Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyak permasalahan yang ada dalam mendalami penguasaan sintaksis dan
hakikatnya. Perlu pendalaman dan banyak mempraktekan dalam dunia kebahasaan,
karena ilmu sintaksis sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Didalam kajian sintaksis mencakup kajian-kajian tentang frasa, klausa dan kalimat.
Frasa numeralia sering muncul dalam kehidupan kita sehari-hari. Di dalam makalah ini
kami akan membahas tentang frasa Numeralia yang hadir di kehidupan sehari-hari kita.
Numeralia atau kata bilangan adalah kata yang menyatakan jumlah benda atau
urutannya dalam suatu deretan. Dilihat dari namanya kata itu berkorespondensi dengan
verba. Akan tetapi pada kenyataannya kata itu berkorespondensi dengan kata lain seperti
adjektiva, bahkan bukan hanya dengan kata tetapi klausa pun dimungkinkan
berkorespondensi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan frasa numeralia?
2. Apa saja jenis-jenis frasa numeralia dan konstruksinya?
3. Apa saja contoh frasa numeralia dalam bahasa Indonesia dan bahasa melayu ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu frasa numeralia
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dan konstruksi frasa numeralia.
3. Untuk mengetahui contoh frasa numeralia dalam bahasa Indonesia dan melayu.

BAB II
PEMBAHASAN
1

2.1 Pengertian Frasa Numeralia


Frasa Numeralia adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata
bilangan. Frasa ini termasuk kedalam jenis frasa endosentris modifikatif. Pada umumnya
frasa numeralia dibentuk dengan menambahkan kata penggolong atau kata bantu
bilangan.
Contoh : Dua orang serdadu menghampirinya ke tempat itu.
Kata dua termasuk golongan kata bilangan, sedangkan kata orang disebut sebagai kata
penyukat. Kata penyukat adalah kata yang terletak dibelakang kata bilangan dan bersama
kata itu membentuk satu frase yang disebut frase bilangan, yang mungkin terletak di
muka kata nominal (kata benda).
Disamping itu, terdapat juga frasa bilangan yang terdiri dari kata bilangan disertai kata
tambah. Misalnya : hanya satu, cuma dua belas, sepuluh saja, dsb.
2.2 Konsep Frasa Numeralia
Kridalaksana (1988:92) menyatakan konsep frasa numeralia sebagai berikut :
a. FNum

Numtakrif 1

Numtakrif 2

Numtakrif n

Contoh : tiga belas


dua puluh lima
enam ratus tujuh puluh empat
seribu sembilan ratus delapan puluh tiga
satu juta lima ratus ribu empat puluh

b. FNum

Num takrif
FNum x

+ bilangan gugus

Contoh : dua likur


2

empat gross
sepuluh lusin
FNumx
(Catatan :
ialah frasa numeralia pola (a))

c. FNum

Numtakrif 1

+ per +

Num

takrif

1
2

Contoh : tujuh pertujuh


dua perempat
tiga perlima
d. FNum

Numtakrif

+ bilangan pecahan

Contoh : satu setengah


e. FNum

Numtakrif 1

{ }
dan
atau
tetapi

Numtakrif 2

Contoh : dua dan tiga


satu atau dua
(bukan) satu tetapi dua

f. FNum Adv +

Num takrif 2
FNum x

Contoh : hanya dua


hampir lima puluh
sudah empat belas
lebih dari dua puluh
FNumx
(Catatan :
ialah frasa numeralia pola (a))

g. FNum

Num takrif
FNum x

+ Adv

Contoh : lima saja


satu doang
dua puluh lima lebih
FNumx
(Catatan :
ialah frasa numeralia pola (a))
h. FNum

{beberapa
berapa }

+ (2 belas, puluh, likur, ribu, juta, laksa, ketik, dst)

Contoh : beberapa belas


beberapa juta
beberapa ratus
beberapa juta
(Bentuk seperti *beberapa lima, *beberapa tiga puluh satu, *beberapa dua puluh lima
adalah bentuk-bentuk tak berterima)
3

2.3 Jenis-Jenis Frasa Numeralia


Alwi, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, Anton M. Moeliono (2003:275)
menyatakan jenis-jenis frasa numeralia 3 jenis, yaitu :
a. Numeralia Pokok
Numeralia pokok adalah bilangan dasar yang menjadi sumber dari bilangan-bilangan
yang lain. Numeralia pokok terbagi menjadi numeralia : (1) pokok tentu, (2) kolektif,
(3) distributif, (4) pokok taktentu. Di samping itu, ada (5) numeralia klitika dan (6)
numeralia ukuran.
a) Numeralia Pokok Tentu
Numeralia pokok tentu mengacu pada bilangan pokok, yakni :
0 nol

5 lima

1 satu

6 enam

2 dua

7 tujuh

3 tiga

8 delapan

4 empat

9 sembilan

Disamping numeralia diatas, ada pula numeralia lain yang merupakan gugus. Untuk
bilangan diantara sepuluh dan duapuluh dipakai gugus yang berkomponen belas.
Dengan demikian, kita mengenal :
11 sebelas

16 enambelas

12 duabelas

17 tujuhbelas

13 tigabelas

18 delapanbelas

14 empatbelas

19 sembilan belas

15 limabelas
Bentuk se- dipakai untuk memulai sesuatu gugus dan artinya adalah satu. Kecuali
untuk bilangan antara sebelas sampai sembilan belas, gugus di antara 9 sampai 99
4

berkomponen puluh. Jika sesudah gugus itu ada bilangan yang lebih kecil, kita
kembali memakai bilanganpokok. Dengan demikian, kita peroleh :
10 sepuluh

90 sembilan puluh

20 duapuluh

21 duapuluhSatu

30 tigapuluh

34 tigapuluhempat

40 empatpuluh

86 delapanpuluhenam

50 limapuluh

99 sembilan puluh Sembilan

Gugus untuk bilangan antara 99 dan 999 berkomponen ratus dan antara 999
dan 999.999 berkomponen ribu.
100 seratus

4.200 empat ribu dua ratus

300 tigaratus

4.015 empat ribu lima belas

900 Sembilan ratus

7.450 tujuh ribu empat ratus lima puluh

1.000 seribu

9.825 Sembilan ribu delapan ratus dua puluh lima

6.000 enam ribu


Proses seperti itu berlanjut dengan gugus yang berkomponen juta untuk bilangan
dengan enam nol. Di atas bilangan itu ada dua pengertian di dunia ini.
Dalam bahasa Indonesia baku, numeralia pokok ditempatkan di muka nomina dan
dapat diselingi oleh kata penggolong seperti orang, ekor dan buah. Urutannya menjadi
[numeralia penggolong nomina]. Akan tetapi, orang sering tidak memakai
penggolong sehingga numeralia pokok langsung ditempatkan di muka nomina.
Berikut ini adalah beberapa contohnya :

a. Belilah tiga buah buku tulis.


b. Belilah tiga buku tulis.
a. belilah tigo ekok buku tulis
b. belilah tigo buku tulis

a. Majalah kami memerlukan tiga orang penyunting.


b. Majalah kami memerlukan tiga penyunting.

a. Pak Hasan mempunyai dua ekor burung merak.


b. Pak Hasan mempunyai dua burung merak.
a. Pak Hasan punyo duo ekok burung merak.
b. Pak Hasan punyo duo ekok burung.
Jika numeralia ditempatkan di belakang nomina, dalam bahasa baku kata
penggolongannya tidak dapat ditinggalkan. Bandingkanlah dengan contoh yang
berikut.

a.* Belilah buku tulis tiga.


b. Belilah buku tulis tiga buah.

a. *Bambang memerlukan penyunting tiga.


b. Bambang memerlukan penyunting tiga orang.
b) Numeralia Pokok Kolektif
Numeralia pokok kolektif dibentuk dengan prefix ke- yang ditempatkan dimuka
nomina yang diterangkan.
Contoh :
Ketiga pemain

- semua pemain dari nomor satu sampai ke nomor tiga

Kedua gedung

- baik gedung pertama maupun gedung kedua

Kesepuluh anggota

- anggota nomor 1 sampai dengan 10

Jika tidak diikuti oleh nomina, biasanya bentuk itu diulang dan dilengkapi dengan
nya. Perhatikan jawaban berikut.
Anda memilih yang mana?

kedua-duanya

(kau pilih yang mano?)

(keduo-duonyo)

Kita membeli berapa?

ketiga-tigannya

(kito nak beli berapo?)

(ketigo-tigonyo)

Numeralia kolektif dapat dibentuk juga dengan cara berikut :

a. Penambahan prefiks ber- atau kadang-kadang se -pada nomina tertentu setelah


numeralia.
Contoh :
Tiga bersaudara

tiga serangkai

Empat beranak

tiga sekawan

Lima bersahabat

dua sejoli

b. Penambahan prefiks ber- pada numeralia pokok dan hasilnya diletakkan sesudah
pronominal persona kamu, kami, kita atau mereka
Contoh
(kamu) berlima
(kita) berdua
(mereka) bertiga
Dalam bahasa melayu jambi penambahan be(kamu) belimo
(kito) beduo
(mereka) betigo
c. Pemakaian numeralia yang berprefiks ber- dan yang diulang :

berpuluh-puluh
beribu-ribu
berjuta-juta
bermiliar-miliar
dalam bahasa melayu jambi :
bepuluh-puluh
beribu-ribu
bejuta-juta
bemiliar-miliar
d. Pemakaian gugus numerlia yang bersrfiks an.

Contoh :
Puluhan
Ratusan
Belasan
Jutaan

c) Numeralia Pokok Distributif


Numeralia pokok distributif dapat dibentuk dengan cara mengulang kata
bilangan. Contohnya :
Satu-satu
Dua-dua
Empat-empat
Kata (se)tiap, tiap-tiap, dan masing-masing termasuk numeralia distributif juga.
(Se) tiap atau tiap-tiap mempunyai arti yang sangat mirip dengan masing-masing,
tetapi kata masing-masing dapat berdiri sendiri tanpa nomina , sedangkan (se)tiap
dan tiap-tiap tidak.
d) Numeralia Pokok Taktentu
Numeralia pokok taktentu mengacu pada jumlah yang tidak pasti dan sebagain
besar numeralia ini tidak dapat menjadi jawaban atas pertanyaan yang memakai
kata tanya berapa. Yang termasuk ke dalam numeralia taktentu adalah banya,
berbagai, beberapa, semua, seluruh, segala dan segenap. Numeralia pokok
taktentu ditempatkan di muka nomina yang diterangkannya.
Contoh :
banyak orang
seluruh rakyat
berbagai masalah
segenap anggota
Sebagian dari numeralia tersebut mengacu pada pengertian kejamakan, tetapi
dalam bahasa Indonesia baku konsep kejamakan itu tidak dinyatakan dalam
wujud nomina yang jamak. Jadi, untuk enyatakan jumlah orang yang banyak kita
tidak menyebut banyak orang-orang, tetapi banyak orang.
e) Numeralia Pokok Klitika
Numeralia pokok klitika dipungut dari bahasa Jawa Kuna, tetapi numeralia itu
umum berbentuk proklitika. Jadi, numeralia macam itu dilekatkan di muka
nomina yang bersangkutan.
Contoh :
ekasatu : ekamatra

satu dimensi
8

dwitri-

dua : dwiwarna
tiga : triwulan

dua warna
tiga bulan

f) Numeralia Pokok Ukuran


Bahasa Indonesia mengenal pula beberapa nomina yang menyatakan ukuran, baik
yang berkaitan dengan berat, panjang pendek, maupun jumlah. Misalnya, lusin,
kodi, meter, liter, atau gram. Nomina ini dapat didahului oleh numeralia sehingga
terciptalah numeralia gabungan.
Contoh :
Kalau ke toko, belilah dua lusin piring.
Wanita itu membeli kemeja satu kodi.
Saya akan memesan bahan baju batik dua meter.

b. Numeralia Tingkat
Numeralia pokok dapat diubah menjadi numeralia tingkat. Cara mengubahnya adalah
dengan menambahkan ke- di muka bilangan yang bersangkutan. Khusus untuk
bilangan satu dipakai pula istilah pertama
Contoh :
Kesatu atau pertama
Kedua
Kesepuluh
Karena numeralia kolektif juga dibentuk dengan menambahkan ke-, bentuk kedua
macam numeralia ini sama. Perbedaannya terletak pada bagaimana masing-masing
dipakai. Sebagai numeralia kolektif, numeralia ini diletakkan di muka nomina yang
diterangkan. Perbandingannya :
Kolektif

Tingkat

ketiga pemain

pemain ketiga

kedua jawaban itu

jawaban kedua itu

kelima anak saya

anak saya kelima

Pada numeralia kolektif tidak ada bentuk kesatu atau pertama, sedangkan pada
numeralia tingkat ada.
9

c. Numeralia Pecahan
Tiap bilangan pokok dapat dipecah menjadi bagian yang lebih kecil yang dinamakan
numeralia pecahan.Cara membentuk numeralia itu adalah dengan memakai kata perdi antara bilangan pembagi dan penyebut. Dalam bentuk huruf, per- ditempelkan pada
bilangan yang mengikutinya. Dalam bentuk angka, dipakai garis yang memisahkan
kedua bilangan itu.
Contoh :
1
2

- seperdua, setengah, separuh

3
5

- tiga perlima

5
8

- lima perdelapan

Bilangan pecahan dapat mengikuti bilangan pokok.


Contoh :
2

1
2

- dua setengah

3
4

- sembilan tiga perempat

Bilangan campuran seperti di atas juga dapat ditulis dengan cara desimal sebagai
berikut.
2,5 - dua setengah atau dua koma lima
7,6 tujuh enaam persepuluh atau tujuh koma enam

10

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Frasa numeralia adalah frasa yang terjadi dari numeralia sebagai induk dan unsur
perluasan lain sebagai modifikator. Frasa ini mempunyai distribusi yang sama dengan
kata bilangan. Misalnya frase dua buah dalam dua buah rumah yang mempunyai
distribusi yang sama dengan kata dua. Frasa numeralia itu sendiri terbagi menjadi
beberapa jenis, yaitu numeralia pokok, numeralia tingkat dan numeralia pecahan. Dari
penjelasan jenis-jenis frasa tersebut dapat disimpulkan bahwa penggolong yang
menyatakan ketunggalan seperti sebuah, seekor, dan seorang dalam onteks tertentu dapat
dihilangkan tanpa perbedaan arti. Pada konteks yang lain, penghilang penggolong itu
mengubah arti kalimat.

3.2 Saran
11

Sebaiknya untuk mempelajari frasa numeralia ini, kita harus mengetahui pengertian,
konsep dan jenis-jenis dari numeralia secara jelas, supaya dalam mengambil contoh
menggunakan bahasa Indonesia maupun bahasa melayu menjadi mudah dan tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Kridalaksana, harimurti. 1988. Beberapa Prinsip Perpaduan Leksem dalam Bahasa


Indonesia. Yogyakarta. Kanisius
Chaer, Abdul. 1994. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia.Jakarta. Bharatara
Ramlan, 1986. Sintaksis. Yogyakarta. Karyono
Hasan Alwi, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa. Anton M Moeliono. 2003. Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka

12

Anda mungkin juga menyukai