Anda di halaman 1dari 8

A. PERLUASAN KALIMAT TUNGGAL 1.

Keterangan Kehadiran keterangan pada kalimat tidaklah wajib karena tanpa keterangan kalimat telah mempunyai makna mandiri. Contoh : Ziona sedang menguji cinta Putra. Walaupun contoh di atas hanya tediri dari unsur wajib namun makna kalimatnya dapat di katakan utuh. I.1 Keterangan waktu. Memberikan informasi mengenai saat terjadinya suatu peristiwa. Contoh : Ziona kepantai biasanya senja-senja I.2 Keterangan tempat Adalah keterangan yang menunjukkan tempat terjadinya peristiwa atau keaadaan. Contoh : Dari pantai ini cintaku dengan Ziona bersemi. I.3 Keterangan cara Adalah keterangan yang menyatakan jalannya suatu peristiwa berlangsung. Contoh : Putra berbicara sejujurnya dengan kekasihnya. I.4 Keterangan penyerta Adalah keterangan yang menyatakan ada tidaknya orang yang menyertai orang lain dalam melakukan suatu perbuatan. Contoh : Ziona ke pantai dengan kekasihnya. I.5 Keterangan alat

Keterangan yang menyatakan ada tidaknya alat pakai untuk melakukan suatu perbuatan. Contoh : Putra menggunakan surat untuk merngatakan cintanya. I.6 Keterangan pembandingan Adalah keterangan yang menyatakan kesetaraan atau kemiripan antara suatu keadaan, kejadian. Perbuatan dengan keadaan kejadian atau perbuatan yang lain. Contoh : Ziona manerima cintaku atau menolak. I.7 Keterangan sebab Adalah katerangan yang menyatakan sebab atau alasan terjadinya suatu keadaan, kejadian atau perbuatan. Contoh: Putra bunuh diri lantaran cintanya ditolak. I.8 Keterangan kesalingan Adalah keterangan yang menyatakan bahwa suatu perbuatan yang di lakukan secara berbalasan. Contoh : Ziona mencubit lalu mengelitik Putra. I.9 Keterangan tujuan Adalah keterangan yang menyatakan arah,jurusan,atau maksud perbuatan,atau kejadian.Bentuk frase proposisional dan proposisi yang di pakai adalah : demi,bagi, guna,untuk dan buat. Contoh : Putra rela terbunuh demi menyelamatkan Ziona. 2. Nomina Vokatif

Nomina vokatif adalah konstituen tambahan dalam ujaran berupa nomina atau frasa nominal yang menyatakan orang-orang itu siapa. Unsure vokatif itu bersifat manasuka dan letaknya dapat diawal,tengah,atau diakhir kalimat. Contoh: - Mir,tolong belikan rokok. - Dan kamu,Dani,jangan bermain saja. Ciri intonasi yang paling lazim bagi unsure vokatif adalah intonasi naik. Fungsi utama nomina vokatif adalah minta perhatian orang yang disapa,terutama jika ada pendengar lain. Nomina vokatif dapat berupa: 1. Nama orang dengan dengan atau tanpa gelar atau sapaan seperti Amir,Pak Raden,Bu Haji,dll. 2. Istilah kekerabatan seperti Ayah,Bapak,Ibu,dik,Abang,dll. 3. Ungkapan kasih saying seperti saying manis. 4. Ungkapan penanda profesi dengan atau tanpa sapaan seperti Tuan Dokter,Pak Guru,Pak Hakim,dll.

3. APOSISI Adalah dua unsur kalimat di sebut ber-aposisi jika kedua unsur itu sederajad dan memiliki acuan yang sama atau paling tidak salah satu mencakup acuan unsur yang lainnya. Kalimat tunggal dapat pula diperluas dengan cara menambahkan unsure tertentu yang beraposisi dengan salah saaatu unsur kalimat(biasanya unsur nominal)yang ada. Dua unsur kalimat disebut beraposisi jika kedua unsure itu sederajat dmempunyai acuan

yang sama atau,paling tidak,paling tidak,salah satu mencakupi acuan unsure yang lainnya. Contoh: 1. Ir. soekarno, presiden Indonesia pertama, adalah tokoh pendiri gerakan non-blok. Bentuk Ir. Soekarno dan presiden Indonesia pertama masing-masing merupakan frasa nominal dan keduanya mengacu kepada orang yang sama. Dengan kata lain Ir. Soekarno dan presiden Indonesia pertama pada (1)itu beraposisi. Jenis konstruksi aposisi seperti terlihat pada (1) disebut aposisi penuh. Contoh: 1. Murid-murid itu menyanyikan indonesia raya, lagu kebangsaan kita. Aposisi sebagian Contoh: 1. Alasannya sukar diterima. 2. Bahwa anaknya sakit keras sukar diterima. Bentuk (2) tidak sama maknanya dengan (1) karena bentuk bahwa anaknya sakit keras dan menyatakan alas antetapi kenyataaan. Jenis konstruksi aposisi demikian disebut aposisi sebagian. Contoh: 1. Dr. pepen, waktu itu dokter puskesmas, mengoprasi saya. 2. Dia membelikan anaknya sebuah boneka, hadiah ulang tahunnya 3. Masalah penerimaan pegawai baru, salah satu acara rapat hari ini, perlu didahulukan.

Pada contoh itu hanya konstituen pertama (Dr. Pepen, sebuah boneka, dan masalah penerimaan pegawai baru) yang dapat digunakan untuk menggantikan konstruksi aposisi yang berkaitan dengan makna yang relative sama. Pada contoh-contoh aposisi di atas, tampak bahwa konstituen pertama dan kedua dipisahkan dengan koma untuk mengisyaratkan bahwa konstituen yang mendahuluinya. Dalam bahasalisan, konstituen kedua itu akan diucapkan dengan kelompok tona tersendiri. Konstituen kedua pada contoh-contoh di atas berfungsi hanya sebagai penjelasan atau keterangan tambahan terhadap unsur pertama. Atas dasar itu, konstruksi aposisi seperti pada cotoh-contoh di atas disebut juga aposisi takmewatasi atau aposisi takrestriktif.perhatikan kalimat berikut (1) Affandi pelukis itu akan tetap dikenang. Bentuk Affandi diwatasi oleh pelukis dalam arti acuan bentuk Affandi itu menjadi terbatas pada orang tertentu yang profesinya adalah pelukis. Pada umumnya frasa nominal yang terdiri atas gelar, pangkat, atau jabatan yang diikuti nama diri tergolong aposisi mewatasi atau aposisi restriktif. Contoh: 1. Ustad Amir tidak mengajar hari ini. 2. Kolonel Jafar sedang memimpin rapat. Aposisi yang takmewatasi biasanya terbatas pada frasa nominal.makna unsur kedua dapat: (1) Sama dengan yang pertama dengan makna yang (a) menyatakan jabatan, julukan atau pangkat,(b) mengidentifikasikan makna(acuan)konstituen pertama,dan (c) merumuskan kembali makna konstituen pertama; (2) Berfungsi sebagai atribut terhadap konstituen pertama; atau (3) Menyatakan bagian unsur pertama yang berupa (a) pemberian contoh atau (b) pengkhususan.

Contoh: a. Kondamen operasi itu, (yaitu) Kolonel Edi, memerintahkan penyerangan. (menyatakan pangkat) b. Kolonel Edi, (yaitu) komandan koperasi itu, memerintahkan penyerangan. (menyatakan jabatan) c. Banyak pemuda, pejuang kemerdekaan itu, yang gugur selama revolusi fisik berlangsung. (atribut terhadap konstituen pertama)

4. PENGINGKARAN Pengingkaran adalah proses atau konstruksi yang mengungkapkan pertentangan isi makna suatu kalimat di lakukan dalam penambahan kata ingkar pada kalimat. Dalam basdo, 4 kalimat penghingkaran adalah tidak(tak),bukan,jangan,dan belum Pengingkaran bagian kalimat Bagian kalimat tertentu dapat diingkarkan dengan menempatkan kata ingkar yang sesuai di depan unsure yang diingkarkan itu. Salah satu jenis pengingkaran unsur kalimat adalah pengingkaran pengontrasan. Kata ingkar yang digunakan untuk tujuan itu adalah bukan, bukan melainkan, tidak tetapi contoh: 1. Dia tiba bukan kemarin melainkan tadi pagi. 2. Dia tidak berangkat dengan kereta api, tetapi dengan bus. 3. Saya ingin minum, bukan makan.

Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Misalnya: akan datang, kemarin pagi, yang sedang menulis.

Klausa adalah satuan gramatika yang terdiri dari subjek (S) dan predikat (P) baik disertai objek (O), dan keterangan (K), serta memilki potensi untuk menjadi kalimat.

G. HUBUNGAN ANTAR KLAUSA 1. Hubungan koordinasi dan Subordinasi


Koordinasi menggabungkan dua klausa atau lebih yang masing-masing mempunyai kedudukan yang setara dalam struktur konstituen kalimat. Contoh kalimat.
1. Pengurus Dharma Wanita mengunjungi panti asuhan. 2. Mereka member penghuninya hadiah.

Pengurus Dharma Wanita mengunjungi panti asuhan dan mereka memberi penghuninya hadiah

Klausa yang satu bukan merupakan bagian dari klausa yang lain : kedua-duanya mempunyai kedudukan yang sama dan dihubungkan oleh konjungtur dan. Selain dan,,ada beberapakonjungtor lain untuk menyusun hubungan koordinasi, yaitu atau, tetapi, serta, lalu, kemudian, lagipula, hanya, padahal, sedangkan, baikmaupun, tidaktetapi, dan bukan(nya).melainkan.Perhatikan beberapa contoh berikut ini. 1. Anda datang ke rumah saya atau saya datang datang ke rumah Anda. 2. Koperasi karyawan itu tidak dikelola secara professional, lagipula modalnya sangat kecil.

H. Hubungan Semantis Antar Klausa Dalam Kalimat Majemuk Setara 1. Hubungan penjumlahan Adalah hubungan yang menyatakan penjumlahan atau gabungan kegiatan,keadaan, peristiwa,atau proses. Di tandai dengan koordinator dan, serta, atau baik-maupun. Hubungan Sebab Akibat Hubungan seperti ini,klausa kedua merupakan akibat klausa pertama.

Penjumlahan yang menyatakan urutan waktu Klausa kedua merupakan peristiwa yang terjadi pada klausa pertama,koordinator yang di pakai, adalah, dan, kemudian, dan lalu.

Penjumlahan yang menyatakan pertentangan Klausa kedua menyatakan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang di nyatakan dalam klausa pertama.

Penjumlahan

yang

menyatakan

perluasan.

Klausa

kedua

menyatakan

memberikan informasi atau penjelasan tambahan untuk melengkapi pernyataan pada klausa pertama. 2. Hubungan Perlawanan Hubungan yang menyatakan bahwa apa yang di nyatakan dalam klausa pertama berlawanan,atau tidak sama dengan apa yang di nyatakan dalam klausa kedua. Perlawanan yang menyatakan penguatan. Klausa kedua memuat informasi yang menguatkan dan menandakan informasi yang di nyatakan dalam klausa pertama. Dalam klausa pertama biasanya terdapat tidak / bukan saja ataupun tidak / bukan hanya. Perlawanan yang menyatakan implikasi. Klausa kedua menyatakan sesuatu yang merupakan perlawanan terhadap implikasi klausa pertama. Koordinatornya biasa di pakai tetapi. Perlawanan yang menyatakan perluasan

1. Hubungan Pemilihan Adalah hubungan yang menyatakan pilihan di antara dua kemungkinan atau lebih yang di nyatakan oleh klausa-klausa yang di hubungkan.

Anda mungkin juga menyukai