Penatlah! Capek deh!
Benarkah? Emangnya bener?, Beneran?
Tidak Enggak,Gk,Ga
Tidak peduli Emang gue pikirin! (singkatnya EGP),Peduli amat!
Norak/Udik Kamseupay
Astaga Anjir, Anjay, Anjoy

Bahasa prokem Tegal


Salah satu daerah yang memiliki bahasa prokem unik adalah Kota Tegal dan sekitarnya. Awal
penggunaan bahasa prokem di Tegal adalah sejak perang melawan penjajahan Belanda. Laskar
yang bergerilnya menggunakan bahasa sandi yang setelah era kemerdekaan masih tetap
dipergunakan sebagai bahasa prokem hingga kini, di samping dialek Tegalan.

Bahasa prokem Tegal tidak menggunakan satu rumusan. Ada sebagian kata yang sekadar
mengadopsi dari bahasa Arab seperti harem menjadi kharim (istri), distribusi fonem, seperti
bapak/bapa menjadi jasak, wadon (perempuan) menjadi tarok. Ada pula yang menggunakan
variabel nama untuk seseorang yang sering jadi bahan olokan, obyek penderita, seperti Dalban,
Waknyad, atau Mardiyah. Lantaran keragaman rumusan itulah mengakibatkan tidak semua orang
(pendatang) dapat memahami bahasa gaul Tegal.

Jika mengacu pada contoh di atas, ada kosa kata yang tidak jelas perumusannya, seperti berikut
ini:

 Jakwir berasal dari kata batir (teman), semestinya dilafalkan (ditulis) jawir.
 Jagin, berasal kata balik (pulang), namun sering diucapkan sebagai jegin

Adapun kata manjing yang berarti masuk merupakan copy dari padanan kata anjing dan asu

Partikel yang sering dipakai


Sih, nih, tuh, dong, merupakan sebagian dari partikel-partikel bahasa prokem yang membuatnya
terasa lebih "hidup" dan membumi, menghubungkan satu anak muda dengan anak muda lain dan
membuat mereka merasa berbeda dengan orang-orang tua yang berbahasa baku. Partikel-partikel
ini walaupun pendek-pendek namun memiliki arti yang jauh melebihi jumlah huruf yang
menyusunnya. Kebanyakan partikel mampu memberikan informasi tambahan kepada orang lain
yang tidak dapat dilakukan oleh bahasa Indonesia baku seperti tingkat keakraban antara
pembicara dan pendengar, suasana hati/ekspresi pembicara, dan suasana pada kalimat tersebut
diucapkan.

Deh/ dah

Deh/ dah asalnya dari kata sudah yang diucapkan singkar menjadi deh/dah atau udah. Namun
dalam konteks berikut, deh/dah ini sebagai penekanan atas pernyataan.

 Bagaimana kalau ...

Coba dulu deh. (tidak menggunakan intonasi pertanyaan) - Bagaimana kalau


dicoba dahulu?
Besok pagi aja deh. - Bagaimana kalau besok pagi saja?

 Saya mau ...

Lagi deh. - Saya mau lagi.


Yang biru itu deh. - Saya mau yang biru itu saja.
Aku pergi deh. - Saya mau pergi dahulu.

Partikel ini tidak dapat dipakai di awal kalimat lengkap atau berdiri sendiri.

Dong

Partikel dong digunakan sebagai penegas yang halus atau kasar pada suatu pernyataan yang akan
diperbuat.

 Tentu saja ...

Sudah pasti dong. - Sudah pasti / Tentu saja.


Mau yang itu dong - Tentu saja saya mau yang itu.

 Kata perintah atau larangan yang sedikit kasar / seruan larangan.

Maju dong! - Tolong maju, Pak/Bu.


Pelan-pelan dong! - Pelan-pelan saja, Kak/Dik.

Partikel ini tidak dapat dipakai di awal kalimat lengkap atau berdiri sendiri.
Eh

 Pengganti subjek, sebutan untuk orang kedua.


o Eh, namamu siapa? - Bung, namamu siapa?
o Eh, ke sini sebentar. - Pak/Bu, ke sini sebentar.
o Ke sini sebentar, eh. - Ke sini sebentar, Bung.
 Membetulkan perkataan sebelumnya yang salah.
o Dua ratus, eh, tiga ratus. - Dua ratus, bukan, tiga ratus.
o Biru, eh, kalau gak salah hijau. - Biru, bukan, kalau tidak salah hijau.
 Mengganti topik pembicaraan
o Eh, kamu tahu tidak ... - Omong-omong, kamu tahu tidak ...
o Eh, jangan-jangan ... - Hmm... jangan-jangan ...
 Berdiri sendiri: menyatakan keragu-raguan
o Eh...

Selain 'eh' sebagai sebutan untuk orang kedua, partikel ini biasanya tidak dapat dipakai di akhir
kalimat lengkap.

Kan

 Kependekan dari 'bukan', dipakai untuk meminta pendapat/penyetujuan orang lain


(pertanyaan).

Bagus kan? - Bagus bukan?


Kan kamu yang bilang? - Bukankah kamu yang bilang demikian?
Dia kan sebenarnya baik. - Dia sebenarnya orang baik, bukan?

 Jika dirangkai dalam bentuk "kan ... sudah ..." menyatakan suatu sebab yang pasti
(pernyataan).

Kan aku sudah belajar. - Jangan khawatir, aku sudah belajar.


Dia kan sudah sabuk hitam. - Tidakkah kamu tahu bahwa dia sudah (memiliki
tingkatan) sabuk hitam.

 Berdiri sendiri: menyatakan dengan nada kemenangan "Lihatlah, bukankah aku sudah
bilang demikian"

Kan...

Kok

 Kata tanya pengganti 'Kenapa (kamu)'

Kok kamu terlambat? - Kenapa kamu terlambat?


Kok diam saja? - Kenapa kamu diam saja?
Kok dia mukanya masam? - Kenapa dia mukanya masam?
Kok aku tidak percaya kamu? - Kenapa aku tidak dapat mempercayaimu?

 Memberi penekanan atas kebenaran pernyataan yang dibuat.

Saya dari tadi di sini kok. - Saya mengatakan dengan jujur bahwa dari tadi
saya ada di sini.
Dia tidak mencurinya kok. - Saya yakin bahwa dia tidak mencurinya.

 Berdiri sendiri: menyatakan keheranan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata

Kok???

Lo/Loh
 Kata seru yang menyatakan keterkejutan. Bisa digabung dengan kata tanya. Tergantung
intonasi yang digunakan, partikel ini dapat mencerminkan bermacam-macam ekspresi.

Lho, kok kamu terlambat? - Kenapa kamu terlambat? (dengan ekspresi heran)
Loh, apa-apaan ini! - Apa yang terjadi di sini? (pertanyaan retorik dengan
ekspresi terkejut/marah)
Lho, aku kan belum tahu? - Aku sebenarnya belum tahu. (dengan ekspresi tidak
bersalah)
Loh, kenapa dia di sini? - Kenapa dia ada di sini? (dengan ekspresi terkejut)

 Kata informatif, untuk memastikan / menekankan suatu hal.

Begitu lho caranya. - Begitulah caranya.


Nanti kamu kedinginan loh. - Nanti kamu akan kedinginan (kalau tidak
menggunakan jaket, misalnya).
Aku mau ikut lho. - Aku mau ikut, tahu tidak?.
Ingat loh kalau besok libur. - Tolong diingat-ingat kalau besok libur.
Jangan bermain api lho, nanti terbakar. - Ingat, jangan bermain api atau nanti
akan terbakar.

 Berdiri sendiri: menyatakan keheranan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata

Lho???

Nih/ ni

 Kependekan dari 'ini'.

Nih balon yang kamu minta. - Ini (sambil menyerahkan barang). Balon yang kamu
minta.
Nih, saya sudah selesaikan tugasmu. - Ini tugasmu sudah saya selesaikan.
(I)ni orang benar-benar tidak bisa dinasehati - Orang ini benar-benar tidak
bisa dinasehati

 Tergantung intonasi yang digunakan, partikel ini dapat mencerminkan bermacam-macam


ekspresi (umumnya tentang keadaan diri sendiri).

Cape, nih. - Saya sudah lelah. (dengan ekspresi lelah)


Saya sibuk, nih. - Saya baru sibuk, maaf. (dengan ekspresi menolak tawaran
secara halus)
Sudah siang, nih. - Sekarang sudah siang. Ayo lekas ...

 Untuk memberi penekanan pada subjek orang pertama

Saya nih yang tahu jawabannya. - Hanya saya yang tahu jawabannya.
Aku nih sebenarnya anak konglomerat. - Aku ini sebenarnya anak konglomerat.

 Berdiri sendiri: memberikan/menyerahkan sesuatu kepada orang lain

Nih.

Lihat partikel "tuh/ tu".

Sih

 Karena ...

Dia serakah sih. - Karena dia serakah. (dengan ekspresi mencemooh)


Kamu sih datangnya terlambat. - Karena kamu datang terlambat. (dengan ekspresi
menyesal)

 Digunakan tepat setelah sebuah kata tanya yang artinya kurang lebih "Sebenarnya ..."
Tadi dia bilang apa sih? - Sebenarnya apa yang dia katakan tadi?
Berapa sih harganya? - Sebenarnya berapa harganya?
Apa sih yang dia mau? - Sebenarnya apa yang dia mau? (dengan ekspresi jengkel)
Maumu kapan sih? - Sebenarnya kapan yang kamu mau?

 Membedakan seseorang dari sekumpulan orang.

Tetanggaku semuanya miskin, tapi orang itu sih kaya. - Orang itu lebih kaya
daripada yang lain.
Aku sih tidak akan terjebak, kan aku sudah belajar banyak. - (Yang lain boleh
terjebak,) Saya pasti tidak akan terjebak, sebab saya sudah belajar banyak.

 Kata yang mengakhiri satu pernyataan sebelum memulai pernyataan yang bertentangan.

Mau sih, tapi ada syaratnya. - Saya mau tetapi ada syaratnya.
Saya bisa sih, cuma ada beberapa yang ragu-ragu. - Saya bisa tetapi ada
beberapa yang saya masih ragu-ragu.
Itu saya sih, tapi saya tidak bermaksud melukainya. - Itu sebenarnya saya,
tetapi saya tidak bermaksud melukainya.
Kalau aku sih tenang-tenang saja. - Kalau saya sekarang ini tenang-tenang
saja.

Partikel ini tidak dapat dipakai di awal kalimat lengkap atau berdiri sendiri

Tuh/ tu

 Kependekan dari 'itu', menunjuk kepada suatu objek

Lihat tuh hasil dari perbuatanmu. - Lihat itu, itulah hasil dari perbuatanmu.
Tuh orang yang tadi menolongku. - Itu lihatlah, itu orang yang menolongku.

 Tergantung intonasi yang digunakan, partikel ini dapat mencerminkan bermacam-macam


ekspresi (umumnya tentang keadaan orang lain).

Kelihatannya dia sudah sembuh, tuh. - Lihat, nampaknya dia sudah sembuh.
Tuh, kamu lupa lagi kan? - Lihat, kamu lupa lagi bukan?
Ada yang mau, tuh. - Lihat, ada yang mau (barang tersebut).

 Untuk memberi penekanan pada subjek orang kedua atau ketiga.

Dia tuh orangnya tidak tahu diuntung. - Dia sebenarnya orang yang tidak tahu
berterima kasih.
Kalau jadi orang seperti Bapak camat tuh. - Jadilah seseorang seperti Bapak
camat.
Kamu tuh terlalu baik. - Kamu orang yang terlalu baik.

 Berdiri sendiri: menunjukkan sesuatu kepada orang lain

Tuh.

Ya

Ya di sini tidak selalu berarti persetujuan. Beberapa penggunaan partikel 'ya':

 Kata tanya yang kurang lebih berarti "Apakah benar ...?"

Rapatnya mulai jam delapan ya? - Apakah benar rapatnya mulai jam delapan?
Kamu tadi pulang dulu ya? - Apakah benar tadi kamu pulang dulu?

 Kalau bukan ini, ya itu

Kalau tidak mau, ya tidak masalah. - Kalau tidak mau tidak masalah.
Kalau mau, ya silakan. - Kalau mau silakan (ambil / ikut / beli / dll.)
 Sebagai awal kalimat digunakan tepat setelah sebuah kalimat dengan nada bertanya.

Mahal? ya jangan beli. - Kalau mahal jangan dibeli.


Apa? (dengan ekspresi tidak percaya) Ya jangan mau dong. - Apa? Kalau begitu
jangan mau.
Apa kamu bilang? Ya dilawan dong. - Apa kamu bilang? Tahu begitu seharusnya
kamu melawan.

 Berdiri sendiri: lawan kata 'tidak'; kependekan dari 'iya'; menyatakan persetujuan

Ya.

Yah

Selalu menyatakan kekecewaan dan selalu digunakan di awal kalimat atau berdiri sendiri.

Yah...
Yah, kamu sih - Ini karena kamu.
Yah, Indonesia kalah lagi - Indonesia kalah lagi (dengan ekspresi kecewa)
Yah, sudah selesai - Belum-belum sudah selesai.

Anda mungkin juga menyukai