Anda di halaman 1dari 3

PENGGOLONGAN KATA OLEH C.A. MEES (1957:h.

50-290)

C.A. Mees dalam bukunya Tatabahasa Indonesia menggolongkan kata-kata menjadi 10


1. kata benda atau nomen substantivum
Kata benda atau nomen substantivum ialah kata yang menyebut nama substansi atau
perwujudan, kata golongan ini dibedakan menjadi kata benda yang bersifat konkret dan kata
benda yang bersifat abstrak. Antara kedua golongan kata benda itu tidak ada perbedaan
bentuk yang menjadi cirinya.
2. kata keadaan atau nomen adjectivum
Kata keadaan memiliki tiga fungsi, yaitu :
1. fungsi predikatif : apabila kata keadaan itu menduduki fungsi predikat, misalnya kata
tinggi dan pucat dalam kalimat Pohon itu tinggi; Mukanya Pucat
2. fungsi atributif : apabila kata keadaan itu terikat pada kata benda, misalnya kata
tinggi, besar, lama, dan kecil dalam pohon tinggi, peralatan besa, pangkalan lama,
dan perahu kecil
3. fungsi substantif : apabila kata keadaan itu disubstantifkan oelh kata sandang dan
mengganti substantif yang bersangkutan, misalnya si nakal, yang tinggi.
3. kata ganti atau pronomina
Kata ganti atau pronomina ialah kata-kata yang merujuk, menyatakan, atau menanyakan
tentang sebuah substansi dan dengan demikian justru mengganti namanya. Kata golongan ini
dibagi menjadi 6 golongan, yaitu :
1. kata ganti personia : kata-kata yang mengganti nama persona. Digolongkan menjadi
1. Kata ganti personia pertama, misalnya aku, saya, kami; 2. Kata ganti persona
kedua, misalnya engkau, kamu, tuan, saudara; 3. Kata ganti persona ketiga, misalnya
ia, dia, mereka. Kata yang menyatakan hubungan kekeluargaan dan nama juga
digunakan sebagai kata ganti, misalnya bapak, ayah, ibu, adik, kakak, dsb.
2. Kata ganti mendiri : kata ganti yang mengganti diri persona itu sendiri, yaitu kata diri
dan diri sendiri.
3. Kata ganti penunjuk : kata yang menunjuk tempat substansi, atau dapat mengganti
substansi itu, yaitu kata ini dan itu.
4. Kata ganti relatif : kata yang menyatakan perhubungan antara sebuah substansi
dengan kalimat yang menjelaskannya, yaitu kata yang
5. Kata ganti penanya : kata yang menyatakan pertanyaan mengenai nama substansi,
misalnya kata apa, siapa dan mana.
6. Kata ganti tak tentu : kata yang menyatakan suatu substansi yang tak tentu, yaitu kata
apa, siapa-siapa, mana-mana, anu, masing-masing, sesuatu, dan seseorang.
4. kata kerja atau verbum
Kata kerja ini dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu :
1. kata kerja transitif : kata kerja yang membutuhkan substantif agar sempurna artinya.
2. Kata kerja intansitif : kata kerja yang sudah sempurna artinya dan tidak perlu
dibubuhi substantif sebagai pelengkapnya.
Selain itu dikemukakan juga kata kerja kopula, ialah kata kerja yang bertindak sebagai
kopula, misalnya kata adalah, jadi, menjadi, jatuh, misalnya dalam jatuh sakit.
5. kata bilangan atau numeri
Kata golongan ini digolongkan menjadi :
1. induk kata bilangan, misalnya satu, dua, tiga, seratus, lima ribu, dst
2. kata bilangan tak tentu, misalnya beberapa, segala.
3. Kata bilangan kumpulan, misalnya ketiga, berlima.
4. Kata bilangan secara tingkat, misalnya kesatu, kedua, ketiga
5. Kata bilangan pecahan, misalnya dua pertiga, seperdua.
6. kata sandang atau articulus
Menurut fungsi dan pemakaiannya kata sandang dibedakannya menjadi 3 golongan, yaitu :
1. kata sandang tentu, yakni kata yang.
2. Lata sandang persona, yaitu kata si dan sang
3. Kata sandang tak tentu, yaitu kata seorang, sebuah, dan sesuatu
7. kata depan atau praepositio
Umumnya kata depan dipakai menjelaskan pertalian kata-kata. Kata depan yang tulen ialah
di, ke, dari. Disamping itu terdapat kata depan lain, ialah pada, akan, dengan, serta, antara,
sama, demi, peri, tentang, karena, bagi, untuk, guna, oleh, dsb. Serta kata depan majemuk,
ialah kata-kata di dekat, di dalam, ke dekan, ke luar, dari dalam, dsb
8. kata keterangan atau adverbium
Kata keterangan adalah kata yang menerangkan kata kerja dalam segala fungsinya, kata
keadaan dalam segala fungsinya, kata keterangan, kata bilangan, predikat kalimat, dan
menegaskan subjek dan predikat kalimat.
Kata golongan ini dibedakan menjadi 6, yaitu :
1. kata keterangan waktu, misalnya dahulu, kemarin, hari ini, dsb
2. kata keterangan modal, dapat dibedakan menjadi : 1. Kepastian, misalnya kata
memang, niscaya, pasti dsb. 2. Pengakuan, misalnya kata ya, benar, betul, dsb. 3.
Kesangsian, misalnya kata agaknya, barangkali, dsb. 4. Keinginan, misalnya kata
moga-moga, mudah-mudahan. 5. Ajakan, misalnya kata mari, hendaknya dsb. 6.
Kewajiban, misalnya kata harus, perlu, wajib, dsb. 7. Larangan, misalnya kata
jangan. 8. Ingkaran, misalnya kata bukan, tidak, dsb. 9. Keheranan, misalnya kata
masakan, mana boleh, mustahil, dsb,
3. kata keterangan tempat dan jurusan, misalnya kata di sini, dari situ, kesana dsb.
4. Kata keterangan kaifat atau kualitatif, misalnya kata perlahan-lahan, dengan
gembira, kuat-kuat dsb
5. kata keterangan derajat dan permana, misalnya kata amat, hampir, sangat, dsb
6. kata tekanan, ialah kah, gerangan, pula, dsb.
9. kata sambung atau conjunctio
Kata sambung ialah kata yang menghubungkan kata-kata, bagian kalimat, dan kalimat. Kata-
kata dan ungkapan yang berdiri pada permulaan sebuah kalimat sebagai pengantar sebuah
cerita, suatu pasal, atau kalimat baru juga termasuk golongan kata sambung. Yang termasuk
kata sambung misalnya kata apabila, bilamana, lagi pula, dsb.

10. kata seru atau interjectio


Kata seru adalah kata-kata yang menirukan bunyi manusia, yaitu bunyi panggilan, bunyi yang
memperingatkan akan bahaya, bunyi yang menyatakan kesakitan dan rasa heran. Terkadang
kata seru menirukan bunyi yang jelas, seperti hm, yaitu bunyi deham, ha, sst, dsb.
Yang termasuk golongan kata seru misalnya kata ya, wah, ah, hai, o, oh dsb.

Anda mungkin juga menyukai