Anda di halaman 1dari 6

Modul Matrikulasi Bahasa Indonesia

Berbahasa sebagai Keterampilan Komunikasi


disusun oleh:

Eka Susila, S.Pd.


Alvionita Deny Saputri, S.Pd.
Putria Nur Fatikah, S.Pd.

Komunikasi adalah hal fundamental dalam hubungan social antarmanusia. Dengan


adanya komunikasi, pesan dapat tersampaikan. Komunikasi yang baik melibatkan aspek
kebahsaan dan nonkebahasaan. Aspek nonkebahasaan yang terlibat di antaranya adalah ekspresi
wajah dan bahasa tubuh. Sementara aspek kebahasaan yang terlibat di antaranya adalah intonasi,
jika komunikasi tersebut adalah komunikasi lisan. Sementara, jika komunikasi tersebut berupa
komunikasi tulis, maka tanda baca, sapaan, dan jenis kalimat yang dipilih memiliki peran penting
dalam ketercapaian sebuah pesan.
Pada era milenial seperti sekarang, gawai menjadi benda penting dalam kehidupan,
sekaligus menjadi alat penting bagi aktivitas komunikasi. Gawai menjadi sangat penting karena
zaman ini, komunikasi tidak hanya terbatas pada kegiatan ngobrol, berbicara via telepon, atau
surat-menyurat. Gawai memfasilitasi aktivitas manusia yang serbainstan dan cepat. Pesan tidak
hanya terucap lewat lisan, tetapi juga sering tersampaikan lewat chat di Whatsapp atau media
sosial lainnya. Untuk itulah, para generasi muda sangat perlu belajar berkomuikasi yang baik dan
benar, baik secara lisan maupun tulisan.
Pada pembelajaran matrikulasi bahasa Indonesia kali ini, kita akan mempelajari beberapa
komponen penting yang menunjang tersampainya pesan kepada lawan bicara dengan baik dan
benar. Berbahasa yang baik artinya bahasa yang digunakan sesuai dengan situasi. Sebagai alat
komunikasi, bahasa harus mampu menyampaikan maksud tanpa meninggalkan etika sopan dan
santun dalam bertutur. Sementara berbahasa yang benar artinya bahasa yang digunakan sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia. Pada kesempatan kali ini, unsure pembangun bahasa yang baik
dan benar yang akan kita pelajari adalah tanda baca, kata sapaan, dan kalimat.

A. Tanda Baca
1. Tanda Koma (,)
a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Misalnya:
 Telepon seluler, komputer, atau internet bukan barang asing lagi.
 Buku, majalah, dan jurnal termasuk sumber kepustakaan.

b. Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan,
dalam kalimat majemuk (setara).
Misalnya:
 Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup.
 Ini bukan milik saya, melainkan milik ayah saya.
 Dia membaca cerita pendek, sedangkan adiknya melukis panorama
c. Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, atau
hai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak.
Misalnya:
 Wah, bukan main!
 Hati-hati, ya, jalannya licin!
 Nak, kapan selesai kuliahmu?
 Siapa namamu, Dik?

2. Tanda Baca Akhir


Dalam tata tulis, tanda baca akhir digunakan untuk mengakhiri kalimat.Tanda baca akhir
terdapat 4 macam, sesuai jenis kalimatnya.
a. Titik (.)
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan.
Misalnya:
 Mereka duduk di sana.
 Dia akan datang pada pertemuan itu.
b. Seru (!)
Tanda seru dipakai pada akhir kalimat seru, perintah, dan larangan.
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat.
Misalnya:
 Mari kita dukung Gerakan Cinta Bahasa Indonesia!
 Bayarlah pajak tepat pada waktunya!
 Merdeka!
c. Tanya (?)
Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
 Kapan Hari Pendidikan Nasional diperingati?
 Siapa pencipta lagu “Indonesia Raya”?

B. Kata Sapaan
Kata sapaan adalah kata yang digunakan untuk menyapa seseorang atau pihak kedua,
baik tunggal ataupun jamak.Kalimat atau kata sapaan seringkali dipakai dalam sebuah dialog
yang dilakukan secara langsung maupun via media sosial.Kata sapaan itu tak mempunyai
penbendaharaan kata sendiri tetapi menggunakan kata-kata dari perbendaharaan nama diri dan
kata nama perkerabatan.
Contoh:
1. San (Bentuk untuh : Hasan)
2. Li (Bentuk utuh : Ali)
3. Pak (Bentuk utuh Bapak)
4. Yah (Bentuk utuh Ayah)
Kata sapaan terdiri beberapa jenis, seperti berikut ini.
1. Kata sapaan yang menunjukkan hubungan kerabat seperti kakek, nenek,
bapak (ayah), ibu, paman, bibi, abang, kakak, adik, ananda, mas, mbak.
2. Kata sapaan yang berbentuk kata ganti seperti kamu, engkau, saudara, anda, tuan,
nyonya, nona, dan sebagainya.
3. Kata sapaan yang menunjukkan rasa hormat seperti paduka yang mulia, yang terhormat,
dan lain-lain.
4. Kata sapaan yang diikuti nama seperti saudara Hasan, bapak Susanto, ibu Amir, dan
sebagainya.

Dalam buku Pedoman Umum Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dijelaskan, kata
sapaan yang digunakan sebagai penyapaan atau pengacuan ditulis dengan huruf kapital pada
awal katanya.Yang dimaksud dengan penyapaan adalah menyapa langsung baik ketika
berhadapan (tatap muka) maupun melalui media seperti telepon atau media lainnya.
Kegiatan menyapa langsung ini baru terjadi jika orang yang kita sapa adalah orang kedua
(lawan bicara, orang yang diajak berbicara), bukan orang pertama (pembicara) atau orang ketiga
(yang dibicarakan).

Perhatikan contoh berikut!


 (1) Ibu bertanya, “Pukul berapa Ayah akan berangkat ke Jakarta?”
Kata ayah pada kalimat di atas adalah kata sapaan yang digunakan sebagai penyapaan karena
digunakan untuk menyapa orang kedua (orang yang diajak berbicara).Kata sapaan ini harus
ditulis dengan huruf kapital.
Perhatikan pula penggunaan kata ayah pada kalimat berikut:

 (2) Ayah berkata, “Sampaikan kepada ibu, hari ini, ayah akan terlambat pulang
dari kantor.”
Kata ayah pada kalimat (2) di atas digunakan untuk menyapa orang pertama (diri pembicara
sendiri) sehingga tidak termasuk sebagai penyapaan.Demikian pula dengan kata ibu pada kalimat
tersebut bukan sebagai penyapaan karena mengacu pada orang ketiga (yang dibicarakan).
Menurut EBI, penulisan kata seperti ini tidak boleh diawali dengan huruf kapital.

Perhatikan lagi penggunaan kata ayah pada kalimat (3) berikut ini!
 (3) Kita harus menghormati ayah yang telah memperjuangkan hidup kita.
Kata ayah pada kalimat (3) di atas mengacu pada orang ketiga (yang dibicarakan) sehingga tidak
digunakan sebagai penyapaan.Kata seperti ini penulisannya juga tidak perlu diawali dengan
huruf kapital.

Selain sebagai penyapaan, kata sapaan yang digunakan sebagai pengacuan awal katanya juga
harus ditulis dengan huruf besar, seperti pada contoh berikut ini.
 (4) Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
 (5) Esok kami akan mengunjungi Ibu Saniah yang sakit.

C. Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri
dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang
mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan,
kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan
intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang bersifat informatif,
tanda tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!) untuk menyatakan kalimat
perintah. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus
memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P).

1. Jenis Kalimat
a. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal merupakan kalimat yang pada pola kalimatnya hanya terdiri atas
Subjek (S) dan Predikat (P).Akan tetapi dalam beberapa keadaan juga bisa ditambah
dengan Pola Obyek (O) dan Keterangan.
Contoh :
1) Pamanku seorang Polisi Pamong Praja.
2) Doni sedang bermain futsal.
b. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk ialah kalimat yang terdapat lebih dari satu klausa di dalamnya.Klausa
tersebut dihubungkan oleh konjungsi atau kata penghubung sehingga menjadikan kedua
klausa tersebut sebagai kalimat utuh.
Contoh:
1) Ihda sedang memotong sayuran dan Ida menyapu lantai.
2) Pak Joni mengayuh sepeda kemudian menyandarkannya di tembok sekolah.

2. Pola Kalimat dalam penggunaan Bahasa Indonesia


a. Pelaku/ Subjek
Pelaku (subjek) dalam sebuah kalimat merupakan orang yang melakukan suatu
kegiatan. Subjek biasanya berupa kata benda, antara lain nama orang, binatang atau
tumbuhan hingga sebuah benda. Contohnya: Adi, Harimau, Rumput, Puskesmas.

b. Kata Kerja/ Predikat


Kata Kerja (predikat) merupakan unsur yang menyatakan suatu kegiatan yang
dilakukan.Contoh dari predikat ini antara lain tidur, bermain, memasak dan lain
sebagainya.

c. Objek
Objek merupakan sesuatu yang dikenai pekerjaan oleh pelaku dalam kalimat. Sama
halnya dengan Subjek, Objek akan berupa kata benda seperti ibu, Arga, Kucing dan
lain-lain.

d. Keterangan
Keterangan berfunsi sebagai penjelas tentang bagaimana, dimana atau kapankah suatu
peristiwa dalam kalimat itu terjadi. Berdasarkan fungsinya, keterangan dibagi menjadi 6
antara lain
 Keterangan tempat, contoh; ke rumah, di sekolah, pada ujung bangsal, dan lain
 Keterangan cara, contoh; dengan benar, secara tak sengaja, dan lain-lain.
 Keterangan tujuan, contoh; demi lulus ujian, untuk bertemu saya, agar bersih, dan
lain
 Keterangan alat, contoh; menggunakan cangkul, mengendarai sepeda, memakai
sendok, dan lainnya.
 Keterangan waktu, contoh; pada zaman dahulu, di hari Senin, jam 7 pagi, saat musim
kemarau dan sebagainya.
 Keterangan penyerta, contoh; bersama ayah, dengan kakaknya, ditemani
pasangannya.

e. Pelengkap
Pelengkap merupakan unsur yang mirip dengan unsur objek.Hanya saja, unsur
pelengkap ini tidak dapat dirubah sebagai Subjek seperti pada kalimat pasif.Umumnya
unsur pelengkap menyusul setelah predikat ataupun objek.Setelah mengenali unsur
pembentuk kalimat di atas, maka dalam mengenali pola kalimat pun menjadi lebih
mudah. Suatu kalimat sendiri setidaknya berisi unsur subjek (S) dan unsur predikat (P),
contohnya; Ayah datang. Ayah merupakan subjek, sedangkan datang merupakan
predikat. Jika tidak terdapat sedikitnya kedua unsur ini, maka deretan kata yang panjang
sekalipun tidak dapat disebut sebagai suatu kalimat, melainkan sebuah frase, contoh;
yang warnanya merah meron.
Dalam tata bahasa Indonesia, ada banyak pola kalimat.Namun diantara semuanya,
kalimat pola SPOK menjadi kalimat yang cenderung dapat berdiri sendiri serta memiliki
intonasi yang final.Karena inilah, kalimat SPOK dijadikan sebagai rujukan dalam
penulisan ilmiah sebab dapat dipastikan memuat seluruh informasi yang diperlukan.

Contoh Kalimat SPOK


 Kakak mengajak Budi dengan tulus.
 Ibu berbelanja sayur-mayur di pasar.
 Kami menyimak ucapannya dengan serius.
 Gubernur melantik para pejabat esok pagi.
 Indah mengenakan gaun baru di pesta se
 Polisi mengusut kasus pembunuhan itu secara hati-hati.
 Warga mengikat pencuri itu ke tiang bendera di lapangan.
 Pak guru menugaskan Joni sebagai pemimpin Upacara Bendera.
 Teknisi itu memperbaiki mesin giling menggunakan peralatan seadanya.
 Masyarakat Indonesia menghormati perbedaan yang sekaligus menyatukan mereka
dalam satu kesatuan.

Pola-Pola Dasar Kalimat Bahasa Indonesia


Untuk lebih jelasnya, berikut ini beberapa pola dasar kalimat dalam bahasa Indonesia
dalam bentuk SPOK yang mungkin terbentuk. Syarat kumpulan kata dikatakan kalimat
jika ada unsur subjek dan predikat.
Contoh:
Ibu pergi.
S P
Berikut contoh lainnya yang bisa saja terbentuk:
1. S-P
Contoh: Ayah makan
S P
2. S-P-O
Contoh: Ayah makan pisang
S P O
3. S-P-Pel
Contoh: Ayah bermainbola
S P Pel
4. S-P-O-K
Contoh: Ayah makan pisang dengan lahap
S P O K
5. S-P-Pel-K
Contoh: Ayah bermain sepakbola di Lapangan Kanjuruhan
S P Pel K

Latihan

https://forms.gle/CvwQ4ocywSSAgmdq8

Anda mungkin juga menyukai