Anda di halaman 1dari 5

Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Kesalahan pengunaan bahasa Indonesia sehari hari pada kalangan


remaja umum nya menggunakan bahasa yang salah atau menyimpang.
Dan sedikit sekali orang yang menggunakan bahasa indonesia yang baku
ata benar. Kesalahan ini di sebabkan oleh beberapa banyak faktor
diantara nya lingkungan, budaya (kebiasaan), pendidikan yang salah,
mungkin juga masuknya budaya asing dan mencampurnya dengan
bahasa indonesia agar terihat menjadi mudah bagi yang menciptakan
nya. Lingkungan sangat mempengaruhi penggunaan bahasa sehari hari
kita, di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, lingkungan bermain, dan
forum forum lain nya, banyak sekali pengucapan pengucapan yang
salah dan menjadi kebiasaan di kalangan remaja. Biasanya saya sebagai
anak remaja juga merasakan bagaimana penggunaan bahasa yang salah
ini sudah menjadi kebiasaan di dalam Kehidupan kita sehari hari.
Misalnya dengan mencampurkan bahsa inggris dengan bahasa indonesia
dan dicampurkan lagi dengan bahasa betawi, contoh gua lagi OTW nih,
kamu dimana ?. Menurut mereka, bila orang asing saja melakukan hal ini,
berarti hal ini sudah mendunia dan keren jika dilakukan. Bisa dikatakan ini
adalah faktor psikologi.
Ada juga karena bahasa campur lebih mudah diucapkan dan lebih
familier. Tidak perlu belajar kusus untuk bisa berbahasa campur gaul
ini. Namun
menurut
saya
pribadi
yang
pernah
mengajar
bahasa indonesia di ponpes ini, faktor psikologilah yang paling
mempengaruhi pencmpuran bahasa asing dengan bahasa Indonesia.

Bahasa prokem Indonesia

Bahasa prokem Indonesia atau bahasa gaul atau bahasa


prokem yang khasIndonesia dan jarang dijumpai di negara-negara lain
kecuali di komunitas-komunitas Indonesia. Bahasa prokem yang
berkembang di Indonesia lebih dominan dipengaruhi oleh bahasa Betawi
yang mengalami penyimpangan/ pengubahsuaian pemakaian kata oleh
kaum remaja Indonesia yang menetap di Jakarta.
Kata prokem sendiri merupakan bahasa pergaulan dari preman.
Bahasa ini awalnya digunakan oleh kalangan preman untuk berkomunikasi
satu sama lain secara rahasia. Agar kalimat mereka tidak diketahui oleh
kebanyakan orang, mereka merancang kata-kata baru dengan cara antara
lain mengganti kata ke lawan kata, mencari kata sepadan, menentukan
angka-angka, penggantian fonem, distribusi fonem, penambahan awalan,
sisipan, atau akhiran. Masing-masing komunitas (daerah) memiliki
rumusan sendiri-sendiri. Pada dasarnya bahasa ini untuk memberkan kode
kepada lawan bicara (kalangan militer dan kepolisian juga menggunakan).
Contoh
yang
sangat
mudah
dikenali
adalah dagadu yang
artinya matamu. Perubahan kata ini menggunakan rumusan penggantian
fonem, dimana huruf M diganti dengan huruf D, sedangkan huruf T diubah
menjadi G. Sementara huruf vokal sama sekali tidak mengalami
perubahan. Rumusan ini didasarkan pada susunan huruf pada aksara jawa

yang dibalik dengan melompati satu baris untuk masing-masing huruf.


Bahasa ini dapat kita jumpai di daerah Yogyakarta dan sekitarnya.
Belakangan ini bahasa prokem mengalami pergeseran fungsi dari
bahasa rahasia menjadi bahasa pergaulan anak-anak remaja. Dalam
konteks kekinian, bahasa pergaulan anak-anak remaja ini merupakan
dialek bahasa Indonesia non-formal yang terutama digunakan di suatu
daerah atau komunitas tertentu (kalangan homo seksual atau waria).
Penggunaan bahasa gaul menjadi lebih dikenal khalayak ramai setelah
Debby Sahertian mengumpulkan kosa-kata yang digunakan dalam
komunitas tersebut dan menerbitkan kamus yang bernama Kamus Bahasa
Gaul pada tahun 1999.

Pengucapan
Cara pengucapan bahasa gaul dilafalkan secara sama seperti
halnyabahasa Indonesia. Kosakata-kosakata yang meminjam dari bahasa
lain
seperti
bahasa
Inggris
ataupun
Belanda
diterjemahkan
pengucapannya, contohnya, 'Please' ditulis sebagai Plis, dan 'Married'
sebagai Merit.
Untuk contoh lainnya, lihat juga (Inggris) SEASite guide to pronunciation
of Indonesian.
Teks tebal== Tata bahasa == Struktur dan tatabahasa dari bahasa
prokem tidak terlalu jauh berbeda dari bahasa formalnya (bahasa
Indonesia), dalam banyak kasus kosakata yang dimilikinya hanya
merupakan singkatan dari bahasa formalnya. Perbedaan utama antara
bahasa formal dengan bahasa prokem ada dalam perbendaharaan kata.
Banyak orang asing yang belajar Bahasa Indonesia merasa bingung
saat mereka berbicara langsung dengan orang Indonesia asli, karena
Bahasa yang mereka pakai adalah formal, sedangkan kebanyakan orang
Indonesia berbicara dengan bahasa daerahnya masing-masing atau juga
menggunakan bahasa prokem.
Contoh:
Bahasa Indonesia
Bahasa prokem (informal)
Aku, saya
Gue, gua (ditulis pula gw)
Kamu
Lu, lo (ditulis pula lw)
Penatlah!
Capek deh!
Benarkah?
Emangnya bener?
Tidak
Enggak
Tidak peduli
Emang gue pikirin!

Partikel yang sering dipakai


Sih, nih, tuh, dong, merupakan sebagian dari partikel-partikel
bahasa prokem yang membuatnya terasa lebih "hidup" dan membumi,
menghubungkan satu anak muda dengan anak muda lain dan membuat
mereka merasa berbeda dengan orang-orang tua yang berbahasa baku.
Partikel-partikel ini walaupun pendek-pendek namun memiliki arti yang
jauh melebihi jumlah huruf yang menyusunnya. Kebanyakan partikel
mampu memberikan informasi tambahan kepada orang lain yang tidak
dapat dilakukan oleh bahasa Indonesia baku seperti tingkat keakraban

antara pembicara dan pendengar, suasana hati/ekspresi pembicara, dan


suasana pada kalimat tersebut diucapkan.
Deh/ dah
Deh/ dah asalnya dari kata sudah yang diucapkan singkar menjadi
deh/dah atau udah. Namun dalam konteks berikut, deh/dah ini sebagai
penekanan atas pernyataan.
Bagaimana kalau ...
Coba dulu deh. (tidak menggunakan intonasi pertanyaan) Bagaimana kalau dicoba dahulu?
Besok pagi aja deh. - Bagaimana kalau besok pagi saja?
Saya mau ...
Lagi deh. - Saya mau lagi.
Yang biru itu deh. - Saya mau yang biru itu saja.
Aku pergi deh. - Saya mau pergi dahulu.
Partikel ini tidak dapat dipakai di awal kalimat lengkap atau
berdiri sendiri.
Dong
Partikel dong digunakan sebagai penegas yang halus atau kasar pada
suatu pernyataan yang akan diperbuat.
Tentu saja ...
Sudah pasti dong. - Sudah pasti / Tentu saja.
Mau yang itu dong - Tentu saja saya mau yang itu.
Kata perintah atau larangan yang sedikit kasar / seruan
larangan.
Maju dong! - Tolong maju, Pak/Bu.
Partikel ini tidak dapat dipakai di awal kalimat lengkap atau berdiri sendiri.
Eh
Pengganti subjek, sebutan untuk orang kedua.
Eh, namamu siapa? - Bung, namamu siapa?
Membetulkan perkataan sebelumnya yang salah.
Dua ratus, eh, tiga ratus. - Dua ratus, bukan, tiga
ratus.
Biru, eh, kalau tidak salah hijau. - Biru, bukan,
kalau tidak salah hijau.
Mengganti topik pembicaraan
Eh, kamu tahu tidak ... - Omong-omong, kamu tahu
tidak ...
Berdiri sendiri: menyatakan keragu-raguan
Eh...
Selain 'eh' sebagai sebutan untuk orang kedua, partikel ini biasanya tidak
dapat dipakai di akhir kalimat lengkap.
Kan
Kependekan dari 'bukan', dipakai untuk meminta
pendapat/penyetujuan orang lain (pertanyaan).
Bagus kan? - Bagus bukan?

Jika dirangkai dalam bentuk "kan ... sudah ..." menyatakan suatu
sebab yang pasti (pernyataan).
Kan aku sudah belajar. - Jangan khawatir, aku sudah belajar.
Kok
Kata tanya pengganti 'Kenapa (kamu)'
Kok kamu terlambat? - Kenapa kamu terlambat?
Memberi penekanan atas kebenaran pernyataan yang dibuat.
Saya dari tadi di sini kok. - Saya mengatakan dengan jujur
bahwa dari tadi saya ada di sini.
Berdiri sendiri: menyatakan keheranan yang tidak dapat
diungkapkan dengan kata-kata
Kok???
Lho/Loh
Kata seru yang menyatakan keterkejutan. Bisa digabung dengan
kata tanya. Tergantung intonasi yang digunakan, partikel ini dapat
mencerminkan bermacam-macam ekspresi.
Lho, kok kamu terlambat? - Kenapa kamu terlambat? (dengan
ekspresi heran)
Kata informatif, untuk memastikan / menekankan suatu hal.
Begitu lho caranya. - Begitulah caranya.
Berdiri sendiri: menyatakan keheranan yang tidak dapat
diungkapkan dengan kata-kata
Lho???
Nih/ ni
Kependekan dari 'ini'.
Nih balon yang kamu minta. - Ini (sambil menyerahkan barang).
Balon yang kamu minta.
Tergantung intonasi yang digunakan, partikel ini dapat
mencerminkan bermacam-macam ekspresi (umumnya tentang keadaan
diri sendiri).
Cape, nih. - Saya sudah lelah. (dengan ekspresi lelah)
Saya sibuk, nih. - Saya baru sibuk, maaf. (dengan ekspresi
menolak tawaran secara halus)
Sudah siang, nih. - Sekarang sudah siang. Ayo lekas ...
Untuk memberi penekanan pada subjek orang pertama
Saya nih yang tahu jawabannya. - Hanya saya yang tahu
jawabannya.
Aku nih sebenarnya anak konglomerat. - Aku ini sebenarnya anak
konglomerat.
Berdiri sendiri: memberikan/menyerahkan sesuatu kepada orang
lain
Nih.
Lihat partikel "tuh/ tu".
Sih
Karena ...

Dia serakah sih. - Karena dia serakah. (dengan ekspresi


mencemooh)
Kamu sih datangnya terlambat. - Karena kamu datang terlambat.
(dengan ekspresi menyesal)

Kesalahan lain adalah saat pengucapan kata kata pembukaan berpidato


seperi, pertama tama, panjatkan, dll

SOLUSI MENGATASI PERCAMPURAN BAHASA


Bayak sekali solusi yang saya ingin paparkan disini. Namun karena
keterbatasan waktu, maka saya langsung paparkan solusi yang menurut
saya
inti
dalam
mengatasi
hal
ini.
Masalah utama yang kita hadapi dalam budaya pencampuran dua bahasa
ini adalah masalah psikologi. Remaja berpikir bahwa hal seperti itu adalah
hal yang keren. Namun pada dasarnya jika kita cermati lebih dalam,
bahasa yang seperti itu akan sangat merugikan jika terus dipakai. Karena
bahasa yang seperti itu hanya akan bisa dipahami oleh orang tertentu
saja. Missal orang atau teman yang sudah biasa memakai bahasa seperti
itu. Apabila orang selain itu diajak berkomunikasi dengan bahasa seperti
itu, apakah mereka akan paham? Tentu saja tidak akan paham karena itu
bukanlah
bahasa
yang
standar
digunakan.
Maka, cara yang paling ampuh adalah memberikan pengertian kepada
pararemaja bahwa berkomunikasi dengan bahasa seperti itu adalah siasia dan tidak berguna. Karena bukanlah bahasa standar. Sama saja sperti
preman-preman yang biasa menggunakan bahasa-bahasa yang mereka
buat.
Cara ampuh yang lain adalah dengan memunculkan budaya
berbahasaindonesia yang sesuai, agar menjadi kebiasaan sehari hari. Ini
seperti yang dikatakan Pak Amir kepada pemerintah lewat tulisan beliau
dalam menaggapi masalah yang terjadi di Indonesia, maka dengan
budaya yang baik, pasti akan bisa terubah walaupun butuh waktu yang
sagat lama.

Anda mungkin juga menyukai