Anda di halaman 1dari 8

A.

Bilangan dan lambangnya


Bilangan adalah suatu idea. Sifatnya abstrak. Bilangan bukan simbol atau lambang dan
bukan pula lambang bilangan. Bilangan memberikan keterangan mengenai banyaknya anggota
suatu himpunan. (Sumber: Ensiklopedia Matematika, 1998).
1. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan dengan cara memisahkan tiap-tiap
bagian kata.
a. Bilangan utuh
Contoh:
23 = dua puluh tiga (benar)
duapuluh tiga (salah)
508 = seratus tiga puluh empat
508 = lima ratus delapan
b. Penulisan bilangan pecahan
Contoh:
1/2 = setengah
3/4 = tiga perempat
4/16 = empat perenam belas
3 2/3 = tiga dua pertiga
10% = sepuluh persen
0,2 = dua perpuluh
2,5 = dua lima perpuluh, atau dua setengah
1,09 = satu sembilan perseratus

Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf
(tidak dengan angka biasa), kecuali jika terdiri atas beberapa lambang bilangan yang dirinci
secara berurutan sebagaimana halnya dalam bentuk paparan.

Contoh:

Dalam sehari ia makan dua kali. Usianya dua puluh tahun. Dari 50 peserta, 15 orang ikut,
dan 35 orang lainnya tidak ikut. 30 remaja putri, 15 remaja putra, dan 10 balita.

Lambang bilangan pada awal kalimat harus senantiasa ditulis dengan huruf.
Contoh:

1) Enam belas tahun yang lalu ia meninggal.


2) Lima saudaranya laki-laki semua.
3) Dua ratus para calon mahasiswa diterima.

Catatan:

Harus diingat bahwa angka biasa tidak dapat diletakkan pada awal kalimat. Oleh sebab
itu harus diupayakan dengan mengubah susunannya sehingga memungkinkan tidak adanya
angka biasa pada awal kalimat.

Dalam proses pembelajaran ini hendaknya disiapkan kartu bilangan masing-masing


bertuliskan lambang bilangan seperti : 1, 10, 100, 1.000, 10.000, 100.000. Misalnya dalam
subpokok bahasan mengenal bilangan 100.001 – 500.000, langkah-langkah yang perlu dilakukan
adalah :

1) Guru menjelaskan ulang nilai tempat yang di tempati oleh angka-angka suatu lambang
bilangan 5 angka, dengan pertolongan kartu bilangan 1, 10, 100, 1.000, 10.000.
2) Mengulang membaca dan menulis lambang bilangan 5 angka, misalnya guru menulis di
papan tulis beberapa lambang bilangan 5 angka, siswa disuruh menulis nama
bilangannya.
3) Guru menjelaskan bahwa 10 kartu bilangan 10.000 dapat dinyatakan dengan sebuah kartu
bilangan 100.000. dengan pertolongan kartu bilangan 1, 10, 100, 1.000, 10.000, 100.000,
guru membantu siswa cara membaca dan menulis bilangan 6 angka.
4) Guru menulis beberapa lambang bilangan 6 angka di papan tulis, secara lisan siswa
disuruh mengucapkan nama bilangan itu satu persatu.
5) Guru mengucapkan nama beberapa bilangan 6 angka satu persatu, siswa disuruh menulis
lambang bilangannya di buku masing-masing.
6) Guru menulis beberapa lambang bilangan 6 angka di papan tulis, siswa disuruh menulis
lambang bilangan itu di buku masing-masing.
Untuk memahami bilangan-bilangan bernilai besar, siswa diminta menyusun kalimat
tentang pengalaman mereka sehari-hari yang berhubungan dengan bilangan-bilangan bernilai
besar kurang dari 500.000. Misalnya tabungan Amin di bank BNI mencapai 365.000 rupiah.

2. Bilangan kardinal dan ordinal

Bilangan yang digunakan untuk menyatakan banyaknya suatu objek disebut bilangan
kardinal. Dengan demikian ciri bilangan kardinal adalah digunakan dalam menjawab
pertanyaan, “berapa banyak?” Aspek penting lainnya dari bilangan adalah digunakan untuk
menyatakan urutan dari suatu objek. Bilangan yang demikian disebut bilangan ordinal. Bilangan
ordinal biasanya digunakan untuk menjawab pertanyaan, “yang mana?”

Contoh dalam penanaman konsepnya:

Nomor rumah di sebelah barat di jalan Sunda bernomor genap. Nomor-nomor rumah
tersebut berturut-turut adalah 2, 4, 6, ..., 40. Urutan nomor-nomor rumah tersebut terurut dengan
baik. Sehingga bilangan ordinal dari himpunan {2, 4, 6, ..., 40} adalah 20. Banyaknya anggota
dari himpunan {2, 4, 6, ..., 40} adalah 20, sehingga kardinal dari {2, 4, 6, ..., 40} adalah 20.

Nilai tempat dan ketidaksamaan

Langkah-langkah pembelajarannya :

a) Guru menjelaskan ulang mengenai nilai tempat yang di tempati oleh angka-angka suatu
lambang bilangan 5 angka.
b) Guru menjelaskan bahwa angka-angka suatu lambang bilangan 6 angka berturut-turut
dari kiri menempati tempat ratus ribuan, puluh ribuan, ribuan, ratusan, puluhan dan
satuan.
c) Guru menulis beberapa lambang bilangan 6 angka siswa disuruh menentukan nilai setiap
angka.
Misalnya : 382.657
Angka 3 nilainya 300.000
Angka 8 nilainya 80.000
Angka 2 nilainya 2.000
Angka 6 nilainya 600
Angka 5 nilainya 50
Angka 7 nilainya 7

Jadi, 382.657 = 300.000 + 80.000 + 2.000 + 600 + 50 + 7

3. Konsep kurang dari (<) dan lebih dari (>) antara 2 bilangan

Misalkan dua bilangan yang akan dibandingkan, yaitu bilangan 5 angka. Perhatikan
angka puluh ribuannya. Bilangan yang angka puluh ribuannya lebih besar, nilainya lebih besar.
Jika angka puluh ribuannya sama, perhatikan angka ribuannya. Bilangan yang angka ribuannya
lebih besar, nilainya lebih besar. Jika angka ribuannya sama, dilihat angka ratusannya. Bilangan
yang angka ratusannya lebih besar, nilainya lebih besar, demikian seterusnya.

B. Bilangan Cacah
Bagaimana cara kita menyatakan banyaknya anggota suatu himpunan? Sebagai contoh
kita pandang kumpulan siswa di suatu kelas. Banyaknya siswa yang ada dalam kelas tersebut
kita nyatakan dengan suatu bilangan.
Setiap kumpulan dapat dihubungkan dengan suatu bilangan. Bilangan-bilangan itu
masing-masing mempunyai nama. Kita juga menggunakan lambing untuk setiap bilangan.
Misalnya lambang “5” mewakili bilangan lima. Kata “lima” adalah nama untuk bilangannya.

Pengertian-pengertian itu kita perkenalkan kepada murid tahap demi tahap. Mula-mula
kita perkenalkan kumpulan. Anggota-anggotanya adalah menyatakan banyaknya anggota
kumpulan. Murid-murid harus berlatih sampai mereka dengan mudah dapat menemukan
bilangan yang tepat untuk setiap kumpulan, setiap kumpulan dihubungkan dengan satu bilangan.
Tetapi setiap bilangan dapat dihubungkan dengan banyak sekali kumpulan barang-barang.
Sekarang, bayangkanlah kumpulan sapi-sapi hijau atau kumpulan semua orang yang
berkepala tiga. Kumpulan-kumpulan itu tidak mempunyai anggota. Kita sebut kumpulan
demikian itu himpunan kosong. Bilangan untuk himpunan kosong adalah nol, lambangnya
adalah “0”. Anak-anak dapat melihat bahwa kumpulan gajah dalam ruang kelas mereka adalah
himpunan kosong. Banyaknya anggota himpunan itu adalah nol. Bilangan-bilangan 0, 1, 2, 3, 4,
5 dan seterusnya disebut bilangan cacah.
Kita bandingkan dua bilangan yang tidak sama, 3 < 8 dan 9 > 5 dibaca 3 kurang dari 8
dan 9 lebih dari 5. Pernyataan-pernyataan itu disebut ketidaksamaan. Apakah sifat-sifat urutan
bilangan? Pernyataan itu kita jawab setelah melakukan beberapa percobaan dengan urutan
bilangan. Misalnya, kita minta dua anak masing-masing memilih suatu bilangan. Tanpa
mengetahui bilangan-bilangan yang dipilih itu kita dapat menentukan hal-hal berikut ini:
a) Dua bilangan itu sama atau tidak sama. Jika tidak sama, tentulah salah satu lebih kecil
daripada yang lain. Dengan demikian telah kita temukan satu sifat urutan bilangan,
yakni: Jika a dan b bilangan cacah, maka tepat satu dari yang di bawah ini harus
benar.

a=b atau a < b atau b < a

Pada garis bilangan, sifat urutan itu dapat dikatakan sebagai berikut: Pilihlah sebuah titik
pada garis bilangan. Kemudian pilihlah sebuah titik lagi. Maka kedua titik itu berimpit atau
berlainan.

Sekarang, kita cari suatu sifat lagi dari urutan bilangan. Jika mengetahui bahwa suatu
bilangan n lebih kecil daripada 6 dan 6 lebih kecil daripada 9, apakah yang kita ketahui tentang
urutan n dan 9? Dapatkah pertanyaan itu dijawab tanpa mengetahui berapakah n itu? Kita dapat
menggunakan garis bilangan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Jawabnya secara umum dapat
dikatakan sebagai berikut:

Jika a < b dan b < c, tentu a < c. pada garis bilangan yang mendatar tampak bahwa jika
titik a terletak di sebelah kiri b, tentu titik a terletak di sebelah kiri c.

a b c

Jika kita menjumlah bilangan-bilangan, maka dapatlah kita menemukan suatu sifat urutan
lagi.

Kita mengetahui bahwa 3 < 8. Sekarang 3 kita tambah 4 dan 8 kita tambah 4. Apakah
urutan antara jumlah-jumlahnya, yakni 7 dan 12 sama dengan urutan antara 3 dan 8? Dengan
kata lain apakah 3 + 4 < 8 + 4 ? Kita dapatkan bahwa jika antara dua bilangan terdapat suatu
urutan dan kedua bilangan itu ditambah bilangan yang sama, maka urutan jumlahnya sama
dengan urutan bilangan-bilangan yang sama. Dengan kata lain: urutan dua bilangan tidak
berubah jika kedua bilangan itu ditambah dengan bilangan yang sama. Sifat itu berlaku untuk
semua bilangan cacah.

Jika a < b tentu a + c < b + c itu dapat diperlihatkan pada garis bilangan
c
c

a a+c a<b b b+c

a+c<b+c

Kita dapat melakukan percobaan-percobaan untuk menyelidiki sifat urutan hasil kali
bilangan-bilangan asli, misalnya:

Jika 2 < b, apakah 2 x 3? Mereka dapat memahami sifat-sifat itu dengan jalan
menyelidiki banyak contoh pada garis bilangan.

C. Operasi Bilangan, Teknik Penyelesaiannya dan Pembelajarannya di SD


1. Penjumlahan

Pengerjaan jumlah atau penjumlahan merupakan pengerjaan hitung yang pertama kali
dikenal anak-anak. Bukan saja dikenal di sekolah tetapi juga mungkin di masyarakat sebelum
anak mengenal sekolah. Hal demikian itu terjadi misalnya di lading, di warung, dan di lapangan
permainan. Misalnya:

a. Di ladang ada 3 ekor kerbau yang digembalakan, kemudian Budi membawa 2 ekor
lagi untuk digembalakan pula. Berapa ekor kerbau yang ada di ladang sekarang?
b. Di rumah ibu Ani terdapat sebutir telur. Ia pergi ke warung untuk membeli 3 butir
telur lagi untuk menjamu tamunya. Berapa butir telur yang ada sekarang di rumah
ibu Ani?
c. Ada 2 orang anak sedang bermain di halaman sebuah rumah. Kemudian datang
temannya 4 orang bergabung. Berapa anak yang ada di halaman rumah itu
sekarang?
Itulah contoh-contoh persoalan sehari-hari yang untuk penyelesaiannya memerlukan
pengetahuan tentang operasi jumlah atau penjumlahan.

Fakta-fakta dasar Penjumlahan

Yang dimaksud dengan fakta-fakta dasar penjumlahan ialah penjumlahan atau kombinasi
bilangan dari 0 sampai 9, misalnya 9+1, 6+3, 9+9. Adapun 12+9 bukan fakta dasar penjumlahan
sebab 12 bukan bilangan yang lambangnya terdiri dari satu angka. Jadi ada 100 kombinasi fakta
dasar penjumlahan, yaitu:

0 + 0, 0 + 1, 0 + 2, …, 0 + 9,

1 + 0, 1 + 1, 1 + 2, …, 1 + 9,

2 + 0, 2 + 1, 2 + 2, …, 2 + 9,

…, …, ,… , …,

…, …, ,… , …,

…, …, ,… , …,

9 + 0, 9 + 1, 9 + 2, …, 9 + 9

Anak-anak untuk pertama kali memperoleh pengajaran penjumlahan pada umumnya di


kelas I SD. Jadi taraf berpikirnya masih konkret. Oleh karena itu, pengajaran akan lebih
dipahami bila diberikan dengan menggunakan benda-benda konkret atau alat peraga dan
dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Soal cerita itu kemudian diubah ke dalam model konkret
atau model diagram (gambar) kemudian baru dilanjutkan ke dalam symbol.
Sumber:

http://p4tkmatematika.org/downloads/sd/BilanganACB.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/
http://www.academia.edu/3330678/Teori_Bilangan_Sejarah_
http://www.academia.edu/5400153/SEJARAH_TEORI_BILANGAN
http://repository.upi.edu/3389/
Karso, dkk, 2004, Modul Pendidikan Matematika 1, Universitas Terbuka, Jakarta
Heruman, 2007, Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai